Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DIKSI ATAU PILIHAN KATA

KELOMPOK 2

1. NONAME ( 000000000000 )
2. NONAME ( 000000000000 )
3. NONAME ( 000000000000 )

PROGAM STUDI SISTEM INFORMASI


UNAMA DINAMIKA BANGSA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tema
“Diksi atau Pilihan kata”. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen yang telah memberikan tugas ini dan seluruh pihak-pihak yang sudah turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 06 Oktober 2022


Tertanda,

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

MATERI : DIKSI ATAU PILIHAN KATA


PENGERTIAN DIKSI 1
FUNGSI DIKSI 1
JENIS-JENIS MAKNA KATA 1
RELASI MAKNA 4
SINONIM DAN HOMONIM4
KONKRET DAN ABSTRAK 5
UMUM DAN KHUSUS 6
POPULER DAN KAJIAN 7
BAKU DAN TIDAK BAKU 7
KATA MUBAZIR 8
KATA MIRIP 8
PERUBAHAN MAKNA 9
IDIOM DAN UNGKAPAN IDIOMATIS 11

DAFTAR PUSTAKA iii

ii
BAGIAN 1:
PENGERTIAN DIKSI

Diksi adalah pilihan kata. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting,
baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam tutur kata kita setiap hari. Dalam
berbicara maupun menulis kita seharusnya bijak dalam menggunakan kata-kata dengan
memperhatikan kaidah-kaidah penggunaan kata.

BAGIAN 2:
FUNGSI DIKSI
Fungsi dari diksi secara umum adalah untuk dapat menimbulkan tanggapan pikiran
kepada pembaca atau pendengar karena ada makna lain yang muncul dibalik kata itu.
Artinya, kita harus mampu memilih kata agar informasi yang disampaikan tidak ambigu.
Dengan diksi yang tepat, penulis atau pengarang karya sastra dapat menggiring emosi atau
perasaan pembaca.

Diksi memiliki fungsi untuk memperindah suatu kalimat seperti dalam puisi maupun
cerita, diksi dapat digunakan untuk menyampaikan cerita dengan runtut, menjelaskan
penokohan, mendeskripsikan waktu serta latar dan lain sebagainya.

Diksi dalam penulisan karya ilmiah juga tidak kalah penting. Pemilihan diksi yang
tepat, akan membuat isi dari suatu karya ilmiah jadi lebih mudah dipahami.

BAGIAN 3:
JENIS-JENIS MAKNA KATA

Kata denotatif atau biasa disebut makna leksikal adalah makna kata secara lepas tanpa
kaitan dengan kata yang lain. Kata denotatif berhubungan dengan konsep denotasi,
sedangkan kata yang konotatif berhubungan dengan konsep konotasi. Denotasi adalah konsep
dasar yang didukung oleh kata, sedangkan nilai rasa atau gambaran tambahan yang ada di
samping denotasi disebut konotasi. Kata yang denotatif mengandung makna yang
sebenarnya, makna kata yang sesuai dengan konsepnya sehingga disebut juga makna
konseptual, makna yang sesuai dengan makna kata dalam kamus atau makna leksikal.

1
Contoh :
(1) Kelompok anak muda itu sedang asyik bermain musik.
Kelompok mengandung makna umum
(2) Ketua rombongan turis yang baru tiba dikalungi untaian bunga.
Rombongan mengandung makna umum
(3) Gerombolan pengacau tersebut telah ditumpas habis.
Gerombolan mengandung makna yang mewakili tindakan yang buruk.

Kata-kata kelompok, rombongan, dan gerombolan secara denotatif bermakna kumpulan


benda atau orang,

Kata konotatif adalah kata-kata yang mengalami pergeseran dari makna kata leksikal.
Kata yang konotatif mengandung makna tambahan yang sesuai dengan sikap dan nilai rasa
tertentu pengguna bahasa bersangkutan. Kata konotatif biasa juga disebut makna gramatikal
atau makna struktural, yaitu makna yang timbul bergantung pada struktur tertentu sesuai
dengan konteks dan situasi di mana kata itu berada.
Contoh :
(1) Toko itu dilayani gadis-gadis cantik.
Gadis mengandung makna umum
(2) Toko itu dilayani dara-dara cantik.
Dara mengandung makna yang bersifat puitis
(3) Toko itu dilayani perawan-perawan cantik.
Perawan mengandung makna asosiasi erotisme

Kata-kata gadis, dara, perawan secara denotatif maknanya sama, yaitu wanita atau wanita
muda yang belum kawin, tetapi secara konotatif maknanya berbeda.

Untuk itu membahas suatu masalah yang bersifat ilmiah sebaiknya digunakan kata-
kata yang denotatif. Kata-kata atau istilah harus bebas dari konotasi, sedangkan pada karya
sastra lebih banyak digunakan kata-kata yang konotatif sebagai upaya merakit keindahan
dalam penulisannya.

2
Dalam kaitan makna kata terdapat beragam konotasi sosial, yaitu ada yang bersifat
positif dan negatif, tinggi, rendah, sopan, dan porno, atau yang sakral. Misalnya, kata-kata
karyawan, asisten, wisma, hamil, dan berpulang dianggap positif, baik, sopan, dan modern
jika dibandingkan dengan kata-kata buruh, pembantu, pondok, bunting, dan mati yang
dianggap negatif, kurang baik, kasar dan kuno. Agar dapat menyatakan gagasan dengan tepat,
seseorang pembicara/penulis harus dapat pula memilih kata-kata dengan konotasi yang tepat.

BAGIAN 4:
RELASI MAKNA

A. SINONIM DAN HOMONIM


Setiap kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat satu objek atau satu
konsep tetapi juga ada kata yang melambangkan beberapa makna dan sebaliknya ada
beberapa kata yang melambangkan satu makna. Beberapa kata yang melambangkan satu
makna tergolong kata yang bersinonim.

Sinonim adalah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain. Persamaan
makna itu dapat tidak berlaku sepenuhnya. Namun, dalam kadar tertentu ada pertalian makna
antara kata-kata yang berbeda itu.
Contoh:
(1) Indah, cantik, dan bagus
Mengandung makna yang sama yaitu sedap dipandang mata.
(2) Meninggal, mangkat, wafat dan mati
Mengandung makna yang sama yaitu telah kehilangan nyawanya.
(3) Ilmu dan pengetahuan
Mengandung makna yang sama yaitu wawasan dan pemahaman.

Ketepatan kata-kata itu dalam penggunaannya tergantung pada ketepatan pilihan kata
masing-masing. Misalnya, kita katakan pemandangan indah, gadis cantik, dan rumah bagus
tentu saja akan terasa janggal atau kurang tepat jika dikatakan pemandangan cantik dan gadis
bagus. Sinonim dapat juga diumpamakan sebagai nama lain dari suatu benda atau pengertian
lain dari suatu ungkapan. Sinonim dapat dibedakan sesuai dengan dimana posisi ia berada.

3
Contoh:
BENTUK SINONIM CONTOH
SINONIM ANTARA KALIMAT Saya melihat dia dan dia kulihat
SINONIM ANTARA FRASE Dua tangkai bunga dan bunga dua tangkai
SINONIM ANTARA KATA Nasib dan takdir, memuaskan dan menyenangkan
SINONIM ANTARA MORFEM Pemirsa dan pirsawan, kestabilan dan stabilitas
*) Morfem adalah unit terkecil dari bahasa yang memiliki makna. Artinya, morfem dapat berupa kata atau bagian
dari kata yang tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil.

Dua kata yang bersinonim dapat digabungkan sehingga memberi kesan yang lebih
indah. Hasil penggabungan tersebut akan melahirkan kata majemuk. Hal yang harus dihindari
dalam penggabungan kata adalah munculnya penggunaan kata secara berlebihan yang
mengakibatkan terjadinya kata mubazir, misalnya adalah merupakan, agar supaya, maka
dengan demikian, dan namun demikian. Di bawah ini disajikan beberapa contoh kata
majemuk yang berupa kata penggabungan sinonim.
Contoh:
(1) Fakir – Miskin
(2) Sama – Rata
(3) Sunyi – Senyap

Istilah homonim terjadi jika dua kata mempunyai bentuk (tulisan) dan lafalnya
sama, tetapi maknanya berbeda. Homonim dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam
bentuk tataran kata. Selain itu, homonim juga diartikan sebagai satu kata yang mengandung
beberapa makna.
Contoh:
(1) Buku
Sendi (pada tulang, bambu, dan tebu)
Kalimat: Buku tulang-tulangku terasa nyeri
Kertas tulis yang dijilid (buku tulis dan buku bacaan)
Kalimat: Saya membeli beberapa buah buku tulis

4
(2) Bisa
Racun
Kalimat: Bisa ular itu sangat berbahaya
Dapat atau boleh
Kalimat: Kita bisa membantu nenek itu

Di samping homonim, ada pula yang disebut homofon dan homograf.


Homofon adalah kata-kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya.
Contoh:
(1) Bang dan bank
Kalimat: “Bagaimana bang, setujukah?” Tanya istrinya. ( Bang singkatan Abang )
“Bank itu mengadakan undian tabungan”
(2) Rok dan rock
Kalimat: “Mahasiswi dilarang memakai rok diatas lutut
“Ibuku sangat menyukai lagu rock”

Homograf adalah tulisan yang sama tetapi pelafalan dan maknanya berbeda.
Contoh:
(1) Apel ( upacara pagi / buah )
Kalimat: Kegiatan apel pagi setiap hari senin diadakan di lapangan kami
Tadi pagi saya memakan buah apel
(2) Per ( pegas / tiap-tiap )
Kalimat: Sofa ini menggunakan per kualitas bagus sehingga sangat awet
Mobil pembalap itu melaju dengan kecepatan hingga 200kilometer per jam

B. KONKRET DAN ABSTRAK


Kata Konkret adalah kata-kata yang berwujud objek yang nyata, dapat dilihat,
didengar, diraba dan dirasa.
Contoh:
(1) Orang
Kalimat: Orang ini adalah juara Olimpiade dunia
(2) Pohon
Kalimat: Pohon mangga milik tetangga-ku sangat manis

5
Kata Abstrak atau yang bisa disebut juga dengan kata-kata yang berupa konsep adalah
suatu kata yang merujuk pada sifat, keadaan, kegiatan yang dilepas dari objek tertentu. Selain
itu juga bisa dilihat dari ciri umum yang ada pada kata abstrak adalah kata-kata bentukan
dengan konfiks peng-/ -an dan ke-/ -an.
Contoh:
(1) Penyesalan
Kalimat: Penyesalan memang selalu datang di akhir
(2) Perdamaian
Kalimat: Perdamaian sangat penting untuk menghindari terjadinya konflik
(3) Kecerdasan
Kalimat: Kecerdasan anak itu memang diatas rata-rata anak seumurannya
(4) Kebodohan
Kalimat: Kebodohan terjadi ketika seseorang menyalahgunakan kepandaiannya

C. UMUM DAN KHUSUS ( HIPERNIM DAN HIPONIM )


Kata-kata yang tergolong kata umum dibedakan dari kata-kata yang tergolong kata
khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata makin umum
sifatnya, sebaliknya makin sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Kata-kata umum
termasuk kata yang mempunyai hubungan luas, sedangkan kata-kata khusus mempunyai
hubungan sempit, terbatas, bahkan khusus atau unik.
Contoh:
KATA UMUM / HIPERNIM KATA KHUSUS / HIPONIM
Warna Merah, Putih, Hijau, Biru
Merah Merah darah, Merah cabe, Merah bata
Cuaca Hujan, Cerah, Mendung, Panas

6
D. POPULER DAN KAJIAN
Kata populer adalah kata-kata yang terkenal di kalangan masyarakat atau kata-kata
yang banyak digunakan dalam berkomunikasi pada berbagai lapisan masyarakat. Sebaliknya,
kata kajian adalah kata-kata yang digunakan secara terbatas pada kesempatan tertentu berupa
kata atau istilah yang digunakan oleh golongan ilmuwan dalam pembicaraan tulisan / karya
ilmiah.
Contoh:
(1) Populer : Keuntungan
Kajian : Laba
Kalimat: Dia mendapatkan keuntungan yang besar setelah menjual hasil kebunnya
Dia mendapatkan laba yang besar setelah menjual hasil kebunnya
(2) Populer : Deteksi dini
Kajian : Skrining
Kalimat: Ayahnya rutin melakukan skrining gejala penyakitnya setiap bulan
Ayahnya rutin melakukan deteksi dini gejala penyakitnya setiap bulan

E. BAKU DAN TIDAK BAKU


Kata baku yaitu kata-kata yang telah resmi dan standar dalam penggunaannya.
Biasanya kata baku sering digunakan dalam percakapan dan penulisan resmi. Kata-kata baku
ada yang berasal dari bahasa Indonesia, ada juga yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa
asing yang telah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia yang resmi. Sebaliknya, kata-
kata tidak baku, yaitu kata-kata yang belum resmi atau kata-kata yang tidak mengikuti kaidah
yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
(1) Baku : Perbaiki
Kalimat: Tolong perbaiki mesin ini
Tidak Baku : Bikin baik
Kalimat: Tolong bikin baik mesin ini
(2) Baku : Beri tahu
Kalimat: Tolong beritahu pada mereka ini tidak benar
Tidak Baku : Kasih tau
Kalimat: Tolong kasih tau pada mereka ini tidak benar

7
F. KATA MUBAZIR
Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang sama maknanya dan
digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebih-
lebihan. Penggunaan kata mubazir itu dalam tuturan atau tulisan sebaiknya dihindari karena
menimbulkan makna yang berlebihan.
Contoh:
(1) Sejak dan dari
Kalimat: Sejak dari dulu dia selalu berbuat baik pada kami ( Mubazir )
Sejak dulu dia selalu berbuat baik pada kami
Dari dulu dia selalu berbuat baik pada kami
(2) Demi dan untuk
Kalimat: Polisi harus tegas demi untuk melindungi Negara Indonesia ( Mubazir )
Polisi harus tegas demi melindungi Negara Indonesia
Polisi harus tegas untuk melindungi Negara Indonesia
(3) Sebab dan karena
Kalimat: Dia menangis seharian sebab karena kucingnya hilang ( Mubazir )
Dia menangis seharian sebab kucingnya hilang
Dia menangis seharian karena kucingnya hilang

G. KATA MIRIP
Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip dari segi
bentuknya atau kata-kata yang rasanya mirip dari segi maknanya.

KEMIRIPAN BENTUK KEMIRIPAN MAKNA


SUATU, SESUATU JAM, PUKUL
SEDANG, SEDANGKAN RAJIN, GIAT

Kata-kata tersebut sering dikacaukan penggunaannya sehingga melahirkan kalimat yang tidak
tepat, tidak baku, dan tidak efektif.
Contoh:
(1) Tinggal-lah dulu di sini, saya akan membicarakan sesuatu hal denganmu. (salah)
Tinggal-lah dulu di sini, saya akan membicarakan sesuatu denganmu. (benar)
( Pilih sesuatu atau suatu hal )

8
(2) Pelajaran pertama berlangsung pada pukul 07.30 sampai dengan 09.30
(kata pukul digunakan menunjukkan waktu)
Pelajaran pertama berlangsung selama dua jam
(kata jam digunakan menunjukkan jangka waktu)

BAGIAN 5:
PERUBAHAN MAKNA

Dalam proses perkembangan bahasa kita dapat mengalami perubahan. Perubahan itu
terjadi karena perbedaan tempat pemakaian, perbedaan waktu pemakaian, dan kehendak
untuk memberi makna baru. Hal tersebut akan memengaruhi pilihan kata baik dalam
penulisan maupun penuturan. Di antara perubahan makna yang penting adalah sebagai
berikut :

1. Meluas
yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama.
Misalnya, kata putra-putri yang dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja,
sekarang dipakai untuk menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.

2. Menyempit
yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna yang sekarang.
Misalnya, kata sarjana dahulu dipakai untuk semua cendekiawan, sekarang hanya
khusus untuk gelar akademik.

3. Amelioratif
yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih tinggi atau
lebih baik nilainya dari makna lama.
Misalnya, kata istri dan nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.

9
4. Peyoratif
yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah
nilainya dari makna lama (kebalikan dari amelioratif).
Misalnya, kata babi yang semula berarti jenis hewan dengan bentuk gempal dan ciri
khas hidungnya besar dan menonjol, kemudian kata babi mengalami perubahan
makna yang digunakan sebagai kata kasar atau umpatan.

5. Sinestesia
yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua indera yang
berlainan.
Misalnya, kata-katanya manis. Manis sebenarnya tanggapan indera perasa, tetapi
dipakai untuk indera pendengar.

6. Asosiasi
yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat.
Misalnya, kata amplop yang berarti kertas pembungkus surat, juga sering digunakan
sebagai pembungkus uang, berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk
pengertian memberi sogokan. Contoh, Beri dia amplop agar urusan cepat beres

10
BAGIAN 6:
IDIOM DAN UNGKAPAN IDIOMATIS

Idiom adalah satuan bahasa (bisa berupa kata, frasa, atau kalimat) yang maknanya
tidak dapat ditarik dari kaidah umum yang berlaku dalam bahasa tersebut.

Berdasarkan kaidah bahasa maka dalam bahasa Indonesia terdapat pilihan kata yang
merupakan kata berpasangan tetap atau ungkapan idiomatis. Kata tersebut selalu muncul
bersamaan, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ungkapan idiomatik
adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat
dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik juga bisa diartikan sebagai sifat idiom yang
tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau
tiga kata yang dapat memperkuat diksi di dalam tulisan.
Contoh:
(1) Sehubungan dengan...
Kalimat: Sehubungan dengan pandemi COVID-19 dianjurkan untuk memakai masker
(2) Terbuat dari...
Kalimat: Roti ini terbuat dari gandum utuh dan telur
(3) Bergantung pada...
Kalimat: Dia selalu bergantung pada orang lain karena tidak percaya diri
(4) Terdiri atas...
Kalimat: Sebuah kalimat terdiri atas sejumlah kata

11
DAFTAR PUSTAKA

Nurdjan, Sukirman dkk. 2016. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Sulawesi Selatan:
Aksara Timur.
Arifin, E. Zaenal dkk. 2010. Bahasa Indonesia Akademik: Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian. Tangerang: Pustaka Mandiri.

iii

Anda mungkin juga menyukai