DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................3
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN DIKSI............................................................................3
2.2 FUNGSI DIKSI.......................................................................................4
2.3 SYARAT-SYARAT KETEPATAN PILIHAN KATA........................4
2.4 MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF.......................................5
2.5 PEMBENTUKAN KATA.......................................................................6
2.6 PENGGUNAAN KATA YANG HEMAT.............................................7
2.7 KATA KONKRET DAN ABSTRAK....................................................7
2.8 KATA UMUM DAN KHUSUS..............................................................8
2.9 KATA BAKU DAN TIDAK BAKU......................................................8
2.10 KRITERIA PEMILIHAN KATA..........................................................9
BAB III..................................................................................................................10
KESIMPULAN....................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
LAMPIRAN..........................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
3
ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki sekelompok masyarakat dan pendengar atau
pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna dan
kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar. Pendapat
lain dikemukakan oleh Keraf (1996: 24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama
mengenai diksi, antara lain sebagai berikut :
1. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai
untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan
kata-kata yang tepat.
2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan
nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa.
4
2. Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat. Denotasi yaitu
kata yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi
dapat menimbulkan makna yang bermacam macam, lazim digunakan dalam
pergaulan, untuk tujuan estetika dan kesopanan.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanny,
misalnya : interferensi (saling mempengaruhi) dan inferensi ( kesimpulan),
sarat (penuh, bunting) dan syarat (ketentuan).
4. Menggunakan kata abstrak dan konkret secara cermat, kata abstrak
(konseptual, misalnya: pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern)
dan kata konkret atau kata khusus (misalnya: mangga, sarapan, berenang).
5. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (misalnya pria dan laki laki,
saya dan aku, serta buku dan kitab) berhomofon ( misalnya: bang dan bank)
berhomograf (misalnya: apel( buah) dan apel (upacara) teras ( serambi) dan
teras (pejabat) berhomonim ( misalnya buku (tulang) dan buku (kitab).
6. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya:isu
(dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal usulnya,kabar
angin, desas desus).
7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Untuk
mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya
menggunakan kata khusus, misalnya: mobil (kata umum) fortuner (kata
khusus).
8. Menggunakan kata –kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang
benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
5
2. Makna konotatif
Kridalaksana dalam Suwandi (2008:82) menyatakan bahwa makna
konotatif (connotative meaning) adalah aspek makna sebuah atau
sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul
atau ditimbulkan oleh pembicaraan (penulis) dan pendengar (pembaca).
Tarigan (1990:60) berpendapat bahwa konotasi kolektif secara garis besar
dapat dibagi atas: Konotasi baik yang mencakup :
Konotasi Tinggi : Tarigan (1986:61) menyatakan behwa konotasi
tinggi sudah merupakan hal yang biasa terjadi bahwa kata-kata
sastra atau kata-kata klasik lebih indah dan anggun terdengar oleh
telinga umum.
Konotasi Ramah : Tarigan (1986:63) mengungkapkan konotasi
ramah merupakan bahasa campuran yang kadang-kadang terasa
lebih ramah daripada bahasa Indonesia sebab dalam hal ini kita
merasa lebih akrab, dapat saling merasakan satu sama lain, tanpa
terasa adanya kecanggungan dalam pergaulan.
Konotasi Tidak Pantas : Tarigan (1986:66) mengungkapkan
bahwa dalam kehidupan sehari-hari terdapat sejumlah kata yang
jika diucapkan tidak pada tempatnya, kata-kata tersebut mendapat
nilai rasa tidak pantas, dan si pembicara akan mendapat malu,
diejek, dicela oleh mayarakat atau keluarganya sebagai orang yang
kurang sopan.
Konotasi Tidak Enak : Tarigan (1986:68) mengungkapkan bahwa
sejumlah kata yang karena biasa dipakai dalam hubungan yang
tidak atau kurang baik, maka tidak enak didengar oleh telingan dan
mendapat nilai rasa tidak enak.
