Anda di halaman 1dari 66

PARENTING BERBASIS

ISLAM

PARENTING
BERBASIS ISLAM

UMUM

Yulizawati, SST.,M.Keb
Ulfa Farrah Lisa, SST., M. Keb
Miranie Safaringga, SST.,M.Keb
PARENTING
BERBASIS ISLAM

Yulizawati, SST.,M.Keb
Ulfa Farrah Lisa, SST., M. Keb
Miranie Safaringga, SST.,M.Keb
PARENTING BERBASIS ISLAMI

Yulizawati, SST., M.Keb


Ulfa Farrah Lisa, SST., M. Keb
Miranie Safaringga, SST.,M.Keb

Edisi Asli
Hak Cipta © 2021 pada penulis
Griya Kebonagung 2, Blok I2, No.14
Kebonagung, Sukodono, Sidoarjo
Telp. : 0812-3250-3457
Website : www.indomediapustaka.com
E-mail : indomediapustaka.sby@gmail.com

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau
dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA


1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/
atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Yulizawati
Farrah, Ulfa Lisa
Safaringga, Miranie

Parenting Berbasis Islami/Yulizawati, Ulfa Farrah Lisa, Miranie Safaringga


—Sidoarjo: Indomedia Pustaka, 2021
Anggota IKAPI No. 195/JTI/2018
1 jil., 17 × 24 cm, 64 hal.

ISBN:

1. Kebidanan 2. Parenting Berbasis Islami


I. Judul II. Yulizawati, Ulfa Farrah Lisa, Miranie Safaringga
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya yang tak terhingga penulis dapat menyelesaikan Buku Modul
Parenting Berbasis Islami. Penulisan buku ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan referensi baik bagi dosen maupun bagi mahasiswa pada khususnya
serta bagi ilmu kebidanan pada umumnya.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang tiada
hingga kepada:
1. Rektor Universitas Andalas Prof. Dr. Yuliandri, SH., MH yang selalu
memberikan kesempatan pengembangan bagi dosen dalam pelaksanaan
tri dharma perguruan tinggi
2. Ketua LPPM Universitas Andalas Dr. Uyung Gatot S. Dinata, yang telah
memberikan dorongan dan kesempatan kepada penulis
3. Dekan Fakultas Kedokteran Dr. dr. Afriwardi, Sp.KO, SH., MA yang
selalu memberikan motivasi dan arahan bagi penulis
4. Bapak Heru Dibyo Laksono, ST., MT, yang selalu memfasilitasi dan
memotivasi penulis
5. Bapak dan ibu dosen yang selalu memberikan inspirasi kepada penulis

Padang, 27 Juni 2021


Penulis

iv   Parenting Berbais Islami


DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................. v

BAB 1 Mengenal Perkembangan Emosional dan Karakteristik


Anak.......................................................................... 1
1.1 Pengertian Emosi...................................................................... 2
1.2 Pentingnya Perkembangan Emosi Anak..................................... 2
1.3 Faktor yang Mempengaruhi Emosi Anak.................................. 3
1.4 Sifat – sifat Anak Usia Dini....................................................... 4
1.5 Pengaruh Emosi Terhadap Kehidupan Anak Usia Dini.............. 5
1.6 Kondisi Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak......... 6
1.7 Pentingnya Perkembangan Emosi Anak Usia Dini..................... 6
1.8 Fungsi Emosi............................................................................ 7
1.9 Pola Emosi............................................................................... 9
1.10 Tugas Perkembangan Emosi...................................................... 11
1.11 Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Bersadarkan
Qs : Luqman Ayat 13-19........................................................... 12

BAB 2 Mendidik Dengan Bahasa Cinta Berdasarkan Al Qur’an


dan Hadist.................................................................. 21

BAB 3 Blocking Dysfungsional Development (Social & Mental)..... 29


3.1 Membangun kepercayaan diri anak........................................... 30
3.2 Membiarkan anak bermain....................................................... 30
3.3 Mendorong anak untuk bersosialisasi........................................ 31
3.4 Ajari anak untuk menikmati proses........................................... 31
3.5 Ajari disiplin dengan adil dan konsisten..................................... 32
3.6 Kritiklah perilakunya, bukan orangnya...................................... 32
3.7 Menciptakan lingkungan rumah yang aman.............................. 32
3.8 Perubahan perilaku anak yang harus diwaspadai orangtua......... 32
3.9 Mengenal Jenis Gangguan Mental pada anak ........................... 36
3.10 Hambatan Perkembangan Anak dan Cara Efektif
Mengatasinya........................................................................... 41

BAB 4 Good Parenting in Era Revolusi Industri 4.0................... 47

Referensi............................................................................... 55

vi   Parenting Berbais Islami


Bab 1
MENGENAL PERKEMBANGAN
EMOSIONAL DAN
KARAKTERISTIK ANAK
1.1. PENGERTIAN EMOSI
Emosi sebagai perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas
yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin. Seperti
halnya perasaan, emosi juga membentuk suatu kontinum, bergerak dari emosi
positif hingga yang bersifat negatif.
Emosi sebagai pengalaman efektif yang disertai penyesuaian diri dalam
diri individu tentang keadaaan mental dan fisik, dan berwujud suatu tingkah
laku yang tampak. Dengan demikian, dapat dipahamibahw aemosi adalah
peraan batin seseorang, baik berupa pergolakan pikiran, nafsu, keadaan
mental dan fisik yang dapat muncul atau termanifertasi ke dalam bentuk-
bentuk atau gejala-gejala seperti takut, cemas, marah, kesal, iri, cemburu,
senang, kasih sayang, dan ingin tahu.

1.2. PENTINGNYA PERKEMBANGAN EMOSI ANAK


Kemampuan emosional anak adalah saat dimana anak dapat mengenali,
mengekspresikan, mengerti dan mengelola rentang emosi yang luas. Anak
– anak yang dapat mengelola dan mengerti perasaan mereka dengan tetap
tenang dan menikmati pengalamannya lebih mungkin untuk mengembangkan
citra diri yang positif dan menjadi pribadi yang percaya diri serta penuh
rasa ingin tahu dalam belajar. Perkembangan emosional adalah tugas yang
kompleks yang dimulai sejak usia dini dan berlanjut sampai ke masa dewasa.
Emosi – emosi yang telah dapat dilihat sejak bayi adalah kebahagiaan,
sedih, takut dan marah. Selanjutnya ketika anak – anak mulai mengembangkan
sikap sadar diri, maka emosi – emosi yang lebih kompleks seperti rasa
malu, terkejut, bersalah, bangga dan empati serta banyak lagi akan mulai
dirasakannya. Seiring dengan perkembangan anak, hal – hal yang memicu
perubahan emosi moereka juga berubah, dan begitu pula dengan cara mereka
menanganinya.

2   Parenting Berbais Islami


1.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EMOSI ANAK
Pada anak yang masih sangat muda, emosi mereka pada umumnya
ditunjukkan dari reaksi fisik atau tingkah laku dan mereka akan
mengembangkan kemampuan untuk mengenali berbagai jenis emosi seiring
dengan pertumbuhannya. Banyak hal yang akan memberi pengaruh kepada
cara anak mengekspresikan emosinya, baik itu melalui kata – kata ataupun
tingkah laku. Faktor yang mempengaruhi tersebut adalah:
1. Faktor Kematangan
Perilaku emosional yang matang dapat terjadi jika ada perkembangan
kelenjar endokrin itulah sebabnya bayi belum matang secara emosional.
Mereka masih kekurangan produksi kelenjar endokrin yang penting
untuk mendukung reaksi fisiologis terhadap stres
2. Faktor Belajar
Metode belajar yang dapat menunjang perkembangan emosi anak usia
dini yaitu:
• Trial and error.
Anak mempelajari untuk mengespresikan emosi secara coba – coba
melalui beberapa macam perilaku dan memilih yang memberikan
pemuasan terbesar kepadanya, dan mengeliminasi perilaku yang
memberikan sedikit kepuasan atau tidak sama sekali
• Meniru
Anak belajar mengenal emosi dengan cara meniru yang akan
mempengaruhi rangsangan yang dirasakannya dan aspek reaksinya
terhadap emosi atau situasi tertentu. Anak mengamati apa saja hal
yang bisa membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, dan akan
bereaksi dengan cara yang sama dengan orang yang diamati.
• Mengidentifikasi
Sama dengan belajar meniru, namun berbeda dalam aspek bahwa
anak hanya meniru orang yang dikaguminya. Biasanya orang ini
adalah orang yang mempunyai ikatan kuat dengan anak, sehingga
keinginan anak untuk meniru kepada orang tersebut akan lebih kuat
daripada untuk meniru sembarang orang.

Bab 1: Mengenal Perkembangan Emosional dan Karakteristik Anak


3  
• Mengkondisi
Kondisi ini berarti bahwa anak mengasosiasikan obyek dan
situasi yang awalnya gagal memancing reaksi emosional darinya.
Pengkondisian terjadi dengan mudah pada anak usia dini karena pada
saat itu anak belum mampu menalar situasi, kurangnya pengalaman
untuk bersikap kritis, dan tidak menyadari jika reaksi mereka tidak
rasional.
• Berlatih
Anak berlatih mengelola emosi dengan bimbingan orang dewasa,
yang mengajarkan cara bereaksi yang tepat jika emosinya terpancing.
Anak akan berlatih untuk memberikan reaksi kepada rangsangan
yang memberikan emosi menyenangkan, dan juga mengendalikan
emosi ketika mendapatkan rangsangan yang tidak menyenangkan.

1.4. SIFAT – SIFAT ANAK USIA DINI


Anak usia dini mempunyai karakteristik umum sebagai berikut:
1. Unik – Artinya setiap anak tidak ada yang sama antara satu dan lainnya.
2. Egosentris – Anak akan melihat dan memahami sesuatu dari sudut
pandangnya sendiri.
3. Aktif – Anak usia dini sangat lazim jika melakukan banyak aktivitas dan
terlihat bersemangat, namun waspadai ciri – ciri anak hiperaktif jika anak
sama sekali tidak bisa tenang.
4. Ingin Tahu – Anak usia dini ini mempunyai rasa indin tahu yang kuat
terhadap segala hal yang membuatnya antusias, namun mempunyai
rentang fokus yang pendek.
5. Eksploratif – Anak usia dini biasanya senang menjelajah dan mencoba
berbagai hal baru.
6. Spontan – Anak menampilkan perilaku yang tidak ditutupi sebagai cermin
dari apa yang dirasakannya pada saat itu. Sehingga terkadang kurang
mempertimbangkan akibat dari perbuatannya.
7. Imajinatif – Anak menyenangi hal – hal yang sifatnya berkaitan dengan
fantasi atau khayalan.

4   Parenting Berbais Islami


1.5. PENGARUH EMOSI TERHADAP KEHIDUPAN ANAK
USIA DINI
Menurut Hurlock, emosi akan mempengaruhi penyesuaian pribadi anak
dalam lingkungan sosialnya, antara lain:
1. Emosi akan membuat tubuh bersiap untuk melakukan suatu tindakan,
emosi yang sangat kuat dapat mempengaruhi keseimbangan dalam
tubuh. Misalnya rasa marah yang luar biasa, tubuh akan bersiap untuk
melakukan aktivitas yang biasa dilakukan ketika timbul amarah. Jika
tidak tersalurkan, bisa timbul rasa gelisah, tidak nyaman atau amarah
yang terpendam.
2. Keterampilan motorik juga dapat terganggu oleh ketegangan emosi.
Misalnya, karena merasa tegang seorang anak dapat melakukan gerakan
yang kurang terarah dan mengganggu kemampuan motoriknya apbila hal
ini berlangsung lama.
3. Perasaan dan pikiran dapat dinyatakan melalui emosi yang dirasakan,
yang akan menyebabkan perubahan ekspresi wajah, bahasa tubuh atau
gestur tubuh, intonasi suara dan sebagainya, bahkan 4 karakter manusia.
4. Kegiatan mental pun dapat terganggu oleh emosi, maka dari itu proses
berpikir, belajar, berkonsentrasi dan lainnya akan terpengaruh apabila
emosi tidak stabil.
5. Pengelolaan emosi oeh seorang anak akan mempengaruhi bagaimana
orang dewasa memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari
bagaimana cara anak menilai dirinya sendiri.
6. Peranan anak dalam masyarakat dan keluarga secara sosial sangat
dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan mempengaruhi
pandangan anak terhadap kehidupan.
7. Interaksi anak dengan lingkungannya juga dipengaruhi oleh kematangan
emosi, dan juga dapat menjadi panduan cara berperilaku bagi anak untuk
menyesuaikan diri dengan norma sosial.
8. Anak perlu dibiasakan untuk mengulang perilaku positif, karena reaksi
emosional yang diulang akan menetap menjadi suatu kebiasaan yang akan
sulit diubah pada satu saat tertentu.

Bab 1: Mengenal Perkembangan Emosional dan Karakteristik Anak


5  
1.6. KONDISI YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN EMOSI ANAK
Perkembangan emosi pada anak usia dini akan sangat dipengaruhi oleh
berbagai kondisi seperti berikut:
1. Nilai serta kepercayaan mengenai cara mengekspresikan emosi yang layak
dan tidak layak, yang dipelajari anak dari orang tua, kerabat dan guru di
sekolah akan menjadi cara membentuk karakter anak usia dini.
2. Temperamen dari si anak itu sendiri, yang terkadang dapat menjadi
penyebab kenakalan anak.
3. Perilaku emosional yang dipelajari anak berdasarkan pengamatan atau
pengalaman. Contohnya, cara merubah diri menjadi lebih baik.
4. Anggota keluarga lain yang menunjukkan caranya menangani stress dapat
mempengaruhi tahap perkembangan kepribadian.
5. Kondisi kesehatan anak yang bagus akan mendorong tumbuhnya emosi
yang menyenangkan, sementara kesehatan yang kurang baik akan
menyebabkan emosi negatif menjadi dominan.
6. Lingkungan rumah yang banyak berisi emosi positif juga akan memperkuat
emosi yang baik dan sebaliknya. Hal ini merupakan pola asuh anak usia
dini yang tepat.

