Disusun Oleh:
Uci Gunata
JURUSAN PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
JAMBI 2017
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Pengertian Motorik................................................................................................
1. Motorik Halus....................................................................................................
2. Motorik Kasar....................................................................................................
B. Permainan Stimulator...........................................................................................
1. Stimulasi Motorik.............................................................................................
2. Stimulasi Kognitif.............................................................................................
3. Stimulasi Sensoris............................................................................................
C. Permainan dan Kreativitas Anak......................................................................
1. Maiana untuk Tahap Sensorik Motorik...................................................
2. Mainan Tahap Pra Operasional..................................................................
3. Maianan untuk Tahap Operasional...........................................................
D. Pengaruh Stimulasi Bagi Anak Usia Dini.......................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada anak usia dini, bermain adalah kehidupan yang tidak bisa ia
tinggalkan karena bagi anak, bermain adalah hidup dan hidup adalah
permainan. Anak usia dini tidak dapat membedakan antara bermain, belajar
dan bekerja.1 Waktu bermainnya pun tidak terjadwal dan berlangsung
sepanjang waktu selama anak belum istirahat atau tidur. Pada masa bermain,
anak dapat menerima berbagai pengetahuan,arahan, dan bimbingan dari
1
Hijriati. “Peranan dan Manfaat Ape untuk Mendukung Kreativitas Anak Usia Dini”. Vol. 3 No.
2, Juli – Desember 2017, 59.
beraneka ragam untuk menjadikannya pengalaman untuk hidup dan
pengalaman untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Bermain juga
berperan dalam membangkitkan saraf motorik dan sensoriknya. Para ahli
pendidikan melalui berbagai penelitian, menemukan bahwa bermain
berpengaruh pada perkembangan anak. Bermain merupakan suatu kegiatan
yang dapat menstimulasi perkembangan anak. Bermain pada anak pasti
memiliki karakteristik yang berbeda, semua itu di pengaruhi oleh faktor
kesehatan dan lingkungan mereka sendiri. Memanfaatkan kegiatan bermain
bagi perkembangan dapat membentuk kemampuan anak secara optimal.
Kegiatan bermain dan alat bermain tidak perlu mahal tetapi sesuai dengan
jenis permainannya dan memahami pentingnya bermain bagi anak. 2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu motorik dan pembagian motorik?
2. Apa permainan stimulator?
3. Bagaiman pengaruh stimulasi bagi anak usia dini?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian motorik dan pembagian motorik
2. Mengetahui permainan stimulator
3. Mengetahui pengaruh stimulasi untuk anak usia dini
2
Malpaeni Satriana. “Permainan Tradisional Berbasis Budaya Sunda sebagai sarana
Stimulasi Perkembangan Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. (PAUD PPs
Universitas Negeri Jakarta, 2011), Vol. 7, 65-66.
3
Wijaya Adi Putra. “Perbandingan Alat Bermain Motorik Kasar dan Media Motorik Halus
terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Paud Labschool Jember”, Jurnal
Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal. (IKIP PGRI Jember, 2017), 87.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motorik
d. Menulis Bagus
Sejak dini anak sudah dikenalkan pada kegiatan menulis dengan
menggunakan alat tulis, baik krayon, spidol, cat air, dan lainnya. Hal ini akan
membantu anak untuk menumbuhkan minat pada kegiatanmenulis. Dimulai
dengan aktivitas menghibungkan titik-titik atau dot-to-dot: kita menyediakan
media tulis dengan buku halus kasar yang tersedia di toko buku. Dan berlatih
sesering mungkin untuk belajar menulis, dimulai dengan menulis namanya
sendiri secara berulang-ulang.
a. Jalan
Sebelum orang tua memberikan stimulasi pada anak, pastikan anak
sudah melalui perkembangan sebelumnya, seperti duduk, merangkak, dan
berdiri. Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah
kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan kebelakang, berjalan
berjingkat, berlari, dan lain-lain.9
Untuk kemampuan berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan
adalah keseimbangan dalam berdiri. Hal ini berarti si kecil tidak hanya
dituntut sekedar berdiri, tetapi juga berdiri dalam waktu yang lebih lama,
dan ini berkaitan dengan lamanya otot kaki bekerja.
Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akan
mengalami gangguan keseimbangan. Si kecil cendrung kurang percaya diri
dan ia selalu menghindari aktivitas yang melibatkan keseimbangan, seperti
8
Ibid., hal. 91.
9
Maimunah Hasan. “Pendidikan Anak Usia Dini”. (Jogjakarta: DIVA Press, 2009). hal. 96-97.
main ayunan, seluncur, dan lainnya. Sebaliknya, anak lebih memilih aktifitas
pasif, seperti membaca buku, main playstation, dan sebagainya.
Stimulasi:
Orang tua berdiri dan berjarak dengan anak sambil memegang mainan yang
menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambaryang
menarik dilantai. Mintalah anak untuk menginjak karpet atau lantai.
Misalnya, “Ayo Dek, injak gambar gajahnya!” dan mainan seperti mobil-
mobilan troli yang bisa didorong-dorong juga bisa membantu anak belajar
bejalan.
b. Lari
Perkembangan lari akan mempengaruhi perkembangan lopat, lempar,
dan kemampuan konsentrasi anak. Apa hubungan perkembangan lari dengan
kemampuan konsentrasi? Pada perencanaan gerak, dibutuhkan kemampuan
otak untuk membuat perencanaan dan dilaksanakan oleh motorik dalam
bentuk gerak yang terkoordinasi. Kemampuan perencanaan gerak tingkat
tinggi (lari) akan memacu otak melatih konsentrasi.10
Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak akan
bermasalah dalam keseimbangannya, seperti mudah capek dalam
beraktivitas fisik, sulit berkonsentrasi, cendrung menghindari tugas-tugas
yang melibatkan konsentrasi dan aktivitas yang melibatkan kemampuan
mental sepeprti memasag puzzle, tidak mau mendenganrkan saat guru
bercerita (anak justru asik kemana-mana) dan sebagainya.
Stimulasi:
Stimulasi pada faselari ini bisa dimulai ketika anak berada pada fase berjalan,
yaitu sekitar usia 12 bulan ke atas. Aktivitas bisa berupa menendang bola,
main sepeda, serta naik turun tangga.
c. Lompat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak pada fase lompat adalah
keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik, dan motor
planning (perencanaan gerak). Jika anak tidak kuat dalam perkembangan
melompat, biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah perencanaan
tugas yang terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan
motor planning).11
Stimulasi:
1) Lompat di tempat atau di trampoline (kain layar yang direntangkan di
atas tanah untuk menampung jatuhnya akrobat-akrobat). Jangan
melompat-lompat ditempat tidur karena mengacaukan kognitif. Dalam
arti, mengajarkan perilaku mindset yang tidak baik pada anak, karena
tempat tidur bukan tempat untuk melompat atau bermain.
2) Lompatan berjarak. Gambarlah lingakaran-lingkaran dari kapur atau
gunakan lingkaran holahop yang diatur letaknya. Mintalah anak untuk
10
Ibid., hal. 98-99.
11
Ibid., hal. 99-100.
melompati lingkaran tersebut. Gradasikan tingkatan kesulitan dengan
mempelebar jarak dan menggunakan dua kaki, lalu satu kaki secara
bergantian.
d. Lempar
Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik, anak
akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak ekstremitas atas
(bahu, lengan bawah, tangan, dan jari-jari tangan). Dalam hal menulis,
tulisannya kan terlalu menekan, sehingga ada beberapa anak yang tulisannya
sampai menembus kertas, terlalu kurang menekan (tipis), atau antar
hurufnya jarang-jarang (berjarak). Dalam permainan yang membutuhkan
ketepatan sasaran pun, anak tidak mahir, misalnya permainan dartboard.
Aktivitas motorik halus lainnya juga terganggu yakni memakai kancing baju,
main puzzle, menyisir rambut, melempar sasaran, dan lain-lain. Intinya
adalah stimulasi pada perkembangan ini tidak optimal dan berindikasi pada
keterampilan motorik halus yang bermasalah.12
Stimulasi:
Mainan dartboad atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang khusus
untuk anak-anak (yang aman dan tidak tajam).
12
Ibid., hal. 100-102.
13
Wijaya Adi Putra. “Perbandingan Alat Bermain Motorik Kasar dan Media Motorik Halus
terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Paud Labschool Jember”, Jurnal
Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal. (IKIP PGRI Jember, 2017), 91.
Pemindahan beban dengan satu kaki dapat mengajarkan keseimbangan
dan merasakan pemindahan beban pada tubuh mereka.
e. Tenaga sebagai guru TK memberikan aktivitas kepada anak TK sebagai
contoh menendang bola atau menahan beban. Mainan untuk
pengembangan motorik kasar misalnya, bola, sepeda roda tiga, perosotan,
ayunan, papan untuk memanjat atau meniti, matras untuk bergulingan,
dan sebagainya. Anak tidak hanya terus-menerus dilatih perkembangan
motorik halus dan kognitifnya, tetapi motorik kasarnya juga perlu
dikembangkan.
B. Permainan Stimulator
1. Stimulasi motorik
Bermain bola membutuhkan aktivitas gerakan seluruh tubuh, mulai
dari gerak kaki untuk menendang, gerakan tangan untuk melempar atau
mengenggam, dan gerakan seluruh tubuh ketika berjalan atau berlari.
