INDONESIA
STIKES DARUL AZHAR
BATULICIN
1. SEJARAH PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA
Peninggalan-peninggalan yang menjadi bukti sejarah keberadaan
bahasa Melayu di Kepulauan Nusantara adalah sebagai berikut:
• Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada 683 M.
• Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada 684 M.
• Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada 686 M.
• Prasasti Karang Brahi, antara Jambi dan Sungai Musi, pada 688 M.
• Prasasti Gandasuli, di Jawa Tengah, pada 832 M.
• Prasasti Bogor, di Bogor, pada 942 M.
Fungsi Bahasa Melayu pada Zaman Sriwijaya:
1. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-
buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra.
2. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan (lingua franca)
antar suku di Indonesia.
3. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, terutama di
sepanjang pantai, baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun bagi
pedagang-pedagang yang datang dari luar Indonesia.
4. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.
2. PERESMIAN NAMA
BAHASA INDONESIA
Bahasa persatuan
Bahasa negara
Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928 Bahasa resmi
Bahasa penghubung
antar individu
Bahasa pengantar di
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku semua sekolah di
bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia; Indonesia
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia;
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
3. BAHASA MELAYU DIANGKAT MENJADI
BAHASA INDONESIA
1) 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van Ophuijsen dan
dimuat dalam kitab logat Melayu;
2) 1908 Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan “
Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), 1917 diubah
menjadi Balai Pustaka;
3) 28 Oktober 1928 para pemuda pilihan memancangkan tonggak yang
kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia (hari lahirnya ‘Sumpah
Pemuda’);
4) 1933 berdirinya Pujangga Baru dipimpin oleh Sultan Takdir Alisyahbana
dan kawan-kawan;
5) 25-28 Juni 1938 Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Hasilnya berupa
usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan
secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan kita saat itu;
6) 18 Agustus 1945 ditandatangani Undang-Undang Dasar 1945, yang salah
satu pasalnya (pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara;
7) 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya;
8) 28 Oktober – 2 November 1954 Kongres Bahasa Indonesia II di Medan
yang merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus
menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai
bahasa nasional dan ditetapkan sebagai bahasa negara;
9) 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan penggunaan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan;
10) 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah;
11) 28 Oktober – 2 November 1978 Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta
dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda yang kelima puluh;
12) 21- 26 November 1983 Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta dalam
rangka peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke 55;
13) 28 Oktober – 3 November 1988 Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta,
ditandai dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni berupa
(1) Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan (2) Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia;
14) 28 Oktober – 2 November 1993 Kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta. Mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta
mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia;
15) 26 – 30 Oktober 1998 Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia.
Mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
BATASAN BAHASA INDONESIA
Apakah Sebenarnya Bahasa Indonesia?
Prof. Dr. A. Teeuw (sarjana Belanda):
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang dibuat, dimufakati, dan diakui serta
digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia sehingga sama sekali bebas dari
unsur-unsur bahasa daerah yang belum umum dalam bahasa kesatuan.
BATASAN BAHASA INDONESIA
Apakah Sebenarnya Bahasa Indonesia?
Prof. Dr. R.M. Ng. Purbatjaraka:
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang sejak kejayaan Sriwijaya telah menjadi
bahasa pergaulan atau lingua franca di seluruh Asia Tenggara.
BATASAN BAHASA INDONESIA
Pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia atas pertimbangan secara
politik, ekonomi, dan kebahasaan, antara lain:
1) Bahasa Melayu telah tersebar luas di seluruh Indonesia;
2) Bahasa Melayu diterima oleh semua suku di Indonesia, karena telah dikenal
dan digunakan sebagai bahasa pergaulan, tidak lagi dirasakan sebagai bahasa
asing;
3) Bahasa Melayu bersifat demokratis; maksudnya tidak membeda-bedakan
tingakatan dalam pemakaian, sehingga meniadakan sifat feodal dan
memudahkan orang memelajarinya;
4) Bahasa Melayu bersifat reseptif; artinya mudah menerima masukan dari
bahasa daerah lain dan bahasa asing sehingga mempercepat perkembangan
bahasa Indonesia di masa mendatang.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
SIKAP PENUTUR BAHASA
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan Republik
Indonesia.
Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada :
1) ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: “Kami poetra dan
poetri Indonesia mendjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia,” dan
2) Undang-Undang Dasar 1945 yang didalamnya tercantum pasal
khusus yang menyatakan bahwa “bahasa negara ialah bahasa
Indonesia.” (BAB XV, Pasal 36)
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
SIKAP PENUTUR BAHASA
Alasan lain Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan
Republik Indonesia didasari patokan-patokan:
1) Jumlah penutur;
2) Luas penyebaran; dan
3) Peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
SIKAP PENUTUR BAHASA
1) Jumlah penutur
Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, jumlah penuturnya tidak sebanyak
bahasa Jawa atau Sunda. Akan tetapi, jika pada jumlah itu ditambahkan
penutur dwibahasawan yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pertama atau bahasa kedua, kedudukannya dalam deretan jumlah
penutur berbagai bahasa di Indonesia ada di peringkat pertama.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
SIKAP PENUTUR BAHASA
1) Jumlah penutur
Jumlah penutur asli bahasa Indonesia lambat-laun akan bertambah.
Pertambahan itu disebabkan oleh berbagai hal:
a. arus pindah ke kota besar, seperti Jakarta, yang merupakan rumpunan pendatang
yang berbeda-beda bahasa ibunya, menciptakan keperluan akan alat perhubungan
bersama. Jika orang itu menetap, anak-anaknya tidak jarang akan dibesarkan
dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertamanya;
b. Perkawinan antarsuku sering mendorong orang tua untuk berbahasa Indnesia
dengan anaknya. Hal itu terjadi jika kedua bahasa daerah yang dipakainya
banyak perbedaannya;
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
SIKAP PENUTUR BAHASA
c. Bertalian dengan patokan dua di atas, generasi muda golongan warga negara
yang berketurunan asing ada yang tidak lagi merasa perlu menguasai bahasa
leluhurnya. Anaknya akan dididik dengan bahasa Indonesia atau bahasa
daerah yang dipakai di lingkungannya;
d. Orang tua masa kini, yang sama atau berbeda latar budayanya, ada yang
mengambil keputusan untuk menjadikan anaknya penutur asli bahasa
Indonesia.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
SIKAP PENUTUR BAHASA
2) Luas Penyebaran
Sebagai bahasa setempat, bahasa itu dipakai orang di daerah pantai timur
Sumatra, di Kepulauan Riau dan Bangka, serta di daerah pantai
Kalimantan.
Jenis kreol bahasa Melayu-Indonesia, yakni Melayu-Indonesia
bercampur dengan bahasa setempat, didapati di Jakarta dan sekitarnya:
Manado, Ternate, Ambon, Banda, Larantuka, dan Kupang.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
SIKAP PENUTUR BAHASA
Sebagai bahasa asing, bahasa Indonesia dipelajari di luar negeri
seperti di Amerika Serikat, Australia, Belanda, Ceko, Cina, Filipina,
India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Korea, Prancis, Rusia, dan Selandia
Baru. Belum lagi bahasa Malaysia dan bahasa Melayu di Singapura dan
Brunei Darussalam yang jika ditinjau dari sudut pandangan ilmu bahasa,
merupakan bahasa yang sama juga dengan bahasa Indonesia.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
SIKAP PENUTUR BAHASA
3) Peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya.
Menunjukkan bahwa bahasa Indonesia telah benar-benar menjadi satu-
satunya wahana bahasa Indonesia telah benar-benar menjadi satu-satunya
wahana dalam penyampaian ilmu pengetahuan serta media untuk
pengungkapan seni sastra dan budaya bagi semua warga Indonesia dengan
latar belakang budaya serta bahasa daerah yang berbeda-beda.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
SIKAP PENUTUR BAHASA
Dari ketiga patokan di atas, bahasa Indonesia mempunyai kedudukan
yang lebih penting daripada bahasa daerah. Kedudukannya yang penting itu
sekali-kali bukan karena mutunya sebagai bahasa, bukan karena besar-
kecilnya jumlah kosa katanya atau keluwesan dalam tata kalimatnya, dan
bukan pula karena kemampuan daya ungkapnya.
