Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Diksi dan Syarat-Syarat Pemilihan Diksi

OLEH ANEIQBAL
24/11/2016
Jika kita menulis atau berbicara, kita selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi
kelompok kata, klausa, kalimat, paragraf dan akhirnya sebuah wacana.

Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk
menggambarkan sebuah cerita.

Pengertian Diksi (Pemilihan Kata)

Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya.

Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita
ungkapkan.

Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai
suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni masalah
makna dan relasi makna.
Makna sebuah kata/sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun
makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu:

Makna Leksikal dan makna Gramatikal


Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera/makna
yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.

Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati
diterkam kucing).

Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk
menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yang
bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.

Makna Referensial dan Nonreferensial


Makna referensial dan nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu.
Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. 

Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak
memiliki referen. 

Contoh: 
Kata meja dan kursi (bermakna referen)
Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial)

Makna Denotatif dan Konotatif 


Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. 

Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil dari ukuran badannya normal. 

Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan
nilai rasa orang/kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. 

Contoh: Kata kurus pada contoh tersebut bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang
mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang
mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping. 

Makna Konseptual dan Makna Asosiatif


Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. 

Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual "sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai".

Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem/kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu
dengan suatu yang berada diluar bahasa. 

Contoh: Kata melati berasosiasi dengan suatu yang suci/kesucian. Kata merah berasosiasi berani/paham
komunis.

Makna Kata dan Makna Istilah


Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat
menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat.
Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air,
bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan.

Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu
hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. 

Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang
yang ditahan sehubungan suatu perkara. 

Makna Idiomatikal dan Peribahasa


Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat)
maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-
satuan tersebut. 

Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yang disebut makna
dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.

Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama
perumpamaan. 

Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa.

Makna Kias dan Lugas 


Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya.
Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.

Syarat-Syarat Diksi
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi
syarat, seperti:
 Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan
 Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya
 Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat
yang jelas, efektif dan mudah dimengerti
Contoh Paragraf:
1. Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain
bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kami pun pulang tak lama kemudian
2. Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu
tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak
yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan
waktu sepanjang hari disana, kami pulang dengan hati senang.
Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraf kedua
menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya.

Dapat membedakan denotasi dan konotasi dengan benar


Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai
dengan apa adanya. 
Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif
disebut makna konseptual. 

Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata
makan seperti ini adalah makna denotatif.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan
kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat
berarti untung atau pukul.

Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang
kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa
apakah suatu makna kata adalah makna denotatif atau konotatif.

Baca juga ya..


- Penyebab-Penyebab Kalimat Menjadi Tidak Efektif
- 7 Fakta Seputar Parade Bhinneka Tunggal Ika 1911
- Ini Dia 12 Objek Asli yang Ada di Uang Rupiah Part 2

Dapat membedakan kata umum dan kata khusus dengan benar


Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.

Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin
terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.

Makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah
paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat. 

Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak
seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. 

Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti
merupakan jenis ikan. 

Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih
khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.

Dapat memahami dengan tepat makna kata abstrak dan kata konkret
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air,
cantik, hangat, wangi, suara. 

Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan
perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. 

Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata
abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi
samar dan tidak cermat.

Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim


Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya
berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. 
Definisi dan Pengertian Diksi
Secara singkat, diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
sendiri, pengertian diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti apa yang diharapkan).
Fungsi Diksi

Diksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
 Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih faham
mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
 Membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
 Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis atau pun terucap).
 Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar
atau pun pembacanya.
Macam – macam Diksi
1. Sinonim

Sinonim merupakan pilihan kata yang memiliki persamaan makna. Penggunaan kata sinonim biasanya
dimaksudkan untuk membuat apa yang dikatakan / dituliskan menjadi lebih sesuai dengan ekspresi yang
ingin diungkapkan. Contohnya : mati (ekspresi pengungkapan yang kasar) dan wafat (ekspresi
pengungkapan yang lebih halus)
2. Antonim

Antonim merupakan pilihan kata yang memiliki makna berlawanan atau pun berbeda. Contoh kata
antonim adalah besar dan kecil.
3. Polisemi

