Anda di halaman 1dari 12

1

DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................3
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN DIKSI............................................................................3
2.2 FUNGSI DIKSI.......................................................................................4
2.3 SYARAT-SYARAT KETEPATAN PILIHAN KATA........................4
2.4 MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF.......................................5
2.5 PEMBENTUKAN KATA.......................................................................6
2.6 PENGGUNAAN KATA YANG HEMAT.............................................7
2.7 KATA KONKRET DAN ABSTRAK....................................................7
2.8 KATA UMUM DAN KHUSUS..............................................................8
2.9 KATA BAKU DAN TIDAK BAKU......................................................8
2.10 KRITERIA PEMILIHAN KATA..........................................................9
BAB III..................................................................................................................10
KESIMPULAN....................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
LAMPIRAN..........................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran
terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis
dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan.
Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik,
supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang
digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana.
Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata sesuka hati, tetapi yang harus
mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus menerus
dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud,
gagasan, perasaan (ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan
keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosakata. Yang terpenting dalam
menulis adalah penguasaan kosakata yang merupakan bagian dari diksi. Ketetapan
diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi
menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti. Diksi dapat diartikan sebagai
pilihan kata pengarang dalam menggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun
dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau
mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, dan
ungkapan-ungkapan.

BAB II
PEMBAHASAN

1.2 PENGERTIAN DIKSI


Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-hari
dapat membuat seseoranmg tersebut mengalami kesulitan mengungkapkan
maksudnya kepada orang lain. Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam
menggunakan kosa kata, dapat mempersulit diterima dan dipahaminya maksud
dari isi pesan yang hendak disampaikan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal
demikian, seseorang harus mengetahui dan memahami bagaimana pemakaian kata
dalam komunikasi. Salah satu yang harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata.
Menurut Enre (1988: 101) diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata
secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam
pola suatu kalimat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya (1990:45) yang
menjelaskan bahwa diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang

3
ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki sekelompok masyarakat dan pendengar atau
pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna dan
kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar. Pendapat
lain dikemukakan oleh Keraf (1996: 24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama
mengenai diksi, antara lain sebagai berikut :
1. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai
untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan
kata-kata yang tepat.
2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan
nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah


pemilihan dan pemakaian kata oleh pengarang dengan mempertimbangkan aspek
makna kata yaitu makna denotatif dan makna konotatif sebab sebuah kata dapat
menimbulkan berbagai pengertian.

1.3 FUNGSI DIKSI


1 Melambangkan ide yang diungkapkan secara verbal.
2 Membentuk wujud ungkapan gagasan yang tepat sehingga menyenangkan
penyimak atau pembaca.
3 Mewujudkan komunikasi yang berterima.
4 Menciptakan atmosfir yang kondusif.
5 Menghindari dan mencegas perbedaan persepsi atau interpretasi.
6 Mencegah salah pemahaman, dan,
7 Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

1.4 SYARAT-SYARAT KETEPATAN PILIHAN KATA

1. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim misalnya:


ialah, adalah, dalam pemakaian berbeda beda. Kata ialah harus diikuti
sinonim, bukan definisi formal. Jika menggunakan kata ialah maka harus
disertai sinonim.
 Manusia ialah orang. (benar dan cermat)
 Manusia ialah makhluk yang berakal budi (salah, tidak cermaat)
 Manusia adalah makhluk yang berakal budi. (benar dan cermat)

4
2. Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat. Denotasi yaitu
kata yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi
dapat menimbulkan makna yang bermacam macam, lazim digunakan dalam
pergaulan, untuk tujuan estetika dan kesopanan.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanny,
misalnya : interferensi (saling mempengaruhi) dan inferensi ( kesimpulan),
sarat (penuh, bunting) dan syarat (ketentuan).
4. Menggunakan kata abstrak dan konkret secara cermat, kata abstrak
(konseptual, misalnya: pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern)
dan kata konkret atau kata khusus (misalnya: mangga, sarapan, berenang).
5. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (misalnya pria dan laki laki,
saya dan aku, serta buku dan kitab) berhomofon ( misalnya: bang dan bank)
berhomograf (misalnya: apel( buah) dan apel (upacara) teras ( serambi) dan
teras (pejabat) berhomonim ( misalnya buku (tulang) dan buku (kitab).
6. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya:isu
(dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal usulnya,kabar
angin, desas desus).
7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Untuk
mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya
menggunakan kata khusus, misalnya: mobil (kata umum) fortuner (kata
khusus).
8. Menggunakan kata –kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang
benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.

