TUGAS
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia
Yang diampu oleh Drs. Achmad Badawi, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
Alifia Rahmayanti 180151602191
Deo Arief Oktavianto 180151602271
Fania Rahmansari 180151602229
Izzatun Nazilah 180151602095
Sri Yuliatiningsih 180151602089
2
bersifat objektif. Gorys keraf menyatakan bahwa makna denotasional
menunjukkan (denote) kepada satu referen,konsep,atau ide tertentu dari
satu referen
Dari kedua batasan di atas jelaslah bahwa makna denotatif adalah
makna sebenarnya yang dikandung oleh sebuah kata, yaitu makna yang
mengacu pada suatu referen, atau makna yang bersifat umum dan objektif.
Dengan demikian, kata-kata yang bermakna denotatif menunjukkan makna
secara jelas dan lugas. Kejelasan dan kelugasan ini mengurangi
kemungkinan timbulnya salah pengertian atau salah tafsir. Karena itulah
dalam penyampaian informasi,terutama di bidang ilmu, diguakan kata-kata
bermakna denotatif
Berbeda dengan makna denotatif,makna konotatif adalah makna
tambahan yang muncul di samping makna dasar yang dikandung suatu
kata. Dalam hal ini suatu kata tidak hanya mendukung satu konsep atau
objek (referen) saja, melainkan juga menimbulkan asosiasi dengan sesuatu
yang mengenal nilai-nilai emosional dan evaluatif .ini mengakibatkan
munculnya nilai rasa terhadap suatu kata.
Kita harus berhati-hati dalam menggunakan kata yang bermakna
konotatif karena nilai suatu kata ditentukan oleh masyarakat pemakai
bahasa .Nilai kata itu mungkin bersifat positif (tinggi,baik,sopan,sakral)
atau negatif (rendah,kotor,porno),kata-kata seperti
karyawan,pramuniaga,wisma mempunyai nilai tinggi,sedangkan
buruh,pelayan toko,gubuk,mempunyai nilai rendah atau tidak
menyenangkan
Kata-kata bermakna konotatif biasanya dipakai dalam karya sastra
,baik dalam prosa maupun puisi ,hal itu wajar karena pada umumnya ,
karya sastra bertujuan untuk menyampaikan pesan yang tersirat melalui
kata dengan makna yang tersirat pula
3
melihat Mengintip, memperhatikan, menatap,
mengamati, dsb
palawija Jagung,ketimun, terong, kacang
panjang, dsb
Perbedaan kata umum dan kata khusus terlihat pada kalimait berikut !
D. Sinonim
Kata sinonim berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu syn yang
berarti ‘dengan’ dan onomo’ yang berarti nama. Secara harfiah sinonim
diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama. Verhar
mendefinisikan sinonim sebagai ungkapan(dapat kata, frase atau kalimat)
yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Misalnya kata
bunga bersinonim dengan kembang, kata pintar bersinonim pandai dan
kata mati, meninggal, wafat, berpulang.
Di atas sudah dikatakan bahwa kesamaan makna pada kata-kata
bersinonim itu sifatnya tidak mutlak. Dalam bahasa Indonesia
kesinoniman mutlak atau kesinoniman simetris tidak ada. Oleh sebab itu
kata-kata yang dapat dipertukarkan tempatnya dengan bebas, sangat jarang
kita jumpai. Pada satu bentukan kita dapat mempertukarkan kata pandai
dengan pintar. Misalnya kita tidak dapat menukarkan kata ‘pandai besi’
dengan ‘pintar besi’ atau ‘cerdik pandai’ dengan cerdik pintar.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kata-kata bersinonim itu
tidak mungkin kita pertukarkan tempatnya.
1) Faktor Makna
Kata melihat, menoleh, melirik, memperhatikan merupakan kata-kata
yang bersinonim. Kata melihat yang termasuk kata-kata umum
memang dapat digunakan secara umum. Akan tetapi kata menoleh
walaupun mempunyai makna dasar melihat, namun mempunyai
makna tambahan yaitu berpaling ke kiri, ke kanan atau ke
belakang;melirik hanya digunakan untuk melihat dengan ekor mata
atau dut mata; memperhatikan yaitu melihat dengan penuh perhatian
4
sampai ke hal yng detail. Contoh lain misalnya kata mantan
bersinonim kata bekas. Namun kata mantan lebih bersifat khusus
daripada kata bekas yang dapat digunakakan untuk apa saja.
2) Faktor Nilai Rasa
Pada uraian di muka sudah disinggung bahwa ada golongan kata yang
berkonotasi tinggi, rendah, halus, kasar, tidak menyenangkan, dan
sebagainya. Kata mati, meninggal, gugur, mangkat, tewas, adalah kata
bersinonim yang mempunyai nilai rasa yang berbeda. Dengan
demikian penggunaannya dalam kalimat harus memperhatikan
ketepatan nilai rasa yang dikandung oleh kata-kata itu.
a. Anjingnya mati tertabrak mobil
b. Pamannya meninggal karena penyakit kanker
4) Faktor Waktu
Kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Akan tetapi
kedua kata ini tidak dapat dipertukarkan begitu saja, karena kata
hulubalang hanya cocok untuk situasi kuno, klasik atau arkais,
sedangkan kata komandan lebih cocok untuk situasi masa kini.
6) Faktor Sosial
Dalam bahasa Indonesia kata saya dan aku bersinonim demikian juga
kata kamu dan anda. Tetapi kata aku tidak selalu dapat kita
pertukarkan dengan kata saya, karena kata aku tidak dapat digunakan
bila berhadapan dengan orang yang lebih tua atau status sosialnya
lebih tinggi. Demikian juga kata kamu dan anda.
5
E. Ungkapan Idiomatik
Idiom adalah satuan bahasa (biasanya berupa frase) yang
maknanya sudah menyimpang dari makna leksikal maupun gramatikal
unsur pembentuk-pembentuknya . jadi, untuk memahaminya kita tidak
dapat melakukannya dengan mencari makna kata-kata pembentuknya
didalam kamus, melainkan harus mempelajarinya sebagai suatu
kesatuan.
Dari unsur-unsur pembentuknya kita mengenal idiom berupa:
bagian tubuh (tulang punggung, berat hati, buah bibir, ringan tangan),
tanggapan indra (mendapat kopi pahit, tertangkap basah, perang
dingin), nama warna (jago merah, lampu hijau, darah biru, meja
hijau), benda alam (melawan arus, bintang terang, kabar angin, naik
daun), nama binatang (kambing hitam, kelas kakap, kelas kambing,
kelas teri), kata bilangan (mendua hati, satu kata, berbadan dua),
bagian tumbuh-tumbuhan (buah bibir, buah pena, bunga desa).
Daftar Rujukan
Chaer, Abdul, Kamus Idiom Bahasa Indonesia, Jakarta: Nusa Indah, 1984.
Kridalaksana,Harimurti.Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia, 1982
Kridalaksana,Harimurti.Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, Jakarta: Nusa
Indah,1985.
Keraf, Gorys,Dikti dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia, 1985.
Verhaar,Y.W.U,Pengantar Linguistik, Yogyakarta: Gajah Mada, University
Press, 1981
Triningsih, Diah Erna. Diksi (Pilihan Kata), Klaten: Intan Pariwara,2009.