Poisemi merupakan frasa kata yang memiliki banyak makna. Contohnya kata kepala yang dapat
bermakna bagian tubuh yang terletak di atas leher, atau dapat juga bermakna bagian yang terletak di
sebelah atas atau pun depan.
4. Homograf

Homograf merupakan kata – kata yang memiliki tulisan sama akan tetapi memiliki arti dan bunyi yang
berbeda.
5. Homofon

Homofon merupakan kata – kata yang memiliki bunyi yang sama akan tetapi makna dan ejaannya
berbeda.
6. Homonim

Homonim merupakan kata – kata yang memiliki ejaan yang sama namun makna dan bnyinya berbeda.
Contoh Asep (nama orang) dan asep (asap).
7. Hiponim

Hiponim merupakan kata yang maknanya telah tercakup di dalam kata lainnya. Contohnya kata Salmon
yang telah termasuk ke dalam makna kata ikan.
8. Hipernim
Hipernim merupakan kata yang telah mencakup makna kata lain. Contohnya ada pada kata sempurna
yang telah mencakup kata baik, bagus, dan beberapa kata lainnya.

Demikianlah sedikit informasi mengenai pengertian diksi, fungsi diksi, dan macam – macam diksi yang
dapat kami bagikan untuk Anda. Semoga bermanfaat ya!

Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama
benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.

Dapat membedakan kata ilmiah dan kata popular dengan benar


Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-
pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.

Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam
komunikasi sehari-hari. 

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau
pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun
desertasi.

Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer, berikut daftarnya: 

Anak adalah sosok individu unik yang mempunyai eksistensi, yang memiliki jiwa sendiri, serta
memiliki hak untuk tumbuh berkembang secara optimal sesuai dengan kekhasanan-iramanya
masing-masing. Perkembangan tersebut terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu.
Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap perkembangan
selanjutnya. Prinsip tersebut merupakan tahap-tahapan atau fase-fase dalam perkembangan yang
mempunyai arti sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu
yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu.[1]
Dalam tahap perkembangan, selain tumbuh secara fisik, anak-anak juga berkembang
secara kejiwaan. Ada fase-fase perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan berbagai
prilaku sesuai dengan ciri-ciri masing-masing fase perkembangan tersebut. Selain itu dalam
setiap perkembangan, potensi anak akan semakin tumbuh dan akan memberikan kontribusi yang
berharga bagi peradaban.[2]
Adapun fase-fase perkembangan yang perlu diketahui sehubungan dengan masa-masa
penting pertumbuhan kepribadian anak, yaitu; masa bayi dan masa awal kanak-kanak.
1.      Masa Bayi
Masa bayi adalah, dasar periode kehidupan yang sesungguhnya, pada masa inilah pola
prilaku sikap dan ekspresi emosi banyak terbentuk. Ciri-ciri perkembangan pada masa tersebut,
meliputi: perkembangan fisik, inteligensi, emosi, bahasa, bermain, pengertian kepribadian, moral
dan kesadaran beragama.[3] Berkaitan dengan ciri-ciri perkembangan tersebut, maka mengapa
dasar-dasar yang diletakkan pada masa bayi itu penting. Secara ilmiah, pentingnya pendidikan
bayi pertama kali muncul dari karya Frecid, yang berpendapat bahwa penyesuaian diri yang
kurang baik dimasa dewasa, berpangkal pada pengalaman pada masa kanak-kanak yang kurang
baik. Ericson juga berpendapat bahwa “masa kanak-kanak merupakan kancah manusia untuk
memulai fungsinya sebagai manusia, tempat dimana kebaikan dan keburukan kita berkembang
dengan lambat tetapi pasti dan tempat dimana sifat-sifat itu menjadi terasa”. [4]
Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock, setidaknya, ada empat alasan yang
menyebabkan mengapa dasar-dasar yang diletakkan pada masa bayi itu penting. Pertama,
berlawanan dengan tradisi, sifat-sifat yang buruk tidak berkurang dengan bertambahnya usia
anak, sebaliknya pola-pola yang terbentuk pada permulaan kehidupan cenderung mapan, apakah
itu sifat yang baik atau buruk, berbahaya atau bermanfaat. Kedua, kalau pola prilaku yang
kurang baik atau kepercayaan dan sifat yang buruk mulai berkembang, maka semakin cepat hal-
hal itu diperbaiki, akan semakin mudah bagi anak. Ketiga, karena dasar-dasar awal cepat
berkembang menjadi kebiasaan melalui pengulangan, maka dasar-dasar itu akan selamanya
mempengaruhi pribadi dan sosial. Keempat, karena faktor belajar dan pengalaman memainkan
peran yang penting dalam perkembangan, hal itu dapat diarahkan dan dikendalikan sehingga
perkembangannya sejajar dengan jalur yang memungkinkan terjadinya penyesuaian pribadi dan
sosial yang baik.[5]
Sedangkan ciri-ciri yang menonjol dari fase perkembangan masa bayi yang berlangsung
dari minggu kedua sampai tahun kehidupan kedua adalah, bahwa “periode tersebut merupakan
tahun-tahun dasar, masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat dan berkurangnya
ketergantungan, masa meningkatnya individualitas dan permulaan sosialisasi, masa
penggolongan peran seks, dan kreativitas; dan masa yang menarik sekaligus berbahaya”.[6]
2.      Awal Masa Kanak-kanak
Awal masa kanak-kanak yang berlangsung dari 2-6 tahun, dimana pada masa tersebut anak
sudah memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita dan mampu mengenal
beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan diri).[7] Pada masa tersebut, oleh orang
tua disebut sebagai usia yang problematis, menyulitkan atau mainan. Hal ini disebabkan karena
belum cukupnya pengalaman seorang ibu (terutama pada anak pertama) dalam merawat anak,
masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua dan umumnya berkisar pada masalah
perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang
lebih menyulitkan dari pada masalah perawatan fisik bayi. Ketergantungan bayi yang sangat
mengundang kasih sayang para orang tua dan hak-haknya. [8]
Sekarang berubah, anak tidak mau ditolong dan cenderung menolak ungkapan kasih
sayang mereka. Disamping itu, diawal masa kanak-kanak ini, anak cenderung menghabiskan
sebagian besar waktunya dengan bermain. Kesanggupan jiwa membentuk tanggapan baru dengan
pertolongan tanggapan yang telah ada, dinamakan fantasi. Anak-anak sangat luas dan leluasa
fantasinya, artinya dapat membuat gambaran khayal yang banyak dan luar biasa sehingga orang
dewasa menganggapnya mustahil, misalnya sapu dan tongkat diciptakan menjadi kuda-kudaan,
kursi dibalikkan menjadi kereta kuda dan sebagainya. Tetapi mereka belum mampu
membedakan antara gambaran pengamatan, gambaran ingatan, dengan gambaran fantasi, karena
akal dan pengertian yang mereka miliki masih sederhana, sedangkan perasaan dan keinginannya
sangat meluap-luap, cerita dongeng yang luar biasa isinya, berada diluar alam nyata, sangat
menarik perhatian mereka itu dan cerita dongeng itu sangat penting bagi perkembangan
kepribadiannya.[9]
Sebelum anak-anak bersekolah, permainan mempunyai peranan yang penting dalam
kehidupannya, didalam permainan itu anak-anak kita lihat merdeka dan gembira-ria, fantasi anak
yang terutama memberikan kemungkinan kepada mereka itu untuk dapat mendirikan dunianya
yang tersendiri itu. Dunia pikiran keinginan, kemauan dan perasaan dapat dihayati sepenuhnya
dalam permainan-permainannya. Ia dapat tengelam dalam lubuk fantasinya itu dan dunia
kenyataan tidak menghalanginya sedikit juga. Ciri lain yang paling menonjol dalam periode ini
adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain. Namun meskipun kecenderungan ini
tampak kuat, tetapi anak lebih menunjukkan kreativitas dalam bermain.[10]

Anda mungkin juga menyukai