Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH,KEDUDUKAN,FUNGSI DAN RAGAM


BAHASA INDONESIA
DOSEN : ASMADI M.pd

TEKNIK ALAT BERAT


KELOMPOK 3 :

SEMESTER 1 (GANJIL)
AKADEMI KOMUNITAS OLAT MARAS
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Tiada Tuhan yang pantas disembah
kecualiAllah, Syukur Alhamdullilah, atas berkat rahmat Allah Swt. yang telah
berkenan memberikankami kesempatan dan kenikmatan untuk dapat menyelesaikan
makalah“Sejarah, Fungsi, dan Kedudukan Bahasa Indonesia” ini dengan baik dan
tanpa kekurangan apapun.

Oleh karena itu, kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada :


1. Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia, yaitu Bapak Asmadi,M.Pd.yang
telah mengajarkan dan membimbing kami selama perkuliahan dan
mengajarkanberbagai macam ilmu mengenai bahasa Indonesia,
2. Orang tua, teman, serta sahabat yang telah membantu kelancaran dalam
prosespembuatan makalah ini.Tiada ada kesempurnaan di dunia ini, kecuali
kesempurnaan milik Allah Swt. semata.Kami sebagai manusia hanya bisa
membuka diri untuk senantiasa dikritik dan diberi saran yangdapat membangun
untuk memperbaiki dan menjadikanya lebih baik lagi.

Semoga denganadanya makalah“Sejarah, Fungsi, dan Kedudukan Bahasa Indonesia”,


dapat memberikaninformasi lebih baik itu kepada mahasiswa, masyarakat, maupun
pemerintah, untuk senantiasabersinergi guna bekerjasama membangun bangsa dan
negara.

Sumbawa, 10 Oktober 2022

KELOMPOK IV 

KELOMPOK IV ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................iii

Daftar Tabel..............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

  Latar Belakang.....................................................................................................1.1

  Rumusan Masalah................................................................................................1.2

  Tujuan..................................................................................................................1.3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2.1

  Sejarah Bahasa Indonesia.....................................................................................2.2

  Fungsi Bahasa Indonesia......................................................................................2.3

  Kedudukan Bahasa Indonesia..............................................................................2.4

BAB III PENUTUP..................................................................................................3.1

Simpulan..............................................................................................................3.2

Daftar Pustaka..........................................................................................................3.3

KELOMPOK IV iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Perbandingan Ranah Pemakaian Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia....9

KELOMPOK IV iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Republik Indonesia. Hal
tersebuttercantum dalam pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945. (Kridalaksana, 1991)
bahasa Indonesiamerupakan salah satu ragam bahasa Melayu.
Dalam perkembangannya, banyak masyarakat Indonesia yang kurang mengetahui
danmengerti mengenai sejarah, fungsi, dan kedudukan dari bahasa Indonesia itu
sendiri.Seharusnya kita sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) tidak melupakan
sejarah dari bangsasendiri karena para pahlawan yang terdahulu rela mati demi
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
“Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, jangan sekali-kali melupakan sejarah”
kalimat tersebut merupakan salah satu isi pesan yang disampaikan oleh Ir. Soekarno
dalam pidatonyadi depan MPRS pada tanggal 17 Agustus 1966. Pidato tersebut
dikenal sebagai pidato Jasmerah dan ungkapan tersebut terkenal hingga sekarang
(Pawit M. Yusup, 2014).Dengan demikian, pada kesempatan kali ini kami akan
membahas mengenai sejarah,fungsi, dan kedudukan bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaimana sejarah bahasa Indonesia?
2.Bagaimana fungsi bahasa Indonesia?
3.Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan
1.Mengetahui sejarah bahasa Indonesia.
2.Mengetahui fungsi bahasa Indonesia.
3.Mengetahui kedudukan bahasa Indonesia.

KELOMPOK IV 1
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini sebenarnya berasal dari bahasa Melayu,
yaitubahasa Melayu Riau (Provinsi Kepulauan Riau) yang telah menjadi lingua
franca sejak abad ke-19.Pemberian nama “Bahasa Indonesia” diawali sejak
dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Hingga saat ini bahasa
Indonesia terus berkembang dan terusmenghasilkan kata-kata baru baik melalui
penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerahdan bahasa asing.

Alasan-alasan mengapa bahasa Melayu dan bukan bahasa daerah lain yang dipilih


untukdiangkat menjadi bahasa Indonesia antara lain sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan, danbahasa pedagangan. Seorang ahli sejarah Cina, I-
Tsing menyatakan bahwa di Sriwijayapada waktu itu ada bahasa yang
bernama Koen-louen (ada yang menyebut Kou-luen K’ouen-louen, Kw’enlun,
Kun’lun, K’un-lun) yang berdampingan dengan bahasaSansekerta.Koen-louen
adalah bahasa perhubungan di Kepulauan Nusantara dan bahasa yang
dimaksud adalah bahasa Melayu.
2. Bahasa Melayu sudah dikenal oleh banyak masyarakat. Bahasa Melayu
sudahmenyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama
Islam diwilayah Nusantara (dalam buku “Praktis Bahasa Indonesia Edisi
2”oleh pusat bahasa).
3. Sistem Bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena tidak dikenal
tingkatanbahasa seperti dalam bahasa Jawa atau perbedaan bahasa kasar dan
halus seperti dalambahasa Sunda. Oleh sebab itu, bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat sebagaibahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, danantarkerajaan karena tidak mengenal tingkat
tutur.
4. Bahasa Melayu memiliki sifat terbuka untuk menerima pengaruh bahasa lain.
Dalamsejarahnya, ketika bahasa Melayu semakin berkembang dan bertambah
kukuhkeberadaannya, bahasa Melayu juga menyerap kosakata dari berbagai
bahasa, terutamabahasa Sansekerta, Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
5. Suku Jawa, Sunda, dan suku lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadibahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
6. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaandalam arti luas.

KELOMPOK IV 2
Ada berbagai bukti bahwa bahasa Melayu sudah digunakan sebagai
bahasa perhubunganpada masa itu. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang
ditemukan seperti:
a) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683.
b) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684.
c) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686.
d) Prasasti Karang Brahi tahun 688.
e) Prasasti Gandasuli tahun 832.
f) Prasasti Bogor tahun 1942.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia secara istilah baru lahir memiliki
peran yangsangat strategis dalam upaya mencapai kemerdekaan. Bahasa Indonesia
yang digunakan sebagai pembangkit semangat kebangsaan dan rasa nasionalisme
bersama.Bahasa Indonesia juga menjadi sarana pencerdasan bangsa melalui lembaga-
lembaga pendidikan yangberkembang di Indonesia. Bahasa Indonesialah yang
akhirnya menjadi sarana perjuanngandalam merebut kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa
negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV, Pasal 36. Keberadaan bahasa
Indonesia merupakan kebanggaantersendiri bagi bangsa Indonesia karena merupakan
bahasa asli milik pribumi dan telahmengakar di seluruh wilayah Indonesia.
Adapun peristiwa-peristiwa yang mengiringi bahasa Indonesia, baik dalam
kedudukannyasebagai bahasa persatuan maupun sebagai bahasa negara adalah
sebagai berikut.
1. Lahirnya ejaan resmi bahasa Melayu yang disusun oleh Ch. A. Van
Ophuijsen padatahun 1901. Keberadaan ejaan tersebut menandai bahwa
bahasa Melayu yangmerupakan cikal bakal bahasa Indonesia telah berperan
sebagai bahasa ilmiah padaawal abad ke-19. Ejaan ini merupakan ejaan
bahasa Melayu pertama yang ditulismenggunakan huruf latin. Charles Van
Ophuijsen dibantu Nawawi Soetan Ma’’moerdan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim menyusun ejaan baru pada tahun 1896. Pedomantata bahasa tersebut
dikenal senan nama “Ejaan van Ophuijsen”dan resmi diakuipemerintah
kolonial pada tahun 1901.
2. Berdirinya Commissie woor de Volkslectuur (Taman Baca Rakyat) tahun
1908 ikutmemberikan dasar pengembangan bahasa Melayu. Tugas badan
tersebut yaitumenerbitkan buku-buku berbahasa Melayu. Pada tahun 1917,
badan tersebut berganti nama menjadi “Balai Pustaka” dan masih digunakan
sampai saat ini sebagai nama penerbit nasional.
3. Terselenggaranya Kongres Sumpah Pemuda tahun 1928 yang menghasilkan
sumpahpemuda yang di dalamnya tercantum pengakuan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan

KELOMPOK IV 3
4. Terbitnya majalah Poejangga Baroe tahun 1933 yang banyak menghasilkan
karyaberbahasa Indonesia serta menanamkan semangat kebangsaan.
5. Ditandatanganinya UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 yang di dalamnya
tercantumpengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara
merupakan peristiwa sejarahdiangkatnya sebuah bahasa sebagai salah satu
simbol kenegaraan.
6. Lahirnya Ejaan Republik yang diresmikan pada 19 Maret 1947
menggantikan ejaan vanOphuijsen oleh Menteri Pendidikan dan Pengajaran
Republik Indonesia, Soewandi.
7. Lahirnya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16
Agustus 1972dan dikuatkan dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972.
8. Diresmikannya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah pada 16 Agustus
1972 berdasarkan PutusanPresiden No. 57 Tahun 1972. Semula, ejaan
disusun bersama antara Malaysia danIndonesia yang dikenal sebagai ejaan
Melindo (Melayu-Indonesia). Akibat perkembangan politik, hubungan
Indonesia dengan Malaysia menjadi buruk sehingga peresmian ejaan
Melindo diurungkan. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun yaknibahasa
Indonesia dan bahasa Malaysia dibakukan sendiri-sendiri.

Selain peristiwa-peristiwa di atas, juga diselenggarakan Kongres Bahasa


Indonesia secararutin setiap 5 (lima) tahun sekali, kecuali pada saat awal
kemerdekaan. Secara berturut-turutwaktu penyelenggaraan Kongres Bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut;
a) Kongres Bahasa Indonesia Idiselenggarakan di Solo, 25-28 Juni 1938 dengan
kesepakatan perlunya upayapembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
b) Kongres Bahasa Indonesia IIdiselenggarakan di Medan, 28 Oktober – 2
November 1954 dengan hasil perlunya diupayakan penyempurnaan bahasa
indonesia khususnya Bahasa Indonesia Ragam Tulis.

KELOMPOK IV 4
c) Kongres Bahasa Indonesia III diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 2
November 1978 dengan keputusan dirumuskannya kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia.
d) Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta, 21-26 November
1983 dengan rekomendasi perlunya semua masyarakat Indonesia
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Rekomendasi tersebut
mendapat respon oleh Presiden Suharto dengan memberikan instruksi kepada
semua jajaran gubernur untuk menganjurkan penggunaan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Selain itu, pemerintah juga menindaklanjuti dengan
memasukkan ketentuan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
pada GBHN.
e) Kongres Bahasa Indonesia V diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 3
November 1988 yang dihadiri kira-kira 700 pakar Bahasa Indonesia dari
seluruh Nusantara dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Malaysia,
Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini
ditandai dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan bahasa Indonesia berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
f) Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 2
November 1993. Dalam kongres disepakati bahwa Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Indonesia ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga
Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa
Indonesia.
g) Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Jakarta, 26-30 Oktober
1998. Dalam kongres ini mengusulkan untuk dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa dengan anggota tokoh masyarakat dan pakar yang
mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra Indonesia yang bertugas
memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

KELOMPOK IV 5
serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
h) Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta, 14-17 Oktober
2003 yang menekankan pada perlunya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
orang asing (BIPA).
i) Kongres Bahasa Indonesia IX diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 1
November 2008. Pada kongres ini derencanakannya diluncurkannya kamus
elektronik dan disahkannya Undang-Undang Bahasa. Namun, pengesahan
UU Bahasa gagal karena belum selesai dibahas pada tingkat DPR. Setelah
ditunda selama setahun, akhirnya pada November 2009 disahkan UU No. 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan.
j) Kongres Bahasa Indonesia X diselenggarakan di Jakarta, 28-31 Oktober
2013. Kongres ini menekankan pada penguatan bahasa Indonesia dalam
percaturan internasional.

2.2 Fungsi Bahasa Indonesia


“Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu
berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan
bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia memancarkan nilai-
nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan
bangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya, kita harus menjunjungnya, dan kita
harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa
Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak
acuh. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.

KELOMPOK IV 6
Sebagai lembang identitas nasional, Bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa
Indonesia. Ini berarti, dengan Bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu
sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang
demikian, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak
tercermin didalamnya. Jangan sampai Bahasa Indonesia tidak menunjukkan
gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Sebagai alat pemersatu memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam
latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu
dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia
bangsa Indonessia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa
bersaing dan tidak merasa lagi “dijajah” oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan
adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas, suku dan
nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing.
Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikitpun.
Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
Sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah, bahasa Indonesia sering
kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari bayangkan saja apabila kita
ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar
belakang bahasa berbeda, maka kita dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk
menanggulangi semuanya itu. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling
berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan
strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan mudah di informasikan kepada warganya. Akhirnya,
apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat peningkatan
pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan pembangunan
akan cepat tercapai.

KELOMPOK IV 7
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Oktober 1975, dikemukakan bahwa di
dalam kedudukannya sebagai bahsa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a) bahasa resmi kenegaraan,
b) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
c) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah,
d) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.

Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa


resmi kenegaraan ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi
kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan
perguruan tinggi. Sebagai konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar di lembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran yang berbentuk
media cetak hendaknya berbahasa Indonesia.
Sebagai fungsi perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan san pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, bahasa Indonesia
dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi
kepada masyarakat.
Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu dan teknologi, bahasa
Indonesia terasa manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam, yang berasal dari
masyarakat Indonesia yang beragam pula, rasanya tidak mungkin dapat
disebarluaskan kepada dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan bahasa lain
selain bahasa Indonesia.

KELOMPOK IV 8
2.3 Kedudukan Bahasa Indonesia
Menurut Esti B. Pramukti (2014) kedudukan diartikan sebagai status relatif
bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial
bahasa yang bersangkutan. Sedangkan fungsi adalah nilai pemakaian bahasa yang
dirumuskan sebagai tugas pemakaian bahasa itu dalam kedudukan yang diberikan
kepadanya. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan
sebagai bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dimiliki
sejak diikrarkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, sedangkan
kedudukan sebagai bahasa negara dimiliki sejak diresmikan Undang-Undang
Dasar 1945 (18 Agustus 1945). Dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 tercantum
”Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”

A. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Janganlah sekali-sekali disangka bahwa berhasilnya bangsa Indonesia
mempunyai bahasa Indonesia ini bagaikan anak kecil yang menemukan kelereng di
tengah jalan. Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang.
Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk di bumi Nusantara, dengan bukti-
bukti prasasti yang ada, misalnya yang di dapatkan di Bukit Talang Tuo dan Karang
Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya inspirasi persatuan
pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 yang konsepan aslinya
berbunyi :
Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoepah darah satoe, Tanah Air
Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, Bangsa
Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.
Dari ketiga butir diatas yang paling menjadi perhatian pengamat (sosiolog)
adalah butir ketiga karena dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa. Dikatakan
demikian, sebab negara-negara lain, khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk
membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi bentrokan

KELOMPOK IV 9
disana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan sedikitpun,
sebab semuanya telah mempunya kebulatan tekad yang sama. Kita patut bersyukur
dan angkat topi kepada mereka.
Kita tau bahwa saat itu, sebelum tercetusnya sumpah pemuda, bahasa Melayu
dipakai sebagai lingua franca di seluruh Kawasan Tanah Air. Hal itu terjadi sudah
berabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi seperti itu, masyarakat kita sama
sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya di saingi. Di balik itu, mereka telah
menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat di pakai sebagai alat
perhubungan antarsuku, sebab yang diajak berkomunikasi juga mempunyai bahasa
daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai lingua franca ini pun tidak
akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi
kedaerahan dan tetap berkembang . Kesadaran masyarakat yang seperti itulah,
khususnya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.
Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat
kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan
jiwa bahasa melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itulah
bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan bahasa Indonesia.

B. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara/resmi mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Secara resmi,
adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda. Ini tidak berarti sebelumnya
tidak ada, melainkan sambunngan yang tidak langsung dari bahasa Melayu.
Dikatakan demikian karena pada waktu itu bahasa Melayu masih digunakan juga
dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda. bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan
bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah
yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan

KELOMPOK IV 10
Indonesia. Dengan demikian, terjadilah dualisme pemakaian bahasa yang sama
tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya, yaitu jiwa kolonial dan jiwa nasional.

Tabel 1: Perbandingan ranah pemakaian bahasa Melayu dan bahasa Indonesia:


N Bahasa Melayu Bahasa Indonesia
O
1. Bahasa resmi kedua di samping Bahasa yang digunakan dalam gerakan
Bahassa Belanda, terutamauntuk kebangsaan untuk mencapai
tingkat yang dianggap rendah.. kemerdekaan Indonesia.
2. Bahasa yang diajarkan di sekolah- Bahasa yang digunakan dalam
sekolah yang didirikan atau menurut penerbitan yang bertujuan untuk
sistem pemerintah Hindia Belanda. mewujudkan cita-cita perjuangan
kemerdekaan Indonesia baik berupa:
bahasa pers, bahasa dalam hasil sastra.
3. Penerbitan-penerbitan yang dikelola Kondisi diats berlangsung sampai tahun
oleh jawatan pemerintah Hindia 1945.
Belanda.

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, diangkat pula


bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal tersebut dinyatakan dalan UUD 1945
BAB XV Pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa negara bukanlah pekerjaan yang
mudah sehingga banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Jika salah dalam
pertimbangan akan mengakibatkan tidak stabilnya suatu negara.
Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai
bahasa negara antara lain:
1. bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk negara itu,
2. secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya,
3. bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu.

KELOMPOK IV 11
Ketiga faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Bahkan,
sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan tugasnya sebagai bahasa nasional,
bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Dengan demikian, hal yang dianggap berat bagi
negara lain, bagi Indonesia tidak merupakan persoalan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan
bahasa terpenting di Republik Indonesia (RI). Penting tidaknya suatu bahasa didasari
oleh 3 (tiga) faktor, yaitu jumlah penuturnya, luas penyebarannya, dan peranannya
sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya yang bernilai tinggi.
Penutur suatu bahasa yang berjumlah sedikit menutup kemungkinan bahasa
tersebut memiliki peranan yang penting. Artinya, jika ada dua bahasa yang satu
penutur bahasanya sedikit dan bahasa yang satu memiliki jumlah penutur yang lebih
banyak, maka bahasa yang jumlah penuturnya sedikit akan kurang mendapat
perhatian dari penutur lainnya.
Luas penyebaran suatu bahasa menunjukkan bahwa bahasa tersebut banyak
disenangi oleh pengguna, bahasa tersebut mudah dipahami dan digunakan, dan
masyarakat penggunanya adalah orang-orang yang memiliki wibawa, prestasi, dan
prestise yang tinggi sehingga masyarakat dari luar bahasa itu berasal akan merasa
bangga jika menggunakan bahasa tersebut.
Sebuah bahasa menjadi sangat penting jika memiliki fungsi atau selalu digunakan
dalam penyebaran ilmu pengetahuan, sastra, dan teknologi. Hanya orang-orang
terpelajar yang selalu berusaha menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan
baik sastra ataupun teknologi.

KELOMPOK IV 12
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan Adapun simpulan yang diperoleh dari pembahasan diatas adalah :
1. Bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini sebenarnya berasal dari bahasa
Melayu, yaitu bahasa Melayu Riau (Provinsi Kepulauan Riau) yang telah
menjadi lingua franca sejak abad ke-19. Pemberian nama “Bahasa Indonesia”
diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1998.
2. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggan nasional, lambang
identitas nasional, alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-
beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, alat perhubungan
antarbudaya antardaerah, bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar resmi di
lembaga-lembaga pendidikan, bahasa resmi di dalam perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintah, dan bahasa resmi di dalam pengembangan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
3. Bahasa Indonesia di dalam kedudukannya memiliki 2 (dua) kedudukan, yaitu
sebagai Bahasa Nasional dan sebagai Bahasa Negara.

KELOMPOK IV 13
DAFTAR PUSTAKA
Pramukti, B Esti dkk. 2014.Bahasa Indonesia. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.

Yusup, Pawit M, dkk. 2017.Nilai-Nilai Fungsional Perpustakaan Desa dalam


Pewarisan Hasil Karya Budaya Lokal. Jurnal of Library and Information Science.
7(2). 1-16.

Zulaeha, Ida, dkk. 2016.Bahasa Indonesia: Pengantar Penulisan Karya Ilmia.


Semarang:UNNES Press

KELOMPOK IV 14

Anda mungkin juga menyukai