Anda di halaman 1dari 22

BAHASA INDONESIA

SEJARAH DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :

Putu Anggi Junistya Putri (20) (2217011017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjakan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Bahasa Indonesia,
dengan judul “Sejara dan Kedudukan Bahsa Indonesia”.

` Makalah ini memaparkan mengenai Sejarah Bahasa Indoneisa,


Perkembangan Bahasa Indonesia dan kedudukan Bahasa Indonesa serta Fungsi
Bahasa Indonesia, sehingga kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari beberapa pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dalam pendidikan

Singaraja, 27 September 2022

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………1
1.4 Manfaat………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………3
2.1 Sejarah Bahasa Indonesia………………...……………………………………3
2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia.……………………………………………..5
2.4 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia..…………………………………..11

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..17


3.1 Simpulan……………………………………………………………………..17
3.2 Saran………………………………………………………………………….18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...19

iii
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat pentung dalam kehidupan


sehari-hari. Bahasa merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan maupun
tertulis, dari segi rasa, karsa, dan cipta serta pikir baik secara logis, etis maupun
estetis Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan berbagai ragam
bahasa daerah yang dimiliki memerlukan adanya satu bahasa pemersatu guna
menumbuhkan persatuan dan kesatuan bangsa. Bahasa Indonesia yang merupakan
bahasa nasional kita memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Mahasiswa harus mahir berbahasa Indonesia agar mampu
memenuhi kewajibannya sebagai Agent of change bangsa Indonesia. Kemahiran
mahasiswa dalam berbahasa Indonesia terlihat pada bagaimana cara mereka
berucap, berfikir, bertingkah laku dalam kontek ilmiah dan akademis. Maka dari
itu, Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata kuliah yang berperan untuk
mengembangkan kepribadian Mahasiswa yang kelak akan menjadi manusia
terpelajar yang memiliki peran penting memimpin Bangsa Indonesia di masa depan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Bahasa Indonesia?


2. Bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana kedudukan dan fungsi dari Bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah Bahasa Indonesia


2. Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui dan memahami kedudukan dan fungsi dari Bahasa
Indonesia

1
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui sejarah Bahasa Indonesia
2. Dapat mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia
3. Dapat mengetahui dan memahami kedudukan dan fungsi dari Bahasa
Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia


dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Dari sudut pandang linguistik, bahasa
Indonesia adalah sebuah variasi dari bahasa Melayu. Dalam hal ini dasar yang
dipakai adalah bahasa Melayu Riau, tetapi telahr mengalami perkembangan akibat
penggunaanya sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan pada awal abad ke-20.
Sampai saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup dan terus
berkembang dengan pengayaan kosakata baru, baik melalui penciptaan maupun
melalui penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Pada zaman Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 Masehi), bahasa Melayu (bahasa
Melayu Kuno) dipakai sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini dapat diketahui dengan
ditemukannya bberapa prasasti, prasasti tersebut diantaranya prasasti di Kedukan
Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi
berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa
Melayu Kuna. Pada masa itu bahasa melayu yang digunakan merupakan bahasa
melayu campuran bahasa sansekerta. Pada abad ke-15 penggunaan bahasa melayu
semakin tinggi, namun pengunaaanya terbatas hanya di kalangan keluarga kerajaan
Sumatra, jawa dan semenanjung Malaya.

Malaka merupakan tempat bertemunya para nelayan dari berbagai negara


dan mereka membuat sebuah kota serta mengembangkan bahasa mereka sendiri
dengan mengambil kata-kata yang terbaik dari bahasa di sekitar daerah tersebut.
Kota Malaka yang posisinya sangat menguntungkan (strategis) menjadi bandar
utama di kawasan Asia Tenggara. Bahasa Melayu menjadi bahasa yang paling
sopan dan paling tepat di kawasa timur jauh. Ejaan resmi bahasa Melayu pertama
kali disusun oleh Ch. A. van Ophuijsen yang dibantu oleh Moehammad Taib Soetan

3
Ibrahim dan Nawawi Soetan Ma’moer yang dimuat dalam kitab Logat Melayu pada
tahun 1801.

Sejarah mencatat bahwa Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu-


Riau, salah satu bahasa daerah yang berada di wilayah Sumatera. Pada abad ke-20
tepatnya pada zaman penjajahan Belanda masyarakat pribumi mempunyai
kemampuan Bahasa Belanda yang rendah sehingga menyebabkan pemerintah
colonial kesulitan berkomunikasi dengan rakyat pribumi. Pada akhirnya pemerintah
Belanda memutuskan untuk menggunakan Bahasa Melayu dengan patokan bahasa
melayu Tinggi yang memiliki kitab rujukan. Belanda mulai menyebarkan bahasa
Melayu melalui menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan,
buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun pemeliharaan kesehatan, yang
dapat membantu penyebaran bahasa Melayu ke kalangan masayarakat.

Pada 16 Juni 1927, ketika sidang Rapat Dewan Kerja (Volksraad), Jahja
Datoek kajo pertama kalinya menggunakan Bahasa Indonesia ketika berpidato.
Disinilah Bahasa Indonesia mulai berkembang. Tanggal 28 Oktober 1928 pada
Kongres Nasional kedua saat pidato Muhammad Yamin mengusulkan bahasa
Melayu sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai
“bahasa persatuan bangsa” pada saat sumpah pemuda. Muhammad Yamin berkata
“Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraanya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu, bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Namun, dari dua bahasa itu,
bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa
persatuan.”

Berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menanamkan dirinya sebagai


Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sultan Takdir Alisyahbana Tahun 1933. Tiga
tahun setelahnya Sultan Takdir Alisyahbana menyusun “Tata bahasa Baru Bahasa
Indonesia”. Pada Kongres Bahasa Indonesia I di Solo yang diselenggarakan tanggal
25-28 Juni 1938, Kongres tersebut menghasilkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan
dan budayawan Indonesia kala itu. Dan pada akhirnya di tanggal 18 Agustus 1945

4
satu hari setelah hari kemerdekaan, ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945
Bab XV Pasal 36, ditetapkannya bahwa bahasa Indonesia adalah bangsa negara.

Bahasa Melayu dipilih sebagai bahasa persatuan negara Republik Indonesia


atas beberapa pertimbangan sebagai berikut :

1. Jika bahasa Jawa digunakan, susku-suku bangsa atau golongan lain di


Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan
golongan mayoritas di Indonesia.
2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa
Melayu. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang digunakan untuk
orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat.
3. Bahasa Melayu yang dipilih merupaka bahasa Melayu-Riau dan bukan
bahasa Melayu Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta
(Betawi), ataupun Kutai, dengan pertimbangan :
a. Suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang terakhir pun lari ke
Riau selepas Malaka direbut oleh Portugis.
b. Sebagai Lingua Franca, bahasa Melayu Riau yang paling sedikit
terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa Hokkien, ataupun dari
bahasa lainnya.
4. Penggunaan bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Indonesia. Pada Tahun
1945, penggunaan bahasa Melayu selain Indonesia yaitu Malaysia, Brunei,
dan Singapura.

2.2 PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA


1. Perkembangan Bahasa Indonesia sebelum masa kolonial
Bahasa Melayu merupakan bahasa perhubungan atau komunikasi sejak
abad tujuh yaitu masa awal bangkitnya kerajaan Sriwijaya. Pada masa kerajaan
Sriwijaya menjadi pusat kebudayaan, perdagangan tempat orang belajar filsafat dan
pusat keagamaan (Buddha) Bukti-bukti yang tertulis mengenai pemakaian bahasa
Melayu dapat ditemukan pada penulisan Batu prasasti. Salah satunya prasasti di
Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun
684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan
Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf

5
Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Pada saat itu, bahasa Melayu yang digunakan
bercampur kata-kata bahasa Sanskerta. Masuknya agama Islam ke kepulauan
Nusantara membuat kedudukan bahasa Melayu semakin penting para pembawa
ajaran Islam memanfaatkan bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi

2. Perkembangan bahasa Indonesia pada masa colonial


Bangsa Belanda memasuki kepulauan Nusantara dalam mendirikan
lembaga pendidikan pemerintah Belanda mengalami kegagalan sehingga
menyebabkan dikeluarkannya SK nomor 104 / 1631 yang antara lain berisi
“…pengajaran di sekolah sekolah Bumiputra diberikan dalam bahasa Melayu”
selain itu juga tersusunnya ejaan Van Ophyusen tahun 1091 yang merupakan ejaan
resmi bahasa Melayu buku ini disusun oleh Charles Andrianus Van Ophuysen
dengan dibantu oleh Soetan Makmoer dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim.
Dengan Ciri-Ciri ejaan sebagai berikut :
a. Huruf “J” untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
b. Huruf “Oe” untuk menuliskan kata-kata Goeroe, Itoe, oemoer, dsb.
c. Tanda diakritik, seperti koma dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb.

Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak pada masa kebangkitan


pergerakan bangsa Indonesia yang dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo (1908)
yang telah menggunakan Bahasa melayu sebagai alat bertukar informasi dan
komunikasi antar pergerakan.

3.Perkembangan bahasa Indonesia pada masa pergerakan

Setelah sumpah muda perkembangan bahasa Indonesia tidak berjalan


dengan mulus. Belanda membuat pengaruh politik bahasa yang menghambat
perkembangan bahasa Indonesia banyak pemuda pelajar berlomba-lomba
mempelajari bahasa Belanda. Sebaliknya pada masa penduduk Dai Nippon bahasa
Indonesia mengalami perkembangan yang pesat karena tentara penduduk Jepang
sangat benci semua yang berbau Belanda. Sementara itu, orang-orang bumiputera
belum bisa berbahasa jepang. Oleh karena itu, digunakanlah Bahasa Indonesia

6
untuk memperlancar tugas-tugas administrasi dan membantu tertara Dai Nippon
melawan tentara Belanda dan sekutu-sekutunya.

4. Perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan

A. Ejaan Republik

Satu hari setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya Pada 18 Agustus 1945


ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pasal 36 Bab XV UUD 45 berbunyi
: “ Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.” Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan
penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi). Ejaan Republik adalah hasil dari
penyederhanaan ejaan Ejaan Van Ophusyen. Pada saat itu Mr. Soewandi mejabat
sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia,
maka ejaan tersebut dikenal atau dinamakan Ejaan Suwandi. Beberapa perbedaan
yang tampak dalam Ejaan Republik dengan Ejaan Van Ophusyen sebagai berikut :

a. Gabungan huruf oe pada Ejaan Van Ophusyen diganti dengan u pada Ejaan
Republik. Seperti: Sumpah, Umur, Guru
b. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophusyen diganti dengan k pada Ejaan
Republik. Seperti: tak, pak, rakjat
c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik. Seperti:
Kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an
d. Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
e. Tanda trema (‘) dalam Ejaan Van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan
Republik.
Agar perbedaan kedua ejaan itu menjadi jelas, berikut beberapa contoh
perubahan-perubahan kata Ejaan Van Ophusyen menjadi Ejaan Republik :
Ejaan Van Ophusyen Ejaan Republik

Soempah Sumpah

Oemoer Umur

ma’loem maklum

7
B. Ejaan Pembaharuan
Ejaan Pembaharuan merupakan pembaharuan dari Ejaan Republik.
Penyusunan Ejaan ini dilakukan oleh Panitia pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
Pada tahun 1957 panitia merumuskan patokan-patokan ejaan baru, namun hasil ini
tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan pun belum pernah di
berlakukan. Hal menarik dari Ejaan pembaharuan ini adalah disederhanakannya
huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan menjadi huruf tunggal, seperti contoh
di bawah ini :
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
c. Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
d. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń
e. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
f. Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim disebut diftong
ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.
Seperti :
Ejaan Yang Disempurnakan Ejaan Pembaharuan