1.7. PENTINGNYA PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA


DINI
Seperti telah disebutkan sebelumnya, melatih dan memperhatikan
perkembangan emosi berguna untuk mengontrol emosi anak. Jika tahap
perkembangan emosi anak tersebut mendapat perhatian penuh, maka
dampak yang akan timbul tentunya positif. Sebaliknya jika anak tidak dapat
mengontrol emosinya maka ia akan mendapatkan dampak negatifnya. Kedua
dampak tersebut dapat diuraikan seperti berikut:
1. Dampak Positif – Pengarahan pengelolaan emosi yang baik dapat
menjadikan seorang anak berkembang dengan baik ke depannya.
Mempunyai kontrol emosi yang baik dapat mendorong seorang anak

6   Parenting Berbais Islami


untuk mengembangkan kemampuan yang lainnya seperti kemampuan
intelektual anak, kemampuan berimajinasi, cara mencintai diri sendiri,
dan lainnya.
2. Dampak Negatif – Anak bisa saja tidak akan mendapatkan pengalaman
emosional yang membuatnya senang seperti kebahagiaan, kegembiraan,
kasih sayang dan keingin tahuan. Hal ini dapat menyebabkan hambatan
perkembangan anak seperti terlambat bicara, terhambatnya perkembangan
intelektual dan lainnya.

Pada umumnya, anak kecil terutama anak usia dini memang memiliki
kecenderungan lebih emosional daripada orang dewasa karena masih
memiliki sedikit kemampuan untuk mengendalikan dorongan hatinya. Anak
usia dini juga mudah putus asa dikarenakan belum dapat mengungkapkan
dirinya secara emosional. Karena itulah bimbingan orang dekat mengenai
pengenalan emosi dalam diri sangat diperlukan, juga untuk memberi contoh
sikap dan pengelolaan emosi yang tepat. SEtiap anak berbeda dengan lainnya,
maka dari itu diperlukan kepekaan orang tua untuk membimbing anak
melalui perkembangan emosionalnya

1.8 FUNGSI EMOSI


Setelah kita mengetahui apa dan bagaimana mekanisme terjadinya emosi
pada individu, selanjutnya kita akan membahas tentang fungsi atau peranan
emosi pada perkembangan anak. Fungsi dan peranan yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
1. Merupakan bentuk komunikasi seingga anak dapat menyatakan segala
kebutuhan dan perasaannya pada orang lain. Contoh; anak yang
merasakan sakit atau marah biasanya mengekspresikan emosinya dengan
menangis. Menangis ini merupakanbentuk komunikasi anak dengan
lingkungannya pada saat ia belum mampu mengutarakan perasaannya
dalam bentuk bahasa verbal.
2. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri
anak dengan lingkungan sosialnya, antara lain sebagai berikut.

Bab 1: Mengenal Perkembangan Emosional dan Karakteristik Anak


7  
3. Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian
lingkungan sosial terhadap dirinya. Penilaian lingkungan sosial ini akan
menjadi dasar individu dalam menilai dirinya sendiri. Contoh; jika seorang
anak sering mengekspresikan ketidaknyamannya dengan menangis,
lingkungan sosialnya akan menilai ia sebagai anak yang “cengeng”.
4. Emosi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat
mempengaruhi interaksi sosial anak melalui reaksi-reaksi yang ditampilkan
lingkungannya. Melalui reaksi lingkungan sosial anak dapat belajar untuk
membentuk tingkah laku emosi yang dapat diterima lingkungannya.
Jika anak melemparkan mainannya saat marah, reaksi yang muncul dari
lingkungannya adalah kurang menyukai atau menolaknya.
5. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan, Artinya jika ada
yang ditampilkan dapat menentukan iklim psikologis lingkungan. Artinya
jika ada seorang anak yang pemarah dalam suatu kelompok, maka dapat
mempengaruhi kondisi psikologis lingkungannya saat itu.
6. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat
menjadi satu kebiasaan. Artinya jika seorang anak yang ramah dan suka
menolong merasa senang dengan perilakunya tersebut dan lingkungan pun
menyukainya maka anak akan melakukan perbuatan tersebut berulang-
ulang hingga akhirnya menjadi kebiasaan.
7. Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat atau
mengganggu aktivitas motirik dan mental anak. Seorang anak yang
mengalami stress atau ketakutan menghadapi suatu situasi. Dapat
menghambat anak tersebut untuk melakukan aktivitas. Misalnya, seorang
anak akan menolak bermain finger painting karena takut akan mengotori
bajunya dan dimarahi orang tua. Aktivitas finger panting ini sangat baik
untuk melatih motorik halus dan indra perabaannya.

8   Parenting Berbais Islami


1.9. POLA EMOSI
Pola Emosi pada Anak menurut Syamsu (2008)
1. Rasa takut
Takut yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang membahayakan.
Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan.
• Mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat
kemungkinan yang terdapat pada objek
• Timbulnya rasa takut setelah mengenal bahaya
• Rasa takut bias hilang kembali setelah mengetahui cara-cara
menghindari bahaya
2. Rasa malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan
diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering
berjumpa.
3. Rasa canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap
manusia, bukan ada obyek atau situasi. Rasa canggung berbeda dengan
rasa malu daam hal bahwa kecanggungan tidak disebabkan oleh adanya
orang yang tidak dikenal atau orang yang sudah dikenal yang memakaai
pakaian tidak seperti biasanya, tetapi lebih disebabkan oleh keraguan-
raguan tentang penilaian orang lain terhadap prilaku atau diri seseorang.
Oleh karena itu, rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang
menyangkut kesadaran-diri (selfconscious distress).
4. Rasa khawatir
Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan ketakutan atau
gelisah tanpa alasan. Tidak seperti ketakutan yang nyata, rasa khawatir
tidak langsung ditimbulkan oleh rangsangan dalam lingkungan tetapi
merupakan produk pikiran anak itu sendiri. Rasa khawatir timbul karena
karena membayangkan situasi berbahaya yang mungkin akan meningkat.
Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak, bahkan pada
anak-anak yang penyesuaiannya paling baik sekalipun.

Bab 1: Mengenal Perkembangan Emosional dan Karakteristik Anak


9  
5. Rasa cemas
Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan
sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai
oleh kekhwatiran, ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang
tidak dapat dihindari oleh seseorang; disertai dengan perasaan tidak
berdaya karena merasa menemui jalan buntu; dan di sertai pula dengan
ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dicapai.
6. Rasa marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa
kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya ialah
karena rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan
pada usia yang dini anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan
cara yang efektif untuk memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan
mereka.
7. Rasa cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang
yang nyata, dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang.
8. Duka cita
Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang
disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai.

9. Keingintahuan
Rangsangan yang menimbulkan keingintahuan anak-anak sangat banyak.
Anak-anak menaruh minat terhadap segala sesuatu di lingkungan
mereka, termasuk diri sendiri.
10. Kegembiraan
Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan yang juga dikenal
dengan keriangan, kesenangan, atau kebahagian. Setiap anak berbeda-
beda intensitas kegembiraan dan jumlah kegembiraannya serta cara
mengepresikannya sampai batas-batas tertentu dapat diramalkan. Sebagai
contoh ada kecenderungan umur yang dapat diramalkan, yaitu anak-anak

10   Parenting Berbais Islami


yang lebih muda merasa gembira dalam bentuk yang lebih menyolok dari
pada anak-anak yang lebih tua.

1.10. TUGAS PERKEMBANGAN EMOSI


Tugas perkembangan sosial emosional anak berusia 3-5 tahun adalah sebagai
berikut
1. Anak usia 3 tahun diharapkan dapat:
• Memilih teman bermain
• Memulai interaksi sosial dengan anak lain
• Berbagi mainan, bahan ajar atau makanan
2. Anak usia 3 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
• Menunggu atau menunda keinginan selama 5 menit
• Menikmati kedekatan sementara dengan salah satu teman bermain
3. Anak usia 4 tahun diharapkan dapat
• Menunjukkan kebanggan terhadap keberhasilan
• Membuat sesuatu karena imajinasi yang dominan
4. Anak usia 4 tahun, 6 bulan diharapkan dapat
• Menunjukkan rasa percaya diri
• Menceritakan kejadian yang baru berlalu
• Lebih disukai ditemani teman sebaya dibanding orang dewasa
• Menggunakan barang milik orang dengan hati-hati
5. Anak usia 5 tahun diharapkan dapat
• Memiliki beberapa kawan, mungkin satu sahabat
• Memuji, memberi semangat, atau menolong anak lain
6. Anak usia 5 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
7. Mencari kemandirian lebih banyak
8. Sering kali puas, menikmati berhubungan dengan anak lain meski pada
saat krisis muncul
9. Berteman secara mandiri.

Bab 1: Mengenal Perkembangan Emosional dan Karakteristik Anak


11  
1.11. PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI
BERSADARKAN QS : LUQMAN AYAT 13-19
Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan
lingkungannya. Lengkapnya adalah: Jika anak dibesarkan dengan celaan,
ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar
berkelahi Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri Jika
anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri Jika anak
dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan
dengan pujian, ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan sebaik-
baik perlakuan, ia belajar keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
ia belajar menaruh kepercayaan Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
ia belajar menyenangi diri Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan
persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Membangun Karakter Anak Usia Dini Kunci sukses keberhasilan
suatu Negara sangat ditentukan oleh sejauh mana masyarakat mempunyai
karakter yang kondusif untuk maju yang disebut “modal social“ (social
capital). Jadi, bukan ditentukan oleh banyaknya sumber daya alam atau
banyaknya jumlah penduduk dan luas geoografisnya. Karakter yang
berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan
masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang, penanaman moral melalui
pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama
membangun bangsa. Banyak hal yang harus dilakukan untuk membangun
karakter anak usia dini yang diharapkan dapat mengubah perilaku negatif
ke positif. Pertama kurangi jumlah mata pelajaran berbasis kognitif dalam
kurikulum-kurikulum pendidikan anak usia dini. Pendidikan intelektual
(kognitif) yang berlebihan akan memicu pada ketidak seimbangan aspek-asepk
perkembangannya. Kedua, setelah dikurangi beberapa pelajaran kognitif,
tambahkan materi pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter tidak
identik dengan mengasahkan kemampuan kognitif, tetapi pendidikan ini
adalah mengarahkan pengasahan kemampuan afektif.
Metode pembelajaran karakter ini dilakukan dengan cerita-cerita
keteladan seperti kisah-kisah keteladan Nabi-nabi, sahabatsahabat nabi,
pahlawan-pahlawan Islam, dunia, nasional ataupun lokal. Cara lain yang

12   Parenting Berbais Islami


dianggap baik dilakukan adalah dengan contextual learning, yaitu dalam
setiap pembelajaran anak-anak diberikan contoh kegiatan yang baik dengan
langsung diperlihatkan dalam tindakan-tindakan seluruh pendidik dalam
suatu lembaga pendidikan. Membangun karakter, merupakan proses yang
berlangsung seumur hidup. Anak-anak, akan tumbuh menjadi pribadi yang
berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Dengan
begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa berkembang optimal. Oleh
karenanya ada tiga pihak yang mempunyai peran penting yaitu, keluarga,
sekolah, dan komunitas. (Megawangi, 2003:23)
Pembentukan karakter ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi.
Pertama, anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus
diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, mempunyai
kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini
merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, anak tak
mau mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak mau melakukannya
karena mencintai kebajikan. Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan, dan
terbiasa melakukannya. Lewat proses sembilan pilar karakter yang penting
ditanamkan pada anak. Ia memulainya dari cinta Tuhan dan alam semesta
beserta isinya; tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; kejujuran;
hormat dan santun; kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; percaya diri,
kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik
dan rendah hati; toleransi, cinta damai, dan persatuan.
Tujuan mengembangkan karakter adalah mendorong lahirnya anak-
anak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan
tumbuh dengan kapasitas dan komitmenya untuk melakukan berbagai hal
yang terbaik dan melakukannya dengan benar, dan cenderung memiliki
tujuan hidup sehingga tercipta karakter manusia yang kondusif untuk maju
yang disebut “modal sosial“ (social capital) yang akan menjadi modal menuju
keberhasilan suatu negara. E. Peran Guru dan Orang Tua dalam Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini Karakter terbentuk sebagai hasil pemahaman dari
hubungan dengan diri sendiri, dengan lingkungan (hubungan sosial dan
alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (triangle relationship).
Namun, pengembangan karakter anak yang paling banyak dipengaruhi oleh
lingkungan terutama dari orangtua.

Bab 1: Mengenal Perkembangan Emosional dan Karakteristik Anak


13  
Dalam pengembangan karakter anak, peranan orangtua dan guru
sangatlah penting, terutama pada waktu anak usia dini. Banyak hal yang
harus dilakukan oleh guru dan orang tua untuk mengambangkan karakter
anak usia dini, berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru dan
orangtua dalam membangun karakter anak usia dini:
1. Memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak.
2. Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini
3. Memenuhi kebutuhan dasar anak antara lain kebutuhan kasih sayang,
pemberian makanan yang bergizi.
4. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar
5. Pola pendidikan guru dengan orangtua yang dilaksanakan baik dirumah
dan di sekolah saling berkaitan.
6. Berikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan tingkah
laku yang terpuji.
7. Berikan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya.
8. Bersikap tegas, konsisten dan bertanggung jawab.

