Anda di halaman 1dari 15

BAGAIMANA CARA TERBAIK BAGI KITA

MEMAHAMI AL-QUR'AN...?? https://id-id.facebook.com/notes/ibnu-


al...memahami-al-quran/517047834989572/

 Memahami Al-Quran hukumnya adalah wajib berdasarkan ayat berikut:

        

 24. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?

 "Maka mengapakah mereka tidak mau mentadabburi al-Qur'an? Apakah karena hati
mereka terkunci mati?" (QS 47:24)

Ada beberapa tahapan agar kita mampu untuk memahami dan mampu berinteraksi dengan Al-
Quran.

1. Memperhatikan adab tilawah.


2. Membaca satu surat, satu juz, atau satu ruku’ dengan pelan- pelan, khusyu’, tadabbur dan
penuh penghayatan. Tidak mementingkan target dalam satu hari harus selesai satu surat,
satu juz atau beberapa lembar.
3. Memperhatikan dan merenungi satu ayat, diperdalam untuk mendapatkan arti yang
terkandung dalam ayat tersebut, dengan cara dibaca dengan penuh perasaan dan
penghayatan, mendengarkan dari bacaan orang lain atau kaset dan dilakukan berulang-
ulang sampai mendapat arti yang terkandung dalam ayat tersebut.
4. Mempelajari secara rinci, susunan kata, konteks kalimat, arti yang terkandung, sebab
turunnya (asbabun nuzul), i'rab  sampai betul-betul memahami seluk-beluk ayat tersebut
dan berbagai sudut pandang.
5. Memahami korelasi ayat dengan kondisi sekarang.
6. Merujuk kepada yang dipahami oleh para salafus shalih terutama pemahaman para
shahabat. Hal ini dikarenakan mereka lebih ahli dibanding Profesor Al-Quran terpintar
saat ini pun, karena mereka mendapat petunjuk langsung dari Rasulullah saw. Oleh
karena itu, dari aspek kesopanan dan aspek ilmiah, kita harus lebih mendahulukan
pemahaman para shahabat. Hal ini untuk mencegah agar Al-Quran tidak difahami sesuai
dengan hawa nafsu kita.
7. Mempelajari pendapat para ahli tafsir yang memiliki bobot ilmiah.

Wirid Harian Seorang Muslim dalam Membaca Al-Qur'an

Allah swt, menyukai amal shalih yang istimrar berkesinambungan walaupun sedikit dibanding


banyak tetapi kurang memperhatikan aspek kontinyuitasnya. Seorang muslim hendaknya
merancang wirid harian untuk berinteraksi dengan Al-Quran, sebagai berikut:

 
1. Wirid tilawah, tidak kurang sehari satu juz.

2. Wirid hapalan menghapal 1 sampai tiga ayat setiap hari.

3. Wirid tadabbur, mentadabburi Al-Qur’an 1 sampai 3 ayat setiap hari.

 Kunci-kunci untuk Dapat Memahami dan Berinteraksi dengan Al-Quran

1. Memahami al-Quran sebagai kitab yang syamil  mencakup seluruh urusan


kehidupan.

Al-Quran adalah kitab yang syamil, manhaj hidup yang sempurna, memiliki tabiat gerak
yang hidup, membangun peradaban yang positif dan tetap berpengaruh sampai akhir
zaman.  Sebagian orang terperangkap untuk memandang Al-Quran dan satu sisi saja,
misalkan hanya memandang Al-Quran dan ilmu pengetahuannya saja, sejarahnya saja,
bahasanya saja, ataupun Al-Quran hanya dijadikan jampi-jampi sebagai obat saja, dsb.
Kita tidak mengingkari bahwa semua hal itu dicakup oleh Al-Quran, bukan kita tidak
mempelajari bagian-bagian itu semua tapi yang tidak boleh ialah hanya menghususkan
diri kita pada satu sisi saja. Ada sebagian ulama yang membahas Al-Quran dari sisi
akhlaq, sisi ekonomi, sosiologi, tata bahasa dan lain-lain. Ini adalah usaha yang sangat
berharga dan kita tidak bisa mengesampingkannya. Tapi hendaklah orang yang
mempelajari Al-Quran memahami bahwa Al-Quran adalah satu kerangka yang
menyeluruh, menyeluruh dalam tabi’atnya, peranannya, risalah, mu’jizat, ilmu, tema-
temanya, manhaj, undang-undang dan syari’atnya serta setiap perkara yang diisyaratkan
dalam al-Qur’an.  

2. Memfokuskan kepada tujuan utama Al-Quran. 

Sebagian manusia menggunakan Al-Quran dengan tujuan sampingan, tujuan furu'iyah


atau sama sekali tidak sesuai dengan tujuan Al-Quran diturunkan. Seperti Al-Quran
dijadikan untuk perlombaan, Al-Quran dibaca untuk orang mati saja, Al-Quran hanya
diambil barakahnya dengan dijadikan azimat, ruqa' dan tamimah. Al-Quran hanya
dijadikan pajangan yang menghiasi rumah, mobil atau tempat-tempat lain.

Mereka tidak menggunakan Al-Quran untuk membukakan hati, jiwa, perasaan danakal,
sehingga mereka hidup tidak sesuai dengan tuntunan Al-Quran dalam seluruh lapangan
kehidupan, baik kehidupan pribadi, rumah tangga, masyarakat, pendidikan, ekonomi,
yayasan-yayasan, negara dan sebagainya.

Tujuan utama Al-Quran berkisar pada empat perkara berikut ini: 

o Al-Quran sebagai petunjuk jalan yang lurus menuju Allah (Al-Isra: 9,as-Syura:
52, al-Maidah: 15 – 16). 
o Membentuk kepribadian muslim yang seimbang. Diantaranya adalah: 
 Menanamkan iman yang kuat. 
 Membekali akal dengan ilmu pengetahuan. 
 Memberi arahan untuk dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki
dansumber-sumber kebaikan yang ada di dunia. 
 Menetapkan undang-undang agar setiap muslim mampu memberikan
sumbangsih dan kreatif untuk mencapai kemajuan.
o Membentuk masyarakat muslim yang betul-betul Qur'ani, yaitu masyarakat yang
anggotanya terdiri dari orang-orang yang merupakan penjelmaan Al-Quran dalam
setiap gerak kehidupannya. Masyarakat yang diasuh dan dibimbing dengan arahan
Al-Quran, hidup di bawah naungannya, dan berjalan di bawah cahayanya, seperti
masyarakat sahabat (al-Anfal 24). 
o Membimbing umat dalam memerangi kejahihiyyahan. 
3. Memperhatikan sisi harakah dalam menegakkan dakwah, jihad dan hukum Islam,
karena Al-Quran memiliki sifat (waqi'iyah harakiyah): 
o Jidiyatul harakiyah. 
o Harakah dzatu marahil. 
o Harakah daibah walwail mutajaddidah. 
o Syari'at mengatur hubungan dengan kelompok non muslim. 
4. Menjaga suasana pemikiran agar selalu ada dalam bingkai topik permasalahan
yang terkandung dalam ayat yang sedang dibaca.

Ketika membaca Al-Quran diperbolehkan untuk memperdalam satu ayat dari sisi ilmu
pengetahuan, dan sisi tata bahasa atau yang lainnya, tapi hendaknya, perasaan, pemikiran,
penghayatannya dan perhatiannya tetap pada pokok pikiran ayat yang sedang dibaca.   

5. Menjauhi bertele-tele yang bisa menghalangi cahaya Al-Qur'an. Misalnya tenggelam


dalam perbedaan pendapat tentang qiraat, i'rab, balaghah, asal kata, perbedaan-
perbedaan masalah fiqih, mempertentangkan tokoh, tempat, tanggal kisah-kisah yang
diungkap dalam Al-Quran. Misalnya mempertentangkan asal kata Malaikat, berapa
jumlah Ashabul Kahfi dan lain-lain. Tapi itu semua bukan berarti tidak boleh dilakukan,
boleh dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki spesialisasi dalam ilmu tafsir. 
6. Menjauhi Israiliyyat (cerita-cerita palsu) dan menjauhi dari mempermasalahkan
ayat-ayat yang mutasyabihat. 
7. Memasuki Al-Quran tanpa didahului oleh asumsi dan opini tertentu. Hal ini untuk
menghindarkan agar makna-makna Al-Quran tidak dipaksakan agar sesuai dengan
asumsi yang telah dia pegang dan berusaha mencari-cari legitimasi atas pendapat yang ia
pegang dan bukan mempelajari Al-Quran untuk meluruskan pemahaman dia.  Seperti
yang dilakukan oleh para shahabat apabila mereka membaca Al-Quran mereka
melepaskan seluruh keyakinan dan persepsi mereka yang mereka pegang ketika masa
jahiliyyah. 
8. Tsiqah secara mutlak terhadap semua petunjuk, perintah, larangan dan berita yang
diungkapkan oleh Al-Quran. 
9. Memahami isyarat-isyarat yang terdapat dalam Al-Quran.

Di dalam Al-Quran terdapat rahasia-rahasia arti yang terkandung yang tidak akan
dipahami kecuali oleh orang-orang yang telah memilki kunci-kunci untuk berinteraksi
dengan Al-Quran dan ia memiliki bashirah, limpahan keimanan dan kesiapan untuk
hidup di bawah naungan Al-Quran. Seperti ayat keimanan mendorong orang untuk
merasa diawasi oleh Allah, membaca tentang hari qiamat tergerak hatinya untuk takut
akan adzab Allah, kemudian ia mampu memahami hubungan satu ayat dengan yang lain
padahal ayat itu diturunkan dalam senggang waktu yang cukup jauh. 