Di dalam sejarah, pemilihan suatu bahasa sebagai lingua franca, yakni
bahasa perantara orang yang latar budayanya berbeda, bahasa kebangsaan,
atau bahasa internasional tidak pernah dibimbing oleh pertimbangan
linguistik, logika, atau estetika, tetapi selalu oleh patokan politik, ekonomi,
dan demografi.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
FUNGSI BAHASA INDONESIA
I.Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara
pada 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945
disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa “bahasa negara
ialah bahasa Indonesia.” (BAB XV, Pasal 36).
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
FUNGSI BAHASA INDONESIA
I.Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Dengan berlakunya Undang-Undang Dasar 1945, bertambah pula
kedudukan bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa resmi.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
FUNGSI BAHASA INDONESIA
I.Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun tulis.
Dokumen-dokumen, undang-undang, peraturan-peraturan, dan surat-
menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan instansi kenegaraan lainnya
ditulis dalam bahasa Indonesia.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
FUNGSI BAHASA INDONESIA
I.Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Pidato-pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan dalam bahasa
Indonesia. Hanya dalam kondisi tertentu saja, demi komunikasi internasional
(antarbangsa dan antarnegara), kadang-kadang pidato kenegaraan ditulis dan
diucapkan dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris.
Warga masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan dengan
upacara dan peristiwa kenegaraan harus menggunakan bahasa Indonesia.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
FUNGSI BAHASA INDONESIA
I.Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Pidato-pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan dalam bahasa
Indonesia. Hanya dalam kondisi tertentu saja, demi komunikasi internasional
(antarbangsa dan antarnegara), kadang-kadang pidato kenegaraan ditulis dan
diucapkan dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris.
Warga masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan dengan
upacara dan peristiwa kenegaraan harus menggunakan bahasa Indonesia.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
FUNGSI BAHASA INDONESIA
I.Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Untuk melaksanakan fungsi sebagai bahasa negara, bahasa perlu
senantiasa dibina dan dikembangkan. Penguasaan bahasa Indonesia perlu
dijadikan salah satu faktor yang menentukan dalam pengembangan
ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan atau pegawai baru, kenaikan
pangkat, maupun pemberian tugas atau jabatan tertentu kepada seseorang.
Fungsi ini harus diperjelas dalam pelaksanaannya sehingga dapat menambah
kewibawaan bahasa Indonesia.
HAKEKAT KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
FUNGSI BAHASA INDONESIA
Oral / lisan
Verbal
Tertulis
Bahasa
Isyarat / gerakan
sebagai alat
komunikasi
Ekspresi wajah
Nonverbal
Kontak mata
Sentuhan
HAKEKAT BAHASA
BAGAN PROSES KOMUNIKASI
Tindakan Decoding
HAKEKAT BAHASA
Kridalaksana, menyatakan bahwa bahasa itu :
1) Sebuah sistem;
2) Berwujud lambang;
3) Berupa bunyi;
4) Bersifat arbitrer;
5) Bermakna;
6) Bersifat konvensional;
HAKEKAT BAHASA
7) Bersifat unik;
8) Bersifat universal;
9) Bersifat produktif;
10) Bervariasi;
11) Bersifat dinamis;
12) Berfungsi sebagai alat interaksi sosial;
13) Identitas penuturnya
HAKEKAT BAHASA
1) Sebuah sistem;
Sistem dalam kehidupan sehari-hari = ‘cara’ atau ‘aturan’
Sistem dalam kaitan dengan keilmuan =
“susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna
atau berfungsi”
HAKEKAT BAHASA
Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur
tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan.
Contoh:
Kata, selain dikaji dalam bidang morfologi juga dikaji dalam bidang sintaksis.
Dalam morfologi kata menjadi satuan terbesar, karena dikaji struktur dan
proses pembentukannya.
