Anda di halaman 1dari 11

Tugas Pertemuan 2

Nama : Regina Maya Oktaviani


NIM : SK221002

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA


Sebelum resmi menjadi bahasa nasional, bahasa Indonesia dikenal sebagai
bahasa Melayu. Bahasa Melayu termasuk rumpun bahasa Austronesia. Bahasa
Melayu juga mempunyai hubungan kekeluargaan dengan bahasa-bahasa yang
dipergunakan di daratan Asia tenggara. Pada masa lalu, bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa penghubung (lingua franca) tidak hanya di Nusantara saja,
melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu juga dipakai
sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa
perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa
yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Bahasa
Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Sudah sejak dulu
kala, bahasa Melayu itu juga dikenal oleh penduduk daerah yang bahasa sehari-
harinya bukan bahasa Melayu. Hal tersebut dibuktikan oleh adanya beberapa
prasasti yang ditemukan di daerah-daerah yang bahasa sehari-hari penduduknya
bukan bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari
peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada
batu nisan. Ketika bangsa Eropa pertama kali datang ke Indonesia, bahasa Melayu
sudah mempunyai kedudukan yang luar biasa di tengah-tengah bahasa-bahasa
daerah di Nusantara ini. Pigafetta yang mengikuti perjalanan Magelhaen
mengelilingi dunia, ketika kapalnya berlabuh di Tidore pada tahun 1521 menuliskan
kata-kata Melayu. Itu merupakan bukti yang jelas bahwa bahasa Melayu yang
berasal dari bagian barat Indonesia pada zaman itu pun sudah menyebar sampai
ke bagian Indonesia yang berada jauh di sebelah timur. Demikian juga menurut Jan
Huygen van Lischoten, pelaut Belanda yang 60 tahun kemudian berlayar ke
Indonesia, mengatakan bahwa bahasa Melayu bukan saja sangat harum namanya,
tetapi juga dianggap bahasa yang terhormat di antara bahasa-bahasa negeri timur.
Pada awal abad ke-20, perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa
Melayu mulai terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia Belanda)
mengadopsi ejaan Van Ophuijsen. Dan, pada tahun 1904, Persekutuan Tanah
Melayu (kelak menjadi Malaysia) dibawah Inggris mengadopsi Ejaan Van Ophuijsen
diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) dibantu oleh
Nawawi Soetan Makmoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Intervensi pemerintahan Kolonial Belanda semakin kuat dengan dibentuknya
Commissie voor de Volkslectuur (Balai Pustaka) pada tahun 1908. Pada tahun 1910,
komisi ini di bawah pimpinan D.A Rinkes melancarkan program Taman Poestaka
dengan membentuk perpustakaan kecil di berbagai sekolah pribumi dan beberapa
instansi milik pemerintah.
Penamaan "bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah
Pemuda. Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan
berikrar
(1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia,
(2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan
(3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang
ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa
Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia
dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945
karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan
bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi
bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia
dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan
majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkankedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara.
Apa sebab justru bahasa Melayu yang dijadikan bahasa nasional? Mengapa
bukan bahasa Jawa atau bahasa Sunda yang jumlah penuturnya meliputi hampir
seluruh penduduk Indonesia. Prof. Dr. Slametmulyana mengemukakan faktor-
faktor yang menjadi penyebabnya, sebagai berikut.
1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa Melayu. Bahasa Melayu
merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan atau bahasa
perdagangan. Dengan bantuan para pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke
seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu
menjadi bahasa penghubung antara individu.
2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, mudah dipelajari. Tak
dikenal tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Bali, atau
perbedaan pemakaian bahasa kasar dan halus seperti dalam bahasa Sunda
atau bahasa Jawa.
3. Faktor psikologis, yaitu suku bangsa Jawa dan Sunda telah dengan sukarela
menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, semata-mata
didasarkan pada keinsafan akan.
Prof. Soedjito menjelaskan secara sederhana alasan mengapa bahasa
Melayu yang dijadikan landasan lahirnya bahasa Indonesia sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca (bahasa
perhubungan) selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan
tanah air kita (Nusantara). Hal tersebut tidak terjadi pada bahasa Jawa,
Sunda, ataupun bahasa daerah lainnya.
2. Bahasa Melayu memiliki daerah persebaran yang paling luas dan
melampaui batas-batas wilayah bahasa lain meskipun penutur aslinya
tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa, Sunda, Madura, ataupun
bahasa daerah lainnya.
3. Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara
lainnya sehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing.
4. Bahasa Melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat
bahasa sehingga mudah dipelajari. Berbeda dengan bahasa Jawa, Sunda,
Madura yang mengenal tingkat-tingkat bahasa.
5. Bahasa Melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa
antarpenutur yang berasal dari berbagai daerah. Dipilihnya bahasa
Melayu menjadi bahasa persatuan tidak menimbulkan perasaan kalah
terhadap golongan yang lebih kuat dan tidak ada persaingan antarbahasa
daerah.
Tiga bulan menjelang Sumpah Pemuda, tepatnya 15 Agustus 1926, Soekarno
dalam pidatonya menyatakan bahwa perbedaan bahasa di antara suku bangsa
Indonesia tidak akan menghalangi persatuan, tetapi makin luas bahasa Melayu
(bahasa Indonesia) itu tersebar, makin cepat kemerdekaan Indonesia terwujud.
Pada zaman Belanda, ketika Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada 18 Mei 1918,
bahasa Melayu memperoleh pengakuan sebagai bahasa resmi kedua di samping
bahasa Belanda yang berkedudukan sebagai bahasa resmi pertama di dalam sidang
Dewan rakyat.
Masalah bahasa resmi muncul lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia pertama
di Solo pada tahun 1938. Pada kongres itu ada dua hal hasil keputusan penting yaitu
bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi dan bahasa pengantar dalam badan-badan
perwakilan dan perundang-undangan. Demikianlah «lahir»nya bahasa Indonesia
bukan sebagai sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit, tetapi melalui perjuangan
panjang disertai keinsafan, kebulatan tekad, dan semangat untuk bersatu. Jepang
mengajarkan bahasa Jepang kepada orang Indonesia dan bermaksud
menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda untuk digunakan
oleh orangIndonesia. Akan tetapi, usaha itu tidak dapat dilakukan secara cepat.
Oleh karena itu, untuk sementara Jepang memilih jalan yang praktis, yaitu memakai
Indonesia yang sudah tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Dalam waktu yang
pendek dan mendesak, mereka harus beralih dari bahasa Belanda ke bahasa
Indonesia. Selain itu, semua pegawai negeri dan masyarakat luas yang belum
paham akan bahasa Indonesia, secara cepat dapat memahami bahasa Indonesia.
Waktu Jepang menyerah, tampak bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan makin kuat kedudukannya.

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa-bahasa di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahasa
persatuan dan bahasa negara, bahasa daerah, dan bahasa asing. Yang dimaksud
dengan bahasa persatuan dan bahasa negara adalah bahasa Indonesia.
A. Bahasa Indonesia
Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi
yang sangat penting.
a) Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan. Hal
ini tercantum dalam Sumpah pemuda (28-10-1928). Ini berarti bahwa
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa Nasional. Kedudukanya
berada di atas bahasa-bahasa daerah.
Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Nasional, bahasa Indonesia memiliki
beberapa fungsi sebagai berikut.
1. Lambang Kebanggaan Bangsa
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai luhur yang mendasari perilaku
bangsa Indonesia.
2. Lambang Identitas Nasional
Bahasa Indonesia mewakili jatidiri bangsa Indonesia, selain bahasa Indonesia
terdapat pula lambang identitas nasional yang lain yaitu bendera Merah-
Putih dan lambang negara Garuda Pancasila.
3. Alat Perhubungan Antarwarga, Antardaerah, dan Antarbudaya Indonesia
adalah negara yang memiliki keragaman geografi, suku, dan budaya.
4. Alat Pemersatu Bangsa
Mengacu pada keragaman yang ada pada Indonesia dari suku, agama, ras,
dan budaya, bahasa Indonesia dijadikan sebagai media yang dapat membuat
semua elemen masyarakat yang beragam tersebut ke dalam sebuah
persatuan.

b) Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa negara.


Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi.
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan Bahasa
Indonesia memiliki fungsi vital di dunia pendidikan di Nusantara ini.
3. Bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional
Dalam hal ini bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat
komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan
bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah, dan antarsuku,
melainkan juga sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang
sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
4. Bahasa Indonesia sebagai alat pengembang kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi.

B. Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa-bahasa suku yang ada di Indonesia. Bahasa ini
jumlahnya sangat banyak dan digunakan menyebar di seluruh daerah di Indonesia.
Dalam hubungan dengan kedudukan bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi
sebagai
1) lambang kebanggaan daerah,
2) lambang identitas daerah,
3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah,
4) sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia, serta
5) pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia.