10. Mempunyai pemahaman bahwa satu kata atau kalimat dalam Al-
Quranmempunyai beberapa pengertian.

Karena ayat Al-Quran sering diungkapkan dengan kalimat yang singkat tapi padat (I’jaz),
seperti surat Al-Ashri, Imam Syafi’i mengatakan: "Kalaulah manusia mentadabburi surat
al-Ashri tentu surat itu sudah cukup bagi mereka sebagai pegangan hidup" . Contoh lain
al-Isra’: 16; al-Mujadilah: 5; al-A‘raf: 34; dan Thaha: 124. 

11. Mempelajari realita shahabat dalam pengamalan al-Quran.  ~ Ibnu Mas'ud berkata,
"Kami sulit menghafal lafadh Al-Quran tapi mudah mengamalkannya sedang orang
sesudah kami mudah untuk menghapal tapi sulit mengamalkannya." Ibnu Umar berkata,
"Para shahabat diberi iman sebelum Al-Quran, sehingga Al-Quran turun kepada Nabi
Muhammad menjelaskan hukum halal dan haram, lalu mereka berpegang teguh dengan
ayat tersebut." Contoh, ketika turun ayat yang memerintahkan untuk mengalihkan arah
qiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram maka mereka serentak melaksanakan
dengan penuh ketaatan dan komitmen. 
12. Memahami bahwa Al-Quran tidak dibatasi dengan tempat dan zaman. 
13. Memahami korelasi ayat-ayat Al-Quran dengan realita yang ada sekarang. 
14. Merasa bahwa ayat-ayat Al-Quran ditujukan kepada dirinya. 
15. Mempelajari Al-Quran dengan manhaj talaqqi yang benar (berhadap-hadapan dengan
guru yang sudah diverifikasi bacaannya, bahkan kalau bisa ada silsilahnya sampai
nyambung ke Rasulullah saw). 
16. Menjauhkan diri dari perbedaan-perbedaan pendapat para ahli tafsir. 

 Memperhatikan Bagaimana Para SHAHABAT RA Berinteraksi dengan Al-Quran.

Para shahabat ra adalah generasi yang tumbuh dengan Al-Quran, hidup di bawah naungannya,
menikmati ayat-ayatnya, berinteraksi dengan nash-nashnya, memahami petunjuk-petunjuknya.
Mereka disinari oleh cahaya Al-Quran, sehingga mereka menjadi generasi Qurani yang unik.

Menelaah bagaimana mereka merealisasikan Al-Quran dalam kehidupannya membantu kita


untuk dapat meneladani mereka dan menempuh jalan yang pernah mereka tempuh.

lbnu Mas’ud ra berkata:  

 "Kami sulit menghapal lafadh Al-Quran tapi mudah mengamalkannya sedang orang
sesudah kami mudah untuk menghapal tapi sulit mengamalkannya."
Ibnu Umar berkata:

 "Kami melalui masa yang panjang, seseorang diantara kami diberi iman sebelum Al-
Quran, sehingga surat-surat turun kepada Nabi Muhammad, maka iapun mempelajari
halal dan haram, perintah dan larangan dan bagaimana ia harus bersikap. Lalu saya
melihat orang yang diturunkan Al-Quran sebelum iman, maka ia membaca surat al-
Fatihah sampai khatam, tetapi ia tidak tahu apa yang dilarang dan bagaimana harus
bersikap, ia membaca Al-Quran dan menganggapnya sama dengan buku-buku
murahan."

Contoh-contoh para shahabat ra dalam berinteraksi dengan Al-Quran adalahsebagai berikut:

1. Ketika turun QS 2:144. Seorang dari bani Salamah yang lewat ketika orang-orang sedang
ruku’ shalat shubuh, mereka telah shalat 1 raka'at, maka ia menyeru . "Qiblat telah
dialihkan!" Maka merekapun berbalik kearah Ka'bah. (HR Bukhari dan Abu Daud)

Ibroh: Mereka mengerjakan suatu perintah dengan sesegera mungkin dan sungguh-
sungguh. 

2. Ketika turun QS 4:95 maka Ibnu Ummi Maktum ra bertanya kepada Nabi SAW : "Ya
Rasulullah, bagaimana dengan orang yang tidak mampu berjihad?" Maka turun ayat
lanjutannya : "Kecuali bagi yang mempunyai ‘udzur". (HR Bukhari dan Tirmidzi)

lbroh: Ketelitian para sahabat dan perhatian mereka yang tinggi pada setiap ayat yang
turun. 

3. Ketika turun QS 6:82 Para shahabat ra merasa sempit, maka mereka berkata : "Ya
Rasulullah siapa diantara kita yang tidak pernah berbuat zalim? Maka Nabi SAW
menjawab : "Bukan zalim itu yang dimaksud, tetapi maksudnya adalah syirik, tidakkah
kalian mendengar firman Allah SWT (QS 31:13)?" (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

lbroh : Rasa takut mereka yang luarbiasa terhadap suatu dosa, dan tidak menganggapnya
kecil. 

4. Ketika turun QS 4:123. Abubakar ra berkata: "Setiap kemaksiatan yang aku lakukan akan
dibalas, maka aku tidak mendapatkan sesuatu untuk dapat melepaskanku dari azab
dipunggungku." Maka sabda Nabi SAW "Apa yang andakatakan itu wahai Abubakar ?"
Jawabnya : "Ya Rasulullah semua keburukanku akan dibalas." Jawab Nabi SAW :
"Semoga Allah mengampuni anda, tidakkah anda pernah sakit, kapayahan, sedih dan
tertimpa musibah ?" Maka jawabnya: "‘Ya" Maka jawab Nabi SAW : "Itulah
balasannya."(HR Ahmad dalam al-Musnad)

Ibroh: Para shahabat ra merasa setiap ayat Al-Quran itu ditujukan kepada diri mereka
bukan orang lain. 
5. Ketika Abu Thalhah ra membaca ayat 9:41, ia berkata : "Allah sudah memerintahkan
kepada yang tua maupun muda untuk berangkat jihad."(HR At-Thobari)

lbroh: Mereka senantiasa mentadabburi setiap ayat-ayat dengan sungguh-sungguh, dan


berusaha mengamalkannya sekuat tenaga. 

Merasa Bahwa Setiap Ayat itu Ditujukan Kepada Kita

lmam al-Ghazali dalam al-Ihya' berkata: "Merasa bahwa kitalah yang dimaksud oleh


setiap khithob Al-Quran. Jika Al-Quran memerintah maka kitalah yang diperintah, jika Al-
Quran melarang maka kitalah yang dilarang, jika Al-Quran memberi janji maka kitalah yang
diberi janji, jika Al-Quran mengancam maka kitalah yang diancam, jika Al-Quran bercerita
maka kitalah yang harus mengambil ibrohnya, bahkan jika khithobAl-Quran berbentuk jamak
maka kitalah yang paling dimaksud (QS 6:19). Bagaikan seorang budak yang membaca surat
dari majikannya, sehingga dengan demikian maka bacaan Al-Quran akan menambah
keimanan, iltizam (komitmen), pengamalan dan menjadi rijal Quraniy yang memberikan atsar
dan manfaat pada dirinya dan orang lain."

Ketika membaca Al-Quran tidak lantas berfikir alangkah baiknya jika ini saya sampaikan dalam
kuliah/khutbah/ceramah, dsb. Seolah-olah Al-Quran ini bukan untuk dirinya tetapi untuk orang
lain selain dia, sementara ia sudah baik. Contohlah ketika Umar ra mendengar seseorang sedang
membaca surat at-Thuur.

Tidak menganggap bahwa kisah para Nabi as itu hanya cerita para Nabi as itu saja, atau ayat-
ayat hukum itu untuk para pemimpin, ayat-ayat jihad untuk nanti jika ada jihad, ayat-ayat da'wah
untuk para 'ulama/muballigh dst.

 Memahami bahwa Al-Quran Tidak Terbatas dengan Waktu dan Tempat

Tidak boleh membatasi Al-Quran hanya berlaku untuk masa tertentu, orang tertentu, kaum
tertentu, kecuali memang ada dalil-dalil yang jelas tentang pengkhususannya. 

Contoh QS 5:44 bukan khusus untuk bani Isra'il.

QS 2:217 bukan khusus bagi orang Quraisy yang memerangi Nabi SAW saja, dst.

Dengan demikian harus kita fahami bahwa Al-Quran sesuai dengan masa kini, terdapat relevansi
yang sangat kuat. Kita akan mendapat jawaban tentang masalah yang kita hadapi dan akan kita
lihat bahwa fenomena yang ada sekarang dibahas dengan pas oleh Al-Quran. Sebagai contoh
adalah sbb :

1. Al-Hadid 4. Bahwa sampai sekarang Allah senantiasa bersama kita.


(Muraqabah dan Ma’iyyatullah). 
2. Al-Anbiya 59-61. Pribadi lbrahim as vs Namrud dan pengikutnya. 
3. Al-Kahfi 19-20. Para pemuda dan peranannya. 
4. Al-Qashash 4. Fir’aun, karakteristik dan kesesatannya. 
5. Al-Muthaffifin 9. Sikap dan sifat orang durhaka. 
6. Al-A’raaf 96. Sunnatullah yang berlaku sepanjang zaman. 
7. An-Nisaa’ 19. Masalah hubungan keluarga. 
8. As-Shaff 8-9. Perang agama. 

Untuk lebih memahami ini kita dituntut untuk menambah wawasan kita
dengan tsaqofah (wawasan) yang kontemporer, sehingga kita akan lebih luas memahami ayat-
ayat Al-Quran, baik sejarah, politik. ekonomi, sosial, iptek, dll.

 Memahami Dasar-Dasar Ilmu Tafsir

Seperti ilmu bahasa Arab (nahwu, sharaf dan balaghah), Ilmu Fiqh dan hukum-hukumnya, ilmu
Ushul fiqh, dan Ulumul Quran (Sabab-nuzul, Makkiy-Madaniy, Nasikh-Mansukh, I’jaz al-
Qur’an, qashash Al-Quran, qasam, Uslub Al-Quran, ahkam Al-Quran, dsb).

Sebagian orang berpendapat bahwa itu hanya bisa dikuasai oleh orang-orang yang memiliki
spesialisasi dibidang tsb, seperti lulusan IAIN, LIPIA, dsb, ini merupakan pemahaman yang
salah, karena Al-Quran tidak ditujukan kepada kelompok tertentu dan tidak untuk dilaksanakan
oleh kelompok tsb saja, melainkan kepada seluruh muslimin dan muslimat. Menguasai dasar-
dasar ilmuAl-Quran tidak sulit dan bukan mustahil, walaupun tidak juga sangat mudah seperti
membalik tangan. Bukan berarti semua kita harus menjadi ahli tafsir yang mengetahui ilmunya
secara terinci, tetapi agar setiap muslim memiliki bekal yang asasi untuk dapat memahami dan
berinteraksi dengan Al-Quran.

 Ya Allah, jadikanlah kami ahlul Quran dan jangan Engkau haramkan kepada kami
untuk memahami Al-Quran, dan berikanlah kepada kami taufik dan hidayahMu agar
kami senantiasa mampu untuk mengamalkan Al-Quran... 

 
Apakah Al Quran mudah untuk dipahami?

Terkadang kita berpikir bahwa Al Quran merupakan kitab firman Allah SWT dan tentu tidak
mudah untuk memahaminya, tetapi Allah SWT telah mengatakan didalam Al Quran Dan
sungguh telah kami mudahkan Al Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang mengambil
pelajaran?

       

22. dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang
yang mengambil pelajaran? (QS. Al Qamar : 22).

Bagaimanapun kondisi dan keadaan kita, jika kita mau membaca Al Quran dengan niat yang
positif maka kita pasti akan bisa memahaminya.

Al Quran Dalam Bahasa Kita

Al Quran telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan bahasa Nabi Muhammad adalah
bahasa arab, itulah sebabnya Allah SWT menurunkan Al Quran dalam bahasa arab sehingga
memudahkan mereka memperoleh pemahaman dan manfaat dari Al Quran tersebut, seperti yang
Allah SWT katakan dalam firmannya: Sungguh, Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu
agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Ad Dukhan : 58), dan pada ayat yang lain Allah SWT
mengatakan, Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa arab supaya kamu
memahami(nya). (QS. Az Zukhruf : 3).

tapi sekarang karena islam sudah menyebar keseluruh penjuru dunia dan orang-orang dari
berbagai bangsa dan agama telah menganut agama islam dimana bahasa mereka bukan bahasa
arab, seperti kita orang pakistan, dimana bahasa kita adalah bahasa urdu dan kebanyakan dari
kita tidak mengetahui bahasa arab, maka kita mempuyai dua alternatif cara untuk bisa
memahami Al Quran.

Cara pertama adalah dengan mempelajari bahasa arab. Kita bisa mendatangi pusat-pusat studi
Bahasa Arab yang bagus di kota kita atau kita juga bisa belajar sendiri dari berbagai macam
Website kursus bahasa arab yang tersedia gratis di internet, yang sangat mudah untuk dipelajari.
Tapi jika kita belum bisa melakukan hal ini maka cara kedua adalah dengan membaca Al Quran
dengan bahasa kita sendiri, yang akan relatif kurang menguntungkan tapi sekali lagi, hal ini tetap
merupakan alternatif yang baik.

Untuk lebih memudahkan anda saya menuliskan beberapa nama orang-orang yang telah
menterjemahkan Al Quran dengan kalimat yang sederhana dan tidak rumit atau bahkan anda
juga bisa meminta pertolongan orang yang lebih tua untuk mendapatkan terjemahan yang mudah
dipahami. (dalam bahasa urdu ada Fateh Muhammad Jalindhiri dan dalam bahasa Sindhi ada Taj
Muhammad Amroti).

Mohon Perlindungan kepada Allah SWT


Allah SWT telah memberikan kekuatan kepada syaitan sehingga ia dapat dengan mudah
merasuki pikiran kita. Ia menciptakan begitu banyak dilema dalam pikiran kita dan bahkan ia
mampu untuk menampakkan mimpi-mimpi kepada kita, oleh sebab itu setiap kali kita duduk
untuk mulai membaca Al Quran kita harus memohon perlindungan kepada Allah SWT. Karena
ketika kita mulai membaca Al Quran, syaitan pun mulai menciptakan interpretasi-interpretasi
keliru dalam pikiran kita tentang ayat-ayat yang kita baca tersebut. Allah SWT berfirman dalam
Al Quran, maka apabila engkau hendak membaca Al Quran, mohonlah perlindungan kepada
Allah dari syaitan yang terkutuk. (QS. An Nahl : 98)

Seberapa banyak kita harus membaca Al Quran?

