Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : PARULIAN SIBUEA, DR. M.PD

Directed By :

1.Dwi Riyanti (0502233175)

2.Fuguh (0502232157)

3.Nurmala Hidayati Tanjung (0502231020)

4.Selly Septiani (0502232112)

5.Suci Maesyah Rani (0502233206)

6.Zahidah Naila (0502231021)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafa’atnya di akhirat.

Tidak lupa, kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Bahsa Indonesia dengan
judul “Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, 21 September 2023

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai
sistem perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan
manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat
beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.

Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa


Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung
antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung
antara suku-suku, bahasamelayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan
internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku
bangsaIndonesia dengan para pedagang asing.

Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada
tahun tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan
menetapkan bahasaIndonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini
dicetuskan melalui sumpah pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia
tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan?
2. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan?
3. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia pada zaman reformasi?
1.3 Tujuan
Tujuan utama dari penyusunan makalah ini adalah:

Untuk mengetahui sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaanUntuk


mengetahui perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaanUntuk
mengetahui perkembangan bahasa Indonesia pada zaman reformasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini berasal dari bahasa Melayu, yaitu
bahasa Melayu Riau (Provinsi Kepulauan Riau) yang telah menjadi
lingua franca sejak abad ke-19. Pemberian nama “Bahasa Indonesia” diawali
sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Hingga saat ini
bahasa Indonesia terus berkembang dan terus menghasilkan kata-kata baru baik
melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

1) Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra


Kemerdekaan
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut tidak terjadi
begitu saja Ada beberapa tahapan proses penerimaan itu membutuhkan waktu
yang lama.
Ada beberapa tahapan proses penerimaan itu membutuhkan waktu yang lama.
Tahapannya meliputi :

 Masa Pra-1928

Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahasa Melayu merupakan bahasa
perhubungan atau komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal bangkitnya
kerajaan Sriwijaya. Pada masanya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat
kebudayaan, perdagangan, tempat orang belajar filsafat, dan pusat keagamaan
(Budha) dengan menggunakan bahasa perhubungannya yaitu bahasa Melayu.

Bahasa melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa perhubungan. Namun, juga
digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa resmi, bahasa agama, dan bahasa
dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa pengantar dan alat untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa melayu digunakan pada perguruan
tinggi “Dharma Phala”. Selain itu, bahasa melayu juga digunakan sebagai
bahasa penerjemah buku-buku keaagamaan misalnya buku keagaaman yang
diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh I Tsing.
Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti yang menggunakan
bahasa Melayu. Prasasti-prasasti tersebut antara lain :

a) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 .


b) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.
c) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686 M.
d) Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M.
e) Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah tahun 832 M.
f) Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942 M.

Dalam Kongres II Jong Sumatera, diputuskan pemakaian bahasa Melayu


sebagai bahasa persatuan antar jong. Tindak lanjut dari keputusan tersebut
adalah dengan menerbitkan surat kabar Neratja, Bianglala dan Kaoem Moeda.
Sebagai puncak keberadaan bahasa Melayu seperti yang diuraikan di atas, maka
pada tanggal 28 Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta oleh
berbagai Jong. Salah satu hasil gemilang dari Kongres pemuda yaitu dengan
dicetuskannya ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda itu berisi:

1) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu


bangsa Indonesia;
2) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertanah air yang satu
tanah air Indonesia;
3) Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan
bahasa Indonesia.
 Masa Pasca-1928

Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah


berubah menjadi bahasa Indonesia. Perkembangan berikutnya dapat dilihat
dengan berdirinya Angkatan Pujangga Baru tahun 1933. Para pelopornya antara
lain: Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Amir Hamzah. Angkatan ini
tampil dengan tema : “Pembinaan bahasa dan kesusastraan Indonesia.”

