Anda di halaman 1dari 6

DIKSI (PILIHAN KATA)

TUGAS
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia
Yang diampu oleh Drs. Achmad Badawi, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
Alifia Rahmayanti 180151602191
Deo Arief Oktavianto 180151602271
Fania Rahmansari 180151602229
Izzatun Nazilah 180151602095
Sri Yuliatiningsih 180151602089

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FEBRUARI 2019
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pilihan Kata


Pilihan Kata merupakan terjemahan kata bahasa Inggris ‘diction’.
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pilihan kata
sama dengan diksi. Pengertian Diksi adalah pilihan kata yang bermakna
tepat dan selaras (cocok penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan
dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau
pendengar (Depdikbud,1988:205). Menurut Harimurti Kridalaksana dalam
kamus linguistik menyatakan bahwa diksi ialah pilihan kata atau kejelasan
lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau
dalam karang-mengarang. Menurut Gorys Keraf pilihan kata atau diksi
mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan
suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata yang tepat
atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang
paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
diksi berhubungan dengan pilihan kata yang dilakukan oleh seseorangbila
ia ingin mengungkapkan pikiran, gagasan, serta pendapatnya kepada orang
lain atau khalayak, baik secara lisan maupun tulisan.
Komunikasi dapat berlangsung dengan baik selama pembaca /
pendengar dapat menerima informasi yang berwadakhan rangkaian-
rangkaian kata sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Jika pembaca /
penulis menafsirkan berbeda dengan apa yang dimaksudkan maka
komunikasi akan kacau.
Dalam proses pemilihan kata terdapat dua persyaratan pokok yang
harus diperhatikan yaitu ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan yang
dimaksud ialah hal yang menyangkut makna kata, aspek logika kata-kata.
Jadi, kata-kata yang dipilih harus secara tepat memngungkapkan apa yang
ingin diungkapkan sehingga pembaca/ pendengar dapat menafsirkan
dengan tepat apa yang dimaksudkan.Kesesuaian yang dimaksud yaitu
apakah kata-kata yang dipilih atau dipakai dapat diterima oleh masyarakat
pendengar / pembaca. Apakah kata yang dipilih tidak mengganggu
suasana. Perlu diingat bahwa kata-kata yang memenuhi prsyaratan
ketepatan makna kadangkala tidak dapat diterima oleh masyarakat
pemakai bahasa tertentu. Masyaraka menginginkan kata yang digunakan
sesuai dengan norma , situasi dan nilai rasa kelompok pembaca/
pendengar. Jadi hal ini berhubungan dengan aspek sosial kata-kata.

B. Makna Denotatif dan Makna Konotatif


Denotasi (makna denotatif atau makna denotasional) ialah makna
kata atau kelompok kata yang didasarkan atas konvensi tertentu dan

2
bersifat objektif. Gorys keraf menyatakan bahwa makna denotasional
menunjukkan (denote) kepada satu referen,konsep,atau ide tertentu dari
satu referen
Dari kedua batasan di atas jelaslah bahwa makna denotatif adalah
makna sebenarnya yang dikandung oleh sebuah kata, yaitu makna yang
mengacu pada suatu referen, atau makna yang bersifat umum dan objektif.
Dengan demikian, kata-kata yang bermakna denotatif menunjukkan makna
secara jelas dan lugas. Kejelasan dan kelugasan ini mengurangi
kemungkinan timbulnya salah pengertian atau salah tafsir. Karena itulah
dalam penyampaian informasi,terutama di bidang ilmu, diguakan kata-kata
bermakna denotatif
Berbeda dengan makna denotatif,makna konotatif adalah makna
tambahan yang muncul di samping makna dasar yang dikandung suatu
kata. Dalam hal ini suatu kata tidak hanya mendukung satu konsep atau
objek (referen) saja, melainkan juga menimbulkan asosiasi dengan sesuatu
yang mengenal nilai-nilai emosional dan evaluatif .ini mengakibatkan
munculnya nilai rasa terhadap suatu kata.
Kita harus berhati-hati dalam menggunakan kata yang bermakna
konotatif karena nilai suatu kata ditentukan oleh masyarakat pemakai
bahasa .Nilai kata itu mungkin bersifat positif (tinggi,baik,sopan,sakral)
atau negatif (rendah,kotor,porno),kata-kata seperti
karyawan,pramuniaga,wisma mempunyai nilai tinggi,sedangkan
buruh,pelayan toko,gubuk,mempunyai nilai rendah atau tidak
menyenangkan
Kata-kata bermakna konotatif biasanya dipakai dalam karya sastra
,baik dalam prosa maupun puisi ,hal itu wajar karena pada umumnya ,
karya sastra bertujuan untuk menyampaikan pesan yang tersirat melalui
kata dengan makna yang tersirat pula