Selain itu, guru harus membuat aktivitas yang dapat membantu


ketercapaian tujuan pembentukan karakter yang baik yang dapat dilakukan
melalui kegiatan yang bernilai dan mengarah pada terangkatnya rasa keber-
Tuhanan, penghargaan, cinta, tanggung-jawab, kedisiplinan, kemandirian,
kejujuran, kerendah-hatian, kepedulian, kebahagiaan, kerjasama, percaya
diri, kreatif, kerja keras, toleransi, kebebasan, kedamaian, dan rasa persatuan.
Bagaimana menciptakan aktivitas yang menyenangkan dalam penanaman
nilai kepada anak usia dini? Beberapa yang dapat dilakukan yaitu:
1. Meningkatkan wawasan dan pentingnya mendidik anak dengan metode
yang menyenangkan.
2. Memperdalam wawasan tentang pentingnya pendidikan nilai dan
menerapkannya dalam proses yang menyenangkan.
3. Meningkatkan skill dan kreativitas guru anak usia dini, dengan aktivitas
menggali ide, memilih bahan, merancang, mencipta dan memanfaatkan
media pembelajaran anak berbasis nilai (karakter).

14   Parenting Berbais Islami


4. Mengeksplorasi potensi yang dimiliki guru pendidikan anak usia dini
dalam menyediakan dan memanfaatkan sumber belajar bagi anak usia
dini.
5. Meningkatkan profesionalisme guru anak usia dini dengan membekali
ketrampilan mengelola proses pembelajaran yang menyenangkan.

Pendidikan karakter untuk anak usia dini dalam ajaran Islam tertuang
dalam Al-Qur`an dan Hadits, diantaranya konsep pendidikan karakter
Nabi Ibrahim, Nabi Yakub, Nabi Zakaria, Nabi Daud, Nabi Muhammad,
Lukmannul Hakim, dan para nabi lainnya. Konsep pendidikan karakter
Lukmanul hakim menarik untuk dikaji karena beliau bukanlah nabi dan
rasul, bagian dari masyarakat biasa secara strata sosial maupun ekonomi,
dan ulasan konsep ajarannya dalam Al-Qur`an lebih terperinci, terstrukur,
dan sistematis, mulai dari ayat ke-13 sampai ayat ke19, yaitu :
1. Kalimat “laa Tusyrik billah, inna syirka ladzulmun Adzim” pada ayat ke-
13, diawali dengan kata laa nahiyah sebagai bentuk penolakan, kemudian
diikuti dengan kata Tusyriku yang berarti mempersekutukan, menduakan,
dan membuat tandingan. Kata Syaraka dalam bentuk fiil Mudhari adalah
Tusyriku, Usyriku, dan Yusriku yang dalam Al-Qur`an ditemukan di 14
ayat. Kata Tusyriku digunakan sebagai bentuk larangan dan penolakan
segala bentuk perbuatan syirik, terdapat pada 3 ayat, Kata Usyriku
digunakan sebagai bentuk ikrar untuk tidak melakukan perbuatan syirik,
terdapat pada 5 ayat, sedangkan kata Yusyriku digunakan sebagai alasan
untuk tidak melakukan perbuatan syirik, terdapat pada 5 ayat. Pada
ayat ini Lukman mengajarkan pada kepada Khalik maupun makhluk,
walaupun loyalitas kepada makhluk terikat dengan kaidah tidak ada
ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah.
2. Pada ayat ke-14 terdapat kalimat “wawashaina al insana wabil walidaini
ikhsana” yang bermakna bahwa anak harus memiliki sikap hormat kepada
kedua orang tuanya, dengan cara menyayangi, menghormati, mentaati,
dan mendoakannya. Ayat tersebut diakhiri dengan kalimat “Anisykurlii
wali walidaika” yang mengajarkan kepada anak untuk memiliki sikap
bersyukur atau berterima kasih atas kebaikan yang telah diterimanya,

Bab 1: Mengenal Perkembangan Emosional dan Karakteristik Anak


15  
sebagaimana rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan kehidupan
dan rasa terima kasih kepada orang tua telah mengandung, mengasuh,
dan merawatnya.
3. Kalimat “ wain jaahadaaka ala antusyrika biimaa laisa laka bihi ilmun,
falaa tuthihumaa wa shahib humaa fii dunya ma`rufa” yang terdapat pada
ayat ke-15, Lukman mengajarkan kepada anaknya untuk bersikap kritis
dan tidak menjadi muqollid yang hanya ikut-ikutan tanpa mengetahui dalil
dan argumentasi yang jelas, yang dibangun atas dasar rasa ingin tahu yang
tinggi, sehingga ghirah anak untuk menambah ilmu dan wawasan selalu
menggelora seperti meminum air laur yang tidak pernah menghilangkan
rasa dahaga. Ilmu adalah bekal terbaik dari orang tua untuk anaknya
dalam menjalani kehidupan, sebagaimana sabda Rasulullah: ”barangsiapa
menginginkan kebahagiaan di dunia, maka raihlah dengan ilmu; dan
barangsiapa menginginkan kebahagiaan di akhirat, maka raihlah
dengan ilmu; serta barangsiapa menginginkan keduanya, maka raihlah
dengan ilmu (H.R. Turmudzi), selain itu kedudukan orang yang berilmu
dihadapan Allah sangatlah mulia (Q.S. Al Mujadilah (58) : 11), karena
tidaklah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu
(Q.S. Az-Zumar (39): 9), dan manusia selain berikhtiar juga harus berdoa
kepada Allah untuk diberikan/ditambahkan Ilmu (Q.S. Thaaha (20) :
114). Orang yang berilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga (H.R
Muslim). Dalam hal, apabila anak menghadapi suatu keadaan yang tidak
baik dan harus melakukan penolakan, maka sikap ramah dan kesantunan
tetap harus dijaga dalam melakukan penolaknnya, dan sikap ini akan
muncul pada orang-orang yang berilmu.
4. Sikap tanggung jawab adalah karakter yang harus dilatih dan ditanamkan
kepada anak sejak anak usia dini, sebagaimana Lukman melatih dan
menanamkan sikap tanggung jawab kepada anaknya, bahwa setiap
perkataan dan perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawaban
oleh Allah, apabila berbentuk kebaikan akan menuai kebaikan, atau
sebaliknya. Hal ini tersirat dalam kalimat “ya bunayya innaha intaku
mitsqola habbatin min khardhalin fatakun fii shahratin auw fiil samawati
auw fiil ardi ya`tii bihaAllah”. Tugas keluarga adalah membekali anak

16   Parenting Berbais Islami


pengetahuan dan kemampuan untuk dapat membuat keputusan hidup
setelah mempertimbangkan sebab akibat yang akan terjadi. Apa yang akan
terjadi pada manusia adalah hal yang ghaib dan sesuai dengan ketetapan
Allah, tetapi Allah tidak menghendaki manusia bersifat fatalisme oleh
karena Allah menetapkan hukum kauniyah (sunnatullah) yang dapat
dipelajari oleh manusia, dan ketetapanNya adalah pilihan yang harus
dipilih oleh manusia, dan setiap pilihan harus dipertanggungjawabkan
dan ada konsekwensi yang harus diterima.
5. Pada ayat ke-17 Lukman memerintahkan anaknya untuk melaksanakan
sholat yang waktu dan aturannya telah ditetapkan oleh Allah, yang
termaktub dalam kalimat “yaa bunayyan aqimi sholat’. Ini adalah
bentuk pelatihan kedisiplinan karena waktu sholat bersifat tetap dan
berkesinambungan sampai manusia dijemput ajalnya, begitu pula tata
cara sholat telah ditetapkan sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah.
Adapun sholat yang baik dan benar minimal mencakup: aspek keterkaitan
hati manusia dengan Allah (khusyu), benar bacaannya (tartil), dan aspek
kesesuaian dan ketertiban gerakan sholat (tuma`ninah), apabila tidak
sesuai maka sholat tersebut tidak sah. Pada ayat ini pula diajarkan sikap
berani untuk menyampaikan kebenaran dan mencegah kemunkaran, serta
sikap sabar dalam menghadapi berbagai macam ujian kehidupan baik
berupa kebahagian, kesengsaraan, dan keajegan dalam berdakwah amar
ma`ruf nahi munkar. Melatih kesabaran kepada anak adalah membekali
anak untuk hidup sukses karena Allah bersamanya (Q.S. Al-Baqarah
(2) : 153). Allah menekankan bahwa Sholat, dakwah amar ma`ruf nahi
munkar, dan kesabaran adalah perkara penting yang menjadi perhatian
orang tua dalam mendidik anaknya.
6. Kalimat “wa laa tushair Khaddaka linnasi” pada yat ke-18 memiliki makna
bahwa manusia tidak boleh memalingkan muka, sebagai bentuk ketidak
pedulian terhadap sesamanya, karena dalam ajaran Islam kepedulian
kepada (kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, pemintaminta) adalah
salah satu bentuk kebajikan (Q.S Al-Baqarah (2): 177) serta perwujudan
keimanan kepada Allah yang harus terinternalisasikan dalam sikap
simpati dan empati kepada sesama manusia maupun makhluk lainnya.

Bab 1: Mengenal Perkembangan Emosional dan Karakteristik Anak


17  
Lukman mengajarkan anaknya untuk memiliki kepedulian dan kepekaan
sosial, kemudian mengingatkan dan melarang anaknya untuk bersikap
sombong dan angkuh. Sikap sombong adalah menghargai diri secara
berlebihan, congkak, dan pongah merupakan dasar dari setiap keburukan,
kemaksiatan dan kemunkaran manusia, karena sikap sombong (Q.S
Al-Baqarah (2) : 34) inilah yang menjadikan Iblis terusir dan terkutuk
oleh Allah (Q.S. Al Hijr (15) : 34), begitu pula pengikut iblis seperti :
Fir`aun, Namrudz, Qarun, Haman, kaum Ad, kaum Nuh, kaum Sholeh
dan kaum lainnya yang enggan menerima kebenaran dari Allah karena
kesombongan yang telah disemai oleh Iblis, yang berakibat kemurkaan
Allah dan turunnya azab.
7. Hidup bersahaja adalah hidup sederhana dan tidak berlebihan dengan
memiliki ketaatan kepada Allah dan hidup pada jalan lurus yang diridhai
Allah, Jujur, adil dan menjadi umat pertengahan yang tidak berlebihan
(Q.S. AlAraf (7): 31), tidak kikir (Q.S. AlFurqon (25): 67) dan tidak
bermegah megahan (Q.S. AtTakasur (102): 1-8). Lukman mengajarkan
dan melatih anaknya untuk bersikap bersahaja, sebagaimana tersirat
dalam kalimat “waqsid fii masyyika” pada ayat ke-19. Sikap inilah yang
harus dilatihkan dan dibiasakan kepada anak, karena hidup bersahaja
merupakan salah satu prinsip dasar ajaran Islam. Pada penutup ayat ini
Lukman mengajarkan anaknya untuk memiliki sopan santun dan etika
dalam berkomunikasi dan interaksi dengan sesamanya, bahkan volume
suara saja harus diatur apalagi kata atau kalimat yang keluar dari mulut
anaknya, hal ini tersirat pada kalimat “wagdud min sautika, inna ankara
aswati lasautu Al-hamir”. Kata Ugdud dalam bentuk perintah dalam Al-
Qur`an hanya dapat ditemukan pada 1 ayat yang memiliki makna jagalah,
aturlah, dan lunakkanlah, sedangkan dalam bentuk Mudhari ada pada 3
ayat yang memiliki makna menjaga, merendahkan suara (Q.S.An-Nur
(24) : 30, 31 dan Q.S.Al-Hujurat (49) : 3). Ajaran Islam adalah ajaran yang
sangat mulia, dalam ayat ini manusia diajarkan untuk mengatur volume
suara ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya, apalagi
sikap dan tutur kata yang keluar dari lisannya (Q.S. Al-Ahzab (33) : 70).
Bahkan tidaklah dikatakan muslim apabila lisannya tidak terjaga dan

18   Parenting Berbais Islami


justru menyakiti saudaranya (H.R Bukhori No.10 dan 6475; H.R Muslim
No. 65 dan 74).

Konsep pendidikan karakter yang dipakai oleh Lukmanul Hakim dalam


mendidik anaknya adalah konsep terbaik, karena referensi utamanya dari
kitab suci yang diturunkan oleh sang Khalik yang maha mengetahui akan
makhluknya. Orang tua muslim haruslah menguasai dan mengamalkan
konsep pendidikan tersebut sehingga dapat menjalankan amanah dalam
mendidik anak. Ibnu Qoyyim berpendapat bahwa barang siapa dengan sengaja
tidak mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anaknya dan meninggalkannya
begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar.
Kerusakan pada diri anak kebanyakan datang dari sisi orang tua yang
meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan kewajibankewajiban dalam
agama berikut sunah-sunahnya, sehingga tidak dapat memberikan manfaat
bagi dirinya dan orang tuanya (Suwaidi : 51), sehingga ada atau tidaknya
perpres tentang penguatan pendidikan karakter, dalam ajaran Islam penguatan
pendidikan karakter bagi anak adalah kewajiban orang tua.

Bab 1: Mengenal Perkembangan Emosional dan Karakteristik Anak


19  
20   Parenting Berbais Islami
Bab 2
MENDIDIK DENGAN BAHASA
CINTA BERDASARKAN
AL-QUR'AN DAN HADIST
Cinta merupakan sifat yang manusiawi dan semua sering berbicara tentang
cinta. Cinta secara bahasa menurut Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah berasal dari
kata bahasa Arab yaitu al-habab yang berarti air yang meluap setelah turun
hujan lebat. Atas dasar itu, maka cinta diartikan sebagai luapan hati dan
gejolaknya saat dirundung keinginan untuk bertemu dengan sang kekasih.7
Adapun menurut Musfir bin Said Az- Zahrani, cinta adalah pengikat kuat
yang mengikat antara manusia dengan tuhannya, sehingga ia selalu ikhlas
dalam beribadah kepada-Nya, dalam mengamalkan ajaran-ajaran-Nya, dan
selalu istiqamah kepada agamanya. Cinta juga yang menyatukan secara
spiritual antara seorang muslim dengan Rasulullah SAW, sehingga ia selalu
berusaha istiqamah dalam mengikuti tuntunan Rasulullah, serta menjadikan
beliau sebagai teladan tertinggi baik dalam ucapan maupun perbuatan. Juga
cinta merupakan suatu kondisi psikologis terpenting, yang menyatukan dan
mengharmoniskan hubungan antara sesama manusia.
Berdasarkan uraian tersebut cinta dapat terjadi pada siapa saja; antara
manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia, seorang kekasih dengan
kekasihnya, seorang suami dengan istrinya atau sebaliknya, dan antara
orangtua dengan anaknya. Di dalam mendidik anak, orangtua dan guru
sejatinya harus didasari rasa cinta dan kasih sayang, karena dengan cinta dan
kasih sayang suatu proses pendidikan akan berjalan dengan baik.
Perkataan kasar dan pemberian hukuman adalah hal yang tidak
diinginkan oleh semua anak meski menurut orangtua semua itu demi
kebaikan mereka. Yang dirasakan anak hanyalah bahwa kemarahan itu
menjadi bukti ketidaksenangan orangtua kepadanya. Maka, satu kunci paling
ampuh dalam ilmu mendidik anak adalah dengan berlaku lemah lembut
penuh cinta kasih. Dan kalaupun harus marah, maka marahlah dalam batas
yang masih dibenarkan oleh agama.
Mendidik anak dengan cinta adalah bagaimana cara pendidik untuk
lebih kreatif menunjukkan rasa cinta kepada anak didiknya. Dengan begitu
anak diharapkan dapat mengetahui dan merasakan bahwa mereka dicintai.
Jika sejak dini mereka dididik dengan cinta, maka mereka akan tumbuh dan
berkembang menjadi generasi yang mandiri, kreatif dan penuh percaya diri.
Dengan itu semua, mereka akan memandang dunia secara positif, karena

22   Parenting Berbais Islami


cinta merupakan bagian dari kehidupan22 Menurut Irawati Istadi, mendidik
anak dengan cinta merupakan pola mendidik anak yang didasarkan kepada
Al- Qur’an dan Al-Hadits, juga meletakkan cinta dan kasih sayang orang
tua sebagai modal utama dalam membesarkan, merawat, dan membimbing
buah hatinya.23 Irawati Istadi dalam bukunya Mendidik dengan Cinta,
menyatakan bahwa perkataan kasar dan pemberian hukuman adalah hal
yang tidak diinginkan oleh semua anak meski menurut orangtua semua itu
demi kebaikan mereka. Yang dirasakan anak hanyalah bahwa kemarahan itu
menjadi bukti ketidaksenangan orangtua kepadanya. Maka, satu kunci paling
ampuh dalam ilmu mendidik anak adalah dengan berlaku lemah lembut
penuh cinta kasih.
Apa saja yang harus dipunyai ayah bunda dalam mendidik anak-anaknya
dengan bahasa cinta?
1. Menanamkan aqidah dengan bahasa cinta.
2. Membentuk konsep diri positif pada anak dengan bahasa cinta
3. Mengasah kebiasaan anak dengan bahasa cinta
4. Membentuk skill anak dengan bahasa cinta
5. Membangun kemampuan kebermanfaatan anak untuk masyarakat dengan
bahasa cinta.

Sebelum kita bahas satu persatu point diatas, saya ingin membahas
sekilas, pentingnya bahasa cinta yang harus dimiliki oleh ayah bunda. Bahasa
cinta disini adalah bahasa yang halus, sopan dan memiliki kedalaman makna.
Sehingga anak bisa tergerak, termotivasi untuk bertingkah laku yang baik.
Kemampuan berbahasa ini pertama kali harus dimiliki oleh ibu. Sehingga
ibu bisa membentuk dan mengarahkan anak.Menanamkan semangat dan
motivasi yang mendalam pada jiwa anak dan membuat kebiasaan yang baik
pada anak.
1. Menanamkan aqidah dengan bahasa cinta.
Menanamkan aqidah pada anak bisa dimulai dengan mengenalkan bahwa
nama pencipta kita adalah Allah. Bisa dimulai dengan mengajak anak
untuk melihat ciptaan Allah, apakah tumbuh-tumbuhan, hewan, benda-
benda ciptaan Allah yang ada di alam semesta. Ini akan mengenalkan

Bab 2: Mendidik dengan Bahasa cinta Berdasarkan


23  
pada anak bahwa pencipta kita bernama Allah. Setelah mengenalkana
nama Allah, kenalkan sifat-sifat Allah yang maha agung yang akan
membentuk kekagumana dan kesyukuran pada anak, sehingga mudah
kita arahkan untuk taat pada aturan Allah.
2. Membentuk konsep diri positif pada anak dengan bahasa cinta.
Konsep diri positif pada anak ini penting karena dia adalah citra diri
anak. Dengan konsep diri positif ini akan membangun kepercayaan
dirinya, membangun pola tingkah lakunya, membangun kemampuan
sosialisasinya, dll. Dari sini membangun konsep diri positif pada anak
dengan bahasa yang halus dan membekas inilah bahasa cinta.

Skill anak atau kemampuan yang harus dimiliki anak untuk bisa
menghasilkan karya bermanfaat secara profesional perlu dipersiapkan dan
diasah pada anak. Ini perlu digali dan dilejitkan oleh orang tua. Proses ini
harus berlangsung dengan bahasa penuh kasih sayang dan cinta kasih. Tidak
ada pemaksaan dan keterpaksaaan. Banyak orang tua sekarang ini sering
memaksakan apa yang dia jalani menjadi jalan kehidupan anaknya. Orang
tuanya menjadi dokter, maka anak dipaksa menjadi dokter. Orang tuanya
menjadi akuntan, anak dipaksa menjadi akuntan, dll. Ini akan membuat anak
kehilangan daya juang untuk mempunyai skill yang kuat karena terpaksa.
Dengan bahasa cinta, maka proses melejitkan skill ini akan berjalan optimal.
Membangun kemampuan kebermanfaatan anak untuk masyarakat dengan
bahasa cinta. Membangun kebermanfaatan untuk masyarakat luas disini
berarti anak kita ajarkan mempunyai karya.
Apapun itu. Ini diawali dengan mempunyai skill yang terus menerus kita
asah, sehingga anak bisa membagikan karyanya tadi ke tengah masyarakat.
Dengan kemampuan membangun kebermanfaatan ini anak akan terbentuk
kemampuan memimpin dikomunitas tertentu. Akan berpengaruh dikomunitas
tertentu. Sehingga anak bisa menebarkan kebaikan dan bermanfaat untuk
orang lain. Inilah fungsi khalifah fil ard dan lil muttaqiina imaama pemimpin
orang-orang yang bertakwa. Pembentukan proses ini hanya akan bisa
berlangsung dengan cara yang penuh kasih sayang dan cinta.

24   Parenting Berbais Islami


Nah ketika tahapan diatas terpenuhi maka, mendidik dengan bahasa cinta
akan bisa terlaksana dengan sempurna. Konsep-konsep diatas bisa terwujud
ketika ayah dan ibunya mau menuntut ilmu secara terus menerus sepanjang
hayat.
Istilah pendidikan kasih sayang merupakan penggabungan dari
dua suku kata yakni “pendidikan” dan “kasih sayang”, yang keduanya
memiliki kandungan makna berbeda. Keduanya akan digabungkan menjadi
“pendidikan kasih sayang” dan memiliki makna berbeda pula. Sehubungan
dengan pendidikan itu sendiri, banyak para pakar yang mendefinisikan
berbeda antara satu definisi dengan definisi lainnya. Menurut Noeng
Muhajir pendidikan adalah upaya membantu proses pengembangan subyek
didik.3 Menurut definisi ini pendidikan bukan hanya “konsep transfering of
knowledge” tetapi lebih mendalam dan membawa peserta didik pada tahapan
“kemandirian hidup“ yang didampingi “kemuliaan akhlak.” Pada esensinya,
pendidikan mengarahkan individu pada term besar yakni “perubahan” baik
itu perubahan dilihat dari cara pandang, perubahan kedewasaan (maturity),
perubahan tata bicara dan perubahan sikap. Pernyataan penulis tersebut
diperkuat dengan asumsi AlGhazali yang menyatakan pendidikan adalah
suatu proses kegiatan yang memiliki sistem yang jelas guna melahirkan
perubahanperubahan positif baik perubahan cara pandang atau pola pikir,
perubahan mental, perubahan aksi atau tingkah laku manusia.4 Sesuai definisi
Al-Ghazali, ada hal-hal yang “berubah” ketika seseorang berpendidikan;
berubah cara pandang, yang lebih terbuka (open minded) terbuka wawasan,
terbuka dalam memecahkan masalah (problem solving) terbuka pengetahuan
baru. Berubah dalam hal mental, yang memiliki mental sehat, dan jauh dari
kelemahan mental. Sedangkan perubahan lainnya perubahan tingkah laku
yang dengan aturan-aturan syar’i, adat dan hukum positif.
Adapun di dalam Al-Qur'an dalam berbagai bentuknya, kata kasih sayang
terulang َsebanyak 338 kali. Yakni, di dalam bentuk fi‘l mâdhi disebut 8 kali,
fi‘l mudhâri‘15 kali, dan fi‘l amr 5 kali. Selebihnya disebut di dalam bentuk
ism dengan berbagai bentuknya. Kata rahmah sendiri disebut sebanyak
145 kali. 11 Ibnu Faris menyebutkan bahwa kata yang terdiri dari fonem
ra, ha, dan mim, pada dasarnya menunjuk kepada arti “kelembutan hati”,

Bab 2: Mendidik dengan Bahasa cinta Berdasarkan


25  
“belas kasih”, dan “kehalusan”. 12 Dari akar kata ini lahir kata rahima,
yang memiliki arti “ikatan darah, persaudaraan, atau hubungan kerabat.”
Penamaan rahim pada pemaknaan perempuan karena darinya terlahir
remaja yang akan menerima limpahan kasih sayang dan kelembutan hati.
Al-Asfahani menyebutkan bahwa rahmah adalah belas kasih yang menuntut
kebaikan kepada yang dirahmati. Kata ini kadangkadang dipakai dengan arti
ar-riqqat al -mujarradah (belas kasih semata-mata) dan terkadang dipakai
dengan arti al-Ihsân, riqqah- ar dûn mujarrad = kebaikan sematamata tanpa
belas kasih.13 Misalnya, jika kata rahmah disandarkan kepada Allah, maka
carti yang dimaksud tidak lain adalah “kebaikan semata-mata.” Sebaliknya,
jika disandarkan kepada manusia, maka arti yang dimaksud adalah simpati
semata. Oleh karena itu, lanjut AlAsfahani, diriwayatkan bahwa rahmah
yang datangnya dari Allah adalah in‘âm ( ‫ُا َرحال ْعا‬
= karunia atau anugerah),
dan ifdhâl (kelebihan) dan yang datangnya dari manusia adalah riqqah(
ِ ‫ُ ح لَّر‬
.(kasih belas= Adapun pengertian kasih sayang jika dilihat dari sisi
istilahi mengandung maka Muhammad Anis berpendapat bahwa kasih sayang
diartikan sebagai perbuatan dari seseorang yang memberikan kenyamanan,
kesenangan, keharmonisan dan rasa penghargaan kepada orang lain. 14 Masih
menurut Anis Kasih sayang merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic
need) setiap manusia. Karenanya memang kasih sayang wajib disebarkan dan
diluaskan. Sebagaimana Rasulullah diutus Allah untuk menyebarkan rahmah
atau kasih sayang bagi seluruh alam. Artinya : Dan Tiadalah Kami mengutus
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Sejalan dengan
pernyataan Muhammad Anis di atas, kenyamanan, keamanan, keharmonisan
diwujudkan dengan tidak adanya unsur pemukulan, kekerasan, penghinaan
dan umpatan. Hal ini dinyatakan pula oleh Jaudah Muhammad Awwad
pun memberikan definisi kasih sayang ini yang menurutnya adalah suatu
hal yang di dalamnya tidak ada unsur kekerasan, umpatan, pemukulan
baik terhadap orang lain apalagi terhadap remaja.15 Sedangkan Allen N.
Mendler memberikan pandangannya bahwa yang dinamakan kasih sayang
adalah kedekatan emosional terhadap orang lain dan ada di dalamnya unsur
mengasihi.

