Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH BAHASA, KEDUDUKAN,

DAN FUNGSI INDONESIA

A. SEJARAH BAHASA INDONESIA


1. Sumber Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari
bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang
pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara
dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan
'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoeh poen pokoknja berasal dari
'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet
keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh
rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi
bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe,
ialah alam kebangsaan Indonesia". Atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres
Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia
ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan
dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia".
Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari Bahasa
Melayu. Dimana Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai bahasa
perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak hanya
digunakan di Kepulauan Nusantara, tetapi juga digunakan hampir diseluruh Asia
Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Prasasti-prasasti kuno dari
kerjaan di indonesia yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Melayu. Dan pasca
saat itu bahasa Melayu telah berfungsi sebagai :
1. Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan- aturan hidup
dan satra.
2. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia.
3. Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang
yang berasal dari luar Indonesia.
2. Peresmian Nama Bahasa Indonesia

1
Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari
bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip
dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu
Kuno. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari
Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada
Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa
depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa
yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari
dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau
bahasa persatuan. Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di
akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga
ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.” Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus
1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.

a. Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia


Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Bahasa melayu mempunyai
kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

b. Peristiwa-Peristiwa Penting yang Berkaitan dengan Bahasa Indonesia


Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia
dapat dirinci sebagai berikut :
1. Tahun 1801 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen yang
dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini
dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit bukubuku bacaan
yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang
kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini

2
menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun
bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
3. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kayo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad (dewan rakyat),
seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
4. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi pengokohan bahasa Indonesia menjadi bahasa
persatuan.
5. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya
sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
6. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
7. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari
hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu.
8. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu
pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
9. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik (ejaan soewandi)
sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
10. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di
Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan
ditetapkan sebagai bahasa negara.
11. Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato
kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No.
57 tahun 1972.
12. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
13. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di
Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang
ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa
Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.

3
14. Tanggal 21 – 26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di
Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum
di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga
Negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat
tercapai semaksimal mungkin.
15. Tanggal 28 Oktober – 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari
seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam,
Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani
dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
16. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI
di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta
tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong,
India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres
mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya
menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang
Bahasa Indonesia.
17. Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel
Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

3. Simpulan
Materi di atas bisa disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Sumber bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu.
2. Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa persatuan
pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui
setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.
3. Bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia karena bahasa Melayu telah
digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di Nusantara dan bahasa
Melayu sangat sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki tingkatan
bahasa.

4
4. Begitu banyak hal yang berkaitan dengan bahasa Indonesia yang menjadi
dinamika perjalanan bahasa Indonesia sampai saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Wagiran dan Mukh Doyin. 2012. Bahasa Indonesia (Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah). Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Idris, Nuny Sulistyani.____ . Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia. Di


unduh dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDO
NESIA/196707151991032-
NUNY_SULISTIANY_IDRIS/Sejarah_Bahasa.pdf.

Gunawan, Putu Nova. 2012. Tugas Bahasa Indonesia. Di unduh dari


https://ikabuh.files.wordpress.com/2012/03/tugas-bahasa-indonesia-asli.pdf.

Wikipedia. _____. Bahasa Indonesia. Di unduh dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia.

B. KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

1. Kedudukan Bahasa Indonesia


Dilihat dari segi kedudukannya, bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan.
Pertama bahasa memiliki kedudukan sebagai Bahasa Nasional. Kedua bahasa Indonesia
memiliki kedudukan sebagai bahasa Negara atau bahasa Resmi.

1.1 Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional


Jangankan sekali-kali disangka bahwa berhasilnya bangsa Indonesia
mempunyai bahasa Indonesia ini bagaikan anak kecil yang menemukan kelereng di