C. Makna Khusus dan Makna Umum


Berdasarkan ruang lingkupnya kata umum dibedakan dengan kata
khusus.makin luas ruang lingkupnya sebuah kata, makin umum sifatnya.
Makin sempit ruang lingkup suatu kata makin khusus pula sifatnya
Kata-kata umum tidak menggambarkan suatu hal atau keadaan
sebagai hal yang jelas dan mendetil .untuk mencapai suatu ketetapan
makna untuk menggambarkan suatu hal atau keadaan orang akan
menggunakan kata khusus bukan kata umum
Perhatikan contoh berikut ini !!

Kata umum Kata khusus


membawa Mengepit, menjinjing, menggendong,
memikul, dsb

3
melihat Mengintip, memperhatikan, menatap,
mengamati, dsb
palawija Jagung,ketimun, terong, kacang
panjang, dsb

Binatang buas Buaya, harimau, singa, beruang, dsb

Perbedaan kata umum dan kata khusus terlihat pada kalimait berikut !

1. Umum : Ayah membawa tas yang berisi buku


Khusus : Ayah menjinjing tas yang berisi buku
2. Umun : Dia melihat lukisan itu sekilas saja
Khusus : Dia mengamati lukisan itu dengan cermat
3. Umum : Petani di desa bertanam palawija
Khusus : Petani di desa bertanam jagung, timun, kacang
panjang

D. Sinonim
Kata sinonim berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu syn yang
berarti ‘dengan’ dan onomo’ yang berarti nama. Secara harfiah sinonim
diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama. Verhar
mendefinisikan sinonim sebagai ungkapan(dapat kata, frase atau kalimat)
yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Misalnya kata
bunga bersinonim dengan kembang, kata pintar bersinonim pandai dan
kata mati, meninggal, wafat, berpulang.
Di atas sudah dikatakan bahwa kesamaan makna pada kata-kata
bersinonim itu sifatnya tidak mutlak. Dalam bahasa Indonesia
kesinoniman mutlak atau kesinoniman simetris tidak ada. Oleh sebab itu
kata-kata yang dapat dipertukarkan tempatnya dengan bebas, sangat jarang
kita jumpai. Pada satu bentukan kita dapat mempertukarkan kata pandai
dengan pintar. Misalnya kita tidak dapat menukarkan kata ‘pandai besi’
dengan ‘pintar besi’ atau ‘cerdik pandai’ dengan cerdik pintar.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kata-kata bersinonim itu
tidak mungkin kita pertukarkan tempatnya.
1) Faktor Makna
Kata melihat, menoleh, melirik, memperhatikan merupakan kata-kata
yang bersinonim. Kata melihat yang termasuk kata-kata umum
memang dapat digunakan secara umum. Akan tetapi kata menoleh
walaupun mempunyai makna dasar melihat, namun mempunyai
makna tambahan yaitu berpaling ke kiri, ke kanan atau ke
belakang;melirik hanya digunakan untuk melihat dengan ekor mata
atau dut mata; memperhatikan yaitu melihat dengan penuh perhatian