Dalam sintaksis kata menjadi satuan terkecil, karena dikaji sebagai unsur
pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar.
HAKEKAT BAHASA
Kajian linguistik dibagi dalam tataran: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,
dan leksikon.
Tataran morfologi sering digabung dengan tataran sintaksis disebut dengan
tataran gramatika, atau tata bahasa.
Di atas semua tataran ada tataran pragmatik, yaitu kajian yang memelajari
penggunaan bahasa dengan pelbagai aspeknya, sebagai sarana komunikasi verbal
bagi manusia.
HAKEKAT BAHASA
Kajian linguistik dibagi dalam tataran: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,
dan leksikon.
Tataran morfologi sering digabung dengan tataran sintaksis disebut dengan
tataran gramatika, atau tata bahasa.
Di atas semua tataran ada tataran pragmatik, yaitu kajian yang memelajari
penggunaan bahasa dengan pelbagai aspeknya, sebagai sarana komunikasi verbal
bagi manusia.
HAKEKAT BAHASA
Bagan hierarkial
subsistem bahasa :
wacana
kalimat
klausa
sintaksis
frase
kata
morfologi
morfem
fonem
fonologi
fon
HAKEKAT BAHASA
2) Berwujud lambang
Contoh:
Bendera kuning selain melambangkan ada kematian juga di pakai menjadi
lambang kepresidenan.
Gambar padi dan kapas melambangkan asas keadilan sosial.
HAKEKAT BAHASA
2) Berwujud lambang
Contoh:
Lambang bahasa berwujud bunyi <kuda> dengan rujukannya
yaitu seekor binatang berkaki empat yang biasa dikendarai.
<kuda> dalam bahasa Indonesia;
<jaran> dalam bahasa Jawa;
<horse> dalam bahasa Inggris;
<paard> dalam bahasa Belanda.
HAKEKAT BAHASA
2) Berwujud lambang
Sinyal (signal) atau isyarat = tanda yang disengaja yang dibuat oleh pemberi
sinyal agar si penerima sinyal melakukan sesuatu. Sinyal bersifat imperatif.
Contoh: lampu lalu lintas dengan warna merah, hijau, dan kuning adalah sinyal
yang harus dipatuhi oleh pengemudi. Bila lampu berwarna merah yang semula
berwarna kuning menjadi isyarat atau sinyal bagi si pengemudi untuk
menghentikan kendaraannya; dan bila lampu berwarna hijau yang tadinya
berwarna merah menjadi isyarat bagi si pengemudi untuk segera menjalankan
kendaraannya.
HAKEKAT BAHASA
2) Berwujud lambang
Jadi, persamaan dan perbedaan antara tanda, lambang, dan sinyal :
Persamaan = termasuk “tanda”
Perbedaan = - tanda bersifat alami (ada asap tandanya ada api)
- lambang bersifat konvensi (gambar padi dan kapas lambang
keadilan sosial)
- sinyal bersifat imperatif (warna merah pada lampu lalu lintas
melambangkan “bahaya”, tetapi pada saat menyala setelah warna
kuning merupakan isyarat bagi pengemudi untuk berhenti.
HAKEKAT BAHASA
2) Berwujud lambang
Contoh:
Lihat buku Linguistik Umum, Abdul Chaer, halaman 41
HAKEKAT BAHASA
2) Berwujud lambang
Contoh:
Lihat buku Linguistik Umum, Abdul Chaer, halaman 41.
Kode = memiliki ciri, adanya sistem, baik yang berupa simbol,
sinyal, maupun gerak isyarat yang dapat mewakili pikiran,
perasaan, ide, benda, dan tindakan yang disepakati untuk maksud
tertentu.
Contoh:
Lihat buku Linguistik Umum, Abdul Chaer, halaman 42.
1. Sebuah
Sistem
13. Identitas 2. Berwujud
Penuturnya. Lambang
12. Berfungsi
sebagai Alat
3. Berupa
Interaksi Sosial Bunyi
5. Bahasa
10. Bervariasi itu
Bermakna
9. Bersifat 6. Bersifat
Produktif Konvensional
8. Bersifat 7. Berisfat
Universal Unik
BATASAN RAGAM BAHASA
Pengertian
Jenis
• Dalam pendahuluan KBBI, ragam bahasa
adalah varian dari sebuah bahasa menurut
pemakaian.
• Ragam bahasa berbeda dengan dialek yaitu
varian dari sebuah bahasa menurut
pemakai.
• Variasi tersebut bisa berbentuk dialek,
aksen, laras, gaya, atau berbagai
variasi sosiolinguistik lain, termasuk
Jenis
Aksen (musik) Aksen
Logat adalah cara
mengucapkan kata (aksen) atau
lekuk lidah yang khas, yang
dimiliki oleh masing-
masing orang sesuai dengan asal
Stres (linguistik), suku kata sebuah kalimat yang diucapkan dengan daerah ataupun suku bangsa.
penekanan terbanyak. Logat dapat mengidentifikasi
Logat, alunan nada yang dimiliki oleh masing masing orang sesuai asal lokasi dimana pembicara berada,
status sosial-ekonomi, dan lain
daerah mereka sendiri sendiri.
lainnya.
Aksen (musik), penekanan pada nada dalam musik
Joos, seorang ahli linguistik (bahasa Inggris: register)
membagi lima laras bahasa adalah ragam bahasa yang
menurut derajat digunakan untuk suatu tujuan atau
keformalannya, yaitu : pada konteks sosial tertentu.
beku (frozen)
Pengertian
Ragam konsultatif digunakan
resmi (formal) dalam pembicaraan yang
terpusat pada transaksi atau
konsultatif Jenis L pertukaran informasi seperti
(consultative) ar dalam percakapan di sekolah
as dan di pasar.
akrab Ragam santai digunakan dalam
santai (casual) suasana tidak resmi dan dapat
(intimate)
digunakan oleh orang yang
Ragam beku digunakan pada situasi hikmat dan sangat belum tentu saling kenal dengan
sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab akrab.
suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan Ragam akrab digunakan di
pidato. antara orang yang memiliki
Ragam resmi digunakan dalam komunikasi resmi hubungan yang sangat akrab dan
seperti pada pidato resmi, rapat resmi, dan jurnal intim.
ilmiah.
I. Segi Nonbahasa
Cabang linguistik yang mempelajari
ragam bahasa seperti dialek, aksen,
a. Berdasarkan pengarang laras, dll.
Ilmu ini juga mencoba menerangkan alasan
b. Berdasarkan Masa pemilihan ragam bahasa yang digunakan
oleh individu atau kelompok sosial
c. Berdasarkan Medium tertentu, produksi dan penerimaan makna,
Pengertian
analisis wacana, serta kritik sastra .
d. Berdasarkan Subyek
G
e. Berdasarkan Tempat Jenis a
Gaya atau khususnya gaya bahasa
y dikenal dalam retorika dengan istilah
f. Berdasarkan Hadirin a style. Kata style diturunkan dari kata
c. berdasarkan Latin stiliis, yaitu semacam alat untuk
struktur kalimat menulis pada lempengan lilin.
g. Berdasarkan Tujuan Keahlian menggunakan alat ini akan
mempengaruhi jelas tidaknya tulisan
berdasarkan langsung pada lempengan tadi.
II. Segi Bahasa
tidaknya makna hubungan yang sangat akrab dan
intim.
a. berdasarkan pilihan kata
Ilmu untuk mempelajari gaya disebut
Stilistika
b. berdasarkan nada yang terkandung dalam
wacana
Bahasa prokem Variasi sosial yang bersifat khusus dan
rahasia. Artinya, variasi ini digunakan oleh
Bahasa yang pernah populer kalangan tertentu yang sangat terbatas,
digunakan dalam pergaulan dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di
anak muda Jakarta pada era luar kelompok itu.
tahun 80-an hingga awal
90-an.