Pada masa itu terjadi krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Kaum
penjajah (Belanda), berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia.
Sehingga sejumlah pakar bahasa Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres
I Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28
Juni 1938. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh
cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Kongres ini berarti pula
sebagai cetusan kesadaran akan perlunya pembinaan yang lebih mantap
terhadap bahasa Indonesia. Pada tanggal 20 Oktober 1942, dibentuk Komisi
Bahasa Indonesia oleh Jepang. Tugas komisi ini adalah menyusun istilah dan
tata bahasa normatif serta kosa kata umum bahasa Indonesia. Pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia secara tidak langsung semakin mantap dan
memperoleh tempat di hati penduduk.

2) Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan

Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.


Keesokan harinya yaitu tanggal 18 Agustus ditetapkan Undang-Undang Dasar
1945. Dalam pasal 36 bab XV UUD ’45 berbunyi: “Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia.”

Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan


Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku seCiri-ciri
ejaan ini yaitu:

a) Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.


b) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak,
rakjat, dsb.
c) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2,
ke-barat2-an.
d) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mendampinginya.

Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d. 2


November 1954 salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-
menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.Pada tanggal 16 Agustus
1972 Presiden Republik Indonesia H. M. Soeharto, meresmikan penggunaan
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato
kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan
Presiden No. 57, tahun 1972.Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di
seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

Pada tahun 1953, Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk pertama kalinya yang
disusun oleh Poerwodarminta. Di kamus tersebut tercatat jumlah lema (kata)
dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000 kata. Pada tahun 1976, Pusat Bahasa
menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat penambahan 1.000 kata
baru. Pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar bisa dalam Bahasa Indonesia.
Dari 23.000 kata, telah berkembang menjadi 62.000 pada tahun 1988. Selain itu,
setelah bekerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, berhasil dibuat
340.000 istilah baru di berbagai bidang ilmu.
Pada tahun 1980-an ketika terjadi peledakan ekonomi secara luar biasa, saat
produk asing berupa properti masuk ke perkantoran dan pusat perbelanjaan,
banyak istilah asing masuk ke Indonesia. Istilah asing marak digunakan
sehingga pemerintah menjadi khawatir. Pada tahun 1995 terjadi pencanangan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Nama-nama gedung, perumahan dan
pusat perbelanjaan yang berbau asing diganti dengan nama yang berbahasa
Indonesia.

3) Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Reformasi

Perkembangan bahasa Indonesia masa reformasi, diawali dengan Kongres


Bahasa Indonesia VII yang diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada
tanggal 26-30 Oktober 1998. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut.

Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai


kepedulian terhadap bahasa dan sastra.Tugasnya memberikan nasihat kepada
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan
status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Selain itu sampai tahun 2007, Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira
250.000 kata baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai
bidang ilmu. Sementara kata umum telah berjumlah 78.000. Namun, angin
reformasi yang muncul sejak tahun 1998 justru membawa perubahan buruk bagi
bahasa Indonesia. Kerancuan penggunaan bahasa Indonesia makin marak di era
reformasi. Penggunaan bahasa asing kembali marak dan bahasa Indonesia
sempat terpinggirkan. Pada zaman reformasi salah satu pihak yang memiliki
andil dalam perkembangan bahasa Indonesia adalah media massa baik cetak
maupun elektronik. Media massa kini cenderung menggunakan bahasa asing
padahal dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Ini menunjukkan
penghormatan terhadap bahasa Indonesia sudah mulai memudar. Hal ini
disebabkan antara lain oleh perubahan zaman, reformasi yang tidak ada konsep
yang utuh, sikap tidak percaya diri dari wartawan, redaktur, pemimpin redaksi
dan pemilik perusahaan pers karena mereka cenderung memikirkan pangsa
pasarnya, persaingan usaha antarmedia dan selera pribadi.
Selain itu, saat ini bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah
bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Di kalangan pelajar dan remaja sendiri lahir sebuah
bahasa baru yang merupakan pencampuran antara bahasa asing, bahasa Indonesia, dan bahasa
daerah. Bahasa tersebut biasa disebut dengan bahasa gaul. Keterpurukan bahasa Indonesia
tersebut umumnya terjadi pada generasi muda. Bahkan sudah ada beberapa kalangan yang
beranggapan dan meyakini bahwasanya kaum intelek adalah mereka-mereka yang
menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik yang total memakai
bahasa asing ataupun mencampuradukkan bahasa asing tersebut ke dalam bahasa Indonesia.