26   Parenting Berbais Islami


Kasih sayang menjadi sangat penting bagi dunia “educating” dan
“parenting” dalam sepajang zaman. Tidak hanya pada era modernisasi
sekarang ini, tetapi pada zaman para nabi pun kasih sayang sudah diterapkan
sebagai metode dalam “mendidik”; baik mendidik remaja, istri/suami,
keluarga dan masyarakat saat itu. Sebagai contohnya, Nabi Adam dapat
ditunjukkan rasa cinta dan sayangnya Adam terhadap istrinya Hawa, yang
begitu besar, sehingga Adam rela melanggar janji kepada Allah untuk tidak
memakan buah quldi, demi memenuhi keinginan Hawa. Demikian pula
sayangnya Nabi Nuh terhadap remaja dan istrinya yang membangkang
meski dengan kesabaran dan nasehat yang lembut, tetap saja keduanya
tidak beriman dan lebih memilih kemungkaran(QS. Hūud ayat 42-43). Nabi
Ibrahim pun demkian, begitu sayang terhadap ayahnya “pembuat patung
berhala.” Tidak henti-hentinya Ibrahim memberikan wejangan dan nasehat
dengan lembut dan santun terhadap ayahnya agar kembali ke jalan illahi
rabbi. Meskipun hasilnya nihil. Ibrahim tidak menginginkan ayahnya menjadi
hamba-hamba syaithan yang menyebarkan kesesatan kepada umat manusia
sedangkan dirinya menjadi “penerang kegelapan para umat.” Hal demikian
pula nabi Sulaiman yang menunjukkan kasih sayang besarnya terhadap
para binatang dan kaum jin. Persahabatan mereka dengan Sulaiman benar-
benar dilandasi karena Allah semata. Di sisi lain ada pula nabi Yusuf yang
menunjukkan kebesaran hati dan sayangnya terhadap saudara-saudara yang
telah mencelakakannya memasukkan ke kubangan sumur. Meski dianiaya,
tetapi Yusuf tidak menunjukkan kebencian dan pembalasan terhadap mereka,
bahkan malah sebaliknya mengangkat derajat-duniawi mereka ke dalam
pemerintahan masa itu.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam buku Kepribadian dalam Psikologi
Islam karya Abdul Mujib, dijelaskan bahwa sentuhansentuhan jiwa yang
spiritualis (yang dekat dengan illahi) perlu ditekankan kepada anak didik
untuk membantu “merubah kebiasaan tidak bertanggung jawab”, “merubah
perilaku buruk”, sebab sentuhan jiwa yang spiritualis lebih bersifat langsung
dan mengena yang diharapkan akan bersifat “langgeng pada anak.”38
Pernyataan tersebut ditegaskan pula dengan hasil disertasi Sayekti yang
menyatakan bahwa pendekatan agama dan nilai-nilai spiritual sangat besar

Bab 2: Mendidik dengan Bahasa cinta Berdasarkan


27  
pengaruhnya terhadap keberhasilan penyembuhan terhadap anak/peserta
didik bermasalah, terutama nilai-nilai agama yang disebarkan di dalam
keluarga.39 Muhammad Tholchah Hasan memberikan asumsi bahwa
suasana yang penuh religious-spiritual membantu menstabilkan hati dan
mengarahkan pada kedamaian dan ketenangan jiwa dan perilaku.40 Dari
beberapa pernyataan tersebut di atas terlihat bahwa pendidikan kasih
sayang yang kental nuansa agamis-religius yang sifatnya menjiwa akan lebih
berfungsi-aktif bagi anak/peserta didik. Lain halnya manakala pendekatan
kasih sayang yang kering nuansa agamis-religius dan terpusat pada ranah
kognitif semata, yang terjadi anak akan berubah pada tataran konsep-akal-
kognitif semata tetapi secara jiwa mereka mengalami kekeringan, sehingga
perilaku yang dimunculkan adalah perilaku-kamuflastik, yang sifatnya tidak
mengena dan tidak langgeng pada anak didik. Oleh karena itulah pendidikan
kasih sayang dalam kajian Psikologi Pendidikan Islam menjadi sangat urgen/
penting karena adanya sesuatu hal yang menjadi ciri khas di dalamnya yakni
„adanya penyampaian pendidikan kasih sayang kepada anak/peserta didik
yang didasari pada aspek qalb, ruhaniyyah‟sehingga lebih mengena dan
terasa, dan yang demikian hendaknya dibudayakan dan dikembangkan lebih
luas pada ranah madrasah/sekolah di manapun berada.

28   Parenting Berbais Islami


Bab 3
BLOCKING DYSFUNGSIONAL
DEVELOPMENT (SOCIAL &
MENTAL)
Pada masa anak-anak, pertumbuhan yang sehat tidak hanya ditandai
perubahan fisik namun juga disertai dengan perkembangan mental. Baik
kesehatan fisik dan mental diperlukan anak untuk menjalani kehidupan
remaja hingga dewasa. Meskipun demikian, kebutuhan kesehatan mental
anak cenderung sulit dipahami dan sangat mungkin terlewatkan oleh orangtua
dalam mengasuh anak.
Kesehatan mental anak tidak hanya diartikan sebagai kondisi mental
anak yang tidak mengalami penyakit mental, namun juga mencakup
kemampuan untuk berpikir secara jernih, mengendalikan emosi, dan
bersosialisai dengan anak seusianya. Anak yang memiliki kesehatan mental
yang baik akan memiliki beberapa karakter positif, misalnya dapat beradaptasi
dengan keadaan, menghadapi stress, menjaga hubungan baik dan bangkit dari
keadaan sulit.
Sebaliknya, kesehatan mental yang kurang baik pada masa anak-
anak dapat menyebabkan gangguan perilaku yang lebih serius akibat
ketidakseimbangan mental dan emosional, serta kehidupan sosial anak yang
kurang baik.
Perkembangan mental anak yang optimal harus diawali dengan kondisi
kesehatan mental yang baik. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan
orangtua dalam menjaga kesehatan mental anak:

3.1. MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI ANAK


Upaya ini sangat penting dilakukan untuk mendorong anak mempelajari dan
terus mencoba berbagai hal baru. Ini dapat dilakukan dalam berbagai cara,
misalnya:

1. Memuji mereka saat mulai belajar hal baru.


2. Membantu anak dalam menentukan tujuan yang sesuai dengan
kemampuannya.
3. Hindari ucapan, sikap, dan perilaku yang membuat anak berhenti mencoba
saat mereka gagal.
4. Ajari anak untuk bekerja dalam kelompok.

30   Parenting Berbais Islami


5. Bersikap jujur saat melakukan kesalahan, ajari anak menerima kesalahan
dan kegagalan.

3.2. MEMBIARKAN ANAK BERMAIN


Bagi anak-anak, waktu bermain hanyalah waktu untuk bersenang-senang,
padahal sesungguhnya waktu tersebut juga merupakan saat anak belajar
berbagai hal. Saat bermain, anak juga terbantu untuk menjadi kreatif,
mempelajari bagaimana memecahkan masalah, dan bagaimana cara
mengendalikan diri. Aktif bergerak saat bermain juga membantu anak
menjadi sehat secara fisik dan mental.

3.3. MENDORONG ANAK UNTUK BERSOSIALISASI


Di samping bermain dengan orangtua, anak juga memerlukan berinteraksi
dengan anak seusianya. Bermain dengan teman sebaya akan membantu anak
mengenali kelemahan dan kelebihan pada dirinya, serta belajar untuk hidup
berdampingan dengan orang lain. Menemukan teman bermain anak dapat
dilakukan dengan mengajak anak mengunjungi lingkungan sekitar, tempat
rekreasi, atau mendaftarkan anak di sekolah.

3.4. AJARI ANAK UNTUK MENIKMATI PROSES


Ajari anak untuk memahami bahwa kemenangan atau mencapai tujuan
bukanlah segalanya, dan menikmati proses adalah hal terpenting dalam
mengerjakan suatu hal. Saat anak mengikuti pertandingan atau bermain
permainan olahraga, cobalah tanyakan perasaan anak saat ia bermain
dibandingkan menanyakan apakah ia memenangkan permainan tersebut.
Selalu menuntut anak untuk menang dapat memicu ketakutan akan
kekalahan, atau kekhawatiran dalam mencoba hal baru, dan hal ini dapat
membuat anak frustrasi.

Bab 3: Blocking Dysfungsional Development (Social & Mental)


31  
3.5. AJARI DISIPLIN DENGAN ADIL DAN KONSISTEN
Di samping membutuhkan kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru
dan hidup mandiri, anak juga harus mengetahui beberapa perilaku tidak boleh
dilakukan, dan bahwa mereka akan menerima konsekuensi jika melakukan
tersebut. Menasihati dan memberi contoh adalah hal yang paling baik untuk
menerapkan perilaku disiplin yang memiliki dasar kebaikan, nilai agama,
maupun norma sosial.

3.6. KRITIKLAH PERILAKUNYA, BUKAN ORANGNYA


Saat akan menghukum atau mengkritik kesalahan yang dibuat oleh anak,
tetaplah fokus terhadap perbuatan anak. Katakanlah bahwa perilaku yang
diperbuat itu salah atau tidak baik tanpa memberi label terhadap anak seperti
memanggil dengan sebutan “anak nakal.”

3.7. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN RUMAH YANG AMAN


Rumah adalah tempat pertama anak mempelajari berbagai hal. Lingkungan
rumah yang aman dan keluarga yang harmonis akan mendukung
perkembangan mental anak. Sebaliknya, suasana rumah yang tidak aman
dapat menyebabkan anak menjadi mudah cemas atau mengalami ketakutan
dan hal ini dapat menghambat perkembangan anak. Selain itu, kondisi rumah
yang baik juga akan membantu anak untuk membangun kembali kepercayaan
diri saat mengalami kesulitan dan permasalahan.

3.8. PERUBAHAN PERILAKU ANAK YANG HARUS


DIWASPADAI ORANGTUA
Kondisi mental anak akan sangat mudah memberikan dampak terhadap
perilaku anak. Perubahan perilaku ini kemungkinan disebabkan adanya
sesuatu hal yang mengganggu pikiran atau kondisi emosi anak, dan hal ini
dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan mental anak. Berikut
beberapa perubahan perilaku yang dapat terjadi pada anak:

32   Parenting Berbais Islami


1. Terlihat tidak semangat dan mudah marah
2. Cenderung meledak-ledak saat marah
3. Menunjukan sikap agresif dan tidak menuruti kata orangtua
4. Hiperaktif atau tidak bisa diam tanpa sebab yang jelas
5. Menghindari pergi ke sekolah atau tidak ingin bermain dengan anak
seusianya
6. Sering terlihat cemas
7. Mudah merasa takut
8. Penurunan prestasi akademik di sekolah

Jika beberapa hal tersebut dialami oleh anak, segera tangani dengan ajak
anak berbicara terkait masalah yang ia alami. Beberapa perubahan perilaku
cenderung sulit diketahui penyebabnya sehingga penanganan dan penilaian
dari ahli kesehatan mental anak mungkin diperlukan.
Hidup di perkotaan memang membuat interaksi sosial agak berkurang
dibanding bila hidup di daerah perdesaan. Di perkotaan, memang hubungan
antara tetangga lebih individualistis, tingkat kriminalitas tinggi, dan lain
sebagainya. Namun ternyata, gaya hidup masyarakat perkotaan ini dapat
membawa pengaruh buruk bagi kesehatan mental anak-anak yang hidup di
perkotaan.
Tanda-tanda gangguan psikologis pada anak-anak dan dewasa di kota
memang dua kali lipat lebih tinggi dibanding dengan yang tinggal di pedesaan.
Yang mengerikan, menurut laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), dua
pertiga dari jumlah populasi di seluruh dunia akan tinggal di perkotaan di
tahun 2050. Artinya, masalah ini perlu diselesaikan secepatnya supaya anak-
anak di masa depan dapat terhindar dari masalah kesehatan mental.
Sebelumnya, banyak penelitian yang sudah membuktikan adanya masalah-
masalah psikologis pada anak-anak yang hidup di lingkungan perkotaan,
seperti: paranoid, mendengar atau melihat sesuatu yang seharusnya tidak
ada, atau percaya bahwa orang lain dapat membaca pikiran mereka. Bahkan,
efek psikologis ini dapat berdampak hingga dewasa, seperti skizofrenia atau
masalah-masalah psikologis lain. Akan tetapi, baru-baru ini saja ilmuwan
di Duke University dan King’s College London menemukan sebabnya.

Bab 3: Blocking Dysfungsional Development (Social & Mental)


33  
Para peneliti mengikuti perkembangan 2.232 anak-anak dari lahir
sampai mereka berumur 12 tahun. Keadaan psikologis masing-masing anak
diamati melalui wawancara dengan anak-anak tersebut saat mereka berusia
12 tahun. Sedangkan keadaan lingkungan sekitar anak-anak tersebut disurvei
melalui data geospasial beresolusi tinggi yang didapat dari data administrasi
dan Google Street View images.
Kedua data ini (kondisi psikologis dan keadaan lingkungan), kemudian
dikombinasikan untuk melihat mengapa anak-anak yang tinggal di perkotaan
bisa memiliki risiko lebih tinggi mengalami kesehatan mental. Peneliti
memilih aktivitas, status ekonomi, dan riwayat psikologis keluarga sebagai
kontrol (faktor yang dianggap sama). Untuk penelitian jangka panjang, para
ilmuwan juga mengontrol riwayat kesehatan mental dari keluarga anak-anak
tersebut dan riwayat tanda-tanda psikologis dari ibu anak-anak.
Hasilnya, anak-anak berumur 12 tahun yang tinggal di daerah
perkotaan bisa memiliki tanda-tanda masalah psikologis dua kali lebih tinggi
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak tinggal di daerah perkotaan.
Sekitar 7.4% anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan paling tidak
mengalami satu tanda-tanda gangguan psikologis. Sedangkan untuk anak-
anak yang tidak tinggal di lingkungan perkotaan, hanya 4.4% dari anak-anak
tersebut yang mengalami tanda-tanda gangguan psikologis.
Pertama-tama, Candice Odgers, professor asosiasi psikologi dan aturan
publik di Duke University dan direktur asosiasi senior di University’s Center
for Child and Family Policy, memulai penjelasannya dengan menyatakan
bahwa perlu dimengerti jika komunitas di sekitar anak-anak tinggal akan
mempengaruhi anak-anak itu sendiri. Penelitian ini akan membantu
masyarakat untuk mengetahui secara spesifik jenis lingkungan seperti apa
yang berbahaya untuk kesehatan mental anak.
Oleh karena itu, para ilmuwan ini mengelompokkan data-data yang
mereka kumpulkan menjadi 4 kelompok, yang dibagi berdasarkan keadaan
lingkungan sekitar tempat anak-anak itu tinggal:
1. Lingkungan yang suportif dan kompak antar tetangga.
2. Lingkungan yang suka ikut campur bila ada salah satu tetangganya
bermasalah.

