Anda di halaman 1dari 10

PERTEMUAN I

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

1. SUMBER BAHASA INDONESIA


Apabila ingin membicarakan perkembangan bahasa Indonesia, mau tidak mau kita harus
membicarakan bahasa Melayu sebagai sumber bahasa Indonesia yang dipergunakan
sekarang. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak
dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di kepulauan
Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.

1.1 Dasar Pembentukan Bahasa Indonesia


Saudara, bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan tetapi pasti, berkembang dan
tumbuh terus. Pada waktu akhir-akhir ini perkembangannya itu menjadi demikian
pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi bahasa modern, yang kaya akan
kosakata dan mantap dalam struktur. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari
bahasa Melayu, yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua
franca), bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia
Tenggara. Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini berasal dari bahasa Melayu yang
pada awalnya adalah salah satu bahasa daerah diantara berbagai bahasa daerah di
kepulauan Indonesia. Bahasa Melayu sebagai bahasa daerah dituturkan oleh suku Melayu
yang mendiami pesisir Timur pulau Sumatera, Semenanjung Malaka, dan pesisir Barat
Kalimantan. Oleh Steinhaver (1991; 195), dinyatakan bahwa bahasa Melayu merupakan
bahasa yang kurang berarti. Di Indonesia, bahasa itu diperkirakan hanya dipahami oleh
penduduk kepulauan Riau Lingga dan penduduk pantai di seberang Sumatera.
Jika dibandingkan dengan bahasa lain di kepulauan nusantara ini, baik dari segi
penutur maupun penduduk budaya, bahasa Melayu jauh ketinggalan. Namun, bahasa ini
mengalami perkembangan yang cukup pesat, mampu mengguling bahasa-bahasa daerah
lain untuk mendapatkan predikat yang terhormat, yakni menjadi bahasa nasional dan
bahasa negara bagi negeri/bangsa yang serba keberagaman dan kemajemukan.
Para ahli bahasa mengemukakan berbagai alasan-alasan tentang proses
perkembangan bahasa Melayu hingga menjadi bahasa Indonesia. Proses perkembangan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia (nasional) didasari beberapa faktor yakni :
a. Bahasa Melayu Mempunyai Sejarah Pandang sebagai Lingua franca
Husein (1983) menyebutkan bahwa jauh sebelum Negara Republik Indonesia
lahir, bahasa Melayu telah menjadi bahasa Melayu yang telah menjadi bahasa pergaulan
(Lingua franca) di kepulaun Nusantara, baik antarwarga suatu suku atau etnik (norma
intratnik). Maupun sebagai bahasa pergaulan antar suku bangsa (norma supraetnik),
bahkan bahasa Melayu telah menjadi bahasa perhubungan antar bangsa terutama untuk
kawasan Asia Tenggara (norma supranasional).