1.5 MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF


1. Makna Denotatif
Djajasudarma (1999:9) mengungkapkan makna denotatif adalah
makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia
kenyataan. Makna denotatif ini memiliki arti yang sebenarnya atau sesuai
dengan yang dilihat, tidak mengandung makna yang tersembunyi.
 Dia adalah wanita manis (konotatif).
 Dia adalah wanita cantik (denotatif).
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan
memberikan gambaran umum seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata
manis terkandung suatu maksud yang bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek.
Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol
(lebih jelek daripada bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati), dan
gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pahak lain, kata-kata itu dapat
mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotative referen lain.
Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda
sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.

5
2. Makna konotatif
Kridalaksana dalam Suwandi (2008:82) menyatakan bahwa makna
konotatif (connotative meaning) adalah aspek makna sebuah atau
sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul
atau ditimbulkan oleh pembicaraan (penulis) dan pendengar (pembaca).
Tarigan (1990:60) berpendapat bahwa konotasi kolektif secara garis besar
dapat dibagi atas: Konotasi baik yang mencakup :
 Konotasi Tinggi : Tarigan (1986:61) menyatakan behwa konotasi
tinggi sudah merupakan hal yang biasa terjadi bahwa kata-kata
sastra atau kata-kata klasik lebih indah dan anggun terdengar oleh
telinga umum.
 Konotasi Ramah : Tarigan (1986:63) mengungkapkan konotasi
ramah merupakan bahasa campuran yang kadang-kadang terasa
lebih ramah daripada bahasa Indonesia sebab dalam hal ini kita
merasa lebih akrab, dapat saling merasakan satu sama lain, tanpa
terasa adanya kecanggungan dalam pergaulan.
 Konotasi Tidak Pantas : Tarigan (1986:66) mengungkapkan
bahwa dalam kehidupan sehari-hari terdapat sejumlah kata yang
jika diucapkan tidak pada tempatnya, kata-kata tersebut mendapat
nilai rasa tidak pantas, dan si pembicara akan mendapat malu,
diejek, dicela oleh mayarakat atau keluarganya sebagai orang yang
kurang sopan.
 Konotasi Tidak Enak : Tarigan (1986:68) mengungkapkan bahwa
sejumlah kata yang karena biasa dipakai dalam hubungan yang
tidak atau kurang baik, maka tidak enak didengar oleh telingan dan
mendapat nilai rasa tidak enak.

1.6 PEMBENTUKAN KATA


Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa
Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia berbentuk kosakata baru dengan dasar
kata yang sudah ada, sedangkan dari luar berbentuk makna kata baru melalui
unsur serapan. Pembentukan dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru.
Misalnya :

tata daya serba


tata buku daya tahan serba tahu
tata cara daya tarik serba kuat
hari tutup lepas
hari jadi tutup tahun lepas tangan
hari besar tutup usia lepas landas

6
Pembentukan dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui
pungutan kata. Misalnya :

bank wisata
kredit santai

Contoh beberapa kata serapan :

configuration konfigurasi
airport bandara
established mapan
editing penyuntingan
image citra
take off lepas landas
gap kesenjangan
customer pelanggan
domain ranah

1.7 PENGGUNAAN KATA YANG HEMAT


Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa
yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering
dijumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros). Contoh :

hemat boros
Sejak atau dari sejak dari
agar atau supaya agar supaya
demi atau untuk demi untuk
tujuan tujuan daripada
pembangunan pembangunan
daftar nama daftar nama-nama
peserta peserta
Menyatakan
menyetujui
persetujuan

1.8 KATA KONKRET DAN ABSTRAK


Kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindra disebut kata
konkret, seperti meja, rumah, mobil, dan lain-lain. Jika suatu kata tidak mudah
dicerap panca indra maka kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan saran.
Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak
mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan
tetapi jika dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat
menjadi samar dan tidak cermat.

7
1.9 KATA UMUM DAN KHUSUS
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya.
Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, mana
kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya.Sebaliknya, mana
kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Makin umum suatu
kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau perbedaan tafsiran.
Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya, makin sedikt terjadi
salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan
kata semakin cepat. Perhatikan contoh berikut :
 Kata umum : melihat
Kata khusus: melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang,
 Kata umum : berjalan
Kata khusus: tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap,
 Kata umum : jatuh
Kata khusus: terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur,
terjerembab, terperosok, terjungkal.

1.10 KATA BAKU DAN TIDAK BAKU

Baku Tidak Baku


aerobik erobik
kongres konggres
jadwal jadual
karier karir
kompleks komplek
manajemen managemen
metode metoda
nakoda nahkoda
stasiun setasiun
khawatir kuatir
ekstrem ekstrim
syahdu sahdu
wasalam wassalam
ubah rubah
Februari Pebruari
Jumat jum’at

1.11 KRITERIA PEMILIHAN KATA


Agar dapat mengungkapkan gagasan, pendapat, pikiran, atau pengalaman
secara tepat dalam berbahasa - baik lisan maupun tulis - pemakai bahasa
hendaknya dapat memenuhi beberapa persyaratan atau kriteria di dalam pemilihan
kata. Kriteria yang dimaksud adalah ketepatan, kecermatan, dan keserasian.

8
1. Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan
memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan
gagasan itu dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca atau
pendengarnya. Dengan kata lain, pilihan kata yang digunakan harus
mampu mewakili gagasan secara tepat dan dapat menimbulkan gagasan
yang sama pada pikiran pembaca atau pendengarnya. Ketepatan pilihan
kata semacam itu dapat dicapai jika pemakai bahasa mampu memahami
perbedaan penggunaan kata-kata yang bermakna denotasi dan konotasi,
sinonim, eufemisme, generik dan spesifik, serta konkret dan abstrak.
2. Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan
memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan
gagasan tertentu. Agar dapat memilih kata secara cermat, pemakai
bahasa dituntut untuk mampu memahami ekonomi bahasa dan
menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menyebabkan
kemubaziran. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi bahasa adalah
kehematan dalam penggunaan unsur-unsur kebahasaan. Dengan
demikian, kalau ada kata atau ungkapan yang lebih singkat, kita tidak
perlu menggunakan kata atau ungkapan yang lebih panjang karena hal
itu tidak ekonomis. Sebagai contoh :
 disebabkan oleh fakta → karena
 mengajukan saran → menyarankan
 melakukan kunjungan → berkunjung
 mengeluarkan pemberitahuan → memberitahukan
 meninggalkan kesan yang dalam → mengesankan
3. Keserasian
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan
menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Konteks pemakaian yang dimaksud dalam hal ini erat kaitannya dengan
faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaan yang
perlu diperhatikan antara lain penggunaan kata yang sesuai dengan
konteks kalimat, penggunaan bentuk gramatikal, penggunaan idiom.
Penggunaan ungkapan idiomatis, penggunaan majas, dan penggunaan
kata yang lazim. Sementara itu, faktor nonkebahasaan berkaitan dengan
situasi pembicaraan, mitra atau lawan bicara, sarana bicara, kelayakan
geografis, dan kelayakan temporal.

9
BAB III
KESIMPULAN

1.12 KESIMPULAN
Diksi atau pilihan kata adalah tindakan memilih kata yang tepat yang
digunakan oleh penulis untuk menyatakan sesuatu yang salah satu fungsinya
adalah untuk Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal. Dalam
pemilihan kata terdapat berbagai syarat yang harus ditepati agar mencapai diksi
yang baik dan tepat, Diantaranya :Dapat membedakan denotasi dan konotasi,
Dapat membedakan kata-kata yang hampir besinonim, Dapat memakai kata
penghubung yang berpasangan secara tepat.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat
apa yang ingin disampaikannya bak secara lisan maupun tulisan. Pemilihan kata
juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan kata kata itu.
Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna.
Bandumg: PT Refika Aditama.
Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Satata, Sri. Devi Suswandari Dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa
Indonesia. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Keraf, Gorys. 2006. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai