Anda di halaman 1dari 13

1

DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................3
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.........3
2.2 FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA......................6
2.3 RAGAM BAHASA INDONESIA..........................................................7
2.3.1 Jenis-Jenis Ragam Bahasa..............................................................7
2.3.2 Penyebab Terjadinya Ragam Bahasa..........................................11
BAB III..................................................................................................................12
SIMPULAN..........................................................................................................12
3.1 SIMPULAN............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional serta bahasa negara bangsa
Indonesia. Bahasa ini sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh
sebelum Belanda menjajah Indonesia. Namun tidak semua orang menggunakan
tata cara atau aturan-aturan yang benar. Salah satunya adalah penggunaan bahasa
Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan ataupun Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting
untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh. Akhirnya, bisa
diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita
sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang. Bahasa Indonesia perlu dipelajari
oleh semua lapisan masyrakat. Dalam hal ini tidak hanya pelajar dan mahasiswa
saja, tetapi juga semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa ini. Dalam
bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Di sini ragam
bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda.

BAB II
PEMBAHASAN

1.2 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA


Indonesia merupakan sebuah negara berkembang di kawasan Asia Tenggara.
Dengan letak geografis Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau yang
terpisah oleh lautan, mengakibatkan Indonesia memiliki banyak sekali perbedaan.
Budaya yang berbeda dan bahasa yang berbeda menjadi keunikan tersendiri bagi
Negara Indonesia itu sendiri.
Apabila ditinjau dari prespektif historis Negara Indonesia, bahasa Indonesia
diadopsi dari prototipe bahasa Melayu. Bahasa Melayu telah dipakai sebagai
lingua franca selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan, seperti: prasasti yang ditemukan
di Palembang, Jambi dan Bangka, dapat diambil sebuah analisia bahwa bahasa
Melayu sudah dipergunakan sejak dulu di beberapa wilayah Indonesia khususnya
di wilayah-wilayah sumatera dan terdapat beberapa kerajaan besar yang
berpengaruh pada saat itu. Kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar
yang terletak di wilayah Sumatera.
Seiring dengan kejayaan kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu mengalami
perkembangan yang signifikan. Perubahan sosio kultural pada tata kehidupan
masyarakat terus berlangsung searah dengan perkembangan zaman, termasuk
perubahan kedudukan bahasa Melayu bagi bangsa Indonesia. Pada saat

3
perjuangan kemerdekaan, bangsa Indonesia memerlukan alat pemersatu dalam
berinteraksi antar suku bangsa yang ada di Indonesia. Dipilihlah bahasa Melayu
sebagai bahasa pemersatu bangsa di Indonesia. Pada peristiwa Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928 ditetapkan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.
Penetapan itu pun merupakan awal bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional. Tujuan dari lahirnya bahasa Indonesia pada saat sumpah pemuda
pada dasarnya agar bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan yang dapat
mempersatukan bangsa Indonesia melalui bahasa yang dilatar belakangi oleh
banyaknya bahasa daerah yang ada.
Upaya untuk terus menjaga dan mengembangkan Bahasa Indonesia
dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara untuk terus menjaga dan
mengembangkan bahasa Indonesia yaitu dengan diadakannya beberapa kongres
bahasa Indonesia. Pada dasarnya kongres-kongres yang dilaksanakan merupakan
wujud dari eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang harus tetap
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dari masa ke masa. Dari
kongres yang telah dilaksanakan telah menghasilkan beberapa inovasi yang
ditunjukan untuk eksistensi bahasa Indonesia seiring dengan perkembangan
zaman dan teknologi.
Berikut ini kongres bahasa Indonesia yang sudah dilaksanakan :
1. Kongres Bahasa Indonesia I (Pertama)
Kongres bahasa Indonesia yang pertama dilaksanakan pada tanggal
25-28 Juni tahun 1938 di kota Solo, Jawa Tengah. Kongres pertama ini
menghasilkan beberapa kesepakatan dan kesepahaman yakni urgensi
dari usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah
dilakukan secara sadar oleh para cendikiawan dan budayawan Indonesia
pada waktu itu. Sampai pada akhirnya pada 18 Agustus 1945
disyahkannya Undang -Undang Dasar 1945, pada Pasal 36 menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Diresmikannya penggunaan
Ejaan Republik sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku
sebelumnya, peresmian ini terjadi pada tanggal 19 Maret 1947.