Materi Kuliah Bahasa Indonesia-1 (Bone Rampung) Page 1


Berkaitan dengan hal tersebut, bahasa Melayu didukung oleh Medan tuturnya yang
berada di daerah geografis yang sangat strategis. Dalam hal ini, bahasa Melayu terteletak
dalam jalur perdagangan hingga penyebarannya lebih mudah dan cepat untuk semua etnik
atau suku. Para pedagang yang datang dari Arab, Eropa, Asia, dan kepulauan nusantara
bertemu bandar-bandar selat Malaka. Di tempat pertemuan itulah terjadi transaksi jual
beli dengan pedagang pribumi. Bahasa yang digunakan adalah bahasa penduduk setempat
yakni bahasa Melayu.
b. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Resmi Kerajaan
Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit adalah dua buah kerajaan yang sangat
terkenal di kawasan Nusantara pada abad yang lalu. Kedua kerajaan memiliki sejarah
kejayaan yang tersohor keberadaannya, bahasa resminya adalah salah satu diantaranya
bahasa Melayu. Demikian pula pada zaman penjajahan Belanda, bahasa Melayu
merupakan bahasa resmi kedua mendampingi bahasa Belanda, begitu pula para
misionaris, yang menyebarkan Injil dengan menggunakan bahasa melayu. Hal yang sama
dalam penyebaran agama Islam, pada abad ke 15 bahasa Melayu sebagai bahasa agama
atau bahasa dalam penyiaran Islam.
c. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Perjuangan
Secara psikologis, seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia menerima dengan
sukarela bahasa melayu menjadi bahasa Nasional pada waktu dicetuskannya sumpah
pemuda 1928, mereka menyadari bahwa dengan bahasa Melayu dapat dipupuk rasa
persatuan bangsa sebagai modal untuk merebut kemerdekaan bangsa. Untuk kepentingan
perjuangan bangsa perlu segera ditunjuk satu bahasa yang paling memenuhi syarat, yaitu
bahasa Melayu yang dapat diterima oleh semua pihak. Penunjukan tersebut memang tepat
karena bahasa Melayu yang berkembang menjadi bahasa Indonesia memiliki
kesanggupan untuk menjalankan fungsinya sebagai bahasa perjuangan dan selanjutnya
sebagai bahasa pendukung pengembangan pengetahuan dan teknologi. Syarat ini mutlak
harus dimiliki oleh bahasa yang berpredikat bahasa Nasional dan bahasa Negara.
d. Bahasa Melayu Mudah dipelajari dan Dikembangkan
Bahasa Melayu yang menjadi asal bahasa Indonesia mempunyai sifat dan
susunan yang sederhana dan luwes. Hal ini dapat dilihat pada kaidah-kaidahnya yang
berlaku pada bidang tata bunyi (fonologis), bentuk kata (morfologis), dan tata kalimat
(sintaksis). Bahasa Melayu juga bersifat untuk menerima pengaruh dari bahasa lain.
Tanpa merusak kaidah-kaidah dasarnya. Dengan demikian, bahasa Melayu sudah
menyesuaikan diri dengan kebutuhan pemakainya dan memperkaya perbendaharaannya
dengan unsur-unsur baru bahasa lain. Itulah sebabnya bahasa Melayu dalam waktu yang
relatif singkat dapat digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat dalam aspek
kehidupannya.

1.2 Lahirnya Bahasa Indonesia dan Perkembangannya


Sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci dari tahun ke tahun sebagai
berikut:

Materi Kuliah Bahasa Indonesia-1 (Bone Rampung) Page 2


(1) Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuiysen dan dimuat
dalam Kitab Logat Melayu.
(2) Pada tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan
yang diberi nama Commissie Voor De Volkslectur (Taman Bacaan Rakyat), yang
kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai Pustaka
menerbitkan buku-buku novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan dan buku-buku
penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit
membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
(3) Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda pilihan
memancangkan tonggak yang kokoh untuk perjalanan bahasa Indonesia.
(4) Pada tahun 1933 resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan
dirinya Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Ali Syahbana dan kawan-
kawan.
(5) Pada tanggal 25 – 28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo.
Dari hasil kongres di Solo ini dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan
budayawan kita saat itu.
(6) Masa pendudukan Jepang (1942-1945) merupakan pula suatu masa penting. Jepang
memilih bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi resmi antara pemerintah Jepang
dengan rakyat Indonesia karena niat menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti
bahasa Belanda untuk alat komunikasi tidak terlaksana. Bahasa Indonesia juga
dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan dan untuk
keperluan ilmu pengetahuan.
(7) Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang
salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.
(8) Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai pengganti Ejaan Van Ophuysen yang berlaku sebelumnya.
(9) Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1954
adalah juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa nasional dan
ditetapkan sebagai bahasa Negara.
(10) Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan melalui pidato kenegaraan
di depan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun
1972.
(11) Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.
(12) Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober – 2 November 1978 merupakan peristiwa yang penting bagi kehidupan

Materi Kuliah Bahasa Indonesia-1 (Bone Rampung) Page 3


bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka peringatan hari Sumpah
Pemuda yang kelima puluh ini, selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
(13) Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21 – 26
November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka peringatan hari Sumpah
Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang
tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua
warga Negara Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
Selain itu, kongres menugasi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa untuk
memantau hasil-hasil kongres sebelumnya kepada kongres berikutnya.
(14) Kongres bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 3
November 1988. Kongres ini merupakan kongres yang terbesar dalam sejarah
perkembangan bahasa Indonesia karena selain dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar
bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, juga kongres ini diikuti oleh peserta tamu
dari Negara sahabat, seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Belanda,
Jerman, dan Australia. Kongres ke-5 ini dibuka oleh Presiden Soeharto di Istana
Negara Jakarta. Kongres ini ditandai dengan dipersembahkannya karya besar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada seluruh pencinta bahasa di Nusantara,
yakni berupa (1) Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2) Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, dan (3) buku-buku bahan penyuluhan bahasa Indonesia.
(15) Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober
– 2 November 1993. Dalam kongres ini diselenggarakan pula pameran buku yang
menyajikan 385 judul buku yang terdiri atas buku-buku yang berkaitan dengan
kongres bahasa Indonesia, Sumpah Pemuda, Bahasa dan Sastra Indonesia, serta
kamus berbagai bidang ilmu, antara lain Kimia, Matematika, Fisika, Biologi,
Kedokteran, dan Manajemen. Selain itu, disajikan pula panel Sumpah Pemuda, foto
kegiatan kebahasaan/kesastraan, dan peragaan komputer sebagai pengolah data
kebahasaan.
(16) Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 26 – 30
Oktober 1998. Kongres ini melanjutkan program kegiatan dari kongres VI.
(17) Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 14 – 17
Oktober 2003. Kongres ini merupakan kongres yang terbesar dalam sejarah
perkembangan bahasa Indonesia karena selain dihadiri oleh kira-kira seribu pakar
bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, juga kongres ini diikuti oleh peserta tamu
dari hampir seluruh negara. Di samping itu, dalam kongres ini dianugerahkan
penghargaan bagi pejabat yang selalu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar.
(18) Kongres Bahasa Indonesia IX diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober
– 1 November 2008. Kongres ini merupakan kongres yang terbesar dalam sejarah

Materi Kuliah Bahasa Indonesia-1 (Bone Rampung) Page 4


perkembangan bahasa Indonesia karena selain dihadiri oleh kira-kira 1.300 pakar
bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, kongres ini di ikuti oleh peserta tamu dari
hampir seluruh Negara. Di samping itu, dalam kongres ini dianugerahkan
penghargaan bagi pejabat yang selalu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar.
Untuk membantu menjajaki pemahaman terhadap materi yang telah Anda
pelajari, cobalah Anda kerjakan latihan berikut ini secara individual.

2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA


Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain, bersumber
pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa Nasional; kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa
daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab
XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia, yang menyatakan bahwa bahasa
Negara ialah bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan bahasa
Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional, sesuai
dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa Negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, agar kita dapat mengetahui
kedudukan dan fungsi bahasa tersebut mari kita ikuti paparan berikut.

2.1 Kedudukan Bahasa Indonesia


Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering didengar, bahkan pernah kita pakai.
Misalnya dalam kalimat “Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsi baut yang
Saudara pasang pada mesin ini?” Kalau kita sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti
bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian
halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa?
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya perlu dirumuskan
secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikan akan mempengaruhi masa depan
bahasa yang bersangkutan. Pemakaianya akan menyikapinya secara jelas terhadapnya.
Pemakaiannya akan memperlakukan sesuai dengan ‘label’ yang dikenakan padanya.
Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwibahasa (dwilingual), akan dapat ‘memilah-
milahkan’ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang digunakannya. Mereka
tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka bisa mengetahui kapan dan dalam
situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang
lainnya dipakai. Dengan demikian, perkembangan bahasa itu akan menjadi terarah.
Pemakaiannya akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah
disepakatinya dengan antara lain menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang masuk ke
dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima, sedangkan
unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.

