Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA


INDONESIA

DISUSUN OLEH

IKHLASUL IMAN
NIM:221008024
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Tiada Tuhan yang pantas disembah
kecualiAllah, Syukur Alhamdullilah, atas berkat rahmat Allah Swt. yang telah
berkenan memberikankami kesempatan dan kenikmatan untuk dapat menyelesaikan
makalah“Sejarah Bahasa Indonesia” ini dengan baik dan tanpa kekurangan apapun.

Oleh karena itu, kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia, yaitu Eka Haryanti S,Pd,M.Pd.yang
telah mengajarkan dan membimbing kami selama perkuliahan

Semoga dengan adanya makalah“Sejarah Bahasa Indonesia”, dapat memberikan


informasi lebih baik itu kepada mahasiswa, masyarakat, maupun pemerintah, untuk
senantiasabersinergi guna bekerjasama membangun bangsa dan negara.
1 Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini sebenarnya berasal dari bahasa Melayu,
yaitu bahasa Melayu Riau (Provinsi Kepulauan Riau) yang telah menjadi lingua
franca sejak abad ke-19.Pemberian nama “Bahasa Indonesia” diawali sejak
dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Hingga saat ini bahasa
Indonesia terus berkembang dan terusmenghasilkan kata-kata baru baik melalui
penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerahdan bahasa asing.

Alasan-alasan mengapa bahasa Melayu dan bukan bahasa daerah lain yang dipilih
untukdiangkat menjadi bahasa Indonesia antara lain sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan, danbahasa pedagangan. Seorang ahli sejarah Cina, I-
Tsing menyatakan bahwa di Sriwijayapada waktu itu ada bahasa yang bernama
Koen-louen (ada yang menyebut Kou-luen K’ouen-louen, Kw’enlun, Kun’lun,
K’un-lun) yang berdampingan dengan bahasaSansekerta.Koen-louen adalah
bahasa perhubungan di Kepulauan Nusantara dan bahasa yang dimaksud adalah
bahasa Melayu.
2. Bahasa Melayu sudah dikenal oleh banyak masyarakat. Bahasa Melayu
sudahmenyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama
Islam diwilayah Nusantara (dalam buku “Praktis Bahasa Indonesia Edisi 2”oleh
pusat bahasa).
3. Sistem Bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena tidak dikenal
tingkatanbahasa seperti dalam bahasa Jawa atau perbedaan bahasa kasar dan
halus seperti dalambahasa Sunda. Oleh sebab itu, bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat sebagaibahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, danantarkerajaan karena tidak mengenal tingkat
tutur.
4. Bahasa Melayu memiliki sifat terbuka untuk menerima pengaruh bahasa lain.
Dalamsejarahnya, ketika bahasa Melayu semakin berkembang dan bertambah
kukuhkeberadaannya, bahasa Melayu juga menyerap kosakata dari berbagai
bahasa, terutamabahasa Sansekerta, Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
5. Suku Jawa, Sunda, dan suku lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu
menjadibahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
6. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaandalam arti luas.
Ada berbagai bukti bahwa bahasa Melayu sudah digunakan sebagai
bahasa perhubunganpada masa itu. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang
ditemukan seperti:
a) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683.
b) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684.
c) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686.
d) Prasasti Karang Brahi tahun 688.
e) Prasasti Gandasuli tahun 832.
f) Prasasti Bogor tahun 1942.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia secara istilah baru lahir memiliki
peran yangsangat strategis dalam upaya mencapai kemerdekaan. Bahasa Indonesia
yang digunakan sebagai pembangkit semangat kebangsaan dan rasa nasionalisme
bersama.Bahasa Indonesia juga menjadi sarana pencerdasan bangsa melalui lembaga-
lembaga pendidikan yangberkembang di Indonesia. Bahasa Indonesialah yang
akhirnya menjadi sarana perjuanngandalam merebut kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa
negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV, Pasal 36. Keberadaan bahasa
Indonesia merupakan kebanggaantersendiri bagi bangsa Indonesia karena merupakan
bahasa asli milik pribumi dan telahmengakar di seluruh wilayah Indonesia.
Adapun peristiwa-peristiwa yang mengiringi bahasa Indonesia, baik dalam
kedudukannyasebagai bahasa persatuan maupun sebagai bahasa negara adalah sebagai
berikut.
1. Lahirnya ejaan resmi bahasa Melayu yang disusun oleh Ch. A. Van Ophuijsen
padatahun 1901. Keberadaan ejaan tersebut menandai bahwa bahasa Melayu
yangmerupakan cikal bakal bahasa Indonesia telah berperan sebagai bahasa
ilmiah padaawal abad ke-19. Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu
pertama yang ditulismenggunakan huruf latin. Charles Van Ophuijsen dibantu
Nawawi Soetan Ma’’moerdan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun
ejaan baru pada tahun 1896. Pedomantata bahasa tersebut dikenal senan nama
“Ejaan van Ophuijsen”dan resmi diakuipemerintah kolonial pada tahun 1901.
2. Berdirinya Commissie woor de Volkslectuur (Taman Baca Rakyat) tahun
1908 ikutmemberikan dasar pengembangan bahasa Melayu. Tugas badan
tersebut yaitumenerbitkan buku-buku berbahasa Melayu. Pada tahun 1917,
badan tersebut berganti nama menjadi “Balai Pustaka” dan masih digunakan
sampai saat ini sebagai nama penerbit nasional.
3. Terselenggaranya Kongres Sumpah Pemuda tahun 1928 yang menghasilkan
sumpahpemuda yang di dalamnya tercantum pengakuan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan
4. Terbitnya majalah Poejangga Baroe tahun 1933 yang banyak menghasilkan
karyaberbahasa Indonesia serta menanamkan semangat kebangsaan.
5. Ditandatanganinya UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 yang di dalamnya
tercantumpengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara merupakan
peristiwa sejarahdiangkatnya sebuah bahasa sebagai salah satu simbol kenegaraan.
6. Lahirnya Ejaan Republik yang diresmikan pada 19 Maret 1947 menggantikan ejaan
vanOphuijsen oleh Menteri Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia,
Soewandi.
7. Lahirnya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16 Agustus
1972dan dikuatkan dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972.
8. Diresmikannya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah pada 16 Agustus 1972 berdasarkan
PutusanPresiden No. 57 Tahun 1972. Semula, ejaan disusun bersama antara
Malaysia danIndonesia yang dikenal sebagai ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Akibat perkembangan politik, hubungan Indonesia dengan Malaysia menjadi buruk
sehingga peresmian ejaan Melindo diurungkan. Dengan EYD, ejaan dua bahasa
serumpun yaknibahasa Indonesia dan bahasa Malaysia dibakukan sendiri-sendiri.