2. Kongres Bahasa Indonesia II


Kongres bahasa Indonesia yang kedua dilaksanakan pada 28
Oktober-1 November 1954 di Kota Medan, Sumatra Utara,. Kongres
bahasa Indonesia ini merupakan sebuah tindakan rasionalisasi dari
keinginan yang kuat dan keras dari bangsa Indonesia untuk selalu
menyempurnakan bahasa Indonesia yang dijadikan bahasa nasional.
Pemerintah pada 16 Agustus 1972, meresmikan penggunaan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) yang diperkuat dengan adanya Keputusan
Presiden No. 57 Tahun 1972. Mentri Pendidikan dan Kebudayaan pada
31 Agustus 1972, menetapkan Pedoman Umum Bahasa Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan

4
Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan
Nusantara).

3. Kongres Bahasa Indonesia III


Kongres bahasa Indonesia ketiga dilaksanakan pada 28 Oktober-2
November 1978 di Ibukota Jakarta. Hasil yang didapat dari kongres
bahasa Indonesia ketiga ini yaitu memperlihatkan kemajuan,
pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928 dan
selalu berusaha dengan optimal untuk memantapkan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia.

4. Kongres Bahasa Indonesia


Kongres bahasa Indonesia keempat diselenggarakan pada tanggal
21-26 November 1983 di Jakarta. Pada pelaksanaan kongres bahasa
Indonesia ke empat bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda yang ke-55
yang menghasilkan kesepakatan bahwa pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang
tercantum di dalam GBHN, yang mewajibkan kepada seluruh warga
negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar tercapai seoptimal mungkin.

5. Kongres Bahasa Indonesia V


Kongres bahasa Indonesia yang kelima dilaksanakan pada tanggal
28 Oktober-3 November 1988 di Jakarta.. Pada kongres bahasa
Indonesia kelima ini, dilahirkan karya monumental yaitu sebuah Kamus
Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

6. Kongres Bahasa Indonesia VI


Kongres bahasa Indonesia yang keenam dilaksanakan pada tanggal 28
Oktober-2 November 1993 di Jakarta. Hasil dari kongres bahasa
Indonesia kelim diantaranya yaitu pengusulan Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Indonesia ditingkatkan statusnya menjadi
Lembaga Bahasa Indonesia, di samping mengusulkan disusunnya
UndangUndang Bahasa Indonesia.

7. Kongres Bahasa Indonesia VII


Kongres bahasa Indonesia ketujuh dilaksanakan pada tanggal 26-30
Oktober 1998 di Jakarta. Hasil dari kongres bahasa Indonesia ke tujuh
yaitu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa Indonesia.

5
8. Kongres Bahasa Indonesia VIII
Kongres bahasa Indonesia kedelapan diselenggarakan pada tanggal
14-17 Oktober 2003 di Jakarta. Pada kongres bahasa Indonesia ke tujuh
menghasilkan kesepakatan pengusulan bulan Oktober dijadikan bulan
bahasa. Agenda pada bulan bahasa adalah berlangsungnya seminar
bahasa Indonesia di berbagai lembaga yang memperhatikan bahasa
Indonesia.

9. Kongres Bahasa Indonesia IX


Kongres bahasa Indonesia kesembilan dilaksanakan pada tanggal
28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres bahasa Indonesia ke
lima membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah,
penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa
media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional yang
menghadirkan pembicara-pembicara dari dalam dan luar negeri.

10. Kongres Bahasa Indonesia X


Kongres bahasa Indonesia yang kesepuluh dilaksanakan pada
tanggal 28-31 Oktober 2013 di Jakarta. Hasil dari kongres bahasa
Indonesia ke sepuluh merekomendasikan yaitu Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud), merekomendasikan hal-hal yang perlu
dilakukan pemerintah.

1.3 FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA


Dalam konteks kedudukannya sebagai bahasa nasional negara Indonesia,
bahasa Indonesia memiliki fungsi:
1. lambang kebanggaan nasional;
2. lambang identitas nasional;
3. Alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berlatar belakang sosial
budaya dan bahasa yang berbeda, dan
4. Alat perhubungan antar daerah dan antar budaya

Sebagai sebuah simbol identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan


cerminan dari nilai-nilai sosial budaya bangsa yang mendasari rasa nasionalisme
bangsa Indonesia. Melalui bahasa Indonesia, bangsa Indonesia berusaha untuk
mengkristalisasikan semangat keber samaannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dilandasi hal tersebut, sudah sepatutnya bahasa Indonesia di lestarikan
dengan seutuhnya, Begitu pula dengan kebanggan individu untuk ber bahasa
Indonesia agar senantiasa memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari,
sehingga terwujud sikap positif bangsa Indonesia terhadap bahasanya sendri.

6
Untuk itu kesadaran akan kaidah pemakaian bahasa Indonesia harus selalu
ditingkatkan.
Kedudukan diartikan sebagai status relatif bahasa sebagai sistem lambang
nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial bahasa yang bersangkutan.
Sedangkan fungsi adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai tugas
pemakaian bahasa itu dalam kedudukan yang diberikan kepadanya. Bahasa
Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa
negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dimiliki sejak
diikrarkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, sedangkan kedudukan
sebagai bahasa negara dimiliki sejak diresmikan Undang-Undang Dasar 1945 (18
Agustus 1945). Dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 tercantum ”Bahasa negara
ialah Bahasa Indonesia”.

1.4 RAGAM BAHASA INDONESIA


Bachman (1990) menjelaskan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa
menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara. Dengan kata lain, ragam bahasa adalah variasi bahasa yang
terjadi karena pemakaian bahasa. Ragam bahasa berbeda dengan laras bahasa.
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras
sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Itulah yang disebut dengan laras bahasa.
Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya.
Contoh dari laras bahasa antara lain laras iklan, laras lagu, laras ilmiah, laras
ilmiah populer, laras feature, laras komik, dan laras sastra. Setiap laras masih
dapat dibagi lagi menjadi sublaras. Sebagai contoh, laras sastra yang dapat dibagi-
bagi menjadi laras cerpen, laras puisi, atau laras novel. Setiap laras memiliki
format dan gaya tersendiri. Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis
dalam bentuk formal, semiformal, atau nonformal. Oleh karena itu, dalam
menulis, kita harus menguasai berbagai laras yang berbeda itu agar dapat memilih
laras yang tepat untuk khalayak sasaran. Laras bahasa yang menjadi perhatian kita
dalam materi kali ini adalah laras ilmiah.

1.4.1 Jenis-Jenis Ragam Bahasa

A. Ragam Bahasa Menurut Media atau Sarana


Penggunaan bahasa berdasarkan media pengantarnya atau sarana yang
digunakan terbagi atas ragam lisan dan ragam tulis. Perbedaan antara ragam
lisan dan ragam tulis dapat dilihat dari peristiwa berbahasa. Jika kita
berbahasa lisan, orang yang diajak bicara berhadapan dengan orang yang
mengajak bicara. Dengan demikian, bahasa lisan dapat diperjelas dengan
gerak tangan, anggukan kepala, atau ekspresi wajah. Selain itu, kejelasan

7
bahasa lisan dapat dibantu dengan intonasi, tinggi rendah nada ucapan,
tekanan kata dan lafal. Ragam lisan dapat digunakan dalam laporan
pandangan mata, misalnya, laporan pandangan mata pertandingan sepak bola,
musibah kecelakaan pesawat terbang, bencana alam, atau demonstrasi masak
(Santoso, 2017: 1.13). Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan ciri-ciri ragam
bahasa lisan.
 Memerlukan orang kedua/teman bicara;
 Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
 Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi
serta Bahasa tubuh.
 Berlangsung cepat;
 Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
 Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
 Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
 Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

B. Ragam Bahasa Menurut Pendidikan


Ragam bahasa menurut pendidikan terbagi atas ragam baku dan tidak
baku. Beberapa penyusun buku seperti E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai
(1999:18— 19) mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan ragam
lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku
menggunakan kaidah bahasa yang lebih lengkap dibandingkan dengan ragam
bahasa tidak baku. Ragam ini terdapat dalam karya-karya ilmiah, laporan-
laporan, seminar-seminar, pidato resmi, wawancara resmi, atau pidato
kenegaraan. Sementara itu, ragam tidak baku terdapat pada penggunaan
bahasa sehari-hari, seperti di pasar, dalam pembicaraan tidak resmi, artikel
populer, media televisi terutama dalam acara hiburan, seperti wawancara tidak
resmi (wawancara dengan artis atau tokoh masyarakat), sinetron, dan
sebagainya.
Ciri-Ciri Ragam Baku :
 Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Sebagai contoh,
kalau kata rasa dibubuhi awalan pe- akan terbentuk kata perasa.
Kata raba dibubuhi peakan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu,
menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi
perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap
kata pengrajin tidak dapat kita terima.
 Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak
menghendaki adanya bentuk mati. Sebagai contoh, kata langganan
mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko
tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan
dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.

8
 Cendekia Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku
dipakai pada tempattempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah
orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan
dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur
pendidikan formal (sekolah). Isi bahasa baku mengungkapkan
pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
 Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses
pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan
kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik
keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai
istilah pramugara dan pramugari.

C. Ragam Bahasa dalam Bidang Wacana


Ragam bahasa bidang wacana meliputi ragam ilmiah dan ragam populer.
Ragam ilmiah merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan
ilmiah, ceramah, atau tulisan-tulisan ilmiah. Sementara itu, ragam populer
digunakan dalam pergaulan sehari-hari dan tulisan populer.
Ciri-Ciri Ragam Ilmiah:
 Bahasa Indonesia ragam baku;
 Penggunaan kalimat efektif;
 Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
 Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari
pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
 Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga
objektivitas isi tulisan;
 Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea

D. Ragam Bahasa Menurut Cara Pandang Penutur


Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri atas
beberapa ragam diantara nya adalah ragam dialek, ragam terpelajar, ragam
resmi, dan ragam tak resmi. Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara
pandang penutur dapat diperinci lagi berdasarkan ciri :
 Kedaerahan;
 pendidikan, dan
 sikap penutur sehingga di samping ragam yang tertera di atas,
terdapat pula ragam menurut daerah, ragam menurut pendidikan,
dan ragam menurut sikap penutur.
Ragam menurut daerah akan muncul jika para penutur dan mitra komunikasinya
berasal sari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam akan beralih jika para pelakunya
multietnik atau suasana berubah, misalnya dari takresmi menjadi resmi.

9
E. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Topik Pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri atas ragam politik,
ragam hukum, ragam sosial dan fungsional, ragam jurnalistik, serta ragam
sastra.
 Ragam politik. Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh
penguasa dalam rangka menata dan mengatur kehidupan
masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu
sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar
dalam pengembangan bahasa di masyarakat.
 Ragam hukum. Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah
penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat luas.
Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu
memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam
strukturnya. Hal ini disebabkan hukum Indonesia pada umumnya
didasarkan pada hukum yang ditulis pada zaman penjajahan
Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda.
 Ragam Sosial dan Ragam Fungsional. Ragam sosial dapat
didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakantan bersama dalam
lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial
membedakan penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang
misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab dan atau sebaya,
serta tingkat status sosial orang yang menjadi lawan bicara. Ragam
sosial ini juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam lisan.
 Ragam jurnalistik. Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang
dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers = media
massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik
adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa.
Termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan
multimedia (internet). Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu
ragam bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang
disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam
bahasa ringkas. Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum
sebagai berikut :
o Bahasanya padat
o Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan
o Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya
o Lebih banyak unsur pikiran daripada perasaan
o Lebih bersifat memberitahukan daripada menggerakkan
emosi