Materi Kuliah Bahasa Indonesia-1 (Bone Rampung) Page 5


Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan,
misalnya, suatu unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapan seharusnya
ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah yang
bersangkutan. Di Negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu kebijaksanaan
Nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat
dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah bahasa.
Kedudukan bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang.
Perjalanan itu dimulai sebelum Kolonial masuk ke bumi Nusantara, dengan bukti-bukti
prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tulo dan Karang Brahi serta
Batu Nisan di Aceh. Tercetusnya sumpah pemuda, bahasa Melayu dipakai sebagai
“lingua franca” di seluruh kawasan tanah air kita. Dengan adanya kondisi yang semalam
itu, masyarakat sama sekali tidak merasa disaingi. Di balik itu, mereka telah menyadari
bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan
antarsuku, sebab diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya
bahasa Melayu tidak mempengaruhi fungsi bahasa daerah.

2.2 Fungsi Bahasa Indonesia


2.2.1 Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah perbedaan wujud, baik struktur, sistem,
maupun kosakata. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu bersifat
kedaerahan. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahasa Melayu
sudah bersifat Nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itu bahasa Melayu diganti dengan
nama bahasa Indonesia. Hasil perumusan seminar Politik Bahasa Nasional yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 – 28 Februari 1975 antara lain menegaskan
bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Nansional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) lambang kebanggan Nasional, (2) lambang identitas Nasional, (3) alat
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan
penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan
bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
Sebagai lambang kebanggaan Nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-
nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan itulah,
bahasa Indonesia dipelihara dan dikembangkan, dan rasa kebanggaan memakainya
senangtiasa dibina.
Sebagai lambang identitas Nasional, bahasa Indonesia dijunjung di samping
bendera dan lambang Negara kita. Dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia
tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga dapat serasi dengan lambang
kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila
masyarakat pemakainya bersih dari unsur-unsur bahasa lain, terutama bahasa asing
seperti bahasa Inggris, yang benar-benar tidak diperlukan.

Materi Kuliah Bahasa Indonesia-1 (Bone Rampung) Page 6


Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga sebagai bahasa Nasional adalah sebagai alat
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa. Berkat adanya bahasa
Nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga
kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak
perlu dikhawatirkan. Kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di
tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat
komunikasi.
Fungsi bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa
Nasional adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku
bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang bebeda-beda ke
dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia
memungkinkan berbagai suku bangsa ini mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang
bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-
nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu,
dengan bahasa Nasional itu kita dapat meletakkan kepentingan Nasional jauh di atas
kepentingan daerah atau golongan.
2.2.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan
Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan
tersebut. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme pemakaian bahasa yang sama
tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya yaitu jiwa kolonial dan jiwa Nasional.
Secara terperinci perbedaan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang berlangsung
sampai tahun 1945 sebagai berikut:
Bahasa Melayu Bahasa Indonesia
a. Bahasa resmi kedua di samping bahasa a. Bahasa yang digunakan dalam
Belanda, terutama untuk tingkat yang gerakan kebangsaan untuk mencapai
dianggap rendah. kemerdekaan Indonesia.
b. Bahasa yang dianjarkan di sekolah-sekolahb. Bahasa yang digunakan dalam
yang didirikan atau menurut sistem penerbitan yang bertujuan untuk
pemerintah Hindia Belanda. mewujudkan cita-cita perjuangan
c. Penerbitan yang dikelola oleh jawatan kemerdekaan Indonesia, baik berupa
pemerintah Hindia Belanda. bahasa pers atau bahasa dalam hasil
sastra.