Saat ini penggunaan bahasa Indonesia baik oleh masyarakat umum, maupun pelajar
mengalami maju-mundur. Perkembangan teknologi saat ini membuat penyebaran bahasa
Indonesia hingga ke pelosok daerah semakin mudah dan berkembang pesat. Bahasa Indonesia
semakin dikenal masyarakat. Jika pada awalnya masyarakat Indonesia yang terdiri dari
multisuku, multietnis, multiras, dan multiagama susah bergaul antara sesama karena terdapat
perbedaan bahasa, kini dengan adanya bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, semua
elemen bangsa dapat berkomunikasi dengan yang lainnya. Ini merupakan salah satu bentuk
kemajuan dalam bahasa Indonesia. Selain mengalami kemajuan, bahasa Indonesia juga
memiliki kemunduran. Akibat pengaruh globalisasi dan pengaruh besar dari negara - negara
besar seperti Amerika Serikat, bahasa Indonesia menjadi terpinggirkan.

Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa pada dasarnya adalah media untuk berkomunikasi ternyata memiliki


eksistensi yang lebih lagi. Bahasa mencakup hampir seluruh lapisan
masyarakat, bahkan kebudyaan itu sendiri. Banyak sumber yang mengupas
fungsi bahasa Indonesia, salah satunya Arifin (2008:12) kedudukan bahasa
Indonesia memiliki fungsi berikut.

1) Lambang kebanggaan bangsa. Bahasa Indonesia mencerminkan setiap


nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
2) Lambang identitas nasional. Bahasa Indonesia merupakan identitas
ataupun jati diri dari orang-orang ataupun penduduk Indonesia.
3) Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya. Bahasa
Indonesia menghindarkan segala aktifitas yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman di tengah masyarakat yang majemuk.
4) Alat pemersatu suku budaya dan bahasanya. Bahasa Indonesia
mempersatukan setiap suku-suku di Indonesia yang memiliki bahasa dan
kebudayaan yang berbeda dengan total tujuh ratusan bahasa daerah,
bahasa Indonesia pun menyatukan. Dengan demikian, peranan bahasa
Indonesia adalah krusial dalam menunjang bangsa dan negara serta setiap
dari pada rakyat Indonesia.
Bahasa Indonesia dikenal secara luas sejak "Soempah Pemoeda", 28 Oktober 1928, yang
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pada saat itu para pemuda sepakat
untuk mengangkat bahasa Melayu-Riau sebagai bahasa Indonesia. Para pemuda melihat
bahwa bahasa Indonesialah yang berpotensi dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang
terdiri atas ratusan suku vangsa atau etnik. Pengangkatan status ini ternyata bukan hanya
isapan jempol. Bahasa Indonesia bisa menjalankan fungsi sebagai pemersatu bangsa
Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia rasa kesatuan dan persatuan bangsa yang
berbagai etnis terpupuk. Kehadiran bahasaIndonesia di tengah-tengah ratusan bahasa daerah
tidak menimbulkan sentimen negatif bagi etnis yang menggunakannya. Sebaliknya, justru
kehadiran bahasa Indonesia dianggap sebagai pelindung sentimen kedaerahan dan sebagai
penengah ego kesukuan.

Latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda berpotensi untuk menghambat
perhubungan antardaerah antarbudaya. Tetapi, berkat bahasa Indonesia, etnis yang satu bisa
berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa pun latar belakang etnisnya dapat bepergian ke
pelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
Kenyataan ini membuat adanya peningkatan dalam penyebarluasan pemakaian bahasa
Indonesia dalamn fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah antarbudaya.

Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa
Indonesia telah berhasil pula menjalankan fungsinya sebagai alat pengungkapan perasaan.
Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang yang berpandangan bahwa bahasa Indonesia
belum sanggup mengungkapkan nuansa perasaan yang halus, sekarang dapat dilihat
kenyataan bahwa seni sastra dan seni drama, baik yang dituliskan maupun yang dilisankan,
telah berkembang demikian pesatnya. Hal ini menunjukkan bahwa nuansa perasaan betapa
pun halusnya dapat diungkapkan secara jelas dan sempurna dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Kenyataan ini tentulah dapat menambah tebalnya rasa kesetiaan kepada bahasa
Indonesia dan rasa kebanggaan akan kemampuan bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan,


mulai dari lembaga pendidikan terendah (taman kanak-kanak) sampai dengan lembaga
pendidikan tertinggi (perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah yang
mayoritas masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Di daerah ini, bahasa
daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar
sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia.
Karya-karya ilmiah di perguruan tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa - skripsi,
tesis, disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan menggunakan bahasa
Indonesia, menunjukkan bahwa bahasa Indonesia telah mampu sebagai alat penyampaian
iptek, dan sekaligus menepis anggapan bahsa bahasa Indonesia belum mampu mewadahi
konsep-konsep iptek.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
Sejarah bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan dibagi menjadi dua tahapan yaitu
pertama masa pra-I928 ditandai dengan penggunaan bahasa Melayu pada zaman kerajaan
Sriwijaya sampai dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda. Kedua, masa pasca-1928 ditandai
dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah berubah
menjadi bahasa Indonesia sampai dengan pada tahum 1942 dibentuk Komisi Bahasa
Indonesia oleh Jepang.Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan dimulai
dari tanggal 18 Agustus ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pasal 36 bab XV
UUD ‘45 berbunyi: “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”, sampai dengan diadakannya
kongres Bahasa Indonesia kedua sampai ke delapan.Pada zaman reformasi diawali dengan
Kongres Bahasa Indonesia VII di Jakarta tanggal 26-30 Oktober 1998. Hingga sekarang
cenderung membawa perubahan buruk bagi Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sekarang
sudah menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris dan bahasa gaul. Selain itu Bahasa
Indonesia mengalami penurunan minat mempelajarinya di beberapa negara di dunia seperti
Australia, Belanda, dan Jerman. Namun, juga ada peningkatan mempelajari Bahasa Indonesia
dari negara seperti China, Jepang, AS, Mesir, dan negara Arab. Saat ini Pusat Bahasa
berupaya membuka pusat-pusat kebudayaan Indonesia di beberapa negara. Pusat Kebudayaan
ini sekaligus sebagai ajang promosi Indonesia pada masyarakat dunia. Saat ini pusat
kebudayaan Indonesia itu sudah diupayakan didirikan di Canbera Australia, Los Angles AS,
dan Washington DC AS.B. Saran-Saran
untuk kelengkapan makalah ini maka kami sangat mengharapkan saran-saran yang sifatnya
membangun, dan kami mohan maaf apabila ada kesalahan penulisan, karena kami juga
manusia biasa yang tak luput dari salah dan khilaf,
Daftar Pustaka
Anonim. Bahasa Daerah Terancam Punah. www.jurnalnet.com. 18 Juli 2007.
Anonim. Bahasa Indonesia. www.wikipedia.com. 2007.
Anonim. Banggalah Berbahasa Indonesia. www.jurnalnet.com. 16 Juni 2007.
Anonim. Penggunaan Bahasa Indonesia Telah Diabaikan. www.sinarharapan.com. 2002.
Kusaeni, Akhmad. Bahasa Indonesia Jurnalistik di Era Reformasi. www.antara.com. 19
Desember 2007.
Moeliono, M. Anton. 1981. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.
Saleh, Mustain. Bahasa Mana yang Berbudaya?. www.kacong-jebbing.com.
Yamilah, M., Slamet Samsoerizal. 1994. Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
http://kikiantonika.blogspot.com/2009/10/perkembangan-bahasa-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai