DISUSUN OLEH
IKHLASUL IMAN
NIM:221008024
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Tiada Tuhan yang pantas disembah
kecualiAllah, Syukur Alhamdullilah, atas berkat rahmat Allah Swt. yang telah
berkenan memberikankami kesempatan dan kenikmatan untuk dapat menyelesaikan
makalah“Sejarah Bahasa Indonesia” ini dengan baik dan tanpa kekurangan apapun.
Oleh karena itu, kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia, yaitu Eka Haryanti S,Pd,M.Pd.yang
telah mengajarkan dan membimbing kami selama perkuliahan
Alasan-alasan mengapa bahasa Melayu dan bukan bahasa daerah lain yang dipilih
untukdiangkat menjadi bahasa Indonesia antara lain sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan, danbahasa pedagangan. Seorang ahli sejarah Cina, I-
Tsing menyatakan bahwa di Sriwijayapada waktu itu ada bahasa yang bernama
Koen-louen (ada yang menyebut Kou-luen K’ouen-louen, Kw’enlun, Kun’lun,
K’un-lun) yang berdampingan dengan bahasaSansekerta.Koen-louen adalah
bahasa perhubungan di Kepulauan Nusantara dan bahasa yang dimaksud adalah
bahasa Melayu.
2. Bahasa Melayu sudah dikenal oleh banyak masyarakat. Bahasa Melayu
sudahmenyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama
Islam diwilayah Nusantara (dalam buku “Praktis Bahasa Indonesia Edisi 2”oleh
pusat bahasa).
3. Sistem Bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena tidak dikenal
tingkatanbahasa seperti dalam bahasa Jawa atau perbedaan bahasa kasar dan
halus seperti dalambahasa Sunda. Oleh sebab itu, bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat sebagaibahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, danantarkerajaan karena tidak mengenal tingkat
tutur.
4. Bahasa Melayu memiliki sifat terbuka untuk menerima pengaruh bahasa lain.
Dalamsejarahnya, ketika bahasa Melayu semakin berkembang dan bertambah
kukuhkeberadaannya, bahasa Melayu juga menyerap kosakata dari berbagai
bahasa, terutamabahasa Sansekerta, Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
5. Suku Jawa, Sunda, dan suku lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu
menjadibahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
6. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaandalam arti luas.
Ada berbagai bukti bahwa bahasa Melayu sudah digunakan sebagai
bahasa perhubunganpada masa itu. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang
ditemukan seperti:
a) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683.
b) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684.
c) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686.
d) Prasasti Karang Brahi tahun 688.
e) Prasasti Gandasuli tahun 832.
f) Prasasti Bogor tahun 1942.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia secara istilah baru lahir memiliki
peran yangsangat strategis dalam upaya mencapai kemerdekaan. Bahasa Indonesia
yang digunakan sebagai pembangkit semangat kebangsaan dan rasa nasionalisme
bersama.Bahasa Indonesia juga menjadi sarana pencerdasan bangsa melalui lembaga-
lembaga pendidikan yangberkembang di Indonesia. Bahasa Indonesialah yang
akhirnya menjadi sarana perjuanngandalam merebut kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa
negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV, Pasal 36. Keberadaan bahasa
Indonesia merupakan kebanggaantersendiri bagi bangsa Indonesia karena merupakan
bahasa asli milik pribumi dan telahmengakar di seluruh wilayah Indonesia.
Adapun peristiwa-peristiwa yang mengiringi bahasa Indonesia, baik dalam
kedudukannyasebagai bahasa persatuan maupun sebagai bahasa negara adalah sebagai
berikut.
1. Lahirnya ejaan resmi bahasa Melayu yang disusun oleh Ch. A. Van Ophuijsen
padatahun 1901. Keberadaan ejaan tersebut menandai bahwa bahasa Melayu
yangmerupakan cikal bakal bahasa Indonesia telah berperan sebagai bahasa
ilmiah padaawal abad ke-19. Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu
pertama yang ditulismenggunakan huruf latin. Charles Van Ophuijsen dibantu
Nawawi Soetan Ma’’moerdan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun
ejaan baru pada tahun 1896. Pedomantata bahasa tersebut dikenal senan nama
“Ejaan van Ophuijsen”dan resmi diakuipemerintah kolonial pada tahun 1901.
2. Berdirinya Commissie woor de Volkslectuur (Taman Baca Rakyat) tahun
1908 ikutmemberikan dasar pengembangan bahasa Melayu. Tugas badan
tersebut yaitumenerbitkan buku-buku berbahasa Melayu. Pada tahun 1917,
badan tersebut berganti nama menjadi “Balai Pustaka” dan masih digunakan
sampai saat ini sebagai nama penerbit nasional.
3. Terselenggaranya Kongres Sumpah Pemuda tahun 1928 yang menghasilkan
sumpahpemuda yang di dalamnya tercantum pengakuan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan
4. Terbitnya majalah Poejangga Baroe tahun 1933 yang banyak menghasilkan
karyaberbahasa Indonesia serta menanamkan semangat kebangsaan.
5. Ditandatanganinya UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 yang di dalamnya
tercantumpengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara merupakan
peristiwa sejarahdiangkatnya sebuah bahasa sebagai salah satu simbol kenegaraan.
6. Lahirnya Ejaan Republik yang diresmikan pada 19 Maret 1947 menggantikan ejaan
vanOphuijsen oleh Menteri Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia,
Soewandi.
7. Lahirnya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16 Agustus
1972dan dikuatkan dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972.
8. Diresmikannya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah pada 16 Agustus 1972 berdasarkan
PutusanPresiden No. 57 Tahun 1972. Semula, ejaan disusun bersama antara
Malaysia danIndonesia yang dikenal sebagai ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Akibat perkembangan politik, hubungan Indonesia dengan Malaysia menjadi buruk
sehingga peresmian ejaan Melindo diurungkan. Dengan EYD, ejaan dua bahasa
serumpun yaknibahasa Indonesia dan bahasa Malaysia dibakukan sendiri-sendiri.
Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI
1945. Mulai saat itu, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-
lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Sebagai
konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan
tersebut, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya berbahasa
Indonesia.
Sebagai fungsi perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan san
pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan
antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu dan teknologi, bahasa
Indonesia terasa manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam, yang berasal dari
masyarakat Indonesia yang beragam pula, rasanya tidak mungkin dapat disebarluaskan
kepada dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa
Indonesia.