Santai Santay

Gulai Gulay

Harimau Harimaw

Kalua Kalaw

amboi amboy

C. Ejaan Meindo
Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia) merupakan hasil perumusan ejaan
Melayu dan Indonesia pada tahun 1959. Bentuk rumusan Ejaan Melindo merupakan
bentuk penyempurnaan dari ejaan sebelumnya. Namun, Ejaan Melindo ini belum
sempat dipergunakan karena pada masa-masa itu terjadi konfrontasi antara negara

8
kita Republik Indonesia dengan pihak Malaysia. Hal berbeda dalam Ejaan Melindo
adalah :
a. gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi
cinta,
b. gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf Nc, yang sama
sekali masih baru. Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan
itu diganti dengan ts dan n
D. Ejaan Baru (Ejaan LBK)
Ejaan Baru merupakan lanjutan dari usaha Ejaan Malindo. Panitia telah
berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudia diberi nama Ejaan Baru.
Panitia berkerja atas Dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan,
No. 062/67, 19 September 1967. Perubahan Ejaan Baru atau Ejaan LBK, yakni
sebagai berikut.
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
Ejaan Yang Disempurnakan Ejaan Baru

Remaja Remadja

Jalan Djalan

perjaka perdjaka

b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi j


Ejaan Yang Disempurnakan Ejaan Baru

Cakap Tjakap

Baca batja

Cinta tjantik

9
c. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny
Ejaan Yang Disempurnakan Ejaan Baru

Syarat Sjarat

Isyarat Isjarat

syuku sjukur

d. Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy


Ejaan Yang Disempurnakan Ejaan Baru

Syarat Sjarat

Isyarat Isjarat

syuku sjukur

e. Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh


Ejaan Yang Disempurnakan Ejaan Baru

Takhta Tachta

Makhluk Machluk

ikhlas ichlas

E. Ejaan yang Disempurkan

Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun


Kemerdakan Republik Indonesia XXVII, 17 Agustus 1972 diresmikanlah
pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia.
Dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan
nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta

10
penyempurnaan Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik yang dipakai sejak Maret
1947. Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, yakni seperti di
bawah ini.

a. Perubahan Huruf
Ejaan lama Ejaan Yang Disempurnakan

djika Jika

tjakap Cakap

njata Nyata

sjarat Syarat

achir Akhir

supaja supaya

b. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan di bahasa asing diresmikan


pemakaiannya. Seperti:
 Khilaf
 Fisik
 Valuta
 Universitas
 Zakat
 Khazanah

2.4 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA


1. Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu
sebagai bahasa nasioanal dan sebagai bahasa resmi/negara. Sejak tanggal 28
Oktober 1928 tepatnya pada sumpah pemuda bahasa Indonesia telah memperoleh
kedudukan sebagai bahasa nasional sejak awal kelahirannya. Selain sebagai
Bahasa nasional bahasa Indonesia juga memiliki kedudukan sebagai bahasa
persatuan.

11
a. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
Ditandai dengan sebuah ikrar yang disampaikan oleh para pemuda dari
seluruh nusantara yang berkumpul di Batavia pada kongres pemuda pada tanggal
28 Oktober 1928. Peristiwa tersebut kita kenal dengan sebutan “Sumpah
Pemuda”. Dalam kongres ini terdapat tiga keputusan yang diikrarkan, bunyi
keputusan ketiga ialah “kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan bahasa Indonesia”. Sejak saat ini bahasa Indonesia berfungsi sebagai
Bahasa Nasional. Lengkap kedudukannya sebagai:
 Lambang kebanggaan nasional, merupakan Lambang identitas nasional
 Alat pemersatu masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial,
budaya, dan bahasanya
 Alat penghubung atar budaya, antar daerah.

kesadaran diri mengenai betapa kuatnya Indonesia yang mampu


mempersatukan berbagai suku di Nusantara yang memiliki perbedaan latar
belakang budaya dan Bahasa. Lambang kebanggaan nasional dapat kita wujudkan
dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
komunikasi seharu-hari.

b. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara


Selain memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
juga memiliki kedudukan sebagai bahasa negara. Dengan artian bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi kenegaraan dan juga sebagai
bahasa resmi di lembaga-pembaga pendidikan di Indonesia. Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara:
 Bahasa resmi kenegaraan
 Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan
 Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintah
 Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan serta teknologi modern.

12
2. Fungsi Bahasa Indonesia
Selain memiliki berbagai macam kedudukan bahasa Indonesia juga
memiliki banyak fungsi mulai dari fungsi khusus dan fungsi umum, berikut
penjelasan detail mengeni fungsi-fungsi tersebut:
a. Fungsi Khusus
 Pergaulan, bahasa untuk berinteraksi
Sebagai makhluk sosial kita perlu berinteraksi dengan sesame manusia.
Dalam interaksi diperlukan bahasa di dalamnya agar memudahkan dalam
penyampaian informasi sehinggal dapat dipahami dengan mudah oleh
rekan interaksi
 Seni, bahasa mengekspresikan diri
Berbicara merupakan sebuah seni, seni menggambarkan perasaan diri,
mengekspresikan diri. Untuk mengekspresiakan diri diperlukan bahasa
sebagai media penyampaian tersebut.
 Pengetahuan, bahasa untuk mengesploitasi pengetahuan
Ini memiliki hubungan dengan kedudukan bahasa sebagai bahasa negara
dimana kedudukan bahasa juga sebagai bahasa pengantar resmi di
lembaga-lembaga pendidikan.
 Sejarah, bahasa untuk mempelajari naskah-naskah kuno
Untuk memperlajari sejarah juga diperlukan adanya bahasa yang mamp
menjelaskan suatu peritiwa yang telah terjadi terlebihnya pada sastra-
satra kuno yang terdapat kata-kata didalamnya.

b. Fungsi Umum
 Contoh Bahasa untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara
terbuaka mengenai hal tersirat yang ada di dalam diri kita, sekurang-
kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang
mendorong ekspresi diri antara lain:
1. Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita
2. Keinginan untuk membebaskan diri kita dari tekanan emosi

13
Bahasa yang digunakan sebagai pengungkapan suat keadaan dan
kondisi. Sebenarnya semua fungsi bahasa sebagai dikemukakan tidak
terpisah satu sama lain dalam kenyataan sehari-hari sehingga untuk
menetapkan di mana yang satu mulai dan di mana yang lain berakhir pada
permulaan bahasa pada anak anak sebagai perkembangan dengan dirinya
sendiri dalam buaya menyatakan dirinya sendiri dia menangis bila
lapar/haus. Bayi memiliki bahasa yang berbeda untuk berkomunikasi, dan
tentunya bahasa baik akan sangat berbeda dan sulit untuk dipahamj oleh
sebagian orang. Ketika mulai belajar berbahasa ia memilih untuk
menyerah lapar haus dan sebagainya itu berlangsung terus hingga
seseorang keadaan hatinya suka dukanya semua coba diungkapkan dengan
bahasa dengan bahasa agar tekanan tekanan jiwa dekat seperti kata aduh
hai wahai dan sebagainya yang mencerminkan kejadian pada saat ini.

 Contoh Fungsi Bahasa Sebagai Alat Komunikasi


Bahasa merupakan alat umum yang telah digunakan oleh manusia
untuk berkomunikasi sejak lama. Bahasa merupakan salah satu
komponen yang harus ada untuk memudahkan manusia dalam
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain anatara lain
berbicara dan menggunakan isyarat/symbol.
Sebelum berkomunikasi dengan menggunakan bahasa kita pasti
sudah mengetahui tujuan dari komunikasi tersebut. Kita ingin dipahami
oleh orang lain, kita juga ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran
yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin
terhadap pandangan kita. Kita juga ingin mempengaruhi orang lain.
Lebih jauh lagi kita ingin orang lain juga menanggapi komunikasi kita.
Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran
menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita (dalam
arti kita menggunakan kata yang sudah umum). Untuk melakukan
komunikasi yang baik harus menggunakan bahasa yang baik dan benar
agar informasi yang kita berikan dapat diterima dengan baik oleh orang

14
yang kita ajak untuk berkomunikasi, jika hal tersebut bisa terjadi itu
merupakan salah satu tanda bahwa kita tela melakukan komunikasi yang
baik. Berikut ini contoh Percakapan 2 orang :
Krisna : Lagi ngapain kamu?
Devi : Aku lagi mengerjakan tugas
Sebagai contoh diatas tersebut merupakan contoh percakapan anatar dua
orang dengan menggunakan kata sederhana sehingga muda dimengerti.

 Contoh bahasa sebagai alat integrase dan adaptasi sosial


Dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada yang namanya
adat istiadat, tingkah laku, dan tatat karma di masyarakat tersebut.
Melalui bahasa seorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar
mengenal segala adat istiadat, tingkah laku, dan tata karma
masyarakat. Dimana disini kita akan mencoba menyesuaikan diri
atau yang kerap kita sebut dengan (adaptasi) dengan semua itu
melalui bahasa. Seorang pendatang baru dalam sebuah masyarakat
juga harus melakukan hal ini agar bisa beradaptasi dan
menyesuaikan kondisi dilingkungan masyarakat tersebut. Untuk itu
orang tersebut memerlukan bahasa, yaitu bahasa masyarakat
tersebut. Bila ia dapat menyesuaikan dirinya maka itu pun akan
mempermudakan dirinya ketika bergaul atau berinteraksi dengan
segala macam tata karma masyarakat tersebut.

 Contoh bahasa sebagai alat kontrol sosial


Ceramah agama dan sosialisasi merupakan contoh
penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi
ilmiah atau merupakan alat kontrol sosial. Kita juga pasti sering
mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televise
atau radio, atau pada saat ini ada konten youtube yang terkenal
adalah poadchast. Itu juga merupakan salah satu perwujudan bahasa
sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa
yang memberikan kepada kit acara untuk memperoleh pandangan

15
baru, sikap baru, perilaku, dan tindakan yang baik. Disamping itu,
kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang
lain mengenai suatu hal

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Hingga saat ini, bahasa Indonesia terus
berkembang dengan pengayaan kosakata baru, baik melalui penciptaan maupun
melalui penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Pada abad ke-15 bahasa
melayu terus berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa
Melayu karena dipakai oleh para petinggi kerajaan sumtra, jawa, dan malaka yang
kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Pada abad ke-20 pemerintah Belanda
memutuskan untuk menggunakan Bahasa Melayu dengan patokan bahasa melayu
Tinggi yang memiliki kitab rujukan. Pada 16 Juni 1927, ketika sidang Rapat Dewan
Kerja (Volksraad), Jahja Datoek kajo pertama kalinya menggunakan Bahasa
Indonesia ketika berpidato. Tanggal 28 Oktober 1928 pada Kongres Nasional kedua
saat pidato Muhammad Yamin mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa
nasional. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai “bahasa persatuan bangsa”
pada saat sumpah pemuda.
Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan, ditandatanganilah
Undang-Undang Dasar 1945. Pada Bab XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah bahwa
bahasa Indonesia ialah bahasa negara. Selanjutnya, sehubungan dengan
perkembangan ejaan, setelah bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia,
yakni muncul Ejaan Republik, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK,
Ejaan yang disempurnakan, dan EBI.
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai
bahasa nasioanal dan sebagai bahasa resmi/negara. Bahasa Indonesia juga memiliki
beberapa fungsi umum seperti, (1) Bahasa untuk menyatakan ekspresi diri, (2)
Bahasa sebagai Alat Komunikasi, (3) bahasa sebagai alat integrase dan adaptasi
sosial, (4) bahasa sebagai alat kontrol sosial

17
3.2 Saran
Tulisan hanyalah bersifat pendahuluan. Untuk itu perlu dilakukan
penyempurnaan oleh semua pihak yang berkecimpung dalam bidang akademik.
Demikian pula penyempurnaan dari segala pihak aspek perlu dilakukan demi
kesempurnaan tulisan ini.

18
DAFTAR PUSTAKA
Auliya Silfia, F. N. K., 2014. Batasan dan Sejarah Bahasa Indonesia. Makalah.

Putrayasa, I. G. N. K., 2018. Sejarah Bahasa Indonesia. Makalah.

19

Anda mungkin juga menyukai