Anda di halaman 1dari 11

Makalah

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

NAMA : 1. RIANDA SIMEHATE

2. ULFA FAZIRA

AKADEMI FISIOTERAPI HARAPAN BANGSA

BANDA ACEH

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadhirat Allah SWT, karena atas izin dan rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia” dengan baik. Adapun tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini. Tugas yang telah diberikan ini semoga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan dalam
proses pembuatan makalah. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat.

Banda Aceh, 24 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………I
DAFTAR ISI………………………...…………………………………………II

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang………………………………….…………………………….2
1.2 Tujuan Rumusan Masalah……………………………………………………3

BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………..…….4
2.1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Pada Zaman Pra Kemerdekaan…..5
2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia Pada Zaman Kemerdekaan……..………...6
2.3 Perkembangan Bahasa Indonesia Pada Zaman Reformasi…………………...7

BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………….....8
3.1 Simpulan…………………………………………...………………….......…9
3.2 Saran……………………………………………………………………..…..10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..……. …..11


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memperhatikan perkembangan zaman, bahasa merupakan alat komunikasi yang


sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga, bahasa Indonesia
menjadi sarana budaya dan sarana berpikir masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,
peranan bahasa Indonesia menjadi sangat penting. Mengingat pentingnya peranan
bahasa Indonesia, kami sebagai mahasiswa dituntut untuk lebih memahami bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Yang salah satunya adalah mempelajari sejarah
perkembangan bahasa Indonesia dari zaman pra kemerdekaan, kemerdekaan, dan
reformasi.

1.2 Tujuan Rumusan Masalah

1). Untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia pada zaman pra

Kemerdekaan.

2). Untuk mengetahui perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan.

3). Untuk mengetahui perkembangan bahasa Indonesia pada zaman reformasi.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra Kemerdekaan

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut tidak terjadi
begitu saja, ada beberapa tahapan proses penerimaan itu membutuhkan waktu yang
lama. Tahapannya meliputi :

2.1.1 Masa Pra-1928

Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahasa Melayu merupakan


bahasa perhubungan atau komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal bangkitnya
kerajaan Sriwijaya. Pada masanya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat kebudayaan,
perdagangan, tempat orang belajar filsafat, dan pusat keagamaan (Budha) dengan
menggunakan bahasa perhubungannya yaitu bahasa Melayu.

Berdasarkan catatan sejarah, bahasa Melayu tidak saja berfungsi


sebagai bahasa perhubungan. Namun, juga digunakan sebagai bahasa pengantar,
bahasa resmi, bahasa agama, dan bahasa dalam penyampaian ilmu pengetahuan.
Sebagai bahasa pengantar dan alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa
Melayu digunakan pada perguruan tinggi “Dharma Phala”. Selain itu, bahasa Melayu
juga digunakan sebagai bahasa penerjemah buku-buku keagamaan, misalnya, buku
keagamaan yang diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh Tsing.
Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti yang
menggunakan bahasa Melayu. Prasasti-prasasti tersebut antara lain :

a). Prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 683 M.

b). Prasasti Talang Tuo di Palembang tahun 684 M.

c). Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat tahun 686 M.

d). Prasasti Karang Bahi antara Jambi dan Sungai Musi tahun 688 M.

e). Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah tahun 832 M.

f). Prasasti Bogor di Bogor tahun 942 M.

Masuknya agama islam ke kepulauan nusantara, membuat kedudukan


bahasa Melayu semakin penting. Para pembawa ajaran Islam memanfaatkan bahasa
Melayu sebagai sarana komunikasi. Di samping itu, pembawa ajaran Islam ikut
memperkaya khazanah kosa kata dalam bahasa Melayu.