10
1.4.2 Penyebab Terjadinya Ragam Bahasa
Ragam bahasa timbul seiring dengan timbulnya perubahan di dalam
masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
keperluamya. Oleh karena banyaknya variasi, agar tidak mengurangi fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme
untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu, dalam hal ini
disebut ragam standar (Subarianto, 2000).
Ada beberapa factor sebagai penyebab timbulnya ragam bahasa yang ada
di Indonesia, yakni seperti di bawah ini :
 Faktor Budaya, Setiap daerah mempunyai perbedaan kultur atau
daerah hidup yang berbeda, seperti di wilayah Jawa dan Papua
serta beberapa wilayah Indonesia lainnya.
 Faktor Sejarah, Setiap daerah mempunyai kebiasaan (adat
istiadat) dan bahasa nenek moyang sendiri-sendiri dan berbeda-
beda, antara daerah satu dengan daerah lainnya.
 Faktor Perbedaan Demografi, Setiap daerah memiliki dataran
yang berbeda, seperti wilayah di daerah pantai, pegunungan yang
biasanya cenderung mengunakan bahasa yang singkat jelas dan
dengan intonasi volume suara yang besar dan tingi. Berbeda
dengan daerah pemukiman padat penduduk yang menggunakan
bahasa lisan yang panjang lebar disebabkan lokasinya yang saling
berdekatan dengan intonasi volume suara yang kecil.
Selain Faktor tersebut ragam bahasa juga terjadi karena perkembangan zaman, di
samping perbedaan cara penyampaiannya atau logat bahasanya.

11
BAB III
SIMPULAN

1.5 SIMPULAN
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sampai saat ini, bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang hidup yang terus berkembang dengan pengayaan
kosakata baru, baik melalui penciptaan maupun melalui penyerapan dari bahasa
daerah dan bahasa asing. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa
persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda.
Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan, ditandatanganilah
Undang-Undang Dasar 1945. Pada Bab XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah
bahwa bahasa Indonesia ialah bahasa negara. Selanjutnya, sehubungan dengan
perkembangan ejaan, setelah bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia,
yakni muncul Ejaan Republik, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK,
Ejaan yang disempurnakan, dan EBI.
Ragam bahasa ini memiliki berbagai macam jenis yang dibedakan
berdasarkan tiga hal yaitu cara berkomunikasi, cara penuturan, dan topik
pembicaraan. Dilihat dari cara berkomunikasi, ragam bahasa dibedakan menjadi
dua yaitu lisan dan tulis. Dalam hal ini penggunaan ragam lisan lebih baik karena
seseorang dapat langsung mengekspresikan apa yang ingin diungkapkan daripada
menggunakan tulisan. Dilihat dari cara penuturan, ragam bahasa dibedakan
menjadi ragam dialek, terpelajar, resmi, dan tidak resmi. Dilihat dari topik
pembicaraan, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam sosial. ragam fungsional,
ragam jurnalistik. ragam sastra, ragam politik dan hukum.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arif Ridiawan. 2012. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia mulai Ejaan dan
Ophusyen hingga EYD. http://ridiawan. blogspot. co.
id/2012/02/perkembangan-ejaanbahasa-indonesia.html?m=1 10 Oktober
2023 (14:23).
Excellent Translation. 2017. EYD Berubah Menjadi EBI Sebagai Pedoman
Umum. https://jasa-translate.com/eyd-berubah-menjadi-ebi-sebagai-
pedoman-umum/. 10 Oktober 2023 (15:30).
Gunawan, Heri Indra. 2016. Isi Konggres Bahasa Indonesia I sampai X.
http://www.gurungapak. com/2016/05/konggres-bahasa-indonesia. html.
10 Oktober 2023 (14:48).
Sukartha, I Nengah, dkk.2010. Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan
Tinggi. Bali : Udayana University Press. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. 2016. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
https://pbsiikipgunungsitoli. blogspot. co. id/2016/12/ejaan-bahasa-
indonesiaebi.html?m=l. 10 Oktober 2023 (16:10).

13

Anda mungkin juga menyukai