Anda di halaman 1dari 24

BIAYA OPERASIONAL

(Kelompok 10)

Dasar-dasar Penganggaran Modal

THE CAPITAL BUDGETING DECISION PROCESS

Pengertian Capital Budgeting : Suatu proses mengevaluasi dan seleksi terhadap


investasi jangka panjang supaya tetap sejalan sesuai tujuan perusahaan dalam
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.

Pengertian Capital Expenditure dan Operating :

- Capital Expenditure ; Yaitu pengeluaran dana yang menghasilkan manfaat lebih dari
satu tahun.
- Operating Expenditure ; Yaitu pengeluaran dana dengan masa manfaat tepat dalam
satu tahun.

Step in Capital Budgeting Process :

1. Pembuatan proposal pengeluaran modal.


2. Pengkajian dan analisis proposal, pengkajian akan dilakukan dengan melihat
kesesuaian proposal dengan tujuan dan rencana perusahaan secara keseluruhan serta
validitas aspek ekonomis proposal tersebut.
3. Pengambilan keputusan pengeluaran modal
4. Pelaksanaan keputusan.
5. Tindak lanjut dan koreksi.

THE RELEVANT CASH FLOWS

Relevant Cash Flows adalah tambahan aliran kas keluar dan masuk setelah pajak
(Incremental Cash Flows) dalam suatu pengeluaran modal.

Major Cash Flows Components


1. Initial Investment, yaitu arus kas keluar pada permulaan atau awal proyek.
2. Operating Cash Inflows, yaitu tambahan arus kas masuk setelah pajak yang dihasilkan
dari pemanfaatan proyek selama umur proyek tersebut.
3. Terminal Cash Flow, arus kas non operasional setelah pajak yang muncul pada tahun
terakhir proyek, biasanya terkait dengan likuidasi proyek.

Expansion Versus Replacement Cash Flows

Relevant cash flow untuk keputusan proyek penggantian :

- Initial = initial investment needed – after tax cash in investmentto accure new asset
flows from likuidation of old asset.
- Operating = operating cash inflows – operating cash incash inflows from new asset
- Flow from old asset terminal = after-tax cash flows – after-tax cash flows

CAPITAL BUDGETING TECHNIQUES

OVERVIEW OF CAPITAL BUDGETING TECHNIQUES

Asumsi dari usulan proyek suatu perusahaan adalah resiko yang akan dihadapi adalah
tidak berubah dan perusahaan tersebut memiliki dana yang tidak terbatas.

Teknik capital budgeting yang akan dibahas dalam bab ini adalah 3 teknik yang popular :

- Payback Period
- Net Present Value
- Internal Rate of Return
Teknik-teknik lain yang tidak dibahas secara mendalam dalam bab ini adalah :

- Present Value Payback Period


- Average (Accounting) Rate of Return (ARR)
- Profitability Index (PI)
- Modified Internal Rate of Return (MIRR)
PAYBACK PERIOD

Payback period adalah jangka waktu yang dibutuhkan bagi sebuah perusahaan untuk
memperoleh kembali investasi awalnya atas suatu proyek yang sudah diperhitungkan dari
cash inflows.

Untuk kasus annuity (cash inflows sama besar setiap tahunnya) :

PP = II Dimana : PP = payback period, II = initial investment

Untuk kasus mixed stream (cash inflows tidak sama setiap tahunnya)

Investasi awal dikurangi cash inflows tahun pertahun sampai investasi awalnya kembali.

The Decision Creteria ;

- PP < batas waktu maksimum proyek diterima.


- PP > batas waktu maksimum proyek ditolak.
- Jangka waktu atau batas waktu maksimum ditentukan oleh pihak manajemen
perusahaan, maka penelitian proyek dengan teknik ini bersifat subyektif.
Tipe proyek yang diusulkan :

- Expension
- -Replacement
- Renewal, etc.
Prospec and Cons.of Payback Periods

 Payback Period dipergunakan oleh :


a. Perusahaan besar untuk mengevaluasi proyek-proyek kecil.
b. Perusahaan kecil untuk mengevaluasi sebagian besar proyek mereka.
 Kelemahan Payback Period
a. Payback Period yang tepat hanya angka yang subyektif.
b. Pendekatan ini mengabaikan time value of money.
c. Tidak diperhatikannya cash flows setelah investasi kembali.
Contoh :

TABLE 9.2 Relevant Cash Flows and Payback Periods for De Yarman Enterprises Projects

Project Gold Project Silver

Initial Investasi $50,000 $50,000

Year Cash Inflows

1 $5,000 $40,000
2 $5,000 $2,000
3 $40,000 $8,000
4 $10,000 $10,000
5 $10,000 $10,000
Payback Period 3 years 3 years

NET PRESENT VALUE (NPV)

Atau biasa disebut sebagai discount rate, required return, cost of capital, ataupun
opportunity cost. Adalah besarnya hasil pengembalian minimum yang harus diperoleh dari
suatu proyek yang juga didapat dengan cara mengurangi present value of initial investment
dengan cash inflows pada tingkat bunga sama dengan biaya modal perusahaan.

NPV = Net Present Value of cashflow – initial investment

The decision criteria :

o Jika NPV > $0 – proyek diterima.


o Jika NPV < $0 – proyek ditolak.

Contoh :

TABLE : The Calculation of NPVs for Bennett Company’s Capital Expendiiture Alternatives

Project A
Annual cash inflow $14,000 X Present value annuity interst factor.