6
Pembentukan dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui
pungutan kata. Misalnya :
bank wisata
kredit santai
configuration konfigurasi
airport bandara
established mapan
editing penyuntingan
image citra
take off lepas landas
gap kesenjangan
customer pelanggan
domain ranah
hemat boros
Sejak atau dari sejak dari
agar atau supaya agar supaya
demi atau untuk demi untuk
tujuan tujuan daripada
pembangunan pembangunan
daftar nama daftar nama-nama
peserta peserta
Menyatakan
menyetujui
persetujuan
7
1.9 KATA UMUM DAN KHUSUS
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya.
Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, mana
kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya.Sebaliknya, mana
kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Makin umum suatu
kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau perbedaan tafsiran.
Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya, makin sedikt terjadi
salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan
kata semakin cepat. Perhatikan contoh berikut :
Kata umum : melihat
Kata khusus: melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang,
Kata umum : berjalan
Kata khusus: tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap,
Kata umum : jatuh
Kata khusus: terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur,
terjerembab, terperosok, terjungkal.
8
1. Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan
memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan
gagasan itu dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca atau
pendengarnya. Dengan kata lain, pilihan kata yang digunakan harus
mampu mewakili gagasan secara tepat dan dapat menimbulkan gagasan
yang sama pada pikiran pembaca atau pendengarnya. Ketepatan pilihan
kata semacam itu dapat dicapai jika pemakai bahasa mampu memahami
perbedaan penggunaan kata-kata yang bermakna denotasi dan konotasi,
sinonim, eufemisme, generik dan spesifik, serta konkret dan abstrak.
2. Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan
memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan
gagasan tertentu. Agar dapat memilih kata secara cermat, pemakai
bahasa dituntut untuk mampu memahami ekonomi bahasa dan
menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menyebabkan
kemubaziran. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi bahasa adalah
kehematan dalam penggunaan unsur-unsur kebahasaan. Dengan
demikian, kalau ada kata atau ungkapan yang lebih singkat, kita tidak
perlu menggunakan kata atau ungkapan yang lebih panjang karena hal
itu tidak ekonomis. Sebagai contoh :
disebabkan oleh fakta → karena
mengajukan saran → menyarankan
melakukan kunjungan → berkunjung
mengeluarkan pemberitahuan → memberitahukan
meninggalkan kesan yang dalam → mengesankan
3. Keserasian
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan
menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Konteks pemakaian yang dimaksud dalam hal ini erat kaitannya dengan
faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaan yang
perlu diperhatikan antara lain penggunaan kata yang sesuai dengan
konteks kalimat, penggunaan bentuk gramatikal, penggunaan idiom.
Penggunaan ungkapan idiomatis, penggunaan majas, dan penggunaan
kata yang lazim. Sementara itu, faktor nonkebahasaan berkaitan dengan
situasi pembicaraan, mitra atau lawan bicara, sarana bicara, kelayakan
geografis, dan kelayakan temporal.
9
BAB III
KESIMPULAN
1.12 KESIMPULAN
Diksi atau pilihan kata adalah tindakan memilih kata yang tepat yang
digunakan oleh penulis untuk menyatakan sesuatu yang salah satu fungsinya
adalah untuk Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal. Dalam
pemilihan kata terdapat berbagai syarat yang harus ditepati agar mencapai diksi
yang baik dan tepat, Diantaranya :Dapat membedakan denotasi dan konotasi,
Dapat membedakan kata-kata yang hampir besinonim, Dapat memakai kata
penghubung yang berpasangan secara tepat.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat
apa yang ingin disampaikannya bak secara lisan maupun tulisan. Pemilihan kata
juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan kata kata itu.
Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
10
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna.
Bandumg: PT Refika Aditama.
Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Satata, Sri. Devi Suswandari Dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa
Indonesia. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Keraf, Gorys. 2006. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
11
LAMPIRAN
12