4
sampai ke hal yng detail. Contoh lain misalnya kata mantan
bersinonim kata bekas. Namun kata mantan lebih bersifat khusus
daripada kata bekas yang dapat digunakakan untuk apa saja.
2) Faktor Nilai Rasa
Pada uraian di muka sudah disinggung bahwa ada golongan kata yang
berkonotasi tinggi, rendah, halus, kasar, tidak menyenangkan, dan
sebagainya. Kata mati, meninggal, gugur, mangkat, tewas, adalah kata
bersinonim yang mempunyai nilai rasa yang berbeda. Dengan
demikian penggunaannya dalam kalimat harus memperhatikan
ketepatan nilai rasa yang dikandung oleh kata-kata itu.
a. Anjingnya mati tertabrak mobil
b. Pamannya meninggal karena penyakit kanker

3) Faktor Bidang Kegiatan


Misalnya kata tasawuf, mistik, dan kebatinan adalah kata-kata yang
bersinonim, namun penggunannya berbeda. Kata tasawuf hanya
digunakan dalam agama islam; kata kebatinan digunakan untuk hal
diluar agama; sedangkan kata mistik digunakan untuk semua agama.

4) Faktor Waktu
Kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Akan tetapi
kedua kata ini tidak dapat dipertukarkan begitu saja, karena kata
hulubalang hanya cocok untuk situasi kuno, klasik atau arkais,
sedangkan kata komandan lebih cocok untuk situasi masa kini.

5) Faktor Tempat atau Daerah


Kata saya, aku, dan kita bersinonim. Kata saya tidak dipakai didaerah
Jawa, sebagai pengganti yang setara digunakan kata aku. Kata Beta
hanya dipergunakan di daerah Maluku, tentunya dalam konteks
pemakaian bahasa melayu Ambon (Maluku), sedangkan kata saya
dapat digunakan di mana saja.

6) Faktor Sosial
Dalam bahasa Indonesia kata saya dan aku bersinonim demikian juga
kata kamu dan anda. Tetapi kata aku tidak selalu dapat kita
pertukarkan dengan kata saya, karena kata aku tidak dapat digunakan
bila berhadapan dengan orang yang lebih tua atau status sosialnya
lebih tinggi. Demikian juga kata kamu dan anda.

Sinonim antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat):


a. Saya menghampiri dia
b. Saya menghampirinya

5
E. Ungkapan Idiomatik
Idiom adalah satuan bahasa (biasanya berupa frase) yang
maknanya sudah menyimpang dari makna leksikal maupun gramatikal
unsur pembentuk-pembentuknya . jadi, untuk memahaminya kita tidak
dapat melakukannya dengan mencari makna kata-kata pembentuknya
didalam kamus, melainkan harus mempelajarinya sebagai suatu
kesatuan.
Dari unsur-unsur pembentuknya kita mengenal idiom berupa:
bagian tubuh (tulang punggung, berat hati, buah bibir, ringan tangan),
tanggapan indra (mendapat kopi pahit, tertangkap basah, perang
dingin), nama warna (jago merah, lampu hijau, darah biru, meja
hijau), benda alam (melawan arus, bintang terang, kabar angin, naik
daun), nama binatang (kambing hitam, kelas kakap, kelas kambing,
kelas teri), kata bilangan (mendua hati, satu kata, berbadan dua),
bagian tumbuh-tumbuhan (buah bibir, buah pena, bunga desa).

Daftar Rujukan

Chaer, Abdul, Kamus Idiom Bahasa Indonesia, Jakarta: Nusa Indah, 1984.
Kridalaksana,Harimurti.Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia, 1982
Kridalaksana,Harimurti.Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, Jakarta: Nusa
Indah,1985.
Keraf, Gorys,Dikti dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia, 1985.
Verhaar,Y.W.U,Pengantar Linguistik, Yogyakarta: Gajah Mada, University
Press, 1981
Triningsih, Diah Erna. Diksi (Pilihan Kata), Klaten: Intan Pariwara,2009.

Anda mungkin juga menyukai