C. Bahasa Asing
Bahasa asing berfungsi sebagai
1) alat perhubungan antarbangsa dan
2) sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Bahasa-bahasa asing tertentu di Indonesia juga dapat memiliki fungsi lain. Bahasa
Inggris, misalnya, merupakan bahasa asing yang diutamakan sebagai sumber
pengembangan bahasa Indonesia, terutama dalam kaitannya dengan
pengembangan tata istilah keilmuan. Sementara itu, bahasa Arab berfungsi sebagai
bahasa keagamaan dan budaya Islam.

Pembakuan Bahasa Indonesia


Ragam Bahasa
A. Ragam bahasa menurut penuturnya
1. Dialek atau logat adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif yang berada di suatu tempat. Bahasa yang menyebar
luas selalu mengenal logat. Logat yang paling menonjol yang mudah
diamati ialah lafal . Logat Indonesia yang dilafalkan oleh orang Tapanuli
dapat dikenali, misalnya karena tekanan kata yang amat jelas. Ciri-ciri
khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya
bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda beda.
2. Ragam Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewamai penggunaan
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok
penutur berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan yang
digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan, terutama
dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing.
3. Dialek sosial (sosiolek)
Dialek sosial terdiri atas vulgar, slang, jargon, dan argot.
i. Ragam bahasa vulgar adalah variasi bahasa yang digunakan oleh orang
yang tidak terpelajar. Contohnya bahasa kalangan buruh angkut di
pelabuhan. b. Slang adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
kalangan tertentu yang terbatas dan bersifat rahasia. Contohnya
bahasa yang digunakan oleh kalangan gay atau transgender, bahasa
copet.
ii. Jargon adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial
tertentu yang bersifat tidak rahasia karena masyarakat umum juga
kadang dapat memahaminya. Contohnya bahasa yang digunakan oleh
awak kendaraan umum atau angkot, bahasa nelayan.
iii. Argot adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kalangan (profesi)
tertentu sebagai kode rahasia. Contohnya bahasa yang digunakan
polisi dan intelijen.
B. Ragam bahasa menurut cara berkomunikasi
Macam-macam ragam bahasa dilihat dari cara berkomunikasi dibagi menjadi
dua, yaitu seperti dibawah ini.
1) Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh
alat ucap (organ of speech). Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus
memperhatikan beberapa hal seperti tata bahasa. kosakata, dan lafal
dalam pengucapannya. Dalam hal inidengan memperhatikan hal-hal
tersebut, pembicara dapat mengatur tinggi rendah suara atau
tekanan yang dikeluarkan, mimik/ekspresi muka yang ditunjukkan,
serta gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide sang
pembicara. Contoh ragam lisan, yakni meliputi hal-hal berikut ini.
a. Ragam bahasa cakapan
b. Ragam bahasa pidato
c. Ragam bahasa kuliah
d. Ragam bahasa panggung
2) Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam
ragam bahasa tulis, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti
tata cara penulisan (ejaan), di samping aspek tata bahasa dan
pemilihan kosakata. Dalam hal ini kita dituntut untuk tepat dalam
pemilihan unsur tata bahasa seperti bentuk kata, susunan kalimat,
pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan juga penggunaan
tanda baca dalam mengungkapkan ide kita. Contoh ragam tulis di
bawah ini.
a) Ragam bahasa teknis
b) Ragam bahasa undang-undang
c) Ragam bahasa catatan

C. Ragam bahasa menurut topik pembicaraan


1. Ragam Sosial
Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam
lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.d) Ragam
bahasa surat.
2. Ragam Fungsional
Ragam fungsional (profesional) adalah ragam bahasa yang
dikaitkan dengan profesi, lembaga, lungkungan kerja, atau
kegiatan tertentu lainnya.
3. Ragam Jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh
dunia persuratkabaran (dunia pers = media massa cetak).
4. Ragam Sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif,
lentur, konotatif, kreatif, dan inovatif.
5. Ragam Politik dan Hukum
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam
rangka menata dan mengatur kehidupan masyarakat.
D. Ragam bahasa menurut segi keformalannya
1. Ragam beku (frozen)
Ragam beku adalah ragam bahasa paling formal, yang digunakan pada
situasi sangat khidmat dalam acara-acara atau dokumen kenegaraan.
2. Ragam formal/resmi
Ragam formal adalah variasi bahasa yang digunakan pada situasi resmi,
seperti kedinasan, forum ilmiah, dunia pendidikan, dan perundangan–
undangan. Ciri-ciri ragam bahasa resmi adalah sebagai berikut.
a. Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten.
b. Menggunakan imbuhan secara lengkap.
c. Menggunakan kata ganti resmi.
d. Menggunakan kata baku.
e. Menggunakan ejaan baku (PUEBI).
f. Menghindari unsur kedaerahan.
3. Ragam tidak resmi
Ragam tidak resmi adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
tidak resmi, seperti dalam percakapan santai, di pasar/toko.
4. Ragam akrab
Ragam bahasa ini biasa digunakan penutur dengan orang sudah akrab,
seperti perbincangan di keluarga, atau dengan sahabat karibnya.
Pembakuan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia baku mempunyai keunggulan dalam dua hal,


yaitu keunggulan jangkauan wilayah penggunaan dan waktu
penggunaan. Dengan keunggulan jangkauan wilayah penggunaan,
bahasa Indonesia baku dapat digunakan pada wilayah yang sangat luas.
Bahasa Indonesia dapat dituturkan dan dimengerti oleh semua orang
Indonesia di mana pun mereka tinggal. Dengan keunggulan waktu
penggunaan, bahasa Indonesia baku dapat digunakan dalam kurun
waktu yang relatif lama.
Selain itu, masih ada beberapa ciri bahasa Indonesia baku.
Pertama, Bahasa Indonesia baku memiliki kemantapan dinamis. Kedua,
bahasa Indonesia baku memiliki ciri cendekia. Artinya bahasa Indonesia
baku mencerminkan cara berpikir yang teratur, logis, dan sistematis.
Proses pencendekiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan iptek,
yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing , harus dapat
ditranfer lewat buku berbahasa Indonesia. Ketiga, pembakuan dilakukan
pada kaidah bahasa. Baku atau standar berpraanggapan adanya
keseragaman. Proses pembakuan dalam taraf tertentu berarti proses
penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau
penyeragaman variasi bahasa.

Bahasa Indonesia baku mendukung empat fungsi, yaitu:


1. Fungsi Pemersatu
Bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek
bahasa. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka
menjadi satu masyarakat bahasa.
2. Fungsi pemberi kekhasan
Bahasa baku memperkuat identitas nasional. Bahasa Indonesia
berbeda dengan bahasa Malaysia, bahasa Melayu di Singapura, dan
Brunei Darussalam.
3. Fungsi pembawa kewibawaan
Bahasa Indonesia baku membawa wibawa atau prestise. Penutur yang
mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh
wibawa di mata orang lain karena terpelajar.
4. Fungsi sebagai pemberi acuan
Bahasa baku menjadi acuan atau tolok ukur bagi betul tidaknya
pemakaian bahasa seseorang.
Dengan demikian, penyimpangan dari norma atau kaidah dapat dinilai.
Pembakuan bahasa Indonesia meliputi bidang pelafalan, pembentukan kata,
kalimat, kosakata, dan ejaan. Dan di bidang kosakata, telah terbit Pedoman Umum
Pembentukan Istilah dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang
diajarkan dan dikembangkan di dunia pendidikan inilah yang akan menjadi ragam
bahasa Indonesia baku sebagai ragam bahasa yang tinggi derajatnya.
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai
dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan
bicara, dan sesuai dengan topik pembicaraan. Mengajar, ceramah, khotbah, pidato
kenegaraan merupakan beberapa contoh komunikasi lisan yang termasuk dalam
situasi resmi. Bentuk tuturan tulis yang termasuk dalam situasi resmi, diantaranya
surat menyurat resmi, skripsi, tesis, disertasi , laporan resmi. Suatu informasi
tertulis yang disampaikan pada khalayak , dipasang di tempat umum, termasuk
bentuk resmi.
Adapun berbahasa Indonesia yang benar adalah berbahasa Indonesia yang
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa yang harus diperhatikan
oleh para pemakai mencakupi lima aspek, yaitu tata bunyi , tata bahasa , kosa kata
,ejaan, dan makna.
Sebaliknya, terkadang pula mungkin kita menggunakan bahasa yang benar
yang penerapannya tidak baik karena situasi mensyaratkan ragam bahasa yang
baku.

Anda mungkin juga menyukai