34   Parenting Berbais Islami


3. Lingkungan yang kumuh, seperti adanya coret-coretan di tembok,
kerusakan di sana-sini, tetangga berisik, dan banyak orang bertengkar.
4. Lingkungan tempat banyak kriminal

Ternyata, anak-anak yang tinggal di lingkungan yang interaksi sosialnya


kurang, kontrol sosialnya kurang, dan pernah menjadi korban kriminal
lebih tinggi terkena tanda-tanda psikologis. Akan tetapi, kombinasi dari
kurangnya interaksi sosial dan korban kriminal secara sekaliguslah yang
paling menyebabkan masalah. Kombinasi kedua faktor ini menjelaskan secara
langsung seperempat dari seluruh hubungan antara kehidupan perkotaan dan
masalah psikologis pada anak.
Penemuan menarik dari penelitian ini adalah bahwa uang bukan segala-
galanya. Bukan berarti anak-anak itu hidup di keluarga yang mengalami
kesulitan ekonomi, maka akan mengalami masalah kesehatan mental. Selain
itu, keadaan interaksi sosial juga gampang berubah bergantung pada level
komunitas itu sendiri.
Masih perlu penelitian lebih lanjut, terutama untuk efeknya di masa
datang. Penelitian ini bisa digunakan untuk membantu mengembangkan
bantuan sosial dan campur tangan dari medis untuk mengetahui tanda-tanda
masalah kesehatan mental anak sejak dini. Pertanyaan yang muncul sekarang
adalah, “Apakah tingginya kriminalitas akan meningkatkan waspada dan
paranoia pada anak?” atau “Apakah anak-anak yang tinggal di lingkungan
yang berantakan mempengaruhi bagaimana anak-anak itu menghadapi masa-
masa sulit?” Hal inilah yang masih membutuhkan penelitian lebih lanjut,
bagaimana mekanisme sosial dan biologis saling berhubungan pada anak-
anak ini.
Selain itu, perlu diketahui juga bagaimana efek dari masalah kesehatan
mental pada anak-anak ini pada saat mereka dewasa kelak. Perlu diingat
bahwa bukan berarti bila saat kecil si anak memiliki masalah psikologis,
lalu nanti akan terus berkembang sehingga saat anak itu dewasa, anak itu
memiliki gangguan mental yang parah. Kebanyakan, masalah psikologis ini
akan perlahan-lahan hilang. Akan tetapi bisa juga justru masalah psikologis
ini memicu masalah-masalah lain nantinya.

Bab 3: Blocking Dysfungsional Development (Social & Mental)


35  
3.9. MENGENAL JENIS GANGGUAN MENTAL PADA
ANAK
Menilai kesehatan anak bukan hanya dilihat dari kondisi kesehatan fisiknya
saja, melainkan juga dari tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
Dengan mental yang sehat, anak akan berkembang dan tumbuh dengan baik.
Hal ini juga akan memengaruhi perkembangan perilaku anak hingga dewasa
nanti.
Ada banyak hal yang bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental
seorang anak. Faktor kesehatan, riwayat genetik, penggunaan obat dalam
durasi yang cukup panjang, masalah saat kehamilan, dan bahkan lingkungan
sekitar, seperti keluarga atau tempat bermain pun bisa menyebabkan penyakit
gangguan mental.

1. Gangguan Cemas (Ansietas)


Perhatikan aktivitas anak sehari-hari. Memiliki rasa cemas sebenarnya
adalah hal yang wajar ditimbulkan oleh anak-anak. Namun, sebaiknya
ibu perlu memberikan perhatian jika anak memiliki rasa cemas dengan
berlebihan. Tidak hanya membuat kegiatan dan aktivitas anak sehari-hari
terganggu. Nyatanya, memiliki rasa cemas berlebihan pada diri anak juga bisa
mengganggu perkembangannya. Jika dalam setiap kegiatan perasaan cemas
selalu merundung anak, tentu anak tidak akan bisa berkonsentrasi dalam
melakukan sesuatu. Sebaiknya, ibu mencari tahu apa yang menyebabkan
anak memiliki perasaan cemas yang sangat berlebihan. Tidak ada salahnya
mendampingi anak hingga anak merasa tenang.

2. Central Auditory Processing Disorder (CAPD)


Central auditory processing disorder (CAPD) atau dikenal juga dengan istilah
gangguan proses auditori adalah salah satu jenis gangguan mental pada anak
yang dapat mengganggu perkembangan. Akan tetapi tidak hanya pada anak
saja, CAPD dapat dialami oleh semua usia yang dimulai sejak perkembangan
masa anak-anak. CAPD adalah masalah pada pendengaran yang timbul
saat otak tidak bekerja secara optimal. Biasanya, anak yang mengalami

36   Parenting Berbais Islami


CAPD akan kesulitan untuk merespon suara, menikmati musik, memahami
percakapan, membaca, serta mengeja.

3. Autisme
Autisme merupakan gangguan mental yang sudah cukup dikenal masyarakat.
Cukup banyak anak-anak yang harus mengidap Autisme ini. Mereka adalah
anak-anak yang mengalami kesulitan sosialisasi, tingkah laku, bahkan
berbicara dan sering disebut abnormal Anak-anak autisme cenderung memilih
untuk sibuk dengan dunianya sendiri. Selain itu pengidap autisme termasuk
anak yang sangat sulit untuk iajak fokus dan juga berinteraksi, mereka hanya
menaruh fokus pada hal yang mereka sukai. Faktor yang menyebabkan
autisme terjadi masih belum pasti, namun autisme juga bisa berasal faktor
genetik. Tak jarang, jika diarahkan anak-anak autisme bahkan bisa berprestasi
dalam bidang akademik.

4. Retardasi Mental
Mungkin anda baru mendengar penyakit mental ini, namun beberapa
anak di generasi ini mengalami retardasi mental. Retardasi mental adalah
keterbelakangan mental atau biasa disebut oligofrenia. Retardasi mental
terjadi karena gangguan perkembangan intelejensia disertai mental anak yang
tidak sesuai dengan usia seharusnya. Penyebabnya bisa jadi karena proses
patologis di otak yang disebabkan infeksi, racun, trauma atau gen. Gangguan
ini bisa juga ditentukan oleh sikap sang anak dan juga tes IQ dan namun tidak
dianggap abnormal

5. Diseleksia
Diseleksia adalah gangguan yang dialami anak-anak dimana mereka tidak
bisa membaca maupun kesulitan untuk menuliskan huruf dengan teratur
dan berurutan. Hal ini bisa terlihat ketika mereka tidak bisa membedakan
atau membaca susunan huruf dengan benar meski usianya sudah beranjak
besar. Ketika menggunakan kata atau membaca, anak diseleksia mengalami
keterlambatan serta seringkali salah dalam membaca. Gangguan ini bukan

Bab 3: Blocking Dysfungsional Development (Social & Mental)


37  
berarti mereka menjadi bodoh dan mengalami penyakit fisik, namun karena
informasi yang diterima otak sedikit berbeda.

6. Gangguan Makan
Gangguan makan termasuk satu diantara banyak gangguan mental yang
paling jarang diketahui orang tua. Karena menyepelekan maka tanpa disadari
anak mengalami gangguan makan, bahkan hingga usianya dewasa. Kesulitan
makan biasanya dijumpai pada pola anak yang cenderung tidak mau atau
menolak untuk mengonsumsi makanan. Jika makan porsi yang dihabiskan
tampak lebih sedikit dibandingkan anak-anak lainnya. Perbedaan gangguan
makan dengan anak yang sedang tidak nafsu makan umumnya hanya
mempermainkan makanan, sulit mengunyah dan juga membuang makanan
ketika dimasukan kemulut atau disuapi. Hal ini bukan dipengaruhi sosial

7. ADHD
ADHD atau biasa disebut sebagai Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau
ADHD. Jika dalam istilah Indonesia lebih sering disebut GPPH atau
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Gangguan ini memiliki
sifat neurobihavioral dimana anak akan terasa sulit diatur, dan terkesan tidak
perduli akan nasihat orang sekitar. Selain itu mereka juga tampak sulit fokus
pada suatu hal. Mereka akan menyelesaikan suatu target yang ditujukan atau
diharapkan dengan sulit.

8. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar merupakan istilah yang tidak asing lagi di masyarakat.
Gangguan ini termasuk dalam penyakit mental baik menyerang anak remaja
atau orang dewasa. Dimana gangguan bipolar terjadi jika adanya perubahan
mood yang beralngsung drastis tanpa ada adalasan yang sangat kuat.
Anak bisa menjadi terlalu gembira akan suatu hal namun bisa menjadi
terlalu sedih hingga depresi dan ingin bunuh diri tanpa alasan yang pasti.
Tanda ini membahayakan terutama bagi mereka yang tidak tahu
bagaimana pengendalian yang tepat untuk menghindari adanya perubahan

38   Parenting Berbais Islami


mood ekstrim ini. Mereka yang menderita gangguan bipolar biasanya
diredakan dengan terapis dan berbagai metode lainnya.

9. Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang biasa terjadi pada anak usia
tanggung hingga masa pubertas usia 20 tahun. Skizofrenia merupakan penyakit
mental yang dianggap sudah kronis dimana penyakit ini menyebabkan
anak kehilangan kemampuan untuk mengetahui apakah ia sedang mengalami
hal nyata atau realitas atau tidak. Mereka juga merasa bahwa dengan hal-hal
buruk bisa menyadarkan mereka bahwa yang sedang dihadapi adalah dunia
nyata.

10. Gangguan Somatoform


Gangguan somatoform mungkin agak jarang diderita anak-anak namun
kemungkinan untuk bisa diidap oleh anak-anak tetap ada. Gangguan ini
terjadi jika sang penderita merasakan sakit yang amat dibagian tubuhnya
namun sebenarnya ia tidak menderita apapun. Bahkan jika diperiksakan ke
dokter ataupun pengobatan lainnya si pengidap justru sehat-sehat saja. Hal
ini terjadi karena ilusi yang diciptakan oleh mereka sendiri, padahal mereka
tidak mengalami gangguan medis.

11. Gangguan Gender dan Seksual


Gangguan gender dan seksual memang seringkali semakin menjadi ketika
dewasa dan menyebabkan banyak anak remaja justru salah kaprah dan
menyimpang. Namun gangguan gender dan seksual bisa muncul sejak kecil
atau sejak awal anak-anak bersosialisasi. Hal ini cukup membahayakan
dimana ia bisa bertindak diluar batasan baik norma maupun agama dan
perkembangan gangguannya akan semakin parah seiring umur bertambah.

12. Sindrom Respon Stress


Sindrom ini terjadi bagi mereka yang memiliki pribadi)  sangat emosional
hingga orang disektar yang ingin bersosialisasi tampak tidak bisa toleransi

Bab 3: Blocking Dysfungsional Development (Social & Mental)


39  
dengan pengidapnya. Umumnya mereka akan mengalami sindrom ini setelah
mengalami hal yang tidak diinginkan atau tidak bisa diterima dengan baik
seperti perceraian, bencana alam, kematian seseorang dan lainnya. Hal seperti
ini dianggap berbahaya karena bisa menyakiti orang lain terutama pada anak-
anak yang belum tahu dampak atau bahaya dari sifat yang emosi

13. Gangguan Disosiatif


Gangguan disosiatif bisa terjadi pada anak jika mereka mengalami gangguan
semacam ini yang diakibatkan oleh keadaan tertentu. Hal yang paling sering
terjadi yakni gangguan kesadaran terhadap diri sendiri sehingga anak sering
linglung atau bingung, dan seringnya lupa akan identitas diri atau bagaimana
bentuk diri mereka yang sebenarnya. Gangguan ini berawal dari trauma yang
benar-benar menimpa dan tidak bisa ditoleransi oleh mental.

14. Psikopat
Psikopat adalah hal yang paling berbahaya dalam gangguan jiwa atau
gangguan mental. Mereka yang mengalami psikopat biasanya antisosial
karena bisa menimbulkan kerugian dan ketakutan di masyarakat. Orang
yang memiliki gangguan mental ini tidak memiliki rasa empati. Di tengah
masyarakat, psikopat seringkali dianggap pelaku kriminal dan menimbulkan
masalah yang besar. Maka ketika anda mengetahui salah satu anak dari
kerabat atau teman yang terindikasi memiliki penyakit jiwa ini sebaiknya
laporkan dan tangani dengan serius.

15. Antisosial Personality


Antisosial personality adalah gangguan yang terjadi akibat adanya perasaan
cenderung sinis, menghina dan tidak bisa menghargai orang lain. Karena hal
inilah mereka tidak bisa bergaul atau menerima orang lain untuk berteman dan
menjadi bagian hidup. Orang yang memiliki kehidupan anti sosial umumnya
tumbuh atau berasal dari trauma seperti bullying, ataupun asuhan yang
memang sudah sejak kecil diasingkan diantara masyarakat sosialnya. Karena

40   Parenting Berbais Islami


itulah anda sebaiknya mengetahui hal ini sejak awal agar bisa ditangani,
karena pasalnya manusia adalah makhluk sosial.

16. The Blues


The blues istilah yang biasa digunakan untuk kondisi Depresi. Dimana
penderita mengalami stress dan tekanan berkepanjangan, depresi bisa
berakibat pada mental dan kesadaran seseorang dan bisa berlangsung dengan
waktu yang sangat lama. Gangguan mental pada anak bisa saja terjadi karena
faktor yang mungkin jarang orang tua ketahui, anak terkadang mengalami
trauma, kejadian yang tidak mengenakan, hal yang bertentangan dengan
pengertian mereka ataupun genetik. Hal yang harus dilakukan orang tua
adalah memberikan perhatian penuh hingga menjadikan mereka anak-anak
yang benar-benar mendapat pendidikan dan juga kasih sayang. Dengan begitu
kemungkinan anak mengalami gangguan mental akan berkurang jauh.