Aktivitas-aktivitas ini akan melatih kemampuan motorik halus dan motorik
kasar pada anak. Jika stimulasi ini terjadi terus-menerus, maka fisik anak
akan tumbuh lebih kuat. Berbeda halnya jika anak jarang melakukan gerakan,
pertumbuhan fisiknya akan terhambat, tubuh tampak loyo, dan mudah letih.
14
Ibid., hal. 92.
15
Maimunah Hasan. “Pendidikan Anak Usia Dini”. (Jogjakarta: DIVA Press, 2009). hal. 102.
Fisik yang lemah akan mempengaruhi perkembangan kecerdasannya.
Aktivitas bermain bola juga dapat melatih keseimbangan gerak anak. 16
2. Stimulasi kognitif
Bola dapat dijadikan media pendidikan. Misalnya untuk mengenalkan
konsep bulat dan tidak bulat, yang merupakan salah satu pengenalan bentuk
geometris dasar. Katakana, “Lihat,bola bisa mengelinding karena bentuknya
bulat. Kalau bentuknya kotak seperti mainan balok milik Adek, dia tidak bisa
mengelinding”.17
Keberagaman warna juga dapat dikenalkan melalui media bola. Oleh
karena itu, cobalah memberikan warna-warni kepada si kecil, lalu mintalah ia
untuk memilih mana bola merah, mana bola kuning, dan seterusnya.
Meskipun sering keliru, pembelajaran ini akan membuatnya lebih memahami
tentang warna.
Semua hasil pembelajaran ini tidak akan didapat secara instan. Akan
tetapi, dengan sering dikenalkan, maka lambat laun anak akan
memahaminya. Cara mengenalkannya pun tidak boleh dengan paksaan,
tetapi harus dengan santai, menyenangkan, dan sambil bermain. Dengan
demikian, apa yang kita lakukan akan bermanfaat untuk anak dikemudian
hari. Cara paksaan tidak akan membuat anak semakin paham tapi malah
merasa tertekan, sehingga akan merugikan anak sendiri.
3. Stimulasi sensoris
Dengan bola, anak dapat mengenal berbagai kontur. Bola plastic akan
terasa licin, bola dari kain beludru akan terasa bulu-bulu halusnya,
semantara bola kulit akan berkontur halus tapi kesat. Pengenalan semacam
ini, baik untuk daya sensorinya. Bila perlu tempelkan bola-bola yang berbeda
kontur tersebut ke bagian tubuh anak seperti pipi, lengan, perut, dan lainnya
sehingga daya sensorinya lebih terstimulasi.18
16
Ibid.
17
Ibid., hal. 102-103.
18
Ibid., hal. 105.
19
Ibid., hal. 271.
20
Ibid., hal. 272.
mudah tertelan atau terisap, tidak tajam, tidak menjepit, tidak
menimbulkan api, dan tidak beracun).
Memilih mainan untuk anak ternyata gampang-gampang susah,
apalagi yang beredaran di pasaran jenisnya macam-macam. Oleh karena itu,
diperlukan sikap hati-hati dan bijaksana. Untuk memilih mainan yang sesuai
dengan usia dan tingkat perkembangan anak, bisa dibagi menjadi tiga
bagian21:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bermain adalah kehidupan yang tidak bisa ia tinggalkan karena bagi
anak, bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini
tidak dapat membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Waktu
bermainnya pun tidak terjadwal dan berlangsung sepanjang waktu selama
anak belum istirahat atau tidur. Pada masa bermain, anak dapat menerima
berbagai pengetahuan,arahan, dan bimbingan dari beraneka ragam untuk
menjadikannya pengalaman untuk hidup dan pengalaman untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Salah satu upaya orang tua untuk
merangsang perkembangan anak yang dilakukan sejak lahir dengan
mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang.
Bagi mereka permainan membuat potensi mereka terangsang dengan
seimbang karena anak merasa senang sambil belajar. Sehingga nak tidak
merasa kesulitan dalam belajar dan mereka tidak akan cepat bosan.
B. SARAN
Stimulasi dalam permainan itu sangat penting bagi anak usia dini.
Dengan stimulasi, perkembangan otak dan motorik anak dapat tumbuh
optimal dibandingkan dengan pertumbuhan anak yang tidak mendapatkan
stimulasi. Untuk itu, seharusnya orang tua memahami betapa pentingnya
stimulasi bagi anak usia dini. Sebagai orang tua, selalu aktiflah menstimulasi
anak agar kecerdasan dan perkembangan motoriknya dapat tumbuh optimal.
Karena peran orang tua sangat menentukan dalam tumbuh kembang anak.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: DIVA Press
Putra , Wijaya Adi. 2017. Perbandingan Alat Bermain Motorik Kasar dan
Media Motorik Halus terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun
Paud Labschool Jember. Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah
Awal.
Hijriati. Peranan dan Manfaat Ape untuk Mendukung Kreativitas Anak Usia
Dini. Dosen PAUD FKIP Unsyiah Banda Aceh