Anda di halaman 1dari 5

Alasan Mengapa Manusia Perlu Beragama

   Pada dasarnya manusia memiliki keterbatasan pengetahuan dalam banyak hal, baik mengenai
sesuatu yang tampak maupun yang gaib, dan juga keterbatasan dalam memprediksi apa yang
akan terjadi pada diri nya dan orang lain, dan sebagainya. Oleh karena keterbatasan itulah maka
manusia perlu memerlukan agama untuk membantu dan memberikan pencerahan spiritual
kepada diri nya.

  Manusia membutuhkan agama tidak sekedar untuk kebaikan diri nya di hadapan Tuhan saja,
melainkan juga untuk membantu dirinya dalam menghadapi bermacam-macam problema yang
kadang-kadang tidak dapat dipahami nya. Di sinilah manusia diisyaratkan oleh diri dan alam nya
bahwa Zat yang lebih unggul dari diri nya, Yang Maha Segala-galanya, seperti yang dijelaskan
oleh para antropolog bahwa agama merupakan respons terhadap kebutuhan untuk mengatasi
kegagalan yang timbul akibat ketidakmampuan manusia untuk memahami kejadian-kejadian
atau peristiwwa-peristiwa yang rupa-rupa nya tidak dapat diketahui dengan tepat (Sulaiman dan
Albuny, 1984 : 8).

   Selain daripada itu agama juga memberi isyarat kepada manusia dan alam bahwa ada Zat yang
lebih unggul, Zat Yang Maha Segala-galanya, yang disitu manusia perlu bersandar kepad Dia
melalui medium agama. Dengan kata lain perlu bersandar dan berpasrah (tawakal) kepada Dia
melalui agama karena agama menjadi tempat bagi kita untuk mengadu dan berkomunikasi
dengan Tuhan. Kepasrahan kita kepada Tuhan didasarkan pada suatu ajaran bahwa manusia
hanya bisa berusaha, Tuhan yang menentukan.

Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan : sumber
moral, petunjuk kebenaran, sumber informasi tentang masalah metafisika, dan bimbingan
rohani bagi manusia baik di kala suka maupun duka.

1. Agama Sumber moral


Dapat disimpulkan, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat
diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral bersumber dari agama. Agama
menjadi sumber moral, karena agama mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan
akhirat, serta karena adanya perintah dan larangan dalam agama.
2. Agama Petunjuk Kebenaran
Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran? Sebagai jawaban atas
pertanyaan ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan
tempat, sejak Nabi pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu Nabi
Muhammad SAW. Para nabi dan Rasul ini diberi wahyu atau agama untuk disampaikan
kepada manusia. Wahyu atau agama inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya
kebenaran yang dicari-cari oleh manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak
dan universal.

Dapat disimpulkan, bahwa agama sangat penting dalam kehidupan karena kebenaran
yang gagal dicari-carioleh manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata
apa yang dicarinya itu terdapat dalam agama. Agama adalah petunjuk kebenaran. Bahkan
agama itulah kebenaran, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Itulah agama islam!

3. Agama Sumber Informasi Metafisika


Sesungguhnya persoalan metafisika sudah masuk wilayah agama tau iman, dan hanya
Allah saja yang mengetahuinya. Dan Allah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib ini
dalam batas-batas yang dianggap perlu telah menerangkan perkara yang gaib tersebut
melalui wahyu atau agama-Nya. Dengan demikian agama adalah sumber infromasi
tentang metafisika, dan karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat mengetahui
persoalan metafisika. Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan
alam barzah, alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan dan sifat-sifat-Nya, dan hal-hal gaib
lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting bagi manusia (dan karena itu sangat
dibutuhkan), karena manusia dengan akal, dengan ilmu atau filsafatnya tidak sanggup
menyingkap rahasia metafisika. Hal itu hanya dapat diketahui dengan agama, sebab
agama adalah sumber informasi tentang metafisika.

4. Agama pembimbing rohani bagi manusia


Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan, hendaknya orang beriman bersyukur kepada
Allah pada waktu memperoleh sesuatu yang menggembirakan dan tabah atau sabar pada
waktu ditimpa sesuatu yang menyedihkan. Bersyukur di kala sukadan sabar di kala duka
inilah sikap mental yang hendaknya selalu dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu
hidup orang beriman selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan, bahkan tenteram dan
bahagia, inilah hal yang menakjubkan dari orang beriman seperti yang dikatakan oleh
Nabi. Keadaan hidup seluruhnya serba baik.

Bagaiman tidak serba baik, kalau di kala suka orang beriman itu bersyukur, padahal “
Jika engkau bersyukur akan Aku tambahi” , kata Allah sendiri berjanji (Ibrahim ayat 7).
Sebaliknya, orang beriman tabah atau sabar di kala duka, padahal dengan tabah di kala
duka ia memperoleh berbagai keutamaan, seperti pengampunan dari dosa-dosanya(H.R
Bukhari dan Muslim), atau bahkan mendapat surga (H.R Bukhari), dan sebagainya.
Bahkan ada pula keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan menjalankan agama,
seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater, Dr. A.A. Brill, “Setiap orang yang betul-
betul menjalankan agama, tidak bisa terkena penyakit syaraf. Yaitu penyakit karena
gelisah rsau yang terus-menerus.

Hubungan Antara Aqidah, Ibadah dan Akhlak Bacaan madani 3:38:00 PM Akidah , Bacaan
Islami Pengertian Aqidah.

Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup ini
diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk
alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan aktifitas manusia.
Dari pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa aqidah itu merupakan satu hal yang sangat
fondamental dalam Islam dan dengan sendirinya dalam kehidupan.
Untuk memantapkan uraian ini, aqidah laksana mesin bagi sebuah mobil yang menggerakkan
segala kekuatannya untuk berjalan. Tanpa mesin, maka mobil itu tak ubahnya seperti benda-
benda mati yang lain yang tidak bisa bergerak dan berjalan. Kemantapan aqidah dapat diperoleh
dengan menanamkan kalimat tauhid La Illaha illa al-Allah (Tiada tuhan selain Allah). Tiada
yang dapat menolong, memberi nikmat kecuali Allah; dan tiada yang dapat mendatangkan
bencana, musibah kecuali Allah. Pendket kata, kebahagiaan dan kesengsaraan hanyalah dari
Allah.

Pengertian Ibadah. Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: Ibadah adalah taat kepada Allah dengan
melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Ibadah adalah merendahkan diri
kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa
mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa
yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir
maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap. Ibadah dari sifatnya
terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap),
mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah
ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur
dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat,
haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi
macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan. Ibadah inilah yang
menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman: ‫نس ِإاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن َما ُأ ِري ُد ِم ْنهُم ِّمن‬ َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل‬
ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
ْ ُ ْ ُ
ُ‫ق ذو الق َّو ِة ال َمتِين‬ َّ ‫هَّللا‬
ُ ‫ون ِإ َّن َ ه َُو ال َّرزا‬ ْ ‫َأ‬ ‫ُأ‬
ِ ‫ق َو َما ِري ُد ن يُط ِع ُم‬ ْ
ٍ ‫“ ِّرز‬Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari
mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya
Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (Adz-
Dzaariyaat: 56-58) Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang
disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan
berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Saw : ‫ْس َعلَ ْي ِه‬ َ ‫َم ْن َع ِم َل َع َمالً لَي‬
‫َأ‬
‫“ ْم ُرنَا فَه َُو َر ٌّد‬Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut
tertolak.” Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa
dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat: 1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari
syirik besar dan kecil. 2. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Jadi ibadah merupakan hasil dari Aqidah yang kokoh. aqidah tersebut menciptakan kegiatan atau
amal yang dinakan Ibadah. sebagaimana yang kita ketahui, jika manusia memiliki dua tugas
didalam perjalanan penghambaan, yakni ibadah dan memimpin.

