Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH, FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA


INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Bahasa Indonesia Dosen Pengampu : Mahpudoh
M.Pd

Oleh Kelompok I
1. Mutia Nandika Sukmas 11012200105
2. Desi Safitri 11012200283
3. Syazwina Oktaviani 11012200179
4. Nafis Ulwan Jihadi 11012200777
5. Aulia Rahmawati 11012200238
6. Shahnata Tubagus 11012200515
7. Siti Ratu Zulfia 11012200108

UNIVERSITAS BINA BANGSA


PUJI SYUKUR

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali
Allah, Syukur Alhamdullilah, atas berkat rahmat Allah Swt. yang telah berkenan memberikan
kami kesempatan dan kenikmatan untuk dapat menyelesaikan makalah “Sejarah, Fungsi dan
Kedudukan Bahasa Indonesia” ini dengan baik dan tanpa kekurangan apapun. Tidak ada
kesempurnaan di dunia ini, kecuali kesempurnaan milik Allah Swt. semata. Kami sebagai
manusia hanya bisa membuka diri untuk senantiasa dikritik dan diberi saran yang dapat
membangun untuk memperbaiki dan menjadikanya lebih baik lagi. Semoga dengan adanya
makalah “Sejarah, Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia”, dapat memberikan informasi
lebih baik itu kepada mahasiswa, masyarakat, maupun pemerintah, untuk senantiasabersinergi
guna bekerjasama membangun bangsa dan negara.

ii
DAFTAR ISI

Puji syukur. .......................................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................................... iii
Tabel Perbandingan............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah. ........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan. ............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bahasa Indonesia ............................................................................................... 2
2.2 Fungsi Bahasa Indonesia ................................................................................................6
2.3 Kedudukan Bahasa Indonesia ......................................................................................... 8

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan. ........................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka. ...................................................................................................................13

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Perbandingan Ranah Pemakaian Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. ............... 9

No Bahasa Melayu Bahasa Indonesia


1. Bahasa resmi kedua di samping Bahassa Bahasa yang digunakan dalam gerakan
Belanda, terutamauntuk tingkat yang kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan
dianggap rendah. Indonesia.

2. Bahasa yang diajarkan di sekolah- Bahasa yang digunakan dalam penerbitan-


sekolah yang didirikan atau menurut penerbitan yang bertujuan untuk
sistem pemerintah Hindia Belanda. mewujudkan cita-cita perjuangan
kemerdekaan Indonesia baik berupa:
bahasa pers, bahasa dalam hasil sastra.
3. Penerbitan-penerbitan yang dikelola Kondisi di atas berlangsung sampai tahun
oleh jawatan pemerintah Hindia 1945.
Belanda.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Republik Indonesia. Hal tersebut
tercantum dalam pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945. (Kridalaksana, 1991) bahasa Indonesia
merupakan salah satu ragam bahasa Melayu.
Dalam perkembangannya, banyak masyarakat Indonesia yang kurang mengetahui dan
mengerti mengenai sejarah, fungsi, dan kedudukan dari bahasa Indonesia itu sendiri.
Seharusnya kita sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) tidak melupakan sejarah dari bangsa
sendiri karena para pahlawan yang terdahulu rela mati demi memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia.
“Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, jangan sekali-kali melupakan sejarah” kalimat
tersebut merupakan salah satu isi pesan yang disampaikan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya
di depan MPRS pada tanggal 17 Agustus 1966. Pidato tersebut dikenal sebagai pidato
Jasmerah, dan ungkapan tersebut terkenal hingga sekarang (Pawit M. Yusup, 2014).
Dengan demikian, pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai sejarah,
fungsi, dan kedudukan bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah bahasa Indonesia?
2. Bagaimana fungsi bahasa Indonesia?
3. Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah bahasa Indonesia.
2. Mengetahui fungsi bahasa Indonesia.
3. Mengetahui kedudukan bahasa Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini sebenarnya berasal dari bahasa Melayu, yaitu
bahasa Melayu Riau (Provinsi Kepulauan Riau) yang telah menjadi lingua franca sejak abad
ke-19. Pemberian nama “Bahasa Indonesia” diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda
pada 28 Oktober 1928. Hingga saat ini bahasa Indonesia terus berkembang dan terus
menghasilkan kata-kata baru baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah
dan bahasa asing.
Alasan-alasan mengapa bahasa Melayu dan bukan bahasa daerah lain yang dipilih untuk
diangkat menjadi bahasa Indonesia antara lain sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan
bahasa pedagangan. Seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing menyatakan bahwa di Sriwijaya
pada waktu itu ada bahasa yang bernama Koen-louen (ada yang menyebut Kou-luen,
K’ouen-louen, Kw’enlun, Kun’lun, K’un-lun) yang berdampingan dengan bahasa
Sansekerta. Koen-louen adalah bahasa perhubungan di Kepulauan Nusantara dan
bahasa yang dimaksud adalah bahasa Melayu.
2. Bahasa Melayu sudah dikenal oleh banyak masyarakat. Bahasa Melayu sudah
menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di
wilayah Nusantara (dalam buku “Praktis Bahasa Indonesia Edisi 2” oleh pusat bahasa).
3. Sistem Bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena tidak dikenal tingkatan
bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau perbedaan bahasa kasar dan halus seperti dalam
bahasa Sunda. Oleh sebab itu, bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat sebagai
bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan
antarkerajaan karena tidak mengenal tingkat tutur.
4. Bahasa Melayu memiliki sifat terbuka untuk menerima pengaruh bahasa lain. Dalam
sejarahnya, ketika bahasa Melayu semakin berkembang dan bertambah kukuh
keberadaannya, bahasa Melayu juga menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama
bahasa Sansekerta, Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
5. Suku Jawa, Sunda, dan suku lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

2
6. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti luas.

Ada berbagai bukti bahwa bahasa Melayu sudah digunakan sebagi bahasa perhubungan
pada masa itu. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang ditemukan seperti:
a. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683.
b. Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684.
c. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686.
d. Prasasti Karang Brahi tahun 688.
e. Prasasti Gandasuli tahun 832.
f. Prasasti Bogor tahun 1942.

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia secara istilah baru lahir memiliki peran yang
sangat strategis dalam upaya mencapai kemerdekaan. Bahasa Indonesia yang digunakan
sebagai pembangkit semangat kebangsaan dan rasa nasionalisme bersama. Bahasa Indonesia
juga menjadi sarana pencerdasan bangsa melalui lembaga-lembaga pendidikan yang
berkembang di Indonesia. Bahasa Indonesialah yang akhirnya menjadi sarana perjuanngan
dalam merebut kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa negara dalam Undang-
Undang Dasar 1945 Bab XV, Pasal 36. Keberadaan bahasa Indonesia merupakan kebanggaan
tersendiri bagi bangsa Indonesia karena merupakan bahasa asli milik pribumi dan telah
mengakar di seluruh wilayah Indonesia.
Adapun peristiwa-peristiwa yang mengiringi bahasa Indonesia, baik dalam kedudukannya
sebagai bahasa persatuan maupun sebagai bahasa negara adalah sebagai berikut.
1. Lahirnya ejaan resmi bahasa Melayu yang disusun oleh Ch. A. Van Ophuijsen pada
tahun 1901. Keberadaan ejaan tersebut menandai bahwa bahasa Melayu yang
merupakan cikal bakal bahasa Indonesia telah berperan sebagai bahasa ilmiah pada
awal abad ke-19. Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu pertama yang ditulis
menggunakan huruf latin. Charles Van Ophuijsen dibantu Nawawi Soetan Ma’’moer
dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru pada tahun 1896. Pedoman
tata bahasa tersebut dikenal senan nama “Ejaan van Ophuijsen” dan resmi diakui
pemerintah kolonial pada tahun 1901.
2. Berdirinya Commissie woor de Volkslectuur (Taman Baca Rakyat) tahun 1908 ikut
memberikan dasar pengembangan bahasa Melayu. Tugas badan tersebut yaitu
menerbitkan buku-buku berbahasa Melayu. Pada tahun 1917, badan tersebut berganti