PVIFAa $3,791

Present value of cash flows $53,074

- Initial investment $42,000


Net Present Value (NPV) $11,074

Project B

Year Cash Inflows Present Value Present

(1) Interest Factor Value


PVIF (1) x (2)

(1)(2) (3)
1 $28,000 .909 $25,452
2 $12,000 .826 $ 9,912
3 $10,000 .751 $ 7,510
4 $10,000 .683 $ 6,830
5 $10,000 .621 $ 6,210
Present value of cash inflows $55,914

- Initial investment $45,000


Net Present Value (NPV) $10,914

a. From table A-4, for years and 10%


b. From table A-3, for given year and 10%

INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)

Adalah Discount Rate yang digunakan untuk membuat Present Value of Cash Inflows
sama dengan Initial Investment dari suatu proyek.

The Decision Criteria

- Jika IRR > cost of capital proyek diterima


- Jika IRR < cost of capital proyek ditolak
Calculating the IRR

IRR dapat dihitung dengan “trial-and-error” atau kalkulator/computer.

Langkah-langkah pendekatan tersebut dapat dilihat pada table dibawah.

Dengan data sbb :

TABLE : Capital Expenditure Data for Bennett Company

Project A Project B

Initial Investment $42,000 $45,000

Year Operating Cash Inflows

1 $14,000 $28,000
2 $14,000 $12,000
3 $14,000 $10,000
4 $14,000 $10,000
5 $14,000 $10,000
Average $14,000 $14,000

COMPARING NPV AND IRR TECHNIQUES

Untuk memastikan NPV dan IRR akan menghasilkan keputusan yang sama.

Kita harus mengetahui Net Present Value Profiles, Conflicting Ranking, dan Which
Approach is Better.

 Net Present Value Profiles


Adalah suatu grafik yang menggambarkan NPV suatu proyek dengan berbagai
discount rate.

 Conflicting Rankings
- Tingkatan/penggolongan dibutuhkan pada saat usulan proyek itu sedang bersifat
mutually exclusive atau ketika pendistribusian modal diperlukan.
- Conflicting Rankings menggunakan hasil dari NPV dan IRR dari kedua hal
tersebut terdapat perbedaan dalam jumlah dan waktu dari cash flows. Penyebab
perbedaan mendasar dari Conflicting Ranking adalah berdasarkan asumsi
reinvestment of intermediate cash inflows yaitu cash inflows diterima akan
ditanamkan kembali kedalam proyek.
- NPV beranggapan intermediate Cash Inflows akan diinvestasikan dengan
tingkatan cost of capital, sedangkan IRR berasumsi intermediate cash inflows
akan diinvestasikan pada tingkat bunga yang sama dengan IRR dari proyek.
 Which Approach is Better
Tidaklah mudah untuk memilih salah satu pendekatan tersebut, untuk itu harus
diperhatikan dari segi teori dan praktisnya.
 Theoritical View
Jika hanya didasari oleh teori, maka NPV adalah merupakan pendekatan yang
terbaik untuk Capital Budgeting. Yang terpenting disini, NPV mengasumsikan bahwa
pada saat Intermediate Cash Inflows diinvestasikan, reinvested-nya adalah pada
tingkat Cost of Capital perusahaan bukan pada tingkat bunga tertinggi seperti dengan
IRR
 Practical View
Bukti menunjukkan bahwa manajer keuangan lebih menyukai menggunakan
IRR. Penggunaan IRR bagi mereka lebih masuk akal karena didasari oleh rate of
return daripada actual dollar returns. Dan juga karena tingkat bunga, profitability, dan
lain-lain tercermin dalam rate of return tahunan. Mereka mendapati bahwa NPV lebih
susah karena tidak mengukur keuntungan relative dari jumlah yang diinvestasikan.
 Present Value Payback Period
Beberapa perusahaan ada yang mempertimbangkan perbedaan waktu yang
eksplisit dalam perhitungan payback period kadang-kadang mempergunakan present
value payback. Langkah pertamanya adalah menghitung present value dari cash
inflows dengan discount rate yang sesuai.
 Average (Accounting) Rate of Return
 Profitability Index
 Modified Internal Rate of Return
- MIRR didapat dengan cara merubah cash inflow menjadi future value yang
kemudian dijumlah semua sehingga didapat terminal value.
- MIRR adalah discount rate yang membuat terminal value sama dengan initial
investment. Karena MIRR menggunakan cost of capital sebagai reinvestment
rate, maka MIRR secara umum dapat dikatakan merupakan alat ukur yang
lebih baik atas suatu proyek dibandingkan dengan IRR. Akan tetapi teknik ini
tidak dapat membantu dalam mengatasi conflicting ranking antara NPV dan
IRR.

PENGERTIAN BIAYA OPRASIONAL

Biaya operasional adalah biaya berupa pengeluaran uang untuk melaksanakan


kegiatan produk ,yaitu berupa biaya penjualan dan administrasi untuk memperoleh
pendapatan,tidak termasuk pengeluaran yang telah di perhitungkan dalam harga pokok
penjualan dan penyusutan.

Biaya Operasional atau biaya usaha (operating expenses) adalah biaya-biaya yang
tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas
operasinal perusahaan sehari-hari. Biaya usaha sering disebut juga dengan istilah SGA
(Selling, General, dan Administrative Expenses). (Menurut Jusuf (2007:33):))

MANFAAT

Manfaat anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasan

Anggaran sebagai alat manajemen untuk keperluan perencanaan dan pengawasan


yang mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan ini di lihat dari segi
manfaat yang ingin di peroleh dari penggunaan sistem itu selama pelaksanaannya. Semakin
banyak dan rumit manfaat yang di hasilkan, semakin banyak persyaratan yang di tuntut di
dalam persiapan dan penyusunannya.

1. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN ANGGARAN


Perkembangan anggaran di pandang dari segi manfaat yang ingin di peroleh pada
dasarnya dapat di bagi dalam tiga tahap :

1) Anggaran sebagai alat penaksir


Dari segi manafaat yang dapat di peroleh ini merupakan perkembangan yang paling
awal dari anggaran sebagai alat perencanaan.aspek anggaran di susun dan di syahkan pada
awal tahun umumnya tidak lagi dilakukan perubahan. Apabila terjadi perubahan dalam
kondisi ,maka realisasi seakan-akan berjalan terpisah dari anggarannya, dengan demikian
anggaran di susun hanya sebagai formalitas.

2) Anggaran sebagai plafon dan sekaligus alat pengatur otorisasi


Tahap ini sudah setingkat lebih maju apabila sistem akuntansi biaya yang di pakai
bersifat ekstra komtabel. Akuntansi keuangan mencatat apa yang sebenarnya terjadi dan
melaporkannya. Frekuensi pelaporan realisasi tidak perlu terlalu sering di lakukan, bahkan
pelaporan yang lengkap sekali dalam setahun pun dapat di anggap cukup.meskipun
pengawasan terhadap pengeluaran anggaran harus dilakukan terus-menerus yang tujuannya
untuk mengetahui sampai seberapa jauh dana yang di sediakan telah digunakan. Dengan
demikian fungsi anggaran sebagai alat pengendali dirasa lebih berguna dibandingkan dengan
aspek perencanaannya.

3) Anggaran sebagai alat penilai efisiensi


Tahap ini merupakan tingkat perkembangan yang paling akhir. Baik fungsi
perencanaan maupun fungsi pengendalian keduanya sama-sama berguna, dari segi
perencanaan angka standar berfungsi sebagai multiplayer yang akurat, karena itu anggaran
dengan mudah dapat di sesuaikan dengan tingkat kegiatan yang sebenarnya tanpa perlu
khawatir bahwa perubahannya akan bersifat berlebihan ataupun terlalu minim dari segi
pengendalian jumlah anggaran yang didasarkan atas angka standar yang benar selain itu juga
berfungsi sebagai alat penilai efisiensi karena angka standar yang di pakai memang efektif
dan fleksibel, sehingga realisasi biaya yang melebihi atau kurang dari jumlah uang di
anggarkan dianggap merupakan pemborosan. Dengan demikian selisih biaya (analisa
variance) benar-benar dapat di nilai sebagai penyimpangan dari yang seharusnya.

2. PEMILIHAN MANFAAT ANGGARAN YANG COCOK BAGI SUATU


PERUSAHAAN
Pemilihan manfaat yang cocok ini harus mempertimbangkan ciri-ciri industri dan
persaingan yang dihadapai perusahaan serta pengaruh ciri-ciri tersebut terhadap sifat
anggarannya.ciri-ciri yang dimaksud antara lain :
 Sifat persaingan yang dihadapi .persaingan yang hebat menuntut sifat anggaran yang
lebih luwes (fleksibel) di banding dengan perusahaan yang menghadapai persaingan
yang tidak terlalu ketat.
 Sifat penjualan produk perusahaan.perusahaan yang menjual sebagian hasil
produksinya untuk pemesan-pemesan tertentu akan mempunyai peluang untuk
mengubah anggarannya yang berbeda dengan perusahaan yang berproduksi untuk
pasar semata-mata. Bagi perusahaan yang sangat tergantung pada pemesan akan
menentukan rencana penjualannya pada jenis pesanan yang diterima,sehingga pada
akhir sesuatu tahun perusahaan perlu memperoleh kepastian tentang jenis produk
yang di pesan untuk tahun anggaran berikutnya.sedangkan bagi perusahaan yang
sedang berproduksi untuk pasar akan dapat melakukan analisa tentang jenis barang
yang banyak diminta pasar dari data penjualan yang lalu.
 Sifat proses produksinya,untuk perusahaan yang berproduksi selama 24 jam sehari
terus menerus selama setahun,seperti pada perusahaan tekstil perusahaan
semen,perusahaan botol,perusahaan kaca dan sebagainya ,akan sangat sulit untuk
mengubah rencana produksinya dalam jangka waktu pendek.sehingga rencana
penjualan yang di gunakan sebagai dasar penyusunan rencana produksi betul-betul
harus di susun secara cermat dengan pengubahan yang sekecil mungkin.sebaliknya
untuk perusahaan yang proses produksinya bersifat intermittent,akan lebih mudah
untuk menyesuaikan kegiatan produksinya dengan adanya pengubahan pada rencana
penjualannya.
 Tingkat pemanfaatan kapasitas yang ada.perusahaan yang sudah menggunakan
kapasitas produksi yang di milikinya secara penuh mempunyai tingkat peluang yang
berbeda untuk mengubah anggarannya di banding perusahaan yang belum
berproduksi secara penuh.

FAKTOR

Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya :

1. METODE KERJA
Metode yang digunakan pada suatu kontruksi akan berpengaruh terhadap
biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan.metode kontruksi itu sendiri
merupakan cara untuk melaksanakan proses kontruksi untuk mencapai pada elemen
operasi atau produk terakhir.dalam pemilihan metode kerja harus disesuaikan dengan
lokasi tersebut berada dan pekerjaan yang di lakukan.contohnya adalah dalam
pembuatan jembatan anatara metode konvensional dan metode sosrobaru .pada
metode konvensional di butuhlan biaya pembuatan peracaha yang memunculkan
lingkup pekerjaan baru dimana perancah tersebut menghalangi jalan di
bawahnya.sedangkan dalam pembuatan jembatan dengan metode sosrobahu
,perancah yang digunakan tidak tidak menghalangi jalan karena pembuatan balok
induk berada di jalur kolom,namun,sisi teknologi metode kerja kontruksi yang
menentukan biaya yang dikeluarkan dari kedua metode ini .biaya yang dikeluarkan
pada metode sosrobahu lebih besar dibanding biaya pada metode konvensional .
2. PEKERJA
Pekerja yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi akan berbeda-beda
tergantung dari asal pekerja tersebut. Kualitas pekerja orang jawa atau bali dengan
orang sulawesi akan berbeda bila dibandingkan. Pekerja orang jawa memiliki
produktifitas lebih tinggi dibanding orang sulawesi. Makanya tidak heran bila ada
pekerjaan konstruksi di sulawesi, kontraktor membawa pekerja yang berasal dari
jawa atau pun bali karena memiliki kualitas yang lebih baik. Kualitas pekerja ini
mempengaruhi kapasitas produksi. Perlu diperhitungkan juga bila suatu kontraktor
membayar pekerja dengan biaya Rp 50000/m2 dengan kapasitas 5m2/hari pada
pekerjaan pemasangan dinding batu bata dengan pekerja yang dibayar Rp 60000/m2
namun bisa memasang 10m2/hari pasangan bata. Perlu dicari upah yang dikeluarkan
oleh kontraktor untuk pekerja serendah mungkin namun dapat menghasilkan
kapasitas produksi sebesar mungkin. Namun, keadaan ini haruslah dapat
dipertanggungjawabkan, jangan sampai kejadian biaya yang dikeluarkan besar
namun produktifitas rendah. Faktor upah yang dikeluarkan oleh kontraktor ini dilihat
dari keterampilan yang dimiliki oleh pekerja, skill yang pekerja miliki, dan
pengalaman kerja. Ketiga hal ini akan menyebabkan perbedaan biaya upah yang
dikeluarkan. Biaya pengeluaran untuk fasilitas dan rekreasi yang dikeluarkan oleh
kontraktor juga mempengaruhi biaya pengeluaran proyek. Rekreasi penting diberikan
ke pekerja untuk menghilangkan kepenatan/kelelahan. Bila pekerja terlalu lelah, akan
menurunkan produktifitas.
3. LOKASI
Perbedaan lokasi proyek akan berpengaruh terhadap pengeluaran proyek.
Lokasi yang dekat dengan sumber material dan memiliki akses serta mobilitas tinggi
akan berbeda dengan lokasi proyek yang berada di daerah terpencil dan tidak
memiliki akses ke lokasi proyek. Contohnya adalah pelaksanaan konstruksi di tengah
hutan. Kontraktor harus mengeluarkan biaya untuk membuat jalan akses yang
menuju ke lokasi proyek. Ditambah biaya transportasi yang lebih besar dibanding
lokasi proyek yang mudah dijangkau dan dekat dengan lokasi sumber daya. Untuk itu
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kontrak. Apa akses jalan dikerjakan oleh pihak
kontraktor atau owner. Bila kontraktor yang menyediakan, kontraktor harus
memasukkannya dalam perhitungan estimasi biaya pengeluaran. Pelaksanaan survey
lokasi juga akan mempengaruhi biaya. Bila orang yang yang dikirm tidak tahu cara
melakukan survey dan apa saja yang dilakukan dalam survey akan menyebabkan
rencana anggaran biaya tidak akurat dan menyebabkan pengeluaran-pengeluaran
yang tidak diestimasi.
4. REQUIREMENT ALAT
Kebutuhan dari alat yang digunakan akan berpengaruh terhadap biaya yang
dikeluarkan. Yang mempengaruhi pengeluaran biaya pada alat adalah produktifitas
dari alat tersebut. Penggunaan alat baru dengan alat lama akan menghasilkan
produktifitas yang berbeda. Alat baru akan mempunyai produktifitas yang lebih
tinggi dibanding alat yang lama. Biaya yang dikeluarkan untuk produktifitas alat
yang rendah lebih tinggi dibanding biaya pada produktifitas alat yang tinggi. Biaya
oli yang digunakan juga menjadi salah satu faktor besar kecilnya biaya alat. Alat
yang sudah lama membutuhkan perbaikan dan perawatan yang ekstra dibanding alat
yang relatif lebih baru sehingga biaya yang dikeluarkan pada alat yang sudah lama
akan lebih besar dibanding alat yang baru. Jarak yang ditempuh juga mempengaruhi
terhadap biaya yang dikeluarkan. Contohnya adalah biaya pengangkutan material
batu pecah ke stok penyimpanan. Kriteria dari alat itu sendiri juga mempengaruhi
dari biaya. Contohnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk excavator 0.6m3 atau 1.3
m3.

5. FAKTOR SATUAN
Kesalahan dalam memasukkan faktor satuan akan mempengaruhi biaya.
Faktor satuan harus sama antara pekerja dan lainnya. Bila material dihitung per hari
maka upah pekerja harus dihitung per orang per hari (mandays atau OH). Bila
pekerja diupah per bulan maka harus diubah menjadi per hari terlebih dahulu. Faktor
satuan ini akan mempengaruhi koefisien dan koefisien itu sendiri akan
mempengaruhi biaya.
6. BUDAYA
Faktor budaya akan mempengaruhi mempengaruhi besarnya biaya yang
dikeluarkan. Budaya orang jawa mau dibayar rendah dan memiliki produktifitas yang
baik berbeda sekali dengan budaya orang sumatera yang ingin dibayar tinggi namun
memiliki produktifitas lebih rendah. Orang sumatera lebih banyak lebih banyak
mengobrol saat bekerja dibanding orang jawa.
7. KOMPOSISI SUMBER DAYA YANG DIBUTUHKAN
Komposisi bahan mempengaruhi kualitas hasil dimana koefisien-koefisien
bahan yang digunakan akan mempengaruhi kinerja mutu dan biaya. Yang
mempengaruhi dari koefisien bahan itu sendiri adalah faktor kehilangan, waste, dan
kolusi. Contohnya adalah pada pelaksanaan pengangkutan material batu pecah dari
sumbernya ke lokasi proyek. Prosesnya adalah menentukkan lokasi batu yang akan
diledakkan. Setelah itu, batu hasil ledakkan berupa material batu pecah yang masih
besar-besar dipecah-pecah kembali. Lalu dilakukan pengangkutan ke stok material
yang agak jauh dari lokasi proyek. Lalu, diangkut ke stok material dekat lokasi
proyek. Setelah itu dipecah-pecah lagi sesuai kebutuhan sebelum digunakan. Faktor
kehilangan terjadi saat pengangkutan material ke lokasi stok material. Faktor waste
terjadi saat pemecahan material sesuai dengan kebutuhan sebelum digunakan. Kolusi
terjadi saat pengangkutan 3m3 material namun dicatat 3.5m3 oleh penerima karena
penerima telah diberi uang sebagai imbalannya. Harga bahan itu sendiri ditentukan
oleh biaya pengiriman dan prosesnya. Semakin jauh jarak pengirimannya akan
meningkatkan biaya pengeluaran. Semakin tidak efektif dan efisiennya proses
pemecahan batu juga akan meningkatkan pengeluaran.

A. JENIS

Jenis-jenis biaya operasional :

a) Biaya personil
(operator,bagian administrasi,pustakawan data,pengawas data)
b) Biaya overhead
(pemakaian telphon,listrik,asuransi,keamanan,supplies)
c) Biaya perawatan perangkat keras
(reparasi,service)
d) Biaya perawatan perangkat lunak
(modifikasi program,penambahan modul program)
e) Biaya perawatan peralatan dan fasilitas.
f) Biaya manajemen yang terlibat dalam operasi sistem.
g) Biaya kontrak untuk konsultan selama operasi sistem.
h) Biaya depresiasi (penyusutan)

B. PROSES
Proses penyusunan anggaran :
TAHAP 1
Penentuan pedoman anggaran
1) Menetapkan rencana besar perusahaan
2) Membentuk panitia penyusun
TAHAP 2
Persiapan anggaran
1) Sebelum membuat anggaran,hendaknya terlebih dahulu membuat
ramalan(forecast)
TAHAP 3
Penentuan harga
1) Menyesuaikan rencana akhir komponen anggaran
2) Mengkoordinasikan & menelaah komponen anggaran
3) Pengesahan & pendistribusian anggaran
TAHAP 4
Pelaksanaan anggaran
1) membuat laporan realisasi

C. CONTOH
Sudarsono dan Edillius (2001 : 201), mengemukakan bahwa biaya operasi
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk biaya operasional usaha sebuah
perusahaan. Biaya operasi ini dikelompokkan menjadi :
Biaya tetap (fixed), yaitu biaya yang jumlahnya tetap dalam kisaran volume
kegiatan tertentu. Seperti biaya gaji karyawan yang jumlahnya senantiasa tetap
berapapun berubahnya volume kegiatan.
Biaya semi tetap (semi fixed), adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan perubahan dengan jumlah yang konstan pada volume
produksi tertentu.
Biaya variabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume dan frekuensi kegiatan. Contoh konkrit dari biaya variabel
adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya semi variabel, yaitu biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur
biaya variabel. Biaya lembur sering merupakan contoh yang paling sederhana,
karena biaya bonus bagi karyawan diberikan bagi yang mencapai prestasi tertentu.

PENGARUH BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS


(ROA) PT INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA (PERSERO)

PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau yang disebut dengan PT INTI


merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis yang bergerak di bidang
telekomunikasi sebagai pemasok utama pembangunan jaringan telepon nasional. Tujuan
didirikan industri strategis adalah sebagai motor pembangunan nasional baik jangka pendek
maupun jangka panjang dan berupaya untuk mengembangkan teknologi tinggi. Sehingga
kemajuan perekonomian Indonesia tergantung pada majunya sektor usaha nasional, salah
satunya adalah PT INTI.

Profitabilitas pada PT INTI merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh


laba, sehingga dapat diketahui sejauh mana perusahaan bisa mengelola dan menekan biaya
yang dikeluarkan supaya dapat menghasilkan laba. Jika laba dan tingkat profitabilitas
perusahaan menurun, maka akan menghambat perusahaan untuk tumbuh dan berkembang,
sesuai dengan salah satu misi perusahaan yaitu untuk memaksimalkan nilai perusahaan serta
mengupayakan pertumbuhan yang berkesinambungan. Selain itu, perusahaan akan sulit untuk
bertahan dari persaingan dalam memperebutkan pasar yang semakain ketat, dan dalam jangka
panjang perusahaan akan mengalami kebangkrutan, untuk itu PT INTI (Persero) harus dapat
menjaga perolehan labanya agar tidak dapat mengalami penurunan di tahun yang akan
datang, karena penurunan laba perusahaan akan berdampak pada kelangsungan hidup
perusahaan di masa yang akan datang.

PT INTI (Persero) harus menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan


biaya operasional serta mengendalikan faktor yang dianggap dapat menurunkan perolehan
laba, agar laba yang diperoleh perusahaan di tahun yang akan datang tidak mengalami
penurunan. Laba yang di peroleh perusahaan tidak terlepas dari kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan

Pengertian Biaya

Biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak
ketiga. Dalam hal ini, biaya adalah uang tunai atau kas atau ekuivalen kas (harta non-kas
yang dapat diukur untuk barang atau jasa yang diinginkan) yang dikorbankan untuk barang
atau jasa yang diharapkan dapat memberikan laba baik masa kini maupun masa datang.

Pengertian Biaya operasional


Biaya operasional secara harafiah terdiri dari 2 kata yaitu “biaya” dan “operasional”
menurut kamus besar bahasa Indonesia, biaya berarti uang yang dikeluarkan untuk
mengadakan (mendirikan, melakukan, dan sebagainya) sesuatu; ongkos; belanja;
pengeluaran, sedangkan operasional berarti secara (bersifat) operasi; berhubungan dengan
operasi.
Biaya operasional adalah keseluruhan biaya-biaya komersil yang dikeluarkan untuk
menunjang atau mendukung kegiatan atau aktivitas perusahaan untuk mencapai sasaran yang
telah ditentukan, dan dalam arti lain biaya operasional adalah biaya yang terjadi dalam
hubungannya dengan proses kegiatan operasional perusahaan dalam usahanya mencapai
tujuan perusaaan yang lebih maksimal.

Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan,
profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham
tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada
laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainya.

Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis pada
PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) mengenai pengaruh biaya operasional
terhadap profitabilitas (ROA), maka pada bagian akhir dari penelitian ini penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan biaya operasional selama tiga tahun terakhir dari tahun 2009 sampai
2011 mengalami perubahan nilai atau cenderung mengalami peningkatan yang
signifikan, hal ini terjadi karena akibat peningkatan biaya material, tenaga kerja,
beban sewa, beban bank dan biaya lain.
2. Perkembangan tingkat profitabilitas selama tiga tahun terakhir, yaitu dari tahun 2009
samai 2011 mengalami fluktuatif, hal ini disebabkan karena biaya operasional yang
telah dikeluarkan oleh perusahaan mengalami peningkatan dan kurang mampu
memanfaatkan total asset, sehingga menurunkan peningkatan profitbilitas perusahaan.
3. Berdasarkan hasil penelitian pada persamaan regresi dan koefisien korelasi bahwa
biaya operasional dan profitabilitas (ROA) memiliki hubungan yang tidak searah, dan
berdasarkan koefisien determinasi biaya operasional memiliki pengaruh sebesar
13,6% terhadap tingkat profitabilitas, sedangkan uji t diperoleh t0 ≥ ta, sehingga dapat
disimpulkan bahwa biaya operasional berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas (ROA).

Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mengenai pengaruh biaya operasional
terhadap profitabilitas (ROA) pada PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero), maka
penulis memberikan beberapa saran yang digunakan untuk mengatasi beberapa kelemahan-
kelemahan yang ada yaitu:
1. Perusahaan diharapkan dapat mengefisiensikan biaya operasional dengan menghemat
pengeluaran dan harus lebih meningkatkan penjualan sehingga dapat memperoleh
keuntungan yang meningkat dari tahun ke tahun.
2. Untuk menghasilkan profitabilitas (ROA) yang besar, maka perusahaan harus
mengoptimalkan emua potensi total asset yang dimiliki agar mendapatkan laba yang
maksimal,
3. Hasil penelitian yang penulis lakukan antara biaya operasional terhadap tingkat
profitabilitas (ROA) pada PT INTI (Persero) hanya berpengaruh 13,6%, sedangkan
sisanya sebesar 86,4% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti, sehingga bisa
dijadikan acuan untuk peneliti selanjutnya dan sebagai bahan kajian untuk
menentukan faktor lain yang berpengaruh terhadap profitabilitas selain dari biaya
operasional.
PENGENDALIAN BIAYA OPERASIONAL PADA CV.CAHAYA BINA ANALISIS
LESTARI BANJARMASIN

Pada masa sekarang ini pemerintah sedang giat–giatnya melaksanakan pembangunan


di segala bidang, yang menitik beratkan pada bidang ekonomi, dimana sektor jasa konstruksi
listrik merupakan faktor yang sangat menunjang dalam terciptanya landasan yang kokoh
untuk membina kerangka perekonomian Indonesia atas dasar kekuatan sendiri menuju
masyarakat adil dan makmur sesuai tujuan cita–cita bangsa Indonesia.
Demikian juga perhatian terhadap pembangunan dan peningkatan jasa konstruksi dan
instalasi listrik patut mendapat tempat yang seimbang pada saat ini guna menunjang
kelancaran proses pemerataan kepada pengguna daya listrik di seluruh lapisan masyarakat.

CV. Cahaya Bina Lestari Banjarmasin merupakan perusahaan yang bergerak di


bidang pengadaan barang dan jasa konstruksi listrik. Dimana sangatlah penting kualitas
barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan harapan pengguna. Dengan memperhatikan
laporan keuangan. Di dalam pengendalian biaya masih belum sesuai dengan yang diharapkan
oleh perusahaan dalam setiap aktifitasnya. Hal ini dapat dilihat bahwa setiap tahun terjadi
kenaikan terhadap biaya operasional yang mengakibatkan bertambah nya jumlah biaya
tersebut karena harga bahan baku & biaya transportasi angkutan yang juga setiap tahun
mengalami kenaikan.

pengendalian adalah suatu proses untuk memeriksa kembali, menilai dan selalu memonitor
laporan–laporan apakah pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.
(Lowrence (2007;8))

Pentingnya Pengendalian Biaya Operasional

Pentingnya pengendalian biaya memang dapat dipahami karena untuk menjalankan


organisasi dan perusahaan memang diperlukan biaya yang tidak sedikit jumlahnya, namun
berarti tidak bisa dikendalikan. Biaya–biaya yang direalisasikan untuk operasional
perusahaan sesuai dengan perkembangan volume kegiatan perusahaan, sehingga dari
ketidaktepatan inilah biaya operasional harus diimbangi dengan langkah-langkah
pengendalian yang lengkap. Untuk menjamin upaya pelaksanaan pengendalian sesuai dengan
perencanaan, maka ada tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu:
a. Standar yang menggambarkan pelaksanaan yang dikehendaki. Standar–standar yang
seperti ini biasanya bersifat nyata atau tidak nyata, apabila setiap orang yang
bersangkutan memahami hasil yang diinginkan, maka pengendalian akan dapat
bermanfaat.
b. Perbandingan antara hasil dengan standar evaluasi ini harus dilaporkan kepada orang–
orang yang berkepentingan dengan pengendalian.
c. Tindakan koreksi laporan pengendalian tidak ditentukan apabila tindakan koreksi
diambil dan ditemukan bahwa kegiatan yang dilakukan tidak menuju arah tercapainya
suatu hasil yang sesuai dengan perencanaan

Penyusunan Anggaran Biaya Operasional


lowrence (2007;17) menyatakan bahwa periode anggaran merupakan faktor penting
dalam penyusunan rencana anggaran yang lengkap dan dalam hal ini periode anggaran dapat
disusun atas dasar sebagai berikut :
1. Anggaran jangka panjang
Anggaran jangka panjang merupakan anggaran yang disusun oleh perusahaan untuk
jangka waktu beberapa tahun misalnya 3(tiga) atau 5(lima) tahun, dalam periode atau jangka
panjang harus disusun berdasarkan prospektif (harapan) mungkin akan terjadi beberapa tahun
yang akan datang tentang jumlah laba yang dicapai.
2. Anggaran Bulanan
Anggaran bulanan merupakan anggaran yang disusun dengan terperinci untuk
kegiatan perusahaan selama satu bulan ke depan agar kegiatan perusahaan yang akan
dilaksanakan sesuai dana yang dianggarkan oleh perusahaan.
3. Anggaran Tahunan
Anggaran tahunan dibuat agar dana anggaran bulanan tidak terlalu menekan karena
aktivitas kegiatan perusahaan. Akan tetapi dalam perusahaan perkebunan hal-hal yang tidak
terjadi bisa saja menjadi masalah dalam perencanaan anggaran tahunan ataupun bulanan, tapi
hal ini ditutup dengan biaya hasil produksi.
Dari semua faktor penting diatas untuk lebih efektifnya penyusunan anggaran biaya,
maka pihak manajemen perlu mengetahui mana biaya yang terkendali. Sebab dengan
diketahuinya kedua jenis biaya tersebut, dan biaya yang ada dalam perusahaan dapat
diklasifikasi menurut kedua penggolongan biaya tersebut maka pihak manajemen akan lebih
mudah untuk menyusun anggaran.

Kesimpulan
1. Pengendalian yang telah dilakukan CV. Cahaya Bina Lestari mengenai masalah
biaya-biaya operasional yang selama ini terlihat masih belum di lakukan dengan
benar. Hal ini terlihat pada proses pengendalian yang masih belum terukur dan
konsisten. Dari hasil penelitian terlihat kenaikan pertahun dari anggaran dengan
realisasi pertahun nya sebesar 1% .
2. Pengendalian biaya operasional yang seharusnya dilakukan oleh CV.Cahaya Bina
Lestari dari kegiatan perusahaan harus terdapat dalam program target kerja secara
konsisten dan terukur. Hal ini mencakup beberapa pengendalian yang harus dilakukan
seperti klasifikasi biaya antara biaya terkendali dan biaya tidak terkendali yang
dikelompokkan dalam biaya tetap perusahaan, biaya overhead perusahaan dan biaya
variabel perusahaan. Selain itu pihak perusahaan harus melakukan analisa terhadap
biaya-biaya yang mengalami favorable dan unfavorable sehingga biaya-biaya tersebut
dapat ditekan pengeluarannya terutama untuk biaya yang mengalami unfavorable.
Saran
1. Sebaiknya pengendalian biaya pada biaya bahan bakar, biaya pembelian bahan &
biaya transportasi harus diefisiensikan kembali menyesuaikan aktivitas proyek yang
dikerjakan oleh perusahaan.
2. Dalam penyusunan anggaran pertahunnya perusahaan harus menerapkan target
anggaran yang harus lebih kecil atau seimbang dengan realisasinya, dengan
menerapkan funishment apabila terdapat penyimpangan atau pemborosan anggaran
yang dilakukan dengan sengaja.
3. Perusahaan harus menganalisa kembali dan harus mencari solusi untuk kenaikan
tahunan dalam biaya operasional meskipun kenaikan tersebut bersifat fleksibel namun
akan berdampak pada berkurangnya laba yang diperoleh oleh perusahaan.
ANALISIS VARIANS BIAYA OPERASIONAL DALAM MENGUKUR
EFEKTIVITAS
PENGENDALIAN BIAYA OPERASIONAL PT. PEGADAIAN

PT.Pegadaian (Persero) merupakan salah satu lembaga formal di Indonesia yang


bergerak dibidang jasa yang berdasarkan hukum diperbolehkan melakukan pembiayaan
dengan bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum gadai. Pada setiap kegiatan yang
dilakukan oleh PT.Pegadaian (Persero) adalah melakukan pembiayaan, kegiatan-kegiatan
pembiayaan tersebut berupa penyaluran dana atau kegiatan menawarkan/pemberian sejumlah
produk jasa non gadai kepada nasabahnya. Dalam kegiatannya pemberian produk jasa
pegadaian dikenakan biaya operasional, karena pada setiap kegiatannya terdapat biaya-biaya
tertentu yang diperlukan dalam menjalankan kegiatan operasinya.Pengendalian terhadap
biaya yang akan dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan operasinya harus bisa dikendalikan,
agar jumlah realisasi pada setiap biaya tidak melebihi anggaran, sehingga setiap tujuan yang
diharapkan perusahaan dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
memberikan judul penelitian analisis varians biaya operasional dalam mengukur efektivitas
pengendalian biaya operasional pada kantor wilayah VI PT.Pegadaian (persero) Manado.

