Directed By :
2.Fuguh (0502232157)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafa’atnya di akhirat.
Tidak lupa, kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Bahsa Indonesia dengan
judul “Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada
tahun tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan
menetapkan bahasaIndonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini
dicetuskan melalui sumpah pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia
tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis.
Masa Pra-1928
Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahasa Melayu merupakan bahasa
perhubungan atau komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal bangkitnya
kerajaan Sriwijaya. Pada masanya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat
kebudayaan, perdagangan, tempat orang belajar filsafat, dan pusat keagamaan
(Budha) dengan menggunakan bahasa perhubungannya yaitu bahasa Melayu.
Bahasa melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa perhubungan. Namun, juga
digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa resmi, bahasa agama, dan bahasa
dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa pengantar dan alat untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa melayu digunakan pada perguruan
tinggi “Dharma Phala”. Selain itu, bahasa melayu juga digunakan sebagai
bahasa penerjemah buku-buku keaagamaan misalnya buku keagaaman yang
diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh I Tsing.
Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti yang menggunakan
bahasa Melayu. Prasasti-prasasti tersebut antara lain :
Pada masa itu terjadi krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Kaum
penjajah (Belanda), berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia.
Sehingga sejumlah pakar bahasa Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres
I Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28
Juni 1938. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh
cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Kongres ini berarti pula
sebagai cetusan kesadaran akan perlunya pembinaan yang lebih mantap
terhadap bahasa Indonesia. Pada tanggal 20 Oktober 1942, dibentuk Komisi
Bahasa Indonesia oleh Jepang. Tugas komisi ini adalah menyusun istilah dan
tata bahasa normatif serta kosa kata umum bahasa Indonesia. Pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia secara tidak langsung semakin mantap dan
memperoleh tempat di hati penduduk.
Pada tahun 1953, Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk pertama kalinya yang
disusun oleh Poerwodarminta. Di kamus tersebut tercatat jumlah lema (kata)
dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000 kata. Pada tahun 1976, Pusat Bahasa
menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat penambahan 1.000 kata
baru. Pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar bisa dalam Bahasa Indonesia.
Dari 23.000 kata, telah berkembang menjadi 62.000 pada tahun 1988. Selain itu,
setelah bekerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, berhasil dibuat
340.000 istilah baru di berbagai bidang ilmu.
Pada tahun 1980-an ketika terjadi peledakan ekonomi secara luar biasa, saat
produk asing berupa properti masuk ke perkantoran dan pusat perbelanjaan,
banyak istilah asing masuk ke Indonesia. Istilah asing marak digunakan
sehingga pemerintah menjadi khawatir. Pada tahun 1995 terjadi pencanangan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Nama-nama gedung, perumahan dan
pusat perbelanjaan yang berbau asing diganti dengan nama yang berbahasa
Indonesia.
Selain itu sampai tahun 2007, Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira
250.000 kata baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai
bidang ilmu. Sementara kata umum telah berjumlah 78.000. Namun, angin
reformasi yang muncul sejak tahun 1998 justru membawa perubahan buruk bagi
bahasa Indonesia. Kerancuan penggunaan bahasa Indonesia makin marak di era
reformasi. Penggunaan bahasa asing kembali marak dan bahasa Indonesia
sempat terpinggirkan. Pada zaman reformasi salah satu pihak yang memiliki
andil dalam perkembangan bahasa Indonesia adalah media massa baik cetak
maupun elektronik. Media massa kini cenderung menggunakan bahasa asing
padahal dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Ini menunjukkan
penghormatan terhadap bahasa Indonesia sudah mulai memudar. Hal ini
disebabkan antara lain oleh perubahan zaman, reformasi yang tidak ada konsep
yang utuh, sikap tidak percaya diri dari wartawan, redaktur, pemimpin redaksi
dan pemilik perusahaan pers karena mereka cenderung memikirkan pangsa
pasarnya, persaingan usaha antarmedia dan selera pribadi.
Selain itu, saat ini bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah
bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Di kalangan pelajar dan remaja sendiri lahir sebuah
bahasa baru yang merupakan pencampuran antara bahasa asing, bahasa Indonesia, dan bahasa
daerah. Bahasa tersebut biasa disebut dengan bahasa gaul. Keterpurukan bahasa Indonesia
tersebut umumnya terjadi pada generasi muda. Bahkan sudah ada beberapa kalangan yang
beranggapan dan meyakini bahwasanya kaum intelek adalah mereka-mereka yang
menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik yang total memakai
bahasa asing ataupun mencampuradukkan bahasa asing tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
Saat ini penggunaan bahasa Indonesia baik oleh masyarakat umum, maupun pelajar
mengalami maju-mundur. Perkembangan teknologi saat ini membuat penyebaran bahasa
Indonesia hingga ke pelosok daerah semakin mudah dan berkembang pesat. Bahasa Indonesia
semakin dikenal masyarakat. Jika pada awalnya masyarakat Indonesia yang terdiri dari
multisuku, multietnis, multiras, dan multiagama susah bergaul antara sesama karena terdapat
perbedaan bahasa, kini dengan adanya bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, semua
elemen bangsa dapat berkomunikasi dengan yang lainnya. Ini merupakan salah satu bentuk
kemajuan dalam bahasa Indonesia. Selain mengalami kemajuan, bahasa Indonesia juga
memiliki kemunduran. Akibat pengaruh globalisasi dan pengaruh besar dari negara - negara
besar seperti Amerika Serikat, bahasa Indonesia menjadi terpinggirkan.
Latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda berpotensi untuk menghambat
perhubungan antardaerah antarbudaya. Tetapi, berkat bahasa Indonesia, etnis yang satu bisa
berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa pun latar belakang etnisnya dapat bepergian ke
pelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam penyebarluasan pemakaian bahasa
Indonesia dalamn fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah antarbudaya.
Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa
Indonesia telah berhasil pula menjalankan fungsinya sebagai alat pengungkapan perasaan.
Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang yang berpandangan bahwa bahasa Indonesia
belum sanggup mengungkapkan nuansa perasaan yang halus, sekarang dapat dilihat
kenyataan bahwa seni sastra dan seni drama, baik yang dituliskan maupun yang dilisankan,
telah berkembang demikian pesatnya. Hal ini menunjukkan bahwa nuansa perasaan betapa
pun halusnya dapat diungkapkan secara jelas dan sempurna dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Kenyataan ini tentulah dapat menambah tebalnya rasa kesetiaan kepada bahasa
Indonesia dan rasa kebanggaan akan kemampuan bahasa Indonesia.