Selain peristiwa-peristiwa di atas, juga diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia


secararutin setiap 5 (lima) tahun sekali, kecuali pada saat awal kemerdekaan. Secara
berturut-turutwaktu penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut;
a) Kongres Bahasa Indonesia Idiselenggarakan di Solo, 25-28 Juni 1938 dengan
kesepakatan perlunya upayapembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
b) Kongres Bahasa Indonesia IIdiselenggarakan di Medan, 28 Oktober – 2 November
1954 dengan hasil perlunya diupayakan penyempurnaan bahasa indonesia
khususnya Bahasa Indonesia Ragam Tulis.
c) Kongres Bahasa Indonesia III diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 2 November
1978 dengan keputusan dirumuskannya kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
d) Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta, 21-26 November 1983
dengan rekomendasi perlunya semua masyarakat Indonesia menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Rekomendasi tersebut mendapat respon oleh
Presiden Suharto dengan memberikan instruksi kepada semua jajaran gubernur
untuk menganjurkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain
itu, pemerintah juga menindaklanjuti dengan memasukkan ketentuan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar pada GBHN.
e) Kongres Bahasa Indonesia V diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 3 November
1988 yang dihadiri kira-kira 700 pakar Bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan
peserta tamu dari negara sahabat seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,
Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini ditandai dengan dipersembahkannya
karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa Indonesia berupa Kamus
Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
f) Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 2 November
1993. Dalam kongres disepakati bahwa Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Indonesia ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta
mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
g) Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Jakarta, 26-30 Oktober 1998.
Dalam kongres ini mengusulkan untuk dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa
dengan anggota tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap
bahasa dan sastra Indonesia yang bertugas memberikan nasihat kepada Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status
kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
h) Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta, 14-17 Oktober 2003
yang menekankan pada perlunya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk orang asing
(BIPA).
i) Kongres Bahasa Indonesia IX diselenggarakan di Jakarta, 28 Oktober – 1 November
2008. Pada kongres ini derencanakannya diluncurkannya kamus elektronik dan
disahkannya Undang-Undang Bahasa. Namun, pengesahan UU Bahasa gagal karena
belum selesai dibahas pada tingkat DPR. Setelah ditunda selama setahun, akhirnya
pada November 2009 disahkan UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
j) Kongres Bahasa Indonesia X diselenggarakan di Jakarta, 28-31 Oktober 2013.
Kongres ini menekankan pada penguatan bahasa Indonesia dalam percaturan
internasional.