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17


Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Hal itu
dinyatakan dalam UUD 1945, bab XV, pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa
Negara bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang harus
dipertimbangkan. Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa
negara apabila (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk

Materi Kuliah Bahasa Indonesia-1 (Bone Rampung) Page 7


Negara itu, (2) secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya, dan
(3) bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu. Ketiga faktor di atas sudah
dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Hasil perumusan seminar politik bahasa
nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 – 28 Februari 1975
dikemukakan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia memiliki
fungsi. Fungsi pertama yaitu sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar
di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat Nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Fungsi pertama Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di
dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan
maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan itu adalah dokumen-
dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah
dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.
Fungsi yang kedua di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah-
daerah, seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makassar yang
menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga
pendidikan dasar.
Fungsi yang ketiga di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia adalah sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan
pemerintahan. Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan
saja sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan
bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai
alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan
bahasanya.
Akhirnya, di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebidayaan nasional sedemikian rupa
sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari
kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai
alat untuk menyatukan nilai-nilai sosial budaya nasional kita (Halim, 1979; Moeliono,
1980; Arifin, 1986).

Rangkuman

Materi Kuliah Bahasa Indonesia-1 (Bone Rampung) Page 8


Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Ada empat faktor yang mendasari
proses perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia (nasional), yaitu (1)
Bahasa Melayu Mempunyai Sejarah Pandang sebagai Lingua franca, (2) Bahasa Melayu
sebagai Bahasa Resmi Kerajaan, (3) Bahasa Melayu sebagai bahasa Perjuangan, dan (4)
Bahasa melayu Mudah dipelajari dan dikembangkan.
Bahasa Melayu yang menjadi asal bahasa Indonesia mempunyai sifat dan
susunan yang sederhana dan luwes. Hal ini dapat dilihat dari kaidah-kaidahnya yang
berlaku pada bidang tata bunyi (fonologi), bentuk kata (morfologis), dan tata kalimat
(sintaksis).
Sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci dari tahun ketahun. Pada
tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu, tahun 1908 pemerintah mendirikan
sebuah badan penerbit buku-buku bacaan, tahun 1928 bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi negara,1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. Tanggal 31 Agustus 1972
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku
di seluruh Indonesia.
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya perlu dirumuskan secara
eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa
yang bersangkutan. Pemakaianya akan menyikapinya secara jelas terhadapnya.
Perbedaan bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia pada
tanggal 28 Oktober 1928 adalah perbedaan wujud, baik struktur, sistem, maupun
kosakata jelas tidak ada sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu
bersifat kedaerahan. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahasa
Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nansional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) lambang kebanggan kebangsaan, (2) lambang identitas Nasional, (3) alat
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan
penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
(1) bahasa resmi kenegaraan,

(2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan,

(3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan, dan

(4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Pendalaman

Materi Kuliah Bahasa Indonesia-1 (Bone Rampung) Page 9


1. Jelaskanlah sejarah singkat perkembangan bahasa Indonesia!
2. Uraikanlah empat faktor yang mendasari bahwa bahasa Melayu dijadikan sebagai
bahasa Nasional!
3. Uraikan secara singkat bahwa bahasa Melayulah yang menjadi asal bahasa
Indonesia dan mempunyai sifat serta susunan yang sederhana dan luwes!
4. Uraikan konsep dasar kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia!
5. Tuliskan tiga fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional!
6. Uraikan perbedaan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang berlangsung sampai
tahun 1945!

Daftar Pustaka

Azman, Nur. 1997. Intisari Bahasa Indonesia. Jakarta: Penabur Ilmu.


Halim, Amran. 1987. Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Moeliono, Anton: 1985. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Jakarta:
Djambatan.
Nababan, Sri Utari Subiyakto. 1997. Metedologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Nurhadi. 1987. Kapita Selekta Kajian Bahasa dan Pengajarannya. Malang: FPBS IKIP.

Materi Kuliah Bahasa Indonesia-1 (Bone Rampung) Page 10

Anda mungkin juga menyukai