3.10. HAMBATAN PERKEMBANGAN ANAK DAN CARA


EFEKTIF MENGATASINYA
1. Hambatan Berjalan
Salah satu hambatan perkembangan pada anak adalah hambatan
perkembangan motorik yaitu berjalan. Hal ini ditemukan pada banyak anak
tanpa indikasi yang buruk melainkan pertumbuhan lambat yang cukup
normal. Hal ini biasa diimbangi dengan perkembangan lainnya yang lebih
cepat sehingga masih seimbang. Namun apabila orang tua menemukan
hambatan berjalan pada anak, orang tua perlu segera mengkonsultasikan
pada tenaga kesehatan agar tidak ada hal yang tidak diinginkan dan hambatan
berjalan ini bisa diatasi dengan cepat. Dengan begitu, anak bisa mengejar
keterlambatan perkembangannya sesuai dengan tahapan tumbuh kembang
anak.

Bab 3: Blocking Dysfungsional Development (Social & Mental)


41  
2. Hambatan Berbicara
Beberapa anak juga mengalami hambatan berbicara. Ada beberapa anak
di usianya yang sudah menguasai banyak kosa kata, namun ada juga yang
perkembangannya terlambat sehingga belum bisa berbicara. Hal ini bisa diatasi
dengan cara orang tua menjadi aktif untuk mengajak anak berbicara. Pola
pembicaraan yang dilakukan janganlah satu pihak saja, namun memancing
anak untuk menirukan kata- kata misalnya seperti kata mama atau papa.

3. Hambatan memahami sesuatu


Hambatan memahami sesuatu bisa terjadi pada anak. Hal ini bisa disebabkan
oleh diri anak sendiri dimana daya tangkapnya memang lemah, atau bisa
juga karena lingkungannya yang jarang memberikan informasi yang mudah
dipahami. Sebaiknya orang tua membimbing anak untuk melatih pemahaman
anak sejak dini dengan menggunakan benda- benda di sekelilingnya dan
dengan penjelasan sederhana yang bisa dipahami.

4. Hambatan untuk fokus


Kemampuan anak untuk memusatkan perhatian akan terganggu jika terjadi
hambatan perkembangan. Dalam hal ini orang tua harus mencari tahu
penyebabnya. Mungkin terlalu lama bermain gadget atau menonton televisi
juga bisa berpengaruh. Orang tua perlu menekankan bahwa yang akan mereka
bicarakan itu penting sehingga anak perlu untuk menyimaknya. Hindari
paparan media distraksi yang terlalu sering.

5. Daya ingat lemah


Anak dengan daya ingat yang lemah bisa terjadi apabila nutrisi dan latihan
perkembangan yang diberikan sejak dini kurang. Maka berikan asupan
makanan bergizi pada anak sejak dini dan latihlah dengan aktivitas yang
memperkuat daya ingat anak, bisa melalui permainan- permainan yang
seru. Agar anak memiliki ingatan yang kuat, orang tua bisa melatihnya
menghafal sedikit demi sedikit namun sering dan konsisten.

42   Parenting Berbais Islami


6. Kemampuan berbahasa
Kemampuan berbahasa anak memang berbeda- beda. Hambatan
perkembangan pada anak bisa mempengaruhi kemampuan berbahasanya.
Orang tua harus memberikan contoh bagaimana cara berbahasa yang baik
untuk komunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Ajarkan anak untuk
mencontoh kata- kata Anda yang baik dan mempraktekkannya langsung
pada orang lain.

7. Hambatan interaksi sosial


Tipe anak yang pemalu dan menarik diri dari lingkungan sosial merupakan
salah satu hambatan perkembangan anak. Pada masa ini anak seharusnya
memiliki jiwa sosial yang tinggi untuk ingin bermain dengan teman- teman
sebayanya dan juga tingkat kepekaan sosial yang tinggi. Hambatan interaksi
sosial juga bisa berasal dari orang tua. Apabila orang tua tidak pernah
memperlihatkan cara berinteraksi dengan orang lain kepada anak, maka
anak pun akan terhambat interaksi sosialnya. Berikan contoh, ajarkan pada
anak bagaimana bereaksi terhadap repon sosial, berbicara, bermain, dan
aturan sosial lainnya.

8. Kesulitan adaptasi dengan lingkungan


Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan merupakan hambatan
perkembangan anak dikarenakan kurangnya pengetahuan untuk interaksi
dengan orang sekitarnya. Hal ini biasa terjadi ketka anak mulai memasuki
sekolah dengan lingkungan baru atau teman- teman baru. Dalam mengatasi
hal ini dibutuhkan bantuan orang tua atau guru untuk memulai pengenalan
atau adaptasi anak dengan lingkungannya. Anak pada umumnya mampu
beradaptasi dengan cepat, sehingga dibutuhkan peranan yang menngawali
hal tersebut.

Bab 3: Blocking Dysfungsional Development (Social & Mental)


43  
9. Tingkat emosional anak
Tingkat emosional anak terbentuk dari orang orang disekitarnya misalnya
lingkungan, orang tua, atau orang- orang terdekat lainnya. Anak juga
cenderung memiliki emosi yang tinggi apabila tumbuh dalam keluarga
yang penuh tekanan, sering mendengar nada- nada keras atau dibentak.
Pada lingkungan yang demikian, anak juga akan mengalami hambatan
perkembangan. Tingkat emosional anak menjadi tidak stabil dan sulit ditebak.
Pentingnya peranan orangtua dalam mengendalikan emosi di sekitar anak
sangat diperlukan.

10. Perkembangan fisik


Hambatan perkembangan salah satunya adalah adanya hambatan
pertumbuhan fisik. Gangguan atau kecacatan anggota tubuh mengurangi
kemampuan anak untuk bisa beraktivitas seperti anak normal lainnya. Hal ini
menyebabkan keterlambatan perkembangan anak dalam hal tertentu sesuai
dengan gangguan yang dimiliki. Misalnya anak yang terlahir cacat kaki, maka
anak akan kesulitan untuk aktivitas berjalan, berlari bermain sepak bola, dan
aktivitas aktif lainnya yang seharusnya meraka alami.

11. Sakit
Kondisi sakit juga menjadi hambatan perkembangan anak. Anak menjadi
tidak mampu mengikuti proses pembelajaran sehingga tertinggal oleh anak
seusianya. Kondisi sakit juga tidak memungkinkan dirinya bermain dan
belajar seperti biasanya. Segala perlengkapan, tempat, pengobatan, serta
prosedur tindakan selama sakit dapat menjadi pengalaman berbeda yang
kurang menyenangkan bagi anak dan yang seharusnya tidak perlu mereka
alami. Dukungan orang tua sangat penting.

12. Gangguan kepribadian


Hambatan perkembangan anak lainnya yaitu adanya gangguan kepribadian.
Hal ini bisa dikarenakan pengaruh tidak baik dari lingkungannya maupun
dari keluarga. Anak akan tumbuh cenderung aneh dan dinilai berbeda dengan

44   Parenting Berbais Islami


temannya. Pembawaan diri yang berbeda ini membuat anak dijauhi oleh
teman disekitarnya.

13. Perilaku buruk


Hambatan perkembangan anak lainnya ditandai dengan perilaku anak yang
buruk. Perilaku yang dimaksud adalah seperti anak yang rewel, suka merengek
bahkan menangis keras tanpa bisa mengerti apa yang mereka inginkan. Anak
seperti ini bisa saja manja, menginginkan perhatian lebih, atau tipe yang
agresif dan banyak menuntut. Hal tersebut berasal dari pola didik orang tua
yang kurang baik. Perkembangan anak bisa terhambat akibat hal ini, karena
lingkungannya mungkin juga tidak menyukai hal tersebut.

14. Gangguan fungsi panca indera


Anak yang terlahir dengan gangguan panca indera bukan hal yang asing lagi.
Gangguan panca indera yang terjadi biasanya adalah gangguan pengelihatan
atau gangguan pendengaran. Kurangnya daya dengar anak menghambat
anak untuk menerima informasi berupa suara dan ketidakmampuan melihat
menghambat anak untuk menerima informasi dalam bentuk, warna, dan
gambaran visual. Hambatan ini akan mempengaruhi perkembangan anak.

15. Kegemukan
Anak yang gemuk memang sangat lucu dengan pipi tembem dan badan
tambunnya. Namun anak dengan obesitas atau kegemukan berlebih tidak baik
untuk perkembangan anak. Hal ini bisa saja menjadi hambatan karena anak
– anak yang seharusnya lincah bisa berlari kesana kemari, akibat kegemukan
anak menjadi malas dan tidak beraktivitas. Hal ini dapat berdampak buruk
bagi kesehatan dan perkembangan anak.
Hambatan perkembangan anak pada dasarnya berasal dari berbagai
faktor pemicu seperti keluarga, lingkungan, sekolah, teman, atau lainnya.
Anak memiliki kemampuan untuk belajar dari apa yang mereka dengar,
lihat dan rasakan dari interaksinya dengan orang- orang disekitarnya. Hal
tersebut pula yang menyebabkan perkembangan anak bisa menjadi baik atau

Bab 3: Blocking Dysfungsional Development (Social & Mental)


45  
buruk. Apabila keluarga dan lingkungan memberikan contoh dan ajaran yang
baik maka perkembangan anak juga akan tumbuh dengan baik. Begitu pula
sebaliknya apabila anak tumbuh pada keluarga dan lingkungan yang tidak
baik, maka anak akan mengalami banyak hambatan perkembangan yang
perlu diatasi.

46   Parenting Berbais Islami


Bab 4
GOOD PARENTING IN ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Keluarga adalah sebagai kelompok inti, yang diharapkan mampu memberikan
bekal pertama yang bersifat alamiah dalam usaha mempersiapkan generasi
milenial. Dalam keluarga, anak dipersiapkan untuk menjalani tingkatan-
tingkatan perkembangannya sebagai bekal ketika memasuki tantangan di era
Revolusi Industri 4.0.
Pendidikan keluarga memiliki urgensi yang sangat penting dalam
mempersiapkan nilai-nilai positif bagi tumbuh kembang anak sebagai fondasi
pendidikan selanjutnya (Mansur, 2005). Keluarga diharapkan selalu berusaha
menyediakan kebutuhan, baik biologis maupun psikologis bagi anak, serta
merawat dan mendidiknya (Hurlock, 1997).
Keluarga diharapkan mampu menghasilkan anak-anak yang dapat
tumbuh menjadi pribadi yang unggul, serta mampu hidup di tengah-tengah
masyarakat sekaligus dapat menerima dan mewarisi nilai-nilai kehidupan dan
kebudayaan (Jailani, 2014). Keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki
fungsi yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, sosial, sikap
keagamaan anak (Baharun, 2016). Pada dasarnya, manusia mempunyai
potensi yang positif untuk berkembang namun realisasi dari potensi itu sangat
ditentukan oleh pendidikan dalam keluarga khususnya dalam menghadapi
tantangan Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri generasi empat tidak
hanya menyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milineal.
Tantangan yang terdekat berasal dari anggota keluarga khususnya orang tua
(Wahy, 2012).
Banyak orang tua yang kurang mengetahui dan memahami bagaimana
cara mendidik anak. Keadaan ini semakin kompleks dengan fakta yang
menyebutkan bahwa di era ini memasuki Revolusi Industri 4.0. Dengan
adanya Revolusi Industri 4.0 menandakan adanya pengaruh globalisasi saat
ini diantaranya semakin mudahnya masyarakat mendapatkan informasi dari
berbagai belahan dunia sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang
begitu pesat. Hal Ini membawa pengaruh positif maupun pengaruh negatif
khususnya dalam ranah pendidikan keluarga (dalam Lalo, 2018).
Pengaruh positif adanya Revolusi Industri 4.0 terhadap pendidikan
keluarga menyebabkan adanya pergeseran nilai dan sikap anggota keluarga
yang semula irasional menjadi rasional sedangkan pengaruh negatif adanya

48   Parenting Berbais Islami


Revolusi Industri 4.0 terhadap pendidikan keluarga adalah anggota keluarga
merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak
lagi membutuhkan orang lain dalam beraktifitas, dimana kadang mereka
lupa bahwa mereka adalah mahluk sosial yang perlu berinteraksi dengan
sesamanya, sehingga intensitas interaksi antar anggota keluarga berkurang.
Pengaruh negatif tersebut berdampak signifikan terhadap peran orang tua
khususnya dalam melakukan controlling terhadap anaknya.
Peran pendidikan keluarga di era Revolusi Industri 4.0 diantaranya
mengarahkan anak-anaknya agar mampu menghadapi banyaknya tuntutan
serta menanamkan nilai dan sikap pada anak. Nilai dan sikap yang ditanamkan
pada anak tercermin dalam sikap serta perilaku orang tua sebagai teladan yang
dapat dicontoh anak (Akhyadi, 2018). Adanya penanaman nilai dan moral
diharapkan anak mampu terbiasa dengan sifat-sifat yang baik seperti sifat
benar, jujur, ikhlas dan adil. Salah satu cara untuk dapat menanamkan nilai
dan sikap pada anak adalah mendorong anak untuk memiliki kemampuan
berfikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills). HOTS adalah
kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif
yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (dalam Ormrod, 2008).
Ketika anak mempunyai kemampuan berfikir tingkat tinggi, diharapkan anak
dapat bersaing dengan kompetitif dan menciptakan inovasi serta kreativitas
yang dimiliki untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan.
Penelitian ini kami fokuskan pada bagaimana peran pendidikan keluarga yang
bertujuan untuk mengetahui peran pendidikan keluarga dalam menghadapi
tantangan di era revolusi industri 4.0. Penelitian ini diharapkan menjadi
wacana bagi para orang tua agar dapat menerapkan pendidikan keluarga yang
sesuai dengan perkembangan anak serta perkembangan zaman.
Keluarga merupakan satu hal terpenting dalam pendidikan anak karena
anak dibesarkan dan dibimbing oleh keluarga. Berdasarkan fakta di lapangan
yang kami temui menyatakan bahwa orang tua pada era generasi milenial
memilih untuk membebaskan anak-anak mereka dalam menentukan tujuan
mereka. Peran orang tua dalam mendidik anak tersebut hanya mengarahkan
atau membimbing anak apabila anak kesulitan untuk mencapai tujuannya.