5
tengah jalan. Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang.
(Untuk meyakinkan pernyataan ini, silakan memahami sekali lagi Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia). Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke
bumi Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di
Bukit Talang Tuwo dan Karang Brahi sertaa batu nisan di Aceh, sampai dengan
tercetusnya inspirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober
1928.
Dari ketiga butir sumpah pemuda tersebut ysng paling menjadi perhatian
adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap sesuatu yang luar biasa. Dikatakan
demikian, sebab negara-negara lain, khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk
membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan
sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan sedikit pun, sebab
semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita patut bersyukur dan
angkat topi kepada para pendahulu kita.
Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu
diapakai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Semacam itu,
masyarakat kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya tersaingi. Dibalik
itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerah tidak mungkin dapat dipakai sebagai
alat penghubung antar suku, sebab yang diajak berkomunikasi juga menggunakan
bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang diapakai sebagai lingua franca ini
pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah diapakai dalam situasi
kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam itulah,
khususnya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas
Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa
Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan wujud, baik struktur, sistem,
maupun kosakata jelas tidak ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda adalah
semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa
Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah
Pemuda semangat dan jiwa bahasa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia.
Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama
bahasa Indonesia.

6
“Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 25-26 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang
kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai
masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat
perhubungan antarbudaya antardaerah.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia ‘memancarkan’ nilai-
nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan
bangsa Indonesia, kita harus bangsa dengannya, kita harus menjunjungnya, dan kita
harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa
Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh.
Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’
bangsa Indonesia. Ini berarti, dengan bangsa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita,
yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang
demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak
tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran
bangsa Indonesia sebenarnya.
Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat Indonesia yang
beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan
bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa
Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak
merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat lain. Apalagi dengan
adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan
nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing.
Kedudukan dan fungsi daerah masing-masingtegar dan tidak bergoyahsedikit pun.
Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan
seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatarbelakang bahasa berbeda,
mungkinkah kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi? Bagaimana
cara kita seandainya kita tersesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak mengenal

7
bahasa Indonesia? Bahasa Indonesialah yang dapat menanggulangi semuanya itu.
Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala apek kehidupan.
Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan (disingkat:
ipoleksosbudhankam) mudah diinformasikan kepada warganya. Akhirnya, apabila arus
informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan kita.
Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

1.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan sejarah yang panjang.Hal ini terbukti
pada uraian berikut.
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928.Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada.Ia merupakan sambungan yang
tidak langsung dari bahasa Melayu.Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasa
Melayu masih juga digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda.
Bahasa melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia
Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut
oleh pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan
kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme pemakaian bahasa
yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya : jiwa kolonial dan jiwa nasional.
Secara terperinci pebedaan lapangan atau ranah pemakaian antara kedua
bahasa itu terlihat pada perbandingan berikut ini.

Perbandingan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia


No. Bahasa Melayu Bahasa Indonesia
1. Bahasa resmi kedua di samping Bahasa yang digunakan dalam
bahasa Belanda, terutama untuk gerakan kebangsaan untuk men-
tingkat yang dianggap rendah. capai kemerdekaan Indonesia.

8
2. Bahasa yang diajarkan di sekolah- Bahasa yang digunakan dalam
sekolah yang didirikan atau menurut penerbitan-penerbitan yang ber-
sistem pemerintah Hindia Belanda. tujuan untuk mewujudkan cita-cita
perjuangan kemerdekaan Indone-
sia baik berupa : bahasa pers, ba-
hasa dalam hasil sastra.

3. Penerbitan-penerbitan yang dikelola Kondisi di atas berlangsung sam-


oleh jawatan pemerintah Hindia pai tahun 1945.
Belanda.

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada


tanggal 17 Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal
itu dinyatakan dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa
negara bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan.Terlalu banyak hal yang harus
dipertimbangkan. Salah timbang akan mengakibatkan tidak stabilnya suatu negara.
Sebagai contoh konkret, negara tetangga kita Malaysia, Singapura, Filiphina dan India,
masih tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di negaranya, walaupun
sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadikan bahasanya sendiri sebagai
bahasa resmi.
Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai
bahasa negara apabila (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar
penduduk negara itu, (2) secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh
penyebarannya dan (3) bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu.
Bahasa-bahasa yang terdapat di Malaysia, Singapura, Filiphina dan India tidak
mempunyai ketiga faktor di atas, terutama faktor yang nomor (3). Masyarakat
multilingual yang terdapat di negara itu saling ingin mencalonkan bahasa daerahnya
sebagai bahasa negara. Mereka saling menolak untuk menerima bahasa daerah lain
sebagai bahasa resmi kenegaraan. Tidak demikian halnya dengan negara
Indonesia.Ketiga faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928.
Bahkan, tidak hanya itu. Sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan tugasnya
sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Dengan demikian, hal
yang dianggap berat bagi negara-negara lain, bagi kita tidak merupakan persoalan. Oleh
sebab itu, kita patut bersyukur kepada Tuhan atas anugrah besar ini.

9
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
(1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
(3) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan
(4) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.
Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebab minimal empat fungsi itulah
memang sebagai ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan
sebagai bahasa negara.
Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi kenegaraan ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah
proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam
segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun
tulis.
Keputusan-keputusan, dokumen-dokumen dan surat-surat resmi yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaganya dituliskan di dalam bahasa
Indonesia. Pidato-pidato atas nama pemerintah atau dalam situasi apa dan kapan pun
selama beliau mengatasnamakan kepala negara atau pemerintah. Bagaimana dengan
kita?
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan
tinggi. Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikan rendah yang anak
didiknya hanya menguasai bahsa ibunya (bahasa daerah) menggunakan bahasa
pengantar bahasa daerah anak didik yang bersangkutan. Hal ini dilakukan sampai kelas
tiga Sekolah Dasar.
Sebagai konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di
lembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak
hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalihbasakan
berbagai referensi yang berbahasa asing ke bahasa Indonesia. Apabila hal ini dilakukan,

10
sangatlah membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek). Mungkin pada saat mendatang bahasa Indonesia
berkembang sebagai bahasa iptek yang sejajar dengan bahasa inggris.
Sebagai fungsinya di dalam perhubungan pada tungkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, bahasa
Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan
informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya penyeragaman sistem
administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan
mutu tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat
diterima oleh orang kedua (baca : masyarakat)
Akhirnya, sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan
teknologi, bahasa Indonesia terasa sekali manfaatnya. Kebudayaan nasional yang
beragam itu, yang berasal dari masyarakat Indonesia yang bergam pula, rasanya
tidaklah mungkin dapat disebarluaskan kepada dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia
dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia. Apakah mungkin guru tari Bali
mengajarkan menari Bali kepada orang Jawa, Sunda dan Bugis dengan bahasa Bali?
Tidak mungkin! Hal ini juga berlaku dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern.
Agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui
buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak
lain, hendaknya menggunakan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang
dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi.

1.3 Perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan


Bahasa Negara

Perbedaan antara bahasa Indonesia sebagai Negara dan bahasa Indonesia


sebagai bahasa Nasional dapat dari segi wujud, proses terbentuknya, dan dari segi
fungsinya

Perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Negara dari
Segi Wujud

11
Apabila kita mendengarkan pidato sambutan Menteri Sosial dalam rangka
peringatan Hari Hak-Hak Asasi Manusia dan pidato sambutan Menteri Muda Urusan
Wanita dalam rangka peringatan Hari Ibu,misalnya tentunya kita tidak menjumpai
kalimat-kalimat yang semacam ini.
“Sodara-sodara! Ini hari adalah hari yang bersejarah. Sampeyan tentunya udah
tau,bukan? Kalau kagak tau ya kebacut, gitu aja”.
Kalimat yang semacam itu juga tidak pernah kita jumpai pada waktu kita
membaca surat-surat dinas, dokumen-dokumen resmi, dan peraturan-peraturan
pemerintah.
Di sisi lain, pada waktu kita berkenalan dengan seseorang yang berasal dari
daerah atau suku yang berbeda, pernahkah kita memakai kata-kata seperti ‘kepingin’,
’paling banter’, ’kesusu’ dan ‘mblayu’? Apabila kita menginginkan tercapainya tujuan
komunikasi, kita tidak akan menggunakan kata-kata yang tidak akan dimengerti oleh
lawan bicara kita sebagaimana contoh di atas. Kita juga tidak akan menggunakan
struktur-struktur kalimat yang membuat mereka kurang memahami maksudnya.
Yang menjadi masalah sekarang ialah apakah ada perbedaan wujud antara
bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara atau resmi sebagaimana yang kita dengar dan
kita baca pada contoh di atas, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
sebagaimana yang pernah juga kita lakukan pada saat berkenalan dengan seseorang lain
daerah atau lain suku? Perbedaan secara khusus memang ada, misalnya penggunaan
kosakata dan istilah. Hal ini disebabkan oleh lapangan pembicaraannya berbeda. Dalam
lapangan politik diperlukan kosakata tertentu yang berbeda dengan kosakata yang
diperlukan dalam lapangan administrasi.
Begitu juga dalam lapangan ekonomi,social, dan yang lain-lain. Akan tetapi,
secara umum terdapat kesamaan. Semuanya menggunakan bahasa yang diberciri baku.
Dalam lapangan dan situasi diatas tidak pernah digunakan, misalnya, struktur kata
‘kasih tahu’ (untuk memberitahukan), ‘bikin bersih’ (untuk membersihkan), ‘dia orang’
(untuk mereka), ‘dia punya harga’ (untuk harganya) dan kata ‘situ’ (untuk Saudara,
Anda, dan sebagainya), ‘kenapa’ (untuk mengapa), ‘bilang’ (untuk mengatakan),
‘nggak’ (untuk tidak), ‘gini’ (untuk begini), dan kata-kata lain yang dianggap kurang
atau tidak baku.