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga
malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang
yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa
kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka dia memberi
keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia
mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di
muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan yang lain berperang di jalan Allah, maka
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasan(nya) disisi Allah sebagai balasan yang
paling baik dan paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya
Allah maha pengampun lagi maha penyayang (QS. Al Muzzammil : 20)

Berkonsentrasilah pada ayatnya dan cobalah untuk memahami ayat yang kita baca.

Dan tetap ingat satu hal dalam pikiran kita ketika memulai membaca Al Quran dan mencoba
memahami ayat-ayat yang akan dibaca, firman Allah SWT, Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS. Muhammad : 24)

Manfaat Atau Kerugian

Untuk bisa mendapatkan pengetahuan yang benar, manfaat dan membuat diri kita menjadi orang
yang lebih baik dengan mempelajari Al Quran, ada beberapa hal yang harus diyakini oleh
seseorang sehingga dia akan memperoleh manfaat dari Al Quran. Sebaliknya siapapun yang
tidak meyakini hal tersebut maka ia akan merugi dan tidak akan meperoleh manfaat sama sekali.
Sebagaimana Allah SWT berfirman, [3] (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka.
[4] dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya kehidupan
akhirat. [5] mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah
orang-orang yang beruntung.(QS. Al Baqarah : 3-5).

Hal tersebut adalah :

 Percaya kepada yang ghaib


 Mendirikan shalat
 Menafkahkan sebagian rezki yang telah diberikan oleh Allah.
 Beriman kepada kitab Al Quran dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.
 Percaya kepada kehidupan akhirat.

Dua Jenis Ayat dalam Al Quran

Dalam memahami dan mempelajari Al Quran, kita diharuskan banyak berkonsentrasi dan
berfikir pada ayat-ayat yang menggambarkan tentang cara-cara menjalani kehidupan atau pada
ayat-ayat yang memerintahkan kita untuk mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan
buruk. Dan pada ayat-ayat yang terkadang sulit untuk dipahami dan sulit untuk dimengerti oleh
kapasitas pemikiran awam kita, maka janganlah mengikutinya dan mencari-cari maknanya
sebagaimana Allah SWT berfirman, Dialah yang menurunkan Kitab (Al Quran) kepadamu,
diantara isi(nya) ada ayat-ayat yang muhkamat*, itulah pokok-pokok isi Al Quran dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat**. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mustasyaabihaat daripadanya
untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari tawilnya, padahal tidak ada yang mengetahui
tawilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : kami beriman
kepada ayat-ayat yang mustasyaabihaat, semuanya itu dari sisi tuhan kami, dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (QS. Ali Imran :7).

Semoga Allah SWT memberi kita kekuatan untuk bisa memahami

dan mempelajari Al Quran.

Catatan: * Ayat Muhkamat merupakan ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya serta dapat
dipahami dengan mudah.

** Ayat Mutasyaabihaat merupakan ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak
dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali setelah diselidiki secara mendalam; atau juga
merupakan ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah SWT yang mengetahui. Contohnya seperti
ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib seperti ayat tentang hari kiamat, surga dan
neraka, dll.

www.fadhilza.com/.../kiat-mempelajari-dan-memahami-quran-secara-mandiri.html

Saya pernah mendengar bahwa belajar agama Islam itu harus punya guru
yang ada sanadnya (bersambung terus sampai ke Nabi Muhammad). Paham
ini setahu saya disebarkan oleh Islam Jamaah yang sekarang kita kenal
dengan nama LDII. Dikalangan tarekat dan kaum sufi juga adalah istilah “
Barang siapa yang belajar agama Islam tanpa guru (musyid) , maka
gurunya adalah setan.

Apa betul memahami Qur’an dan Islam itu mutlak harus ada guru? Apakah
kita tidak bisa belajar Islam dari buku atau browsing di Internet. Apakah kita
tidak bisa memahami Qur’an dengan cara membaca dan belajar sendiri ?
Saya sendiri tidak sependapat  dengan paham diatas yang mengatakan
untuk mempelajari Islam mutlak harus ada gurunya yang tersambung
sampai ke Rasulullah. Fungsi guru hanya sebagai pembimbing, seperti di
bangku kuliah. Kita bisa belajar dari banyak guru dan buku, juga bisa
browsing diinternet. Orang yang belajar pada satu orang guru sering
terjebak pada taklid buta pada guru dan menganggap semua yang dikatakan
guru itu benar. Guru tidak bisa memberi hidayah dan petunjuk, dia hanya
memberi bimbingan. Yang bisa memberi hidayah dan petunjuk itu hanya
Allah.

Barang siapa yang mempelajari Islam dengan tulus dan sungguh sungguh
karena Allah, maka Allahlah gurunya, bukan setan . Allah akan membimbing
dan menuntunya untuk memahami Islam dan Al Qur’an hal ini ditegaskan
dalam surat Al Ankabut ayat 69 :

69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.(Al
Ankabut 69)

Seorang guru tidak bisa memberi hidayah dan petujuk kepada muridnya,
mereka hanya bisa memberi bimbingan dan tuntunan. Hidayah dan petunjuk
sepenuhnya kewenangan Allah sebagaimana disebutkan dalam surat Al
Qashas ayat 56 :

56. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang
yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.

Sungguh keliru orang yang mengatakan bahwa untuk memahami Islam itu
mutlak harus berguru pada seseorang yang jelas sanadnya sampai ke
Rasulullah. Atau pendapat kaum sufi yang mengatakan bahwa siapa yang
belajar agama tanpa guru , maka gurunya adalah setan. Fungsi guru hanya
membantu memberikan bimbingan, bukan memberi hidayah atau petunjuk.
Kita bisa belajar dari banyak guru dan buku untuk mendapatkan bahan
pembanding. Allah tidak suka pada orang yang taklid buta pada gurunya,
dan tidak mau berfikir. Setiap diri bertanggung jawab atas sikap dan
pendiriannya masing masing, tidak ada alasan untuk mengatakan dan
melempar tanggung jawab pada guru atau sifulan. Allah mengingatkan hal
ini dalam surat al Israak ayat 36

36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(Al Israak 36)

Mempelajari Al Qur’an dan Islam bisa kita lakukan seorang diri asalkan
diniatkan sungguh sungguh untuk mendekatkan diri pada Allah. Kita bisa
belajar dari banyak guru dan ustad, banyak membaca buku, browsing
diinternet dan berdiskusi dengan teman yang sama berminat untuk
mempelajari Islam dan Qur’an.

Allah telah menjadikan Al Qur’an mudah untuk dipelajari dan dipahami ,


bagi orang yang mau mempelajarinya, sebagaimana disebutkan berulang
ulang dalam surat Al Qomar, antara lain dalam surat al Qomar ayat 17

17. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,


maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Namun sayang sedikit sekali umat Islam yang tekun dan mau mendalami
Qur’an secara mandiri. Disamping rasa malas banyak juga yang dihantui
rasa  takut salah, dan termakan isu bahwa mereka harus berguru secara
mangkul pada guru yang jelas nasabnya sampai ke Rasulullah. Mereka juga
dihantui pendapat siapa yang belajar Qur’an tanpa guru maka gurunya
adalah setan. Isu seperti itu membuat umat Islam jauh dari Al Qur’an
mereka hanya berkutat dengan pendapat para Ulama dan Kyai yang kadang
kala saling bertentangan satu dengan yang lainnya.

Kiat Mempelajari Qur’an secara mandiri


Al Qur’an adalah kumpulan wahyu Allah yang diturunkan pada nabi
Muhammad saw, menjadi pedoman dan pegangan hidup bagi orang yang
beriman dan bertakwa pada Allah. Sedikit sekali umat Islam yang rutin
membaca dan mempelajari kandungan Qur’an ini setiap hari. Disamping
memang malas ditambah lagi dengan ajaran yang mengatakan bahwa siapa
yang belajar tanpa guru maka gurunya adalah setan. Ajaran yang
mengatakan bahwa kita harus berguru pada guru yang sanadnya jelas
sampai kepada Rasulullah juga menyumbang umat Islam jadi takut untuk
mempelajari Qur’an seorang diri.

Saat ini interaksi antara umat Islam dengan Al-Qur’an amat kurang. Mereka
lebih banyak mendengar pendapat ustad, ulama dan kyai serta berpegang
teguh pada ajaran beliau secara membabi buta. Tidak jarang terjadi
perbedaan pendapat antara ulama , kyai dan ustad yang beriimbas pada
munculnya perpecahan dikalangan umat Islam yang taklid buta pada guru
mereka masing masing.

Al Qur’an itu diibaratkan Buah yang amat lezat rasanya. Ia memiliki dua
unsur utama yaitu bagian kulit dan bagian isi atau dagingnya. Untuk bisa
menikmati buah yang lezat itu kita harus membuka kulitnya terlebih dahulu,
baru kemudian kita bisa menikmati isinya.

Untuk mempelajari dan memahami Qur’an dibutuhkan beberapa alat atau


sarana . Pertama kita harus punya alat untuk mengupas bagian kulitnya,
yaitu :

1. Mampu membaca tulisan dan melafazkan ayat Qur’an dengan tepat


dan benar
2. Memahami dasar dasar bahasa Arab, yang merupakan bahasa al
Qur’an

Selanjutnya untuk mengambil dan menikmati kandungan atau isi Al Qur’an


kita juga harus memiliki 5 alat atau sarana.