Bab 4: Good Parenting in Era Revolusi Industri 4.0


49  
Pemilihan cara mendidik ini didasarkan pada perkembangan teknologi
yang sudah canggih, orang tua merasa bahwa anak sudah lebih mahir dalam
mencari berbagai informasi sendiri sehingga orang tua berperan untuk
mengarahkan anak agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. Cara
mendidik orang tua yang membebaskan anak untuk menentukan pilihannya
sendiri cenderung yang diharapkan oleh anak-anak generasi milenial karena
mereka berpendapat bahwa anak harus diberi kebebasan dalam menentukan
pilihan. Orang tua mendukung dan memberi motivasi selama pilihan
serta tujuannya positif. Namun, cara mendidik ini memiliki kekhawatiran
dan tantangan tersendiri bagi orang tua dalam mengarahkan anak untuk
menggunakan alat-alat elektronik seperti gawai. Gawai memiliki fungsi yang
sangat luas sehingga anak dapat mendapat informasi yang tak terbatas, baik
informasi yang positif maupun informasi yang negatif. Fungsi gawai yang
sangat luas ini harus mendapatkan kontrol dari orang tua supaya anak tidak
terjerumus pada hal-hal yang negatif.
Kontrol yang dilakukan orang tua termasuk salah satu metode
dalam pendidikan keluarga untuk menanamkan nilai-nilai, norma, dan
mengawasi anak sehingga lebih terarah. Fungsi pendidikan dalam keluarga
yaitu keluarga diajak untuk mengkondisikan kehidupan keluarga sebagai
“instusi” pendidikan, sehingga terdapat proses saling berinteraksi antara
anggota keluarga. Keluarga melakukan kegiatan melalui bimbingan dan
pendampingan, serta teladan nyata untuk mengontrol pola pergaulan anak
(Rakhmawati, 2015).
Orang tua saat ini menerapkan peraturan-peraturan dalam penggunaan
gawai guna mempertahankan norma-norma keluarga dan komunikasi
antar anggota keluarga. Peraturan seperti tidak menggunakan gawai pada
kondisi tertentu misalnya ketika sedang makan bersama, berkumpul bersama
keluarga, dan tidak menggunakan gawai hingga larut malam. Berdasarkan
sudut pandang anak, peraturan tersebut sudah sewajarnya diterapkan karena
mereka merasa bahwa gawai juga memiliki dampak negatif.
Salah satu anak yang kami temui mengatakan bahwa dia sekarang
menjadi jarang berolah raga, jarang berkunjung ke rumah teman, dan jarang
melakukan aktivitas-aktivitas yang menghasilkan keringat banyak. Kurang

50   Parenting Berbais Islami


berolahraga dapat menyebabkan anak menjadi tidak sehat, memainkan
gawai dirasa lebih menyenangkan dibandingkan harus berolah raga. Anak
tersebut mengaku lebih suka menggunakan gawai untuk memainkan game
sehingga orang tua memberikan peraturan kepadanya agar tidak terlalu sering
menggunakan gawai. Salah satu otang tua juga membatasi pemakaian gawai
dalam penggunaan youtube agar tidak berlebihan. Namun, gawai juga memiliki
banyak manfaat dalam pembelajaran anak terutama di sekolah. Anak belajar
dengan menggunakan gawai untuk mendapatkan informasi-informasi yang
tidak anak dapatkan dari buku. Orang tua membiarkan anaknya untuk
menggunakan gawai ketika belajar dengan syarat kalau anak memang sudah
tidak mengetahui cara mengerjakannya dan tidak menemukannya dibuku.
Peran orang tua selain dalam mengatur tentang penggunaan gawai, orang
tua juga menanamkan nilai-nilai agama agar anak menjadi umat beragama
yang baik. Penanaman nilai-nilai agama ini lebih efektif ketika orang tua juga
memberikan contoh langsung misalnya dalam beribadah sholat subuh orang
tua mengaktifkan alarm pukul 5 pagi, pada saat alarm berbunyi pukul 5 pagi
orang tua bangun dan mengajak anak untuk mandi serta sholat subuh.Tidak
hanya nilai-nilai agama yang diberikan orang tua kepada anaknya, tetapi nilai
moral juga diberikan untuk membuat anak dapat menghadapi lingkungan
disekitarnya.
Semua usaha tersebut dilakukan orang tua supaya anaknya dapat
menjadi anak yang baik, bisa membedakan hal baik maupun buruk, dan
bertanggungjawab dengan pilihannya. Keinginan tersebut yang membuat
orang tua merasa bahwa pendidikan keluarga sangatlah penting (Akhyadi,
2018). Mereka memilih untuk membebaskan anak dalam memilih tujuan
hidup, tetapi juga membimbing anak agar tidak salah arah serta memberi
motivasi anak hingga mencapai tujuan.
Pengertian Era Digital Menurut Friedman dalam Tambunan (2004)
era digital merupakan dimensi globalisasi yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan teknologi yang membuka batas-batas negara sehingga negara
semakin tanpa batas. Artinya era digital ditunjukkan melalui perkembangan
teknologi informasi dengan berbagai media. Lebih lanjut Schrum (2013: 90)
mendefinisikan era digital sebagai media baru. Media baru ini adalah istilah

Bab 4: Good Parenting in Era Revolusi Industri 4.0


51  
umum yang digunakan untuk menggambarkan teknologi akhir abad ke-20.
Disebut baru karena media mencakup banyak komponen, yaitu: internet,
telepon seluler, televisi interaktif, permainan komputer, dan dunia maya.
Sebagai teknologi baru yang terintegrasi ke dalam kehidupan anak sehari-
hari, semua itu menjadi bagian dari pengalaman aktivitas mereka yang
dianggap biasa dan familiar. Pada kenyataannya era digital yang diiringi
dengan tumbuhnya media informasi yang beragam membawa manfaat yang
besar dalam memfasilitasi anak dalam menggarap informasi dan memfasilitasi
komunikasi. Namun tidak dapat disangkal bahwa dampak negatif yang
ditimbulkan juga sangat serius. Sebagaimana diungkapkan oleh Syifa Ameliola
dan HanggaraDwiyudhaNugraha (2013) dalam artikelnya “Perkembangan
Media Informasi dan Teknologi pada Anak di Era Globalisasi” pertama,
bahwa penggunaan digital berdampak negatif yang signifikan terhadap
perkembangan anak, kecanduan dunia digital membuat anak malas bergerak
dan lanjutkan. Ini akan mempengaruhi otak dan perkembangan psikologis
anak. Kedua, dalam membangun interaksi sosial, anak cenderung lemah,
tidak tertarik bermain dengan teman sebayanya, mereka asyik dengan dunia
gadget. Pola Asuh yang Tepat untuk Pendidikan Anak Usia Dini sebagai
Upaya Menjawab Pengaruh Era Digital Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu
pola dan pembinaan. Pola adalah sistem, model atau cara kerja. Sedangkan
pembinaan adalah mengasuh, mendidik, memelihara, membimbing, melatih
dan membantu. Jika digabungkan menjadi satu, maka parenting merupakan
metode atau metode mendidik anak yang dipilih oleh pendidik dalam
memberikan hadiah, sanksi, wewenang dan perhatian. (Agustiawati, 2014:
3). Berdasarkan pemahaman di atas maka kewenangan pendidik anak usia
dini menjadi sangat penting dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan
anak agar tidak terjebak dalam ketergantungan yang berlebihan pada media
digital. Peran pendidik lebih difokuskan pada upaya menjaga anak agar
tidak menggunakan media digital secara bijak dan penuh tanggung jawab.
Oleh karena itu, pola asuh yang tepat yang harus ditempuh oleh pendidik
di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dalam berbagai klasifikasi tahapan
perkembangan adalah: Pemberian gadget harus disesuaikan dengan usia dan

52   Parenting Berbais Islami


tahapan perkembangan anak. Orang tua dan anak membutuhkan kesepakatan
seputar penggunaan gadget, bukan untuk melindungi anak tetapi memberikan
ketrampilan yang tepat saat anak terpapar informasi dari gadget, karena orang
tua tidak selalu bisa menonton.
Cara-cara di bawah ini dapat dilakukan orang tua sesuai dengan usia dan
tahapan tumbuh kembang anak:
1. Balita berusia 1-3 tahun Sebuah.
• Punya batas waktu untuk tayangan di gadget
• Memanfaatkan gadget berupa audio untuk menambah kosakata,
angka, dan lagu.
• Gunakan program atau aplikasi untuk meningkatkan
• perilaku prososial pada anak-anak. Misalnya sikap empati atau
berbagi
• Gunakan informasi tentang berbagai orang dengan latar belakang
berbeda untuk mempelajari tentang keragaman.
• Hindari acara gadget yang mengandung unsur kekerasan dan
seksualitas.
• Hindari program menakutkan, seperti hantu
• Hindari program yang menggunakan program bahasa yang
tidak senonoh dan agresif karena anak dapat mengingat dan
mengulanginya kembali
• Hindari tayangan iklan di gadget dengan konten yang tidak sesuai
dengan usia anak saya. Mendampingi dan berinteraksi dengan orang
tua / pengasuh saat menggunakan gadget
2. Usia 4-6 tahun Sebuah.
• Memiliki kesepakatan bersama yang dipahami dan dihayati oleh
anak, memantau pelaksanaannya, secara konsisten menerapkan
konsekuensi atas pelanggaran tersebut dan menghargai keberhasilan
anak dalam melaksanakan kesepakatan tersebut.
• Memanfaatkan program / aplikasi yang mendidik terkait kesiapan
sekolah. Misalnya pengenalan huruf, angka, dan pengetahuan dasar.
• Memanfaatkan program / aplikasi yang mengajarkan perilaku
pertemanan serta menghargai perbedaan dan keragaman yang ada

Bab 4: Good Parenting in Era Revolusi Industri 4.0


53  
• Membahas persamaan dan perbedaan anak dengan karakter favorit
yang dilihat melalui media, dengan tujuan untuk meningkatkan
ketrampilan membedakan antara hal buruk dan hal baik.
• Menghindari program yang gugup dengan kekerasan dan seksualitas
• Menghindari program gadget biasa untuk pengenalan dan
penyimpangan gender
• Hindari program gadget / acara yang menampilkan karakter yang
memecahkan masalah kekerasan
• Membimbing anak untuk mengetahui apa itu fakta dan fantasi

54   Parenting Berbais Islami


REFERENSI
Brooks, Jane. 2011. The Process of Parenting. Yogyakarta: Student Library
Chang, Mido et al, 2009. Parenting Classes, Parenting Behavior, and Child
Cognitive Development in Early Head Start: A Longitudinal Model, The
School Community Journal, Vol. 19, No. 1: 155-175
Euis, Sunarti. (2004). Mengasuh Dengan Hati: Tantangan Yang
Menyenangkan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Gaveni, Noni, 2015, the Program Implementation Parenting Parents In
Child Friendly Growing Family Behavior (Descriptive Study in Early
Childhood Education Al-Ikhlas Bandung), Thesis, Faculty of Education,
University of Indonesia.
KPAI, 2019, KPAI Call Increasing the Child Rights Violations, downloaded on
March 8, 2018 in http://www.kpai.go.id/berita/kpai-sebut-pelanggaran-
hak-anak-terus-meningkat
MoH RI, 2013, report the results of basic medical research Indonesia 2013,
Jakarta, Indonesia Ministry of Health.
Mustikaningrum, 2014, Peran Kegiatan Parenting Dalam Pola Asuh Orang
Tua Di PAUN Cinta Kasih Amelia Di Desa Wunut, Kecamatan,
Ngombol Kabupaten Purworedjo, UNS
Rodena F Et al, (2014) Education and training for parent today, discipline and
wellbeing for children tomorrow, 5th world conference on educational
science, Procedia – Social and Behavioral Science 116
Rodica Ailincai (2013) Parenting Education : Which intervention model
to use ?, 4th International Conferences New Horizone in Education,
Procedia – Social and Behavioral Science 106
Rohinah, Parenting Education sebagai Character Education Model Family-
Based Early Childhood, Golden Age Scientific Journal of Early
Childhood Growth, Vol. 1 No. 1 April 2016, e-ISSN: 2502-3519: 27-39
Setijaningsih, T and Martiningsih, W, 2014. Influence Parenting Program
Against Knowledge and Attitudes of Parents Meeting the Basic Needs In
Early Childhood (The Effect of Parenting Program Towards Knowledge
and Attitude of Parents for Giving Fundamental Needs of Children in
Early Age). Nurses and Midwifery Journal, Vol. 1 No. 2, July 2014. DOI:
10.26699 / jnk.v1i2.ART.p129-134

56   Parenting Berbais Islami


Setyowati, Dwi Yuli et al, Effect of Readiness Parenting and Parenting
Psychosocial Against Child Social Development. Jur. Ilm. Ex. & Kons.,
January 2017, p: 95-106 Vol.10, No.2 ISSN: 1907-6037 e-ISSN: 2502-
3594 DOI:http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2017.10.2.95
Whitham, Cynthia. (2003). Mengatasi Rengekan dan Perilaku Buruk Anak.
Jakarta.PT. Gramedia Pustaka Utama.
Yani A, Khaeriyah E, and Ulfah M, 2017. Implementation of Islamic
Parenting In Shaping Character of Early Childhood in RA At-Taqwa
Cirebon. Journal of Child Education. Vol.3 1, P-ISSN: 2541-4658,
E-ISSN: 2528-7427
Zainuddin, et al, 1991. The ABCs of Education from Al-Ghazali.Jakarta:
Earth Literacy

Bab 4: Referensi
57  
58   Parenting Berbais Islami

Anda mungkin juga menyukai