Abad XVIII, bangsa-bangsa barat (Belanda) memasuki kepulauan


nusantara. Dalam mendirikan lembaga Pendidikan, pemerintah Belanda mengalami
kegagalan sehingga menyebabkan dikeluarkannya SK No. 104/1631 yang antara lain
berisi : “…Pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam bahasa
Melayu”. Selain itu, juga tersusunnya Ejaan Van Ophyusen (tahun 1901) yang
merupakan ejaan resmi bahasa Melayu dan diterbitkan dalam kitab logat Melajoe.
Buku ini disusun oleh Charles Andrianus Van Ophyusen dengan dibantu oleh Soetan
Makmur dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri ejaan ini yaitu :

a). Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dan sebagainya.

b). Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dan sebagainya.

c). Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema untuk menuliskan kata-kata

ma’moer, ‘akal, ta’, a’, dinamai’, dan sebagainya.


Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak pada masa
kebangkitan pergerakan bangsa Indonesia yang dimulai sejak berdirinya Boedi
Oetomo (1908) yang telah menggunakan bahasa Melayu sebagai alat bertukar
informasi dan komunikasi antar pergerakan. Hal ini dianggap penting dan perlu,
karena dengan itu akan mudah dalam mencapai persatuan dan kesatuan dalam rangka
bernasional.

Pada tahun 1908, pemerintah Belanda mendirikan sebuah badan


penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie Voor De Volkslectuur
(Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai
Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah
Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang
banyak membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

Dalam Kongres II Jong Sumatera, diputuskan pemakaian bahasa


Melayu sebagai bahasa persatuan antar jong. Tindak lanjut dari keputusan tersebut
adalah dengan menerbitkan surat kabar Neratja, Bianglala dan Kaoem Moeda.

Sebagai puncak keberadaan bahasa Melayu seperti yang diuraikan di


atas, maka pada tanggal 28 Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda di
Jakarta oleh berbagai jong. Salah satu hasil gemilang dari Kongres Pemuda yaitu
dengan dicetuskannya ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda berisi :

a). Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa

Indonesia.

b). Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertanah air yang satu tanah air

Indonesia.

c). kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
2.1.2 Masa Pasca-1928

Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa Melayu


sudah berubah menjadi bahasa Indonesia. Perkembangan berikutnya dapat dilihat
dengan berdirinya Angkatan Pujangga Baru tahun 1993. Para pelopornya antara lain :
Sultan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Amir Hamzah. Angkatan ini tampil
dengan tema : “Pembinaan bahasa dan kesusastraan Indonesia”.

Pada masa itu terjadi krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia.


Kaum penjajah (Belanda), berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia.
Sehingga sejumlah pakar bahasa Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres I
Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28 Juni
1938. Sejumlah pakar yang ikut ambil bagian dalam kongres tersebut antara lain :
K.St Pamoentjak; Ki Hadjar Dewantoro; Sanoesi Pane; Sultan Takdir Alisjahbana;
Dr. Poerbatjaraka; Adinegoro; Soekrdjo Wirjopranoto; R. P. Soeroso; Mr. Moh.
Yamin; dan Mr. Amir Sjarifudin. Kongres ini membahas bidang-bidang peristilahan,
ejaan, tata bahasa, dan bahasa persuratkabaran. Dari hasil kongres itu dapat
disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah
dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Kongres
ini berarti pula sebagai cetusan kesadaran akan perlunya pembinaan yang lebih
mantap terhadap bahasa Indonesia.

Pada masa Jepang berkuasa di Indonesia (1 Mei 1942), pemakaian


bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa perhubungan antar penduduk, disamping
bahasa Jepang dan pelarangan tegas penggunaan bahasa Belanda. Keputusan itu
sangat menggembirakan bagi pemekaran bahasa Indonesia dalam rangka bangkitnya.
Hal ini terlihat dari munculnya sebuah Angkatan Kesusastraan yang dipelopori
Chairul Anwar, Idrus, dan Asrul Sani. Angkatan ini dikenal sebagai Angkatan 45.
Pada tanggal 20 Oktober 1942, dibentuk Komisi Bahasa Indonesia
oleh Jepang. Tugas komisi ini adalah menyusun istilah dan tata bahasa normatif serta
kosa kata umum bahasa Indonesia. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
secara tidak langsung semakin mantap dan memperoleh tempat di hati penduduk.

2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan

Anda mungkin juga menyukai