Pengertian
Ciri-ciri:
Kehadiran bahasa prokem itu
dapat dianggap wajar karena Sl 1) Kosakata yang digunakan dalam
sesuai dengan tuntutan Jenis a slang selalu berubah-ubah;
perkembangan nurani anak usia n 2) Bersifat temporal;
remaja. Masa hidupnya terbatas 3) Lebih umum digunakan oleh para
sesuai dengan perkembangan
g kaula muda, meski kaula tua pun
usia remaja. Selain itu, ada pula yang menggunakannya;
pemakainnya pun terbatas pula
di kalangan remaja kelompok
usia tertentu dan bersifat tidak Jadi, kehadirannya di dalam
resmi. Jika berada di luar pertumbuhan bahasa Indonesia
lingkungan kelompoknya, ataupun bahasa daerah tidak Contoh : Doku (Duit), Mokat
bahasa yang digunakannya perlu dirisaukan karena bahasa (Mati), Mokal (Malu), Rokum
itu masing-masing akan tumbuh
beralih ke bahasa lain yang (Rumah), Rokar (Rokok),
berlaku secara umum di dan berkembang sendiri sesuai
dengan fungsi dan Sedokur (Saudara), Nyokap
lingkungan masyarakat tempat (Ibu), Bokap (Bapak), Pokis
mereka berada. keperluannya masing-masing.
(Pisau)
Variasi sosial yang digunakan secara
terbatas pada profesi-profesi tertentu dan
Pengertian bersifat rahasia. Letak kekhususan Argot
pada kosakatanya. Argot sering digunakan
dalam dunia kejahatan (pencuri, tukang
copet)
3)
• Pengertian
Ragam • Ciri-ciri
Bahas
a
Ilmiah
1) RAGAM PANDANGAN
PENUTUR
a. Daerah / Logat
Ragam ini disebut langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada sikap
penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau terhadap pembacanya.
Sikapnya dipengaruhi : umur dan kedudukan orang yang disapa, tingkat
keakraban antarpenutur, pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan
tujuan penyampaian informasinya.
Ragam bahasa menurut sikap penutur berhadapan dengan sikap : kaku resmi,
adab, dingin, hambar, hangat, akrab, dan santai.
Misalnya: gaya bahasa jika memberikan laporan kepada atasan, atau jika
memarahi orang, membujuk anak, menulis surat kepada kekasih, atau
mengobrol dengan sahabat karib.
Kemahiran dalam menggunakan gaya bahasa harus diraih lewat pelatihan dan
pengalaman. Untuk mencapai maksud itu diperlukan kematangan,
kepekaan, dan kearifan yang memungkinkan si penutur mengamati dan
mencontoh gaya orang yang dianggapnya cocok pada suasana tertentu.
1) RAGAM PANDANGAN
PENUTUR
Idiolek
Sosiolek /
Dialek
dialek sosial
Kronolek /
dialek
temporal
1) RAGAM PANDANGAN
PENUTUR
Idiolek
Berkenaan dengan
Variasi bahasa yang “warna” suara, pilihan
bersifat perseorangan kata, gaya bahasa,
susunan kalimat.
1) RAGAM PANDANGAN
PENUTUR
Dialek
Biasanya
digunakan oleh
para pengemis.
2) RAGAM JENIS PEMAKAIAN
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau
fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register
a. Ragam bahasa menurut sudut pandang atau pokok pembicaraan.
Dibagi atas:
# Ragam lisan / ujaran
# Ragam tulisan
c. Ragam yang mengalami gangguan pencampuran
Disebut juga interferensi = perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan unsur-
unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.
Interferensi = pengacauan, kekacauan, kekeliruan yang terjadi sebagai akibat
terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.
Misalnya penggunaan serpihan kata, frase, dan klausa di dalam kalimat:
-Mereka akan married bulan depan
-Nah karena saya sudah kadhung apik sama dia, ya saya tanda tangani saja (Nah
karena saya sudah benar-benar baik dengan dia, ya saya tanda tangani saja)
-Yah apa boleh buat, better laat dan noit (Yah apa boleh buat, lebih baik terlambat
daripada tidak sama sekali)
Ilmiah
Ragam
Bahasa
Filosof Sastra