Elemen-elemen Anggaran Operasional


Untuk perusahaan yang besar, disamping berisi ringkasan anggaran secara umum, juga
disebutkan
anggaran secara terinci dari masing-masing unit usaha, lalu penelitian dan pengembangan dan
biaya
administrasi umum. Supriyono (2000:75) mengatakan bahwa isi anggaran tersebut adalah.
1. Anggaran Pendapatan
2. Anggaran Biaya Produksi dan Biaya Penjualan
3. Biaya Pemasaran
4. Biaya Administrasi dan Umum
5. Biaya Penelitian dan Pengembangan
6. Pajak Penghasilan
Biaya Operasional
Biaya operasional atau biaya komersial merupakan biaya yang memiliki peran besar
dalam
mempengaruhi keberhasilan perusahaan mencapai tujuannya, yaitu memperoleh laba usaha.
Tanpa aktivitas operasional yang terarah maka seluruh produk yang dihasilkan tidak akan
memiliki manfaat apapun bagi perusahaan. Secara umum, biaya operasional dibagi ke dalam
2 kelompok besar, yaitu biaya pemasaran (marketing cost) dan biaya administrasi dan umum
(Dewi, 2009).
Efektivitas Operasional
Operasi yang efektif adalah operasi yang dapat memperoleh atau melampaui tujuan
yang ditetapkan dari operasi tersebut.Operasi yang efektif sangat penting bagi strategi yang
sukses.Sebuah perusahaan bisnis dapat mengukur efektivitasnya berdasarkan apakah
perusahaan tersebut telah berhasil memperoleh laba operasi yang diinginkan, mendapatkan
pangsa pasar yang ditargetkan, memperkenalkan produk-produk baru sebelum batas waktu
yang ditetapkan, atau meraih tingkat imbal hasil atas aktiva bersih (return on net assets)
seperti yang ditetapkan dalam anggaran induk (master budget) (Blocher et al, 2005:105).
Usaha Perbaikan Terhadap Varians Biaya Operasional
Berikut ini usaha-usaha perbaikan Kantor Wilayah VI PT.Pegadaian (Persero)
Manado terhadap penyimpangan biaya operasional yang terjadi, agar pengendalian biaya
perusahaan bisa berjalan efektif.
1. Biaya Bunga dan Provisi
Pada biaya bunga dan provisi terjadi kenaikan suku bunga pinjaman bank pada
kegiatan transaksi yang dilakukan. Tindakan yang harus dilakukan mengendalikan atau
mengurangi kegiatan pinjaman bank, agar supaya biaya bunga dan provisi turun.
2. Biaya Pegawai
Menyangkut biaya pegawai adanya kenaikan tarif gaji atau kenaikan tunjangan
fungsional, serta adanya penambahan biaya untuk uang perumahan pegawai.Pihak
perusahaan harus menetapkan kembali kebijakan dalam menaikan gaji atau
tunjangan.Kenaikan gaji atau tunjangan sebaiknya diberikan kepada pegawai yang kualitas
mutu kerjanya baik, dilihat dari lamanya masa kerja, atau golongan/jabatan yang dimiliki dari
setiap pegawai yang ada di perusahaan.Sehingga perusahaan tidak melakukan pemborosan.
3. Biaya Administrasi & Pemasaran
Untuk biaya administrasi dan pemasaran dipengaruhi oleh kondisi dan situasi kerja
perusahaan dimana meningkatnya kebutuhan kantor untuk biaya pencetakan SBK, biaya alat
tulis kantor, dan biaya perlengkapan kantor sehingga memerlukan pengadaan barang baru.
Perusahaan harus bisa memilih mana yang menjadi kebutuhan mendesak untuk dibeli atau
mengurangi pembelian barang/inventaris kantor dalam jumlah yang besar.
4. Biaya Umum
Biaya umum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti biaya listrik, biaya perjalanan
dinas, dan biaya sewa.Usaha perbaikan yang harus dilakukan perusahaan mengurangi
pemakaian biaya yang terlalu banyak.
5. Biaya Pendidikan & Pelatihan
Pada biaya pendidikan dan pelatihan terjadi kenaikan pada biaya diklat internal.
Perusahaan mengeluarkan biaya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan selama
berlangsungnya proses kegiatan tersebut.

Kesimpulan

1. Dalam proses penyusunan anggaran di Kantor Wilayah VI PT.Pegadaian (Persero)


Manado sudah baik, setiap bagian turut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran.
Dan untuk pengendalian terhadap biaya operasional diperusahaan pun sudah efektif,
karena adanya usaha perbaikkan yang dilakukan perusahaan pada setiap biaya yang
terjadi penyimpangan.
2. Pada tahun 2010 realisasi biaya sebesar Rp.223.364.221 melebihi dari anggaran biaya
Rp.222.758.293 yang telah ditetap sebesar 104,98%. Sedangkan untuk tahun 2011
realisasi biaya Rp.280.772.516 tidak melebihi dari anggaran yang telah ditetapkan
Rp.292.662.396 yaitu sebesar 95,93%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka diberikan saran sebagai berikut:
1. Perusahaan harus lebih meningkatkan pengendalian terhadap biaya, agar jumlah
realisasi biaya bisa dikendalikan dan tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2. Diharapkan perusahaan dapat melakukan kebijakan dalam pengurangan biaya,
membuat prioritas rencana kerja, mempertimbangkan kebutuhan yang terjadi
berdasarkan anggaran yang tersedia, serta mengevaluasi kebutuhan dan anggaran.
REFERENSI
- Modul Penganggatan Bisnis
- Anggaran perusahaan,BPFE-yogyakarta.,1979
- Ecodemica Vol II No 2 September_2014
- jurnal_49_Kindai Vol 9 No 2 2012 Suzi
- Jane I. Watania, Analisis Varians Biaya

Anda mungkin juga menyukai