Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata dan pembentukan kata merupakan unsur pokok dalam menulis,
karena kata merupakan kunci utama dalam membentuk sebuah tulisan.
Tulisan yang benar adalah tulisan yang menggunakan pemilihan dan
pembentukan kata yang tepat, sehingga ide atau gagasan penulis dapat
tersampaikan dengan tepat kepada pembaca. Terlebih lagi pada tulisan-tulisan
ilmiah yang biasanya dijadikan sebagai sebuah referensi dalam bidang ilmu
pengetahuan. Jika dalam sebuah karya tulis menggunakan pemilihan dan
pembentukan kata yang salah, maka akan terjadi salah pengertian oleh
pembaca. Saat hal tersebut berlanjut, kemungkinan besar akan tercipta
kebiasaan penggunaan kata yang salah di masyarakat umum. Pada
kenyataannya, sebagian besar hasil karya tulis cenderung mengesampingkan
pentingnya pemilihan kata atau diksi dan pembentukan kata atau morfologi
yang benar menurut kaidah bahasa Indonesia. Banyak kesalahan-kesalahan
penggunaan diksi dan pembentukan kata yang dapat dijumpai pada buku-
buku, artikel, makalah, jurnal ilmiah dan karya-karya tulis lainnya yang telah
tersebar luas di masyarakat umum. Penggunaan diksi yang tidak tepat dalam
sebuah kalimat paling sering terjadi terutama kesalahan pada pemilihan kata
baku dan tidak baku.
Terkadang, pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar tidak diketahui oleh penulis sehingga sering ditemukan hasil karya tulis
yang mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, paragraf, dan
wacana. Sebelum menciptakan karya tulis, pemahaman tentang penggunaan
diksi atau pemilihan kata sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh
penulis agar terciptanya karya tulis yang efektif dan efisien untuk mencegah
adanya kesalahpahaman oleh pembaca. Maka dari itu, perlu adanya panduan
yang benar mengenai penggunaan diksi dan pembentukan kata yang tepat
dalam sebuah tulisan.

1
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih
kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan
kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir
sama atau bermiripan. Ketersediaan kata ada apabila seseorang mempunyai
bendaharaan kata yang memadai, seakan-akan memiliki daftar kata. Dari
daftar kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan
suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak
mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata.
Pemilihan kata bukanlah sekadar kegiatan memilih kata yang tepat,
melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai
dengan konteks dimana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan
dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata
diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Kemampuan memilih kata
hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata yang cukup luas,
diksi atau pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan
membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun,
pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat
dan cocok untuk situasi atau konteks tertentu.
Dalam makalah ini dikemukakan beberapa aspek penting yang
berkaitan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah makna yang kiranya
dapat membantu pengguna bahasa dalam membentuk, memilih, dan
menggunakan kata secara tepat.

B. Rumusan Masalah
Untuk lebih sistematis, maka kami akan merumuskan masalah-masalah
pokok yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya adalah:
1. Apa pengertian diksi?
2. Apa fungsi dari diksi?
3. Bagaimana macam – macam diksi?
4. Bagaimana persyaratan pemilihan kata?

2
5. Bagaimana proses pembentukan kata?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk menyajikan beberapa informasi sehubungan
dengan pemilihan dan pembentukan kata. Selain itu, agar mahasiswa dapat
mengerti dan memahami terkait proses pemilihan dan pembentukan kata,
serta bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari. Sehingga
mampu untuk membuat dan memilih kata dengan baik dan tepat.
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia. Selain itu, juga bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai proses pemilihan dan pembentukan kata dengan baik
dan tepat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi
Menurut Widyamartaya (1990: 45) bahwa diksi atau pilihan kata adalah
kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh
sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca.
Sedangkan Menurut Fuad (2005: 62) bahwa pengertian diksi adalah
Pemilahan, pemilihan, dan penempatan kata ketika seseorang sedang
berbahasa. Dan menurut Keraf (2008: 24) bahwa pengertian diksi terbagi tiga.
Pengertian diksi yang pertama menurut Keraf adalah pemilihan kata atau
diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang akan dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-
kata yang tepat atau menggunakan pengungkapan yang tepat, dan gaya mana
yang paling baik digunakan dalam situasi.
Pengertian diksi yang kedua menurut Keraf adalah pilihan kata atau diksi
adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk
yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar dan pembaca. Dan Pengertian diksi yang ketiga menurut Keraf
adalah pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa
adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
Berdasarkan pendapat di atas, kami sebagai penulis dapat menyimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan diksi adalah pemilihan kata dan penggunaan
kata secara tepat dengan ide atau gagasan untuk mewakili pikiran dan
perasaan yang ingin disampaikan kepada orang lain dan dinyatakan dalam
suatu pola kalimat baik secara lisan maupun secara tertulis untuk membuat

4
pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham
terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.

B. Fungsi Diksi
Adapun fungsi dari diksi antara lain:
1. Upaya membantu melambangkan ide atau gagasan yang akan
diekspresikan melalui bahasa yang digunakan. Dengan menggunakan
bahasa yang tepat, maka sebuah kata yang pada awalnya hanya bersifat
biasa saja, akan menjadi lebih bermakna dan memiliki nuansa lebih tepat
dan lebih sempurna.
2. Diksi yang tepat membantu menciptakan suasana dan nuansa komunikasi
yang juga benar-benar tepat. Fungsi demikian kerap digunakan oleh
kalangan para pejabat saat berkomunikasi agar terlihat berwibawah dan
tidak memperkeruh suasana, lebih menyejukkan dan menentramkan
masyarakat.
3. Diksi yang sesuai membantu mencegah terjadinya adanya kesalah
tafsiran dan adanya kesalah pahaman dalam adanya proses komunikasi.

C. Jenis – Jenis Diksi


Adapun jenis – jenis diksi menurut Keraf (2008: 89-108) adalah sebagai
berikut:
1. Denotasi
Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata,
(makna itu menunjuk pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga
merupakan batasan kamus atau definisi utama suatu kata, sebagai lawan
dari pada konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi
mengacu pada makna yang sebenarnya.
Contoh:
 Aisyah anak yang cerdas di sekolah.
 Cuaca hari ini sangat panas.

5
2. Konotasi
Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti
tambahan, imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-
kesan atau asosiasi-asosiasi, dan biasanya memiliki sifat emosional yang
ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi
utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan
sebenarnya.
Contoh:
 Rendi banting tulang, bekerja pagi sampai malam untuk
menghidupi keluarganya. (banting tulang bermakna kerja keras).
 Lisa adalah seorang kutu buku, maka kita tidak heran jika anak itu
cerdas dan berpengetahuan luas. (kutu buku bermakna senang
membaca buku).
3. Kata Abstrak
Kata abstrak adalah kata yang memiliki referen berupa konsep,
kata abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap
dengan pancaindera manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas
(panas, dingin, buruk, baik), kuantitas (jumlah dan tingkatan), dan
pemikiran (kecurigaan, kepercayaan, dan penetapan). Kata-kata abstrak
sering dipakai untuk menjelaskan pikiran yang memiliki sifat teknis dan
juga khusus.
Contoh:
 Semangat tim sepakbola dari kesebelasan Inggris patut ditiru saat
mengalahkan Belanda.
 Gunung merbabu sangat dekat dengan gunung sumbing yang bila
dilihat dari jauh sangat indah.

6
4. Kata Konkrit
Kata konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat
dilihat atau diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari
pancaindera. Kata-kata konkrit demikian menunjuk kepada barang yang
aktual dan juga spesifik dalam pengalaman. Kata konkrit yang digunakan
menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-
kata lain.
Contoh:
 Bapak itu memiliki berhektar-hektar sawah. (sawah adalah area
yang bisa digunakan untuk menanam tumbuhan).
 Rumahnya terendam banjir selama dua hari. (rumah adalah salah
satu tempat tinggal seseorang).
5. Kata Umum
Kata umum adalah kata yang memiliki cakupan ruang lingkup
yang luas, kata-kata umum yang menunjuk kepada banyak hal, kepada
keseluruhan, dan kepada himpunan.
Contoh:
 Anak-anak Desa Bunikasi membawa barang dagangan dengan
berjalan kaki berjam-jam lamanya. (makna umum: membawa)
 Semua binatang yang ada di kelompok itu termasuk kedalam daftar
yang hampir punah menurut Lembaga Swasta Internasional Pecinta
Binatang. (makna umum : binatang)
6. Kata Khusus
Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-
pengarahan yang khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan
kepada objek yang khusus.
Contoh:
 Kami mampir dan bersalaman kepada teman yang sudah lama tidak
berjumpa, walaupun ada yang tidak mengenali kami. (makna
khusus : mampir)

7
 Anak-anak Desa Bucek menjinjing peralatan dan baju sekolah
mereka karena jalan yang dilalui tergenang air banjir. (makna
khusus :menjinjing)
7. Kata Ilmiah
Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar,
terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah.
Contoh:
 Dari segi etimologi filsafat berarti cinta.
 Laju keuangan negara kita mengalami defisit.
8. Kata Populer
Kata popular adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua
lapisan masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang
kebanyakan.
Contoh:
 Cerita itu memiliki isi yang penuh dengan hikmah.
 Pakaian yang digunakan anak itu tampak menarik.
9. Jargon
Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang
ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau
kelompok-kelompok khusus lainnya.
Contoh:
 PPDB (penerimaan peserta didik baru)
 Curas (pencurian dengan kekerasan)
10. Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang informal, yang
disusun secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam
percakapan, kata slang juga merupakan kata-kata yang tinggi atau murni.
Contoh:
 Baper (bawa perasaan)
 Mager (malas gerak)

8
11. Kata Asing
Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang
masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan
Bahasa aslinya.
Contoh:
 Semua data itu sudah saya copy ke computer.
 Saat liburan Andi biasanya bekerja sebagai guide.
12. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan
dengan wujud atau struktur bahasa Indonesia.
Contoh:
 Perusahaan kami mampu menhasilkan banyak produk yang baik
dan murah.
 Kualitas guru di sekolah ini sangat bagus.

D. Persyaratan Pemilihan Kata


Pemilihan kata mengacu kepada persyaratan ketepatan dan kecermatan
pemilihan kata sebagai lambang objek pengertian atau konsep yang meliputi
berbagai aspek.
1. Penggunaan Kata Berpasangan
Ada sejumlah kata yang penggunaannya berpasangan (disebut juga
konjungsi korelatif), seperti berikut:
baik … maupun … . bukan … melainkan … .
tidak … tetapi … . antara … dan….
Pasangan kata-kata tersebut merupakan pasangan tetap, yang unsur-
unsurnya tidak dapat dipertukarkan atau diganti dengan unsur lain. Di
dalam contoh-contoh berikut terdapat penggunaan kata berpasangan secara
tidak tepat.
a) Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga
se-hingga tidak terjadi transaksi jual beli.

9
b) Unsur-unsur halogen tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam,
melainkan terdapat sebagai garam-garam halida yang larut dalam air
laut.
Perbaikan:
a) Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga
sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
b) Unsur-unsur halogen tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam,
tetapi terdapat sebagai garam-garam halida yang larut dalam air laut.
2. Penggunaan Preposisi Secara Konsisten
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang dipakai atau
digunakan untuk merangkaikan kata benda (nomina) dengan kata kerja
(verba) di dalam suatu klausa atau kalimat dalam suatu paragraf. Dalam
kenyataan penggunaan bahasa, penulis sering meniadakan unsur
preposisi yang menyertai verba. Verba yang disertai preposisi itu lebih
banyak berupa verba intransitif. Berikut dikemukakan beberapa contoh
verba tanpa preposisi.
a) Mereka pergi luar kota beberapa hari yang lalu.
b) Mahasiswa yang menjadi populasi penelitian ini terdiri 20 pria dan
25 wanita.
c) Jumlah itu sesuai keadaan dan fasilitas tersedia.
Verba pengisi predikat kalimat-kalimat tersebut perlu
dilengkapi dengan preposisi sehingga menjadi lebih jelas pertalian
maknanya dan kalimat itu menjadi gramatikal.
a) Mereka pergi ke luar kota beberapa hari yang lalu.
b) Mahasiswa yang menjadi populasi penelitian ini terdiri atas 20 pria
dan 25 wanita.
c) Jumlah itu sesuai dengan keadaan dan fasilitas tersedia.

10
3. Menghindari Penggunaan Kata Tidak Baku
Kata tidak baku adalah kata-kata yang tidak berterima secara resmi
karena tidak menuruti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia. Agar tidak menggunakan kata-kata nonbaku, beberapa
ketentuan berikut ini perlu kita perhatikan.
a) Tidak mengubah fonem /v/ dan /f/ menjadi /p/
Baku Tidak Baku
November Nopember
Provinsi Propinsi
Advertensi Adpertensi
b) Tidak mengubah fonem /i/ menjadi /e/
Baku Tidak Baku
Nasihat Nasehat
Kaidah Kaedah
Hakikat Hakekat
c) Tidak mengubah fonem, /ie/ menjadi /i/
Baku Tidak Baku
Karier Karir
Varietas Varitas
Hierarki Hirarki
d) Tidak mengubah fonem /z/ menjadi /j/ atau /s/
Baku Tidak Baku
Zaman Jaman, Saman
Ijazah Ijajah, Ijasah
Lazim Lajim, Lasim
e) Tidak mengubah /-sis/ menjadi /-sa/
Baku Tidak Baku
Analisis Analisa
Hipotesis Hipotesa
Metamorfosis Metamorfosa

11
f) Tidak mengubah fonem /a/ menjadi /e/
Baku Tidak Baku
Survai Survei
Akta Akte
Frasa Frase
g) Tidak menambahkan fonem /h/ pada kata tertentu
Baku Tidak Baku
Utang Hutang
Imbau Himbau
Isap Hisap
h) Tidak mengubah fonem /p/ menjadi /f/
Baku Tidak Baku
Pasal Fasal
Pikir Fikir
Pihak Fihak
i) Tidak mengubah akhiran /-er/ menjadi /-ir/
Baku Tidak Baku
Atmosfer Atmosfir
Ionosfer Ionosfir
Importer Importir
j) Tidak mengubah akhiran /-al/ menjadi /-il/
Baku Tidak Baku
Tradisional Tradisionil
Struktural Strukturil
Rasional Rasionil
k) Tidak mengubah /kui/ menjadi /kwi/ dan /kua/ menjadi /kwa/
Baku Tidak Baku
Kuitansi Kwitansi
Kuintal Kwintal
Kualitas Kwalitas

12
l) Tidak menggandakan konsonan tertentu
Baku Tidak Baku
Isu Issu
Misi Missi
Umat Ummat

4. Menghindari Pengunaan Kata Mubazir


Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang ber-
makna sama atau mirip digunakan secara bersamaan. Penggunaan dua
kata atau lebih secara serempak itu tidak efisien. Oleh karena itu,
pengguna bahasa harus mampu memahami secara cermat kata-kata yang
mubazir. Dengan memahami kata-kata mubazir, pengguna bahasa dapat
menghindarinya da-lam penggunaan kata yang tidak diperlukan. Untuk
menghindari penggunaan kata yang tidak diperlukan, hal-hal berikut ini
perlu perhatikan.
1) Kata-kata yang sudah menyatakan makna jamak, seperti sejumlah,
para, banyak, sebagian besar, daftar, tidak sedikit, berbagai, semua,
seluruh, segala, dan segenap hendaknya tidak diikuti bentuk ulang
yang juga menyatakan makna jamak. Jika bentuk ulang itu digunakan,
kata-kata yang sudah menyatakan makna jamak itu harus dihindari
penggunaannya. Adapun contohnya penggunaan kata mubazir antara
lain:
1) Sejumlah desa-desa yang dilalui Sungai Citarum dilanda banjir.
2) Para guru-guru sekolah dasar hadir pada pertemuan itu.
3) Banyak rumah-rumah akan dibangun pemerintah.
Perbaikan:
1.a) Sejumlah desa yang dilalui Sungai Citarum dilanda banjir.
1.b) Desa-desa yang dilalui Sungai Citarum dilanda banjir.
2.a) Para guru sekolah dasar hadir pada pertemuan itu.
2.b) Guru-guru sekolah dasar hadir pada pertemuan itu.
3.a) Banyak rumah akan dibangun pemerintah.

13
3.b) Rumah-rumah akan dibangun pemerintah.
b) Dua kata yang mempunyai kemiripan makna, seperti adalah
merupakan, demi untuk, agar supaya, sejak dari, disebabkan karena,
seperti misal-nya, tidak digunakan secara bersamaan.
Contoh penggunaan dua kata yang tidak benar
1) Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah
merupakan kewajiban kita semua.
2) Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia
kita demi untuk masa depan bangsa Indonesia.
Perbaikan:
1) Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia merupakan kewa-
jiban kita semua.
2) Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia
kita demi masa depan bangsa Indonesia.
c) Kata saling tidak diikuti bentuk ulang yang menyatakan tindakan
berbalasan. Sebaliknya, kalau bentuk ulang sudah digunakan, kata
saling tidak perlu lagi disertakan.
Contoh penggunaan yang mubazir
1) Saling pengaruh-mempengaruhi
2) Saling pinjam-meminjam
3) Saling lirik-melirik
Perbaikan:
1) Saling memengaruhi atau pengaruh-memengaruhi
2) Saling meminjam atau pinjam-meminjam
3) Saling melirik atau lirik-melirik

14
5. Menghindari Pengunaan Kata maka Sesudah Penghubung
Antarkalimat
Kata maka sering menyertai ungkapan penghubung antarkalimat,
se-perti sehubungan dengan itu maka, oleh karena itu maka, dengan
demikian maka, setelah itu maka, jika demikian maka, sebagaimana
terlihat pada contoh-contoh berikut.
1) Sehubungan dengan itu, maka suatu penelitian harus dibatasi secara
jelas supaya simpulannya terandalkan.
2) Oleh karena itu, maka perencanaan penelitian harus disusun
berdasarkan observasi lapangan.
3) Dengan demikian, maka rencana yang disusun dapat dilaksanakan
dengan baik.

Penggunaan kata maka pada kalimat-kalimat di atas seharusnya


ditiadakan karena tidak mengandung fungsi. Dengan begitu, susunan
kalimat menjadi gramatikal seperti berikut.

1) Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas


supaya simpulannya terandalkan.
2) Oleh karena itu, perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan
obvasi lapangan.
3) Dengan demikian, rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan
baik.

6. Membedakan Kata Mirip


Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak
mirip dari segi bentuk atau maknanya. Kata sesuatu dan suatu, sekali-kali
dan sekali-sekali, sedang dan sedangkan, dan dari dan daripada termasuk
kata-kata yang mempunyai kemiripan bentuk, sedangkan kata kebijakan
dan kebijaksanaan, tiap-tiap (setiap) dan masing-masing, dan jam dan
pukul termasuk kata-kata yang mempunyai kemiripan makna. Kata-kata

15
tersebut sering dikacaukan penggunaannya sehingga melahirkan kalimat-
kalimat yang tidak tepat, tidak baku, dan tidak efektif.
1) Dalam penggunaannya kata sesuatu tidak diikuti kata benda,
sedangkan kata suatu diikuti kata benda, misalnya suatu masalah,
suatu hal, suatu kejadian, pada suatu malam.
Contoh penggunaan yang benar kedua kata tersebut
a) Ia mencari sesuatu di sini kemarin.
b) Pada suatu malam dia datang dengan wajah berseri-seri.
2) Kata tiap-tiap (setiap) harus diikuti kata benda, sedangkan kata
masing-masing tidak diikuti kata benda karena kata benda sudah
disebutkan lebih dahulu.
Contoh penggunaan yang benar kedua kata tersebut
a) Tiap-tiap (setiap) anggota mengemukakan pendapatnya.
b) Kelompok itu masing-masing terdiri atas tiga puluh orang.
3) Kata pukul menunjukkan waktu/saat, sedangkan kata jam
menunjukkan jangka waktu atau masa
Contoh penggunaan yang benar kedua kata tersebut
a) Rapat itu akan diselenggarakan pada pukul 10.00.
b) Para pekerja di Indonesia rata-rata bekerja selama delapan jam
sehari.
4) Kata dari digunakan untuk menunjukkan asal sesuatu, baik asal
tempat maupun asal bahan, sedangkan kata daripada menunjukkan
perbandingan.
Contoh penggunaan yang benar kedua kata tersebut
a) Mereka baru pulang dari Bima.
b) Meja ini terbuat dari marmer.

5) Kata kebijakan digunakan untuk menyatakan hal-hal yang


menyangkut masalah politik atau strategi kepemimpinan, sedangkan

16
kata kebijaksanaan untuk menyatakan kearifan menggunakan akal
budinya.
Contoh penggunaan yang benar kedua kata tersebut
a) Kebijakan pemerintah mengenai moneter perlu dibahas sebagai
garis bersama.
b) Berkat kebijaksanaan orang tuanya, akhirnya Yuli diizinkan
mengi-kuti kursus komputer.

E. Pembentukan kata
Bentuk kata merupakan wujud visual kata yang digunakan dalam suatu
bahasa serta proses pembentukannya. Ada banyak ragam pembentukan kata
dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara
menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara
pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu
beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini.
 Huruf vokal merupakan huruf yang bunyi atau ujaran bahasa yang
dihasilkan alat bicara jika aliran udara yang keluar dari paru-paru tidak
mengalami hambatan. Huruf vokal juga disebut huruf hidup atau bunyi.
Pada bahasa Indonesia huruf yang melambangkan vokal adalah a, e, i, o,
dan u.
 Huruf konsonan merupakan huruf yang bunyi atau ujaran bahasa yang
terjadi karena adanya uadara yang keluar dari paru-paru mendapat
hambatan, huruf konsonan disebut juga huruf mati. Pada bahasa
Indonesia huruf yang melambangkan konsonan terdiri atas b, c, d, f, g, h,
j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
 Kata dasar adalah satuan bahasa terkecil yang mempunyai makna. Kata
dasar merupakan suatu kata yang utuh, asli, dan belum memperoleh
tambahan atau imbuhan apa pun sehingga belum mengalami perubahan
bentuk dan makna. Dalam proses pembentukan kata, kata dasar adalah
kata yang menjadi dasar dari bentukan kata yang lebih kompleks.

17
Dalam bahasa Indonesia proses pembentukan kata dapat dilakukan
dengan pengimbuhan. Pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan
menambahkan imbuhan pada kata dasar tertentu. Bentukan kata yang tidak
sesuai dengan kaidah pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sering
ditemukan dalam penggunaan bahasa. Sehubungan dengan itu, perlu dibahas
pembentukan kata dengan imbuhan.

1. Macam – Macam Imbuhan


Imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata dasar,
baik di awal, di akhir, di tengah atau gabungan di antara ketiganya untuk
membentuk kata baru, sehingga berhubungan dengan kata pertama.
Dalam Bahasa Indonesia, imbuhan juga disebut sebagai afiks yang
menjadi unsur penting dalam mengubah bentuk kata, jenis kata dan
maknanya. Adapun Macam – macam imbuhan antara lain:
1.a) Prefiks (Awalan)
Prefiks adalah jenis imbuhan yang letaknya di awal kata
dasar, seperti ber-, ke-, se-, pe-, ter-, dan lainnya.
1.a.a) Makna imbuhan awalan ber-
Kata imbuhan di awal kata dasar yang
menggubakan ber- bisa memiliki makna, seperti menjadi,
memiliki, dalam kondisi, jumlah dan mengeluarkan.
Contoh penggunaan imbuhan ber- di awal kata dasar,
seperti berpisah, berteman, dan berduka.
1.a.b) Makna imbuhan awalan ke-
Imbuhan di awal kata yang menggunakan ke- bisa
memiliki makna tingkatan. Contoh penggunaan imbuhan
ke- di awal kata dasar, seperti kedua, ketiga, dan kelima.
1.a.c) Makna imbuhan awalan se-
Imbuhan se- di awal kata dasar bisa memiliki makna
sebuah bilangan, seluruh, melakukan bersama-sama, satu,
setara, dan waktu. Contoh penggunaan imbuhan se- di awal
kata dasar, seperti seperjuangan, sebuah, dan sebelum.

18
1.a.d) Makna imbuhan awalan pe-
Imbuhan pe- di awal kalimat bisa berubah bentuk
menjadi per-, peny-. atau pel- yang menyesuaikan dengan
bentuk kata dasarnya. Penggunaan awalan pe- ini bisa
bermakan profesi, tindakan, sifat, alat, Sebab, satuan hitung
dan kata kerja. Contoh penggunaan imbuhan pe- di awal
kata dasar, seperti pemalas, perkilogram, dan perasa.
1.a.e) Makna imbuhan awalan ter-
Penggunaan imbuhan ter- di awal kata dasar bisa
memiliki makna paling, sudah, tidak sengaja, mendadak
atau hasil dari sebuah tindakan. Contoh penggunaan
imbuhan ter- di awal kata dasar, seperti tercantik, tertidur,
dan tercemar.
1.b) Sufiks (Akhiran)
Sufiks adalah jenis imbuhan yang letaknya di akhir kata
dasar, seperti -i, -kan, -nya, dan -an.
1.b.a) Makna imbuhan akhiran -i
Imbuhan -i di akhir kata dasar bisa memiliki makna
kata kerja. Contoh penggunaan imbuhan -i di akhir kata
dasar, seperti awali, akhiri, dan jauhi.
1.b.b) Makna imbuhan akhiran -kan
Imbuhan -kan di akhir kata dasar bisa memiliki
makna kata kerja, menjadi sesuatu dan melakukan sesuatu.
Contoh penggunaan imbuhan -kan di akhir kata dasar,
seperti tuntaskan dan ambilkan.
1.b.c) Makna imbuhan akhiran -nya
Penggunaan imbuhan -nya di akhir kata dasar bisa
memiliki makna sesuatu yang telah terjadi, kepemilikan,
kondisi yang sedang dilalui, pernyataan, penunjuk dan
tingkatan. Contoh penggunaan imbuhan -nya di akhir kata
dasar, seperti bukunya, jalannya, dan selamanya.

19
1.b.d) Makna imbuhan akhiran -an
Penggunaan imbuhan -na di akhir kata dasar bisa
memiliki makna hasil tindakan, lokasi dan alat untuk
mengukur atau menghitung. Contoh penggunaan imbuhan
-an di akhir kata dasar, seperti catatan, tepian, dan meteran.
1.c) Infiks (Sisipan)
Infiks adalah imbuhan yang letaknya disisipkan di tengah
kata dasar, seperti -el-, -er-, -em-, dan -in-.
1.c.a) Makna imbuhan sisipan -el-
Imbuhan -el- yang disisipkan di tengah kata dasar
bisa membentuk makna kata kerja dan kata benda. Contoh
imbuhan -el- di tengah kata dasar, seperti melaju dan
telapak.
1.c.b) Makna imbuhan sisipan -er-
Penggunaan imbuhan -er- yang disisipkan di tengah
kata dasar bisa membentuk makna kata benda. Contoh
imbuhan -er- di tengah kata dasar, seperti kerudung dan
seruling.
1.c.c) Makna imbuhan sisipan -em-
Imbuhan -em- yang disisipkan di tengah kata dasar
bisa membentuk makna kata sifat. Contoh imbuhan -em- di
tengah kata dasar, seperti gemetar dan kemilau.
1.c.d) Makna imbuhan sisipan -in-
Penggunaan imbuhan -in- di tengah kata dasar bisa
membentuk makna kata kerja. Contoh imbuhan -in- di
tengah kata dasar, seperti kinerja dan sinambung.
1.d) Konfiks (Gabungan Awalan dan Akhiran)
Konfiks adalah imbuhan yang terletak di awal dan akhir
kata dasar dan biasanya juga disebut simulfiks, seperti se-nya, pe-
an, dan ber-an.

20
1.d.a) Makna imbuhan se-nya
Pengunaan imbuhan se-nya di awal dan akhir kata
dasar bisa bermakna sebagai tingkatan, waktu atau contoh.
Contoh penggunaan imbuhan se-nya pada kata dasar,
seperti setibanya, seandainya, dan sebaiknya.
1.d.b) Makna imbuhan pe-an
Pengunaan imbuhan pe-an di awal dan akhir kata
dasar bisa bermakna sebagai cara, tempat dan alat. Contoh
penggunaan imbuhan pe-an pada kata dasar, seperti
pengiriman, perumahan, dan peliputan.
1.d.c) Makna imbuhan ber-an
Imbuhan yang terletak di awal dan akhir kata dasar,
seperti ber-an ini bisa membentuk makna saling dan
perbuatan yang dilakukan banyak orang. Contoh
penggunaan imbuhan pe-an pada kata dasar, seperti
berpandangan dan berhamburan.
2. Hukum KPST
Hukum KPST adalah kaidah peluluhan (atau penghilangan) fonem
kata dasar yang berawalan huruf k, p, s, atau t saat diberi awalan me- atau
pe-. Hukum KPST, bertujuan untuk memudahkan artikulasi atau
pengucapan kata. Adapun Aturannya antara lain sebagi berikut:
a. Huruf pertama kata dasar berawalan huruf k, p, s, dan t yang diikuti
oleh huruf vokal akan luluh jika mendapat awalan me- atau pe-.
Adapun rumus yang bisa digunakan untuk lebih memudahkan yaitu:
 me-/pe- + k + huruf vokal = meng-/peng-
Contoh:
 me- + kerja + -kan = mengerjakan
 pe- + kerja + -an = pengerjaan
 me-/pe- + p + huruf vokal = mem-/pem-

21
Contoh:
 me- + padam + -kan = memadamkan
 pe- + padam + -an = pemadaman
 me-/pe- + s + huruf vokal = meny-/peny-
Contoh:
 me- + suci + -kan = menyucikan
 pe- + suci+ -an = penyucian
 me-/pe- + t + huruf vokal = men-/pen-
Contoh:
 me- + tukar + -kan = menukarkan
 pe- + tukar+ -an = penukaran
b. Huruf pertama kata dasar berawalan huruf p yang diikuti oleh huruf
konsonan tetap akan luluh jika mendapat awalan pe-. Jika imbuhan
me- bertemu kata dasar berawalan huruf p yang diikuti huruf
konsonan, p pada kata tersebut tidak luluh. Adapun rumus yang bisa
digunakan untuk lebih memudahkan yaitu:
 pe- + p + huruf konsonan = pem-
Contoh : pe- + program = pemrograman
 me- + p + huruf konsonan = mem-
Contoh: me- + proses = memproses
c. Pengecualian diterapkan untuk tiga bentuk untuk hukum ini yaitu
mempunyai, penyair dan mengkaji.
 Kata mempunyai dianggap lebih mudah diucapkan oleh pengguna
bahasa Indonesia daripada memunyai dan dianggap sudah menjadi
kebiasaan ditengah masyarakat.
 Kata penyair dianggap lebih mudah diucapkan oleh pengguna
bahasa Indonesia daripada pensyair dan dianggap sudah menjadi
kebiasaan ditengah masyarakat.
 Kata mengkaji memiliki makna mempelajari atau menyelidiki
sehingga kata tersebut dibakukan untuk membedakan dengan kata

22
mengaji yang memiliki makna membaca atau mempelajari Al-
Qur’an karena keduanya sama – sama bersal dari kata kaji.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah pemilihan
dan pembentukan kata yang tepat dalam komunikasi atau menulis sangat
perlu diperhatikan. Sebab jika dalam komunikasi atau menulis digunakan
pemilihan dan pembentukan kata yang kurang tepat, maka maksud yang ingin
disampaikan kepada pendengar atau pembaca tidak akan tersampaikan.
Sehingga Kreativitas dalam memilih dan membuat kata merupakan kunci
utama dalam komunikasi dan menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan
dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menyampaikan
ide yang ingin disampaikan penulis dan pembicara dapat dipahami dengan
baik. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan
tepat apa yang ingin disampaikannya baik secara lisan maupun dengan
tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat
penggunaan kata–kata itu.

B. Saran
Kami sebagai penulis ingin memberikan saran, bahwa sebagai
generasi muda bangsa Indonesia, seharusnya kita menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan.
Komunikasi dan menulis haruslah menggunakan pemilihan dan pembentukan
kata yang tepat. Pemilihan dan pembentukan kata yang tepat sangat
diperlukan agar tidak menimbulkan penafsiran ganda, sehingga tidak
menimbulkan kerancuan dan mudah untuk dipahami.

23
Daftar Pustaka

Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lanian, Ivan. 2010. Hukum KPST.


(https://ivanlanin.wordpress.com/2010/04/05/hukum-kpst/, diakses 22
April 2022)

Salmaa. 2021. Kata Imbuhan: Pengertian, Fungsi, Jenis-jenis, Makna dan


Contohnya!. (https://penerbitdeepublish.com/kata-imbuhan/, diakses: 13
April 2022)

Widyamartaya.1990. Diksi dan Ketepatan Pilihan Kata. Bandung: Angkasa.


Fuad,
Muhammad dkk. 2005. Penggunaan Bahasa Indonesia Laras Ilmiah.
Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Yuda, Alfi. 2021. Pengertian Diksi, Ciri, Syarat Ketepatanm, Fungsi, Tujuannya
yang Penting Diketahui.
(https://www.bola.com/ragam/read/4706105/pengertian-diksi-ciri-syarat-
ketepatan-fungsi-dan-tujuannya-yang-penting-diketahui, diakses: 30 Maret
2022)

24
25

Anda mungkin juga menyukai