2 Fungsi Bahasa Indonesia


“Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggan
nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang
berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan
antarbudaya dan antardaerah.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai
sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa
Indonesia, kita harus bangga dengannya, kita harus menjunjungnya, dan kita harus
mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita
harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga
memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya. Sebagai lembang identitas
nasional, Bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia. Ini berarti, dengan
Bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita
sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang demikian, maka kita harus menjaganya
jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin didalamnya. Jangan sampai Bahasa
Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Sebagai alat pemersatu memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar
belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam
kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia bangsa
Indonessia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak
merasa lagi “dijajah” oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa
dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas, suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah
masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah
masih tegar dan tidak bergoyah sedikitpun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat
memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
Sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah, bahasa Indonesia sering kita
rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari bayangkan saja apabila kita ingin
berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa
berbeda, maka kita dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk menanggulangi semuanya
itu. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan.
Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan mudah di informasikan kepada
warganya. Akhirnya, apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat
peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan
pembangunan akan cepat tercapai.

Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di


Jakarta pada tanggal 25-28 Oktober 1975, dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya
sebagai bahsa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a) bahasa resmi kenegaraan,
b) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
c) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah,
d) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.

Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI
1945. Mulai saat itu, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-
lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Sebagai
konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan
tersebut, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya berbahasa
Indonesia.
Sebagai fungsi perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan san
pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan
antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu dan teknologi, bahasa
Indonesia terasa manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam, yang berasal dari
masyarakat Indonesia yang beragam pula, rasanya tidak mungkin dapat disebarluaskan
kepada dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa
Indonesia.

3 Kedudukan Bahasa Indonesia


Menurut Esti B. Pramukti (2014) kedudukan diartikan sebagai status relatif bahasa
sebagai sistem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial bahasa yang
bersangkutan. Sedangkan fungsi adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai
tugas pemakaian bahasa itu dalam kedudukan yang diberikan kepadanya. Bahasa Indonesia
memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dimiliki sejak diikrarkan Sumpah Pemuda pada tanggal
28 Oktober 1928, sedangkan kedudukan sebagai bahasa negara dimiliki sejak diresmikan
Undang-Undang
Dasar 1945 (18 Agustus 1945). Dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 tercantum ”Bahasa
negara ialah Bahasa Indonesia”

A. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Janganlah sekali-sekali disangka bahwa berhasilnya bangsa Indonesia mempunyai
bahasa Indonesia ini bagaikan anak kecil yang menemukan kelereng di tengah jalan.
Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan itu
dimulai sebelum kolonial masuk di bumi Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang ada,
misalnya yang di dapatkan di Bukit Talang Tuo dan Karang Brahi serta batu nisan di Aceh,
sampai dengan tercetusnya inspirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28
Oktober 1928 yang konsepan aslinya berbunyi :
Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoepah darah satoe, Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, Bangsa Indonesia. Kami
poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.
Dari ketiga butir diatas yang paling menjadi perhatian pengamat (sosiolog) adalah butir
ketiga karena dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa. Dikatakan demikian, sebab negara-
negara lain, khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk membuat hal yang sama selalu
mengalami kegagalan yang dibarengi bentrokan disana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu
dilakukan tanpa hambatan sedikitpun, sebab semuanya telah mempunya kebulatan tekad
yang sama. Kita patut bersyukur dan angkat topi kepada mereka.
Kita tau bahwa saat itu, sebelum tercetusnya sumpah pemuda, bahasa Melayu dipakai
sebagai lingua franca di seluruh Kawasan Tanah Air. Hal itu terjadi sudah berabad-abad
sebelumnya. Dengan adanya kondisi seperti itu, masyarakat kita sama sekali tidak merasa
bahwa bahasa daerahnya di saingi. Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa
daerahnya tidak mungkin dapat di pakai sebagai alat perhubungan antarsuku, sebab yang
diajak berkomunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu
yang dipakai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa
daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang . Kesadaran masyarakat
yang seperti itulah, khususnya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi
sakti di atas.
Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat
kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa
bahasa melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itulah bahasa Melayu
yang berjiwa semangat baru diganti dengan bahasa Indonesia.

B. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara/resmi mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Secara resmi, adanya bahasa
Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada, melainkan
sambunngan yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian karena pada
waktu itu bahasa Melayu masih digunakan juga dalam lapangan atau ranah pemakaian yang
berbeda. bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan
Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut
oleh pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan
kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, terjadilah dualisme pemakaian bahasa yang
sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya, yaitu jiwa kolonial dan jiwa nasional.

Tabel 1: Perbandingan ranah pemakaian bahasa Melayu dan bahasa Indonesia:


NO Bahasa Melayu Bahasa Indonesia
1. Bahasa resmi kedua di samping Bahasa yang digunakan dalam gerakan
Bahassa Belanda, terutamauntuk kebangsaan untuk mencapai
tingkat yang dianggap rendah.. kemerdekaan Indonesia.
2. Bahasa yang diajarkan di sekolah- Bahasa yang digunakan dalam
sekolah yang didirikan atau menurut penerbitan yang bertujuan untuk
sistem pemerintah Hindia Belanda. mewujudkan cita-cita perjuangan
kemerdekaan Indonesia baik berupa:
bahasa pers, bahasa dalam hasil sastra.
3. Penerbitan-penerbitan yang dikelola Kondisi diats berlangsung sampai tahun
oleh jawatan pemerintah Hindia 1945.
Belanda.

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, diangkat pula bahasa


Indonesia sebagai bahasa negara. Hal tersebut dinyatakan dalan UUD 1945 BAB XV Pasal
36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa negara bukanlah pekerjaan yang mudah sehingga
banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Jika salah dalam pertimbangan akan mengakibatkan
tidak stabilnya suatu negara.
Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai bahasa
negara antara lain:
1. bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk negara itu,
2. secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya,
3. bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu.
Ketiga faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Bahkan,
sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan tugasnya sebagai bahasa nasional, bahasa
pemersatu bangsa Indonesia. Dengan demikian, hal yang dianggap berat bagi negara lain,
bagi Indonesia tidak merupakan persoalan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
terpenting di Republik Indonesia (RI). Penting tidaknya suatu bahasa didasari oleh 3 (tiga)
faktor, yaitu jumlah penuturnya, luas penyebarannya, dan peranannya sebagai sarana ilmu,
susastra, dan ungkapan budaya yang bernilai tinggi.
Penutur suatu bahasa yang berjumlah sedikit menutup kemungkinan bahasa tersebut
memiliki peranan yang penting. Artinya, jika ada dua bahasa yang satu penutur bahasanya
sedikit dan bahasa yang satu memiliki jumlah penutur yang lebih banyak, maka bahasa yang
jumlah penuturnya sedikit akan kurang mendapat perhatian dari penutur lainnya.
Luas penyebaran suatu bahasa menunjukkan bahwa bahasa tersebut banyak disenangi
oleh pengguna, bahasa tersebut mudah dipahami dan digunakan, dan masyarakat
penggunanya adalah orang-orang yang memiliki wibawa, prestasi, dan prestise yang tinggi
sehingga masyarakat dari luar bahasa itu berasal akan merasa bangga jika menggunakan
bahasa tersebut.
Sebuah bahasa menjadi sangat penting jika memiliki fungsi atau selalu digunakan dalam
penyebaran ilmu pengetahuan, sastra, dan teknologi. Hanya orang-orang terpelajar yang
selalu berusaha menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan baik sastra ataupun
teknologi.

BAB III PENUTUP

1 Simpulan Adapun simpulan yang diperoleh dari pembahasan diatas adalah :


1. Bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini sebenarnya berasal dari bahasa Melayu,
yaitu bahasa Melayu Riau (Provinsi Kepulauan Riau) yang telah menjadi lingua
franca sejak abad ke-19. Pemberian nama “Bahasa Indonesia” diawali sejak
dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1998.
2. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggan nasional, lambang identitas
nasional, alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar
belakang sosial budaya dan bahasanya, alat perhubungan antarbudaya antardaerah,
bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan bahasa resmi di
dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern.
3. Bahasa Indonesia di dalam kedudukannya memiliki 2 (dua) kedudukan, yaitu sebagai
Bahasa Nasional dan sebagai Bahasa Negara.

Anda mungkin juga menyukai