Anda di halaman 1dari 19

KONSEP TERAPI BERMAIN

Diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Pengampu : Hj. Endang Suartini, S,ST. M.KM

Disusun Oleh :
1. Eliza Risela Octari

2. Erliana Rosanti

3. Emi Hardiyanti

4. Herni Suherni

5. Nurhafifah

6. Shofiana Hanifah

7. Verawati

Reguler/Semester : 2B Semester 4

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TANGERANG

2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan
hidayahnya yang telah diberikan kepada penyusun dalam pembuatan makalah ini,
serta segenap kemampuan penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam
pembuatan makalah ini. Kemudian shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan
pada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan beserta pengikutnya yang setia
hingga akhir zaman.

Penyusun membuat makalah tentang “Konsep Terapi Bermain” dengan


harapan dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Sehubungan dengan
penyelesaian makalah ini penyusun sampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang membantu terutama kepada :

1. Ibu Hj. Endang Suartini, S,ST. M.KM selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Anak.
2. Dan teman-teman yang tidak bisa disebut satu-persatu.
Tak salah apabila ada pepatah yang mengatakan bahwa tak ada gading yang
tak retak, demikian juga makalah ini adanya. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih sangat jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun cara
penyusunannya. Oleh karena itu penyusun mengharap kritik dan saran demi
perbaikan makalah kedepannya.

Tangerang, 19 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bermain ................................................................... 2
2.2 Klasifikasi Bermain ................................................................... 3
2.3 Kartegoi Bermain ....................................................................... 5
2.4 Fungsi Bermain .......................................................................... 5
2.5 Jenias Permainan ........................................................................ 7
2.6 Terapi Keperawatan ................................................................ 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika masa anak sudah memasuki masa bermain atau istilah lain disebut
sebagai masa toddler, maka anak selalu membutuhkan kesenangan pada dirinya
disitulah anak membutuhkan suatu permainan, maka tidak terlalu heran masa
anak-anak sangat identik dengan masa bermain, karena perkembangan anak
mulai akan diasah sesuai dengan kebutuhannya di saat tumbuh kembang.
Akan tetapi banyak orang yang menganggap masa bermain pada anak
tidaklah mendapat suatu perhatian secara khusus sehingga banyak sekali orang
tua yang membiarkan anak tanpa memberikan pendidikan terhadap permainan
yang di miliki anak. Untuk itu, sebelum memahami alat permainan pada anak
secara khusus maka lebih dahulu harus mengenal pengertian bermain pada anak
yang di tinjau dari aspek keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian bermain?
2. Apa saja klasifikasi bermain?
3. Apa saja kategori bermain?
4. Apa fungsi bermain?
5. Apa saja jenis permainan?
6. Bagaimana terapi keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari bermain.
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi bermain.
3. Untuk mengetahui apa saja kategori bermain
4. Untuk mengetahui apa fungsi dari bermain.
5. Untuk mengetahui apa saja jenis permainan.
6. Untuk mengetahui bagaimana terapi keperawatan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bermain


Bermain merupakan suatu aktivitas di mana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.
Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan
keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan suatu
bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi
dirinya sebagaimana kebutuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kebutuhan
rasa aman, kebutuhan kasih sayang, dan lain-lain. Sebagai kebutuhan sebaiknya
juga perlu diperhatikan secara cermat bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan
atau mengisi waktu luang. Bagi orang tua, bermain pada anak harus selalu
diperhatikan sebagaimana memperhatikan terhadap pemenuhan kebutuhan
lainnya. Dengan bermain, anak akan selalu mengenal dunia, mampu
mengembangkan kematangan dari fisik, emosional dan mental sehingga akan
membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
Banyak ditemukan anak pada masa tumbuh kembang mengalami
perlambatan yang dapat disebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan pada diri
anak termasuk didalamnya adalah kebutuhan bermain, yang seharusnya masa
tersebut merupakan masa bermain yang diharapkan menumbuhkan kematangan
dalam pertumbuhan dan perkembangan karena masa tersebut tidak digunakan
sebaik mungkin maka tentu akhirnya mengganggu tumbuh kembang anak.
Perhatian selama proses bermain pada anak sangat penting mengingat dalam
proses bermain dapat ditemukan kekurangan dari kebutuhan bermain seperti
kreativitas anak, perkembangan mental dan emosional yang harus diarahkan
agar sesuai dengan proses kematangan perkembangan. Anak yang mendapatkan
atau terpenuhinya kebutuhan bermain dapat terlihat pula pada pola
perkembangan.

2
2.2 Klasifikasi Bermain
Dalam penggunaan alat permainan pada anak tidaklah selalu sama dalam
setiap usia tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap
tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan
yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas
masing-masing umur tumbuh kembang. Di bawah ini terdapat jenis alat
permainan yang dapat digunakan untuk anak dalam setiap tahap usia tumbuh
kembang anak.

Usia 0-1 Tahun


Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex,
melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam
berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih
mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan yang
berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki
pertumbuhan dan perkembangan.

Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda
(permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk
muka, boneka orang dan binatang, alat permainan yang dapat digoyang dan
menimbulkan suara, alat permainan yang berupa selimut, boneka, dan lain-lain.

Usia 1-2 Tahun


Jenis permainan yang dapat digunakkan pada usia 1-2 tahun pada dasarnya
bertujuan untuk melatih anak melakukan Gerakan mendorong atau menarik,
melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-sehari
dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya.

3
Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan
ditarik, berupa alat rumah tangga balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil
berwarna, dan lain-lain.

Usia 2-3 Tahun


Usia ini dianjurkan untuk bermain dengan tujuan menyalurkan perasaan
atau emosi anak, mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik
kasar dan halus, mengembangkan kecerdasan, melatih daya imajinasi dan
melatih kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Adapun jenis permainan pada usia ini yang dapat digunakan antara lain:
alat-alat untuk gambar, puzzle sederhana, manik-manik ukuran besar, berbagai
benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda-beda, dan lain-lain.
Usia 3- 6 Tahun
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan
kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat
mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan
berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas,
mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dalam mengontrol
emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu
pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong-royong.

4
Sehingga jenis permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini seperti
benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar,
kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

2.3 Kategori Bermain


a. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak,
apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar,
melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga
dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran
dan bermain dengan menebak kata.
b. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang
lain.Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya
bermain atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa
mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan
bermain aktif.

2.4 Fungsi Bermain


Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua
seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan
diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut, mengingat anak

5
memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi
dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis, optimal, dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada
anak di antaranya: Pertama, membantu perkembangan sensorik dan motorik.
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik, melalui rangsangan ini aktivitas anak
dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya. Sebagai contoh, bayi dapat dilakukan
dengan rangsangan taktil, audio dan visual melalui rangsangan ini
perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya
maka anak dikemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti
lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran,
apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya
pendengaran anak dikemudian hari lebih cepat berkembang dibandingkan
dengan tidak ada stimulasi sejak dini. Kemudian pada perkembangan motorik,
apabila sejak usia bayi kemampuan motorik sudah dilakukan rangsangan maka
kemampuan motorik akan cepat berkembang dibandingkan dengan tanpa
stimulasi seperti rangsangan kemampuan menggenggam ini akan memberikan
dasar dalam perkembangan motorik selanjutnya. Jadi, rangsangan atau stimulasi
yang dimaksud tersebut adalah melalui suatu permainan.
Kedua, membantu perkembangan kognitif, perkembangan kognitif dapat
dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain,
maka anak akan mencoba melakukan berkomunikasi dengan bahasa anak,
mampu memahami objek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu
membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk
ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan, sehingga
fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan
kognitif selanjutnya.
Ketiga, meningkatkan sosialisasi anak, proses sosialisasi dapat terjadi
melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan
kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan

6
sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain,
kemudian bermain peran seperti bermain berpura-pura jadi seorang guru, jadi
seorang anak, jadi seorang bapak, jadi seorang ibu dan lain-lain. Kemudian pada
usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga
harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
Keempat, meningkatkan kreativitas, bermain juga dapat berfungsi dalam
peningkatan kreativitas, di mana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari
permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang digunakan dalam
permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti
bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
Kelima, meningkatkan kesadaran diri, bermain pada anak akan memberikan
kemampuan anak untuk eksplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan
orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak
mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
Keenam, mempunyai nilai terapeutik, bermain dapat menjadikan diri anak
lebih senang dan nyaman sehingga adanya stress dan ketegangan dapat
dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
Ketujuh, mempunyai nilai moral pada anak, bermain juga dapat
memberikan nilai moral tersendiri pada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah
mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki
aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

2.5 Jenis Permainan


Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, di
antaranya bersifat aktif dan pasif, sifat demikian akan memberikan jenis
permainan yang berbeda, dikatakan bermain aktif jika anak berperan secraa aktif
dalam permainan, selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya akan
tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan
respons secara pasif terhadap permainan dan orang atau lingkungan yang

7
memberikan respons secara aktif. Melihat sifat tersebut kita dapat mengenal
macam-macam dari permainan di antaranya:

Bermain Afektif Sosial


Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhubungan
dengan orang lain. Hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk anaknya
sambal berbicara, bersenandung kemudian anak memberikan respons seperti
tersenyum, tertawa, bergembira, dan lain-lain. Sifat dari bermain ini adalah
orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap stimulasi
sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.

Bermain Bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang
ada sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang
lain. Sifat bermain ini adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak,
mengingat sifat dari bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak tanpa
memperdulikan aspek kehadiran orang lain, seperti bermain boneka-bonekaan,
binatang-binatangan, dan lain-lain.

Bermain Keterampilan
Bermain ini dengan menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam
segala hal. Sifat permainan ini adalah bersifat aktif dimana anak selalu ingin
mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam
bongkar pasang gambar, di sini anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam
meletakkan gambar yang telah di bongkar, kemudian bermain latihan memakai
baju dan lain-lain.

Bermain Dramatik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan
berpura-pura dalam berperilaku seperti anak memerankan sebagai orang dewasa,

8
seorang ibu dan guru dalam kehidupan sehari-sehari. Sifat dari permainan ini
adalah anak dituntut aktif dalam memerankan sesuatu. Permainan dramatik ini
dapat dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan mengenal
kehidupan sosial.

Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