12
Perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Negara dari
segi Proses Terbentuknya
Secara implisit, perbedaan dilihat dari proses terbentuknya antara kedua
kedudukan bahasa Indonesia, sebagai bahasa negara dan nasional.
Latar belakang timbulnya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara jelas-jelas berbeda. Adanya
kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didorong oleh rasa persatuan
bangsa Indonesia pada waktu itu. Putra-putra Indonesia sadar bahwa persatuan
merupakan sesuatu yang mutlak untuk mewujudkan suatu kekuatan. Semboyan
“Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” benar-benar diresapi oleh mereka. Mereka juga
sadar bahwa untuk mewujudkan persatuan perlu adanya saran yang menunjangnya. Dari
sekian sarana penentu, yang tidak kalah pentingnya adalah sarana komunikasi yang
disebut bahasa. Dengan pertimbangan kesejarahan dan kondisi bahasa Indonesia yang
lingua franca itu, maka ditentukanlah ia sebagai bahasa nasional.
Berbeda halnya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi.
Terbentuknya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi dilator belakangi oleh
kondisi bahasa Indonesia itu sendiri yang secara geografis menyebar pemakaiannya ke
hamper seluruh wilayah Indonesia dan dikuasai oleh sebagian besar penduduknya. Di
samping itu, pada saat itu bahasa Indonesia telah disepakati oleh pemakaiannya sebagai
bahasa pemersatu bangsa, sehingga pada saat ditentukannya sebagai bahasa
negara/resmi, seluruh pemakai bahasa Indonesia yang sekaligus sebagai penduduk
Indonesia itu menerimanya dengan suara bulat.

Perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Negara dari
segi Segi Fungsi

Fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berbeda sekali


dengan fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Perbedaan itu
terlihat pada wilayah pemakaian dan tanggung jawab kita terhadap pemakaian fungsi
itu.
Yang menjadi masalah kita adalah perbedaaan sehubungan dengan tanggung
jawab kita terhadap pemakaian fungsi-fungsi itu. Apabila kita menggunakan bahasa
Indonesia sebagai fungsi tertentu, terdapat kaitan aoa dengan kita? Kita berperan
sebagai apa sehingga kita berkewajiban moral menggunakan bahasa Indonesia sebagai

13
fungsi tertentu? Jawaban atas pertanyaan itulah yang membedakan tanggung jawab kita
terhadap pemakaian fungsi-fungsi bahasa Indonesia baik dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara/resmi.
Kita sebagai bahasa negara/resmi dipakai sebagai alat penghubung antar suku,
misalnya karena kita sebagai bangsa Indonesia yang hidup diwilayah tanah air
Indonesia. Sehubungan dengan hal itu, apabila ada orang yang berbangsa lain yang
menetap di wilayah Indonesia dan mahir berbahasa Indonesia, dia tidak mempunyai
tanggung jawab moral untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai fungsi tersebut.
Lain halnya dengan contoh berikut ini. Walaupun Ton Sin Hwan keturunan
Cina, tetapi karena dia warga negara Indonesia dan secara kebetulan menjabat sebagai
Ketua Lembaga Bantuan Hukum, maka pada saat dia memberikan penataran kepada
anggutanya berkewajiban moral untuk menggunakan bahasa Indonesia. Tidak perduli
apakah dia lancer berbahasa Indonesia atau tidak. Tidak perduli apakah semua
pengikutnya ketudunan Cina yang berwarga negara Indonesia ataukah tidak.
Jadi seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai penghubung antar suku,
karena dia berbangsa Negara Indonesia yang menetap di wilayah Indonesia; sedangkan
seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, karena dia sebagai
warga Negara Indonesia yang menjalankan tugas-tugas ‘pembangunan’ Indonesia.

C. FUNGSI BAHASA INDONESIA


Fungsi bahasa Indonesia sebagai berikut :
1. Bahasa Indonesia sebagai ekspresi diri.
Pada awalnya, ketika masih kecil sebelum kita dapat berbicara, kita
mengekpresikan suatu keinginan dengan menunjuk pada suatu benda atau bahkan kita
menangis saat kita inginkan suatu keinginan. Dalam perkembangan diri kita, sebenarnya
fungsi bahasa yang pertama ini berkomuniksai dengan satu ataupun beberapa orang di
dalam kehidupan. Karena tergantung situasi dan kondisi yang ada. tanpa kita sadari
telah kita lakukan sebagai ekspresi diri kita.
Sebagai contoh, seorang wanita pasti memiliki suatu buku ‘diary’ yang
merupakan suatu tempat atau media untuk mencurahkan perasaan, entah itu perasaan
yang gembira maupun yang sedih. Mereka hampir tiap malam dan setiap kejadian yang

14
mereka alami selalu menuangkannya perasaannya dalam bentuk tulisan, puisi dan
bahkan lagu yang dirangkai dengan melodi.
Tetapi, pada saat menggunakan bahasa sebagai ekspresi diri, kita tidak perlu
mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang akan menjadi pendengarnya.
Karena kita menggunakan bahasa untuk kepentingan diri kita pribadi.
2. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
Di dalam kehidupan ini kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya
berbicara dan berkomunikasi dengan yang lain. Banyak cara yang bisa di lakukan dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Ada yang melalui percakapan secara langsung (tatap
muka dan lisan), ada juga yang melalui percakapan melalui perantara (tulisan, telepon,
hp, surat, dll). Tetapi, komunikasi lisan yang kita lakukan didalam kehidupan sehari-
hari atau bisa di katakan yang paling praktis menyebabkan kita tidak teliti dengan
bahasa Indonesia yang kita ucapkan sebagai alat komunikasi. Akibatnya kita memiliki
suatu kesulitan ketika akan menggunakan bahasa tulis yang standard dan teratur.
Disaat kita dituntut untuk berbahasa di dalam suatu kepentingan tertentu,
kemungkinan yang akan terjadi adalah kita berbahasa dengan terbata-bata atau
kemungkinan yang lebih jauh lagi kita menggunakan dan memasukkan istilah bahasa
asing dalam penguraiannya. Banyak factor yang dapat mempengaruhi diri kita didalam
berkomunikasi dengan yang lain. Sebagai contohnya perkembangan iptek dan arus
globalisasi. Jadi, bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan
fungsinya sebagai alat komunikasi didalam kehidupan.

3. Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial


Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, pengalaman-
pengalaman mereka dapat kita pelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-
pengalaman itu, serta belajar untuk dapat berkenalan dengan orang lain. Anggota-
anggota masyarakat dapat dipersatukan dengan sebuah bahasa.
Sebagai contoh, didalam kampus gunadarma banyak sekali mahasiswa yang
tinggal di luar pulau jawa tetapi saat sudah berada dalam suatu lingkungan pendidikan
mereka dipersatukan dengan sebuah bahasa. Walaupun mereka yang berasal dari luar
pulau jawa memiliki bahasa daerahnya sendiri.

15
Di dalam kita beradaptasi dengan suatu lingkungan tertentu didalam suatu
lingkungan social, bahasa yang kita gunakan pasti berbeda.
Sebagai contoh, kita akan menggunakan kata-kata yang lebih hormat atau
standard kepada orang tua, guru, dosen dan lain-lain. Berbeda dengan kata-kata yang
biasa kita gunakan didalam pergaulan dengan teman, kawan dan sahabat kita atau bisa
kita sebut dengan bahasa yang nonstandard atau rasa hormatnya sangat kurang.

4. Bahasa sebagai alat kontrol sosial


Bahasa sebagai alat control social merupakan sebagai suatu sarana untuk dapat
mempengaruhi sikap. Tutur kata seseorang. Bahasa sebagai alat control social sangat
efektif. Mengapa demikian? Kontol social dapat diterapkan pada diri sendiri atau
masyarakat. Berbagai penerangan, informasi pendidikan disampaikan melalui sebuah
bahasa. Buku-buku, majalah, surat kabar dan lain-lain(yang bersifat menghimbau dan
mengajak)merupakan suatu alat control social.
Sebagai contoh, suatu acara di sebuah stasiun TV bahkan di seluruh stasiun TV
selama bulan ramadhan kemarin banyak menyiarkan ceramah-ceramah atau dakwah
yang dibawakan oleh para pendakwah. Dari semua yang meraka sampaikan kalau kita
mendengar dan mengambil hal yang baik serta selalu mengingat dalam hati saat kita
melihat acara tersebut, Semua yang disampaikan oleh para pendakawah bersifat
mengajak, menghimbau atau bisa kita sebut sebagai alat control social di dalam
masyarakat Indonesia. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan
sesutau kepada kita untuk mendapatkan pandangan baru, sikap baru, perilaku dan
tindakan yang baru dalam kehidupan ini. Disamping itu juga kalau kita sekaligus belajar
untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain tentang suatu hal.

1.4 Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional

Telah diketahui bahwa bahasa Indonesia selain sebagai sebagai bahasa nasional
juga sebagai bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai berikut.
(1) Bahasa resmi kenegaraan. Dalam kaitannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia
dipergunakan dalam adminstrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan
baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik antara

16
pemerintah dengan masyarakat. Dokumendokumen dan keputusan-keputusan serta
surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemeritah dan badan-badan kenegaraan lain
seperti DPR dan MPR. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan
diucapkan di dalam bahasa Indonesia.
(2) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa pengantar, bahasa
Indonesia dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan baik formal atau
nonformal, dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
(3) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional serta kepentingan pemerintah. Dalam hubungannya dengan fungsi ini,
bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat komunikasi timbalbalik antara
Pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat
perhubungan di dalam masyarakat yang keadaan social budaya dan bahasanya
sama.
(4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kaitan ini,
bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta
mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki
identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah. Dalam pada itu
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk
penyajian pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan, dilakukan dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian masyarakat bangsa kita tidak tergantung sepenuhnya
kepada bangsa-bangsa asing di dalam usahanya untuk mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta untuk ikut serta dalam usaha
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.5 Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Negera atau bahasa Resmi
Bahasa Indonesia sebaga bahasa Negara atau bahasa Resmi berfungsi sebagai
berikut:
1. Bahasa resmi kenegaraan. Dalam kaitannya dengan fungsi ini bahasa
Indonesia dipergunakan dalam adminstrasi kenegaraan, upacara atau
peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan, komunikasi
timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat. Dokumen- dokumen dan
keputusan-keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemeritah dan
badan-badan kenegaraan lain seperti DPR dan MPR ditulis di dalam bahasa

17
Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di
dalam bahasa Indonesia.
2 Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia
dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan baik formal atau nonformal, dari
tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
3 Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional
serta kepentingan pemerintah. Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa
Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat komunikasi timbal- balik antara
pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat
perhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan bahasanya
sama.
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kaitan
ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina
serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki
identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah. Dalam pada itu
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk
penyajian pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan, dilakukan dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian masyarakat bangsa kita tidak tergantung sepenuhnya
kepada bangsa-bangsa asing di dalam usahanya untuk mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta untuk ikut serta dalam usaha
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Doyin, Mukh dkk. 2012. Bahasa Indonesia. Semarang : Pusat Pengembangan


MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.

Widodo, Ramad. 2013. sejarah-fungsi-dan-kedudukan-bahasa. Diunduh dari


http://tugas-ramadwidodo.blogspot.com/2013/09/sejarah-fungsi-dan-
kedudukan-bahasa.html.

Khonghucu, Efan. 2010. Fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia. Diunduh dari


http://efankhonghucu.blogspot.com/2010/09/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-
indonesia.html.

18

Anda mungkin juga menyukai