1. Mengerti dan memahami sejarah para Nabi dan semua kisah yang ada
dalam Qur’an , seperti kisah 25 Nabi dan Rasul, kisah pemuda di gua
kahfi, kisah Uzair, kaum Aad , Tsamud , dan lain sebagainya.
2. Mengerti dan mengetahui sejarah kehidupan Nabi Muhammad sejak
lahir sampai wafatnya
3. Mengerti dan memahami asbabun nuzul beberapa ayat Qur’an yang
turun seperti surat Abbasa, Al Hasyr, Al fath , ayat yang berkaitan
dengan perang Badar, Uhud dan lain sebagainya
4. Mengerti dan mengusai ilmu pengetahuan alam , seperti Biologi,
Fisika, astronomi, Geologi, IPTEK, dan selalu mengikuti perkembangan
kejadian sehari hari seperrti masalah sosial, politik, bencana alam, dan
lain sebagainya.
5. Mengambil beberapa kitab tafsir terkenal sebagai pembanding seperti
tafsir Ibnu Katsir, Al Azhar dari buya Hamka, Jalalain dan lain
sebagainya.

Tanpa memiliki alat atau sarana seperti tersebut diatas memang akan sulit
bagi seseorang untuk mengerti dan memahami Al Qur’an. Mempelajari dan
memahami Qur’an tidak seperti belajar ilmu fisika , kedokteran, teknik atau
matematik sekian bulan atau tahun tamat dan dinyatakan sebagai ahli.

Mempelajari dan memahami Qur’an membutuhkan waktu yang panjang


seumur hidup kita. Ilmu Al- Qur’an tidak ada batas dan tepinya. Dalam surat
Lukman ayat 27 digambarkan jika lautan jadi tintanya dan seluruh pohon
dimuka bumi jadi penanya niscaya tidak akan habis ilmu Allah itu dituliskan
walaupun ditambah dengan 7 bumi pohon dan lautan lagi.

27. Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Lukman 27)

Ilmu Al-Qur’an tidak akan pernah habis dipelajari sampai kita menemui ajal.
Ilmu Al-Qur’an terus tumbuh dan berkembang mengikuti kemajuan zaman.
Karena itu tidak ada seorangpun yang bisa mengklaim bahwa ia sudah
menguasai ilmu Al Qur’an secara menyeluruh

Untuk dapat menikmati kandungan isi Al Qur’an, bacalah Al Qur’an itu setiap
hari minimal 3 halaman berikut terjemahannya. Lebih baik lagi jika bisa
mempraktekan one day one juz sehingga bisa khatam sekali dalam
sebulan. Allah akan memasukan ilmu Al Qur’an itu secara bertahap , hingga
kita bisa memiliki ahlak dan kepribadian sesuai dengan al Qur’an
sebagaimana ahlak dan pribadi Rasulullah.

Menuju alam yang tak terbatas

Al Qur’an mendidik dan mengajar kita untuk hidup pada alam yang tak
terbatas, yaitu kehidupan dunia dan akhirat yang tidak dibatasi oleh
kematian. Orang yang tidak mengerti al Qur’an umumnya hanya mengerti
dan memahami masalah kehidupan dunia saja. Segala sesuatu diukur
dengan sukses dan kejayaan hidup didunia. Mereka tidak mengerti sama
sekali tentang kehidupan akhirat, mereka mencintai kehidupan dunia dan
amat takut dengan kematian.

Orang yang memahami Al Qur’an memiliki pemandangan yang luas tentang


kehidupan dunia dan kehidupan di akhirat. Dia tidak pernah kecewa dan
putus asa dalam menghadapi kehidupan dunia, dia mempersiapkan dirinya
sepenuhnya untuk mendapatkan kemuliaan di akhirat. Kematian bukanlah
sesuatu yang ditakutinya. Kematian hanya masalah melangkah pindah dari
kehidupan dunia kepada kehidupan akhirat yang kekal dan abadi
selamanya.

Untuk memahami Al Qur’an dengan lebih baik , kita harus mampu


menghubungkan setiap ayat yang kita baca dengan kejadian yang kita alami
sehari hari. Al Qur’an banyak mengandung ilmu hikmah yang menjelaskan
kejadian yang kita alami sehari hari. Al Qur’an mengandung solusi bagi
seluruh masalah yang dialami oleh manusia dan semua kejadian dialam
semesta ini . Sedikit sekali orang yang memahami ini , karena memang
sedikit orang yang mau membaca al qur’an secara rutin setiap harinya.

Saya sudah mempraktekan membaca Qur’an berikut terjemahannya dengan


berbekal alat dan sarana seperti yang disebutkan diatas selama 10 tahun
sebanyak 3 halaman setiap hari. Alhamdulillah pengetahuan saya tentang
Qur’an terus tumbuh dan tumbuh setiap hari. Saya merasa seperti berenang
dilautan ilmu yang tidak bertepi. Dan ilmu itu terus tumbuh bersamaan
dengan umur saya yang akan berakhir ketika ajal yang dijanjikan sampai.

Bagi yang berminat silahkan mencoba , bekali diri anda dengan alat dan
sarana seperrti yang saya sebutkan diatas, Insya Allah anda akan dibimbing
oleh Allah memahami kandungan Al Qur’an. Guru anda adalah Allah, bukan
setan.

Anda mungkin juga menyukai