3
nama menjadi “Balai Pustaka” dan masih digunakan sampai saat ini sebagai nama
penerbit nasional.
3. Terselenggaranya Kongres Sumpah Pemuda tahun 1928 yang menghasilkan sumpah
pemuda yang di dalamnya tercantum pengakuan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan.
4. Terbitnya majalah Poejangga Baroe tahun 1933 yang banyak menghasilkan karya
berbahasa Indonesia serta menanamkan semangat kebangsaan.
5. Ditandatanganinya UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 yang di dalamnya tercantum
pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara merupakan peristiwa sejarah
diangkatnya sebuah bahasa sebagai salah satu simbol kenegaraan.
6. Lahirnya Ejaan Republik yang diresmikan pada 19 Maret 1947 menggantikan ejaan van
Ophuijsen oleh Menteri Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia, Soewandi.
7. Lahirnya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16 Agustus 1972
dan dikuatkan dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972.
8. Diresmikannya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah pada 16 Agustus 1972 berdasarkan Putusan
Presiden No. 57 Tahun 1972. Semula, ejaan disusun bersama antara Malaysia dan
Indonesia yang dikenal sebagai ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Akibat
perkembangan politik, hubungan Indonesia dengan Malaysia menjadi buruk sehingga
peresmian ejaan Melindo diurungkan. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun yakni
bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia dibakukan sendiri-sendiri.

Selain peristiwa-peristiwa di atas, juga diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia secara


rutin setiap 5 (lima) tahun sekali, kecuali pada saat awal kemerdekaan. Secara berturut-turut
waktu penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
a.) Kongres Bahasa Indonesia I
diselenggarakan di Solo, 25-28 Juni 1938 dengan kesepakatan perlunya upaya
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
b.) Kongres Bahasa Indonesia II
diselenggarakan di Medan, 28 Oktober – 2 November 1954 dengan hasil perlunya
diupayakan penyempurnaan bahasa Indonesia khususnya Bahasa Indonesia ragam
tulis.
c.) Kongres Bahasa Indonesia III

4
diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 2 November 1978 dengan keputusan
dirumuskannya kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
d.) Kongres Bahasa Indonesia IV
diselenggarakan di Jakarta, 21-26 November 1983 dengan rekomendasi perlunya
semua masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Rekomendasi tersebut mendapat respon oleh Presiden Suharto dengan memberikan
instruksi kepada semua jajaran gubernur untuk menganjurkan penggunaan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu, pemerintah juga menindaklanjuti dengan
memasukkan ketentuan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
GBHN.
e.) Kongres Bahasa Indonesia V
diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 3 November 1988 yang dihadiri kira-kira 700
pakar Bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan peserta tamu dari negara sahabat
seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Jerman, dan Australia.
Kongres ini ditandai dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan bahasa Indonesia berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
f.) Kongres Bahasa Indonesia VI
diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 2 November 1993. Dalam kongres disepakati
bahwa Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia ditingkatkan statusnya
menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang
Bahasa Indonesia.
g.) Kongres Bahasa Indonesia VII
diselenggarakan di Jakarta, 26-30 Oktober 1998. Dalam kongres ini mengusulkan untuk
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan anggota tokoh masyarakat dan pakar
yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra Indonesia yang bertugas
memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta
mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
h.) Kongres Bahasa Indonesia VIII
diselenggarakan di Jakarta, 14-17 Oktober 2003 yang menekankan pada perlunya
pembelajaran Bahasa Indonesia untuk orang asing (BIPA).
i.) Kongres Bahasa Indonesia IX

5
diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 1 November 2008. Pada kongres ini
derencanakannya diluncurkannya kamus elektronik dan disahkannya Undang-Undang
Bahasa. Namun, pengesahan UU Bahasa gagal karena belum selesai dibahas pada
tingkat DPR. Setelah ditunda selama setahun, akhirnya pada November 2009 disahkan
UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan.
j.) Kongres Bahasa Indonesia X
diselenggarakan di Jakarta, 28-31 Oktober 2013. Kongres ini menekankan pada
penguatan bahasa Indonesia dalam percaturan internasional.

2.2 Fungsi Bahasa Indonesia


“Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggan nasional, (2)
lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda
latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya dan
antardaerah.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai
sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa
Indonesia, kita harus bangga dengannya, kita harus menjunjungnya, dan kita harus
mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita harus
memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga
memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
Sebagai lembang identitas nasional, Bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa
Indonesia. Ini berarti, dengan Bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat,
perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang demikian, maka
kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin didalamnya. Jangan
sampai Bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Sebagai alat pemersatu memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar
belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam
kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia bangsa Indonessia
merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi
“dijajah” oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan
menggunakan bahasa Indonesia, identitas, suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih

6
tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih
tegar dan tidak bergoyah sedikitpun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya
khazanah bahasa Indonesia.
Sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah, bahasa Indonesia sering kita
rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari bayangkan saja apabila kita ingin
berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa
berbeda, maka kita dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk menanggulangi semuanya itu.
Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi
pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan mudah di informasikan kepada warganya. Akhirnya,
apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat peningkatan
pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat
tercapai.
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 25-28 Oktober 1975, dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya
sebagai bahsa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a. bahasa resmi kenegaraan,
b. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
c. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah,
d. bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
serta teknologi modern.

Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI
1945. Mulai saat itu, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-
lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Sebagai
konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan
tersebut, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya berbahasa Indonesia.
Sebagai fungsi perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan san
pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan
antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat.

7
Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu dan teknologi, bahasa
Indonesia terasa manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam, yang berasal dari
masyarakat Indonesia yang beragam pula, rasanya tidak mungkin dapat disebarluaskan kepada
dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia.

2.3 Kedudukan Bahasa Indonesia


Menurut Esti B. Pramukti (2014) kedudukan diartikan sebagai status relatif bahasa
sebagai sistem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial bahasa yang
bersangkutan. Sedangkan fungsi adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai tugas
pemakaian bahasa itu dalam kedudukan yang diberikan kepadanya. Bahasa Indonesia memiliki
kedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dimiliki sejak diikrarkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928, sedangkan kedudukan sebagai bahasa negara dimiliki sejak diresmikan Undang-Undang
Dasar 1945 (18 Agustus 1945). Dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 tercantum ”Bahasa
negara ialah Bahasa Indonesia”.
A. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Janganlah sekali-sekali disangka bahwa berhasilnya bangsa Indonesia mempunyai
bahasa Indonesia ini bagaikan anak kecil yang menemukan kelereng di tengah jalan.
Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan itu dimulai
sebelum kolonial masuk di bumi Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang ada, misalnya
yang di dapatkan di Bukit Talang Tuo dan Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai
dengan tercetusnya inspirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober
1928 yang konsepan aslinya berbunyi :

Kami poetera dan poeteri Indonesia


mengakoe bertoepah darah satoe, Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe, Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.

Dari ketiga butir diatas yang paling menjadi perhatian pengamat (sosiolog) adalah butir
ketiga karena dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa. Dikatakan demikian, sebab negara-
negara lain, khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk membuat hal yang sama selalu

8
mengalami kegagalan yang dibarengi bentrokan disana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu
dilakukan tanpa hambatan sedikitpun, sebab semuanya telah mempunya kebulatan tekad yang
sama. Kita patut bersyukur dan angkat topi kepada mereka.
Kita tau bahwa saat itu, sebelum tercetusnya sumpah pemuda, bahasa Melayu dipakai
sebagai lingua franca di seluruh Kawasan Tanah Air. Hal itu terjadi sudah berabad-abad
sebelumnya. Dengan adanya kondisi seperti itu, masyarakat kita sama sekali tidak merasa
bahwa bahasa daerahnya di saingi. Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa
daerahnya tidak mungkin dapat di pakai sebagai alat perhubungan antarsuku, sebab yang diajak
berkomunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai
lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai
dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang . Kesadaran masyarakat yang seperti itulah,
khususnya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.
Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat
kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahasa
melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itulah bahasa Melayu yang
berjiwa semangat baru diganti dengan bahasa Indonesia.
B. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara/resmi mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Secara resmi, adanya bahasa
Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada, melainkan
sambunngan yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian karena pada waktu
itu bahasa Melayu masih digunakan juga dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda.
bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia
Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh
pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan
Indonesia. Dengan demikian, terjadilah dualisme pemakaian bahasa yang sama tubuhnya,
tetapi berbeda jiwanya, yaitu jiwa kolonial dan jiwa nasional.

9
Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, diangkat pula bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara. Hal tersebut dinyatakan dalan UUD 1945 BAB XV Pasal 36.
Pemilihan bahasa sebagai bahasa negara bukanlah pekerjaan yang mudah sehingga banyak hal
yang perlu dipertimbangkan. Jika salah dalam pertimbangan akan mengakibatkan tidak
stabilnya suatu negara.
Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai bahasa
negara antara lain:
1. bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk negara itu,
2. secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya,
3. bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu.

Ketiga faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Bahkan,
sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan tugasnya sebagai bahasa nasional, bahasa
pemersatu bangsa Indonesia. Dengan demikian, hal yang dianggap berat bagi negara lain, bagi
Indonesia tidak merupakan persoalan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
terpenting di Republik Indonesia (RI). Penting tidaknya suatu bahasa didasari oleh 3 (tiga)
faktor, yaitu jumlah penuturnya, luas penyebarannya, dan peranannya sebagai sarana ilmu,
susastra, dan ungkapan budaya yang bernilai tinggi.
Penutur suatu bahasa yang berjumlah sedikit menutup kemungkinan bahasa tersebut
memiliki peranan yang penting. Artinya, jika ada dua bahasa yang satu penutur bahasanya
sedikit dan bahasa yang satu memiliki jumlah penutur yang lebih banyak, maka bahasa yang
jumlah penuturnya sedikit akan kurang mendapat perhatian dari penutur lainnya.
Luas penyebaran suatu bahasa menunjukkan bahwa bahasa tersebut banyak disenangi
oleh pengguna, bahasa tersebut mudah dipahami dan digunakan, dan masyarakat penggunanya

10
adalah orang-orang yang memiliki wibawa, prestasi, dan prestise yang tinggi sehingga
masyarakat dari luar bahasa itu berasal akan merasa bangga jika menggunakan bahasa tersebut.
Sebuah bahasa menjadi sangat penting jika memiliki fungsi atau selalu digunakan
dalam penyebaran ilmu pengetahuan, sastra, dan teknologi. Hanya orang-orang terpelajar yang
selalu berusaha menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan baik sastra ataupun
teknologi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Adapun simpulan yang diperoleh dari pembahasan diatas adalah :
1. Bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini sebenarnya berasal dari bahasa Melayu, yaitu
bahasa Melayu Riau (Provinsi Kepulauan Riau) yang telah menjadi lingua franca sejak
abad ke-19. Pemberian nama “Bahasa Indonesia” diawali sejak dicanangkannya
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1998.
2. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggan nasional, lambang identitas
nasional, alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang
sosial budaya dan bahasanya, alat perhubungan antarbudaya antardaerah, bahasa resmi
kenegaraan, bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa resmi di
dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan bahasa resmi di dalam pengembangan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
3. Bahasa Indonesia di dalam kedudukannya memiliki 2 (dua) kedudukan, yaitu sebagai
Bahasa Nasional dan sebagai Bahasa Negara.

12
DAFTAR PUSTAKA

Pramukti, B Esti dkk. 2014. Bahasa Indonesia. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Yusup, Pawit M, dkk. 2017. Nilai-Nilai Fungsional Perpustakaan Desa dalam Pewarisan
Hasil Karya Budaya Lokal. Jurnal of Library and Information Science. 7(2). 1-16.

Zulaeha, Ida, dkk. 2016. Bahasa Indonesia: Pengantar Penulisan Karya Ilmiah.
Semarang:UNNES Press.

13

Anda mungkin juga menyukai