Pengertian Akhlak Akhlak (berasal dari kata al-akhlak, jamak dari al-khulq = kebiasaan,
perangai, tabiat, dan agama). Tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-
buat, dan telah menjadi kebiasaan. Kata akhlak dalam pengertian ini disebut dalam Al-Quran
dengan bentuk tunggalnya, khulq, pada firman Allah SWT yang merupakan konsiderans
pengangkatan Muhammad sebagai Rasul Allah. Dijelaskan dalam Al-Quran sebagai berikut
Artinya : ‫ك لَ َعلَ ٰى ُخلُ ٍق َعظِ ٍيم‬
َ ‫“ َوِإ َّن‬Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi
pengerti yang agung." (QS Al-Qalam :4) Beberapa istilah yang bekaitan dengan akhlak. Menurut
jamil salibah (ahli bahasa arab kontemporer asal suriah), adalah akhlak yang baik dan ada yang
buruk. Akhlak yang baik disebut adab (adab). Kata adab juga digunakan dalam arti etika yaitu
tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik antar mereka. Adapun
sasaran Ahlak. Dalam Islam, secara garis besar akhlak manusia mencangkup tiga sasaran, yaitu
terhadap Allah SWT, terhadap bersama manusia, dan terhadap lingkungannya. Akhlak terhadap
Allah SWT. Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlak manusia terhadap Allah SWT bertitik
tolak dari pengakuan dan kesadaran bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT yang memiliki
segalah sifat terpuji dan sempurna. 1. Mensucikan Allah SWT dan memuji-nya. 2. Bertaqwa
(berserah diri) kepada Allah SWT setelah berbuat atau berusaha lebih dahulu. 3. Berbaik sangka
kepada Allah SWT Akhlak Terhadap Sesama Manusia, sebagai contoh Akhlak terhadap Orang
Tua diantaranya sebagai berikut : 1. Memelihara keridaan orang tua 2. Berbakti kepada orang tua
3. Memelihara etika pergaulan kepada orang tua Akhlah terhadap Lingkungan. Dimaksudkan
dengan lingkungan disini ialah segalah sesuatu yang berada disekitar manusia, seperti binatang,
tumbuhan-tumbuhan dan benda-benda yang tak bernyawa. Akhlak yang dianjurkan Al-Quran
terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Khalifah menuntut adanya
interaksi antara manusia dan alam. Khalifah mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, dan
bimbingan agar setiap mahluk mencapai tujuannya. Mahluk-mahluk itu adalah umat seperti
manusia juga. Al-Quran menggambarkan : ‫طاِئ ٍر يَ ِطي ُر بِ َجنَا َح ْي ِه ِإاَّل ُأ َم ٌم َأ ْم َثالُ ُك ْم ۚ َما‬ ِ ْ‫َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي اَأْلر‬
َ ‫ض َواَل‬
ُ
َ ‫ب مِنْ َشيْ ٍء ۚ ث َّم ِإلَ ٰى َرب ِِّه ْم يُحْ َشر‬
‫ُون‬ ْ ْ
ِ ‫“ َفرَّ ط َنا فِي ال ِك َتا‬Dan tiadalah binatang-binatang yang ada dibumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melaikan umat-umat (juga) seperti kamu…
” (QS. Al-An'am :38).

Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulan, jika akhlak merupakan hasil aqidah yang kokoh dan
ibadah yang benar.melalui ibadah, ibadah yang merupakan pelaksanaan dari perintah Allah Swt.
dalam firman-Nya, ‫“ ِإ َّن الصَّالةَ تَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar”. (QS al-Ankabut : 45). Tujuan akhlak sendiri adalah menghasilkan
nilai yang mampu menghadirkan kemanfaatan bagi manusia, bukan nilai materi. karena Akhlak
adalah salah satu dasar bagi pembentukan kepribadian individu.

Ibadah ,Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak / Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim
adalah aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena akhlak tersarikan dari aqidah, aqidah
pun terpancarkan melalui ibadah. karena sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa
menghasilkan amal ataua ibadah dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah. Oleh
karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan
lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam juga lurus dan
benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan benar, niscahya ia akan dengan
mudah berperilaku baik sebagaimana perintah allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan
meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkanya. Pendidikan akhlak yang bersumber dari
kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus
mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka
mendapatkan ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan
dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah
mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim) Dengan demikian, untuk melihat kuat atau
lemahnya iman dapat diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku
tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik,
pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia
mempunyai Iman yang lemah. Muhammad al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan
akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk.
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan melahirkan perangai
yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya iman. Orang yang berperangai tidak
baik dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau bersabda: ‫الحياء وااليمان قرناء‬
)‫” جميعا فاذا رفع احدهما رفع االخر (رواه الكاريم‬Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang
salah satunya, maka hilang pula yang lain”. (HR. Hakim) Sahabat bacaan madani. Aqidah
merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup ini diperlukan
manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai makhluk.
aqidahlah Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka
dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk
pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka mendekatkan diri
kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap allah.Ibadah adalah taat
kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya, merendahkan
diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa
mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. dan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang
bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap. Sedangkan Akhlak adalah salah satu
dasar bagi pembentukan kepribadian individu dan ruh stabilitas kehidupan ummat.

Disalin dari : http://www.bacaanmadani.com/2016/10/hubungan-antara-aqidah-ibadah-dan-


akhlak.html
Terima kasih sudah berkunjung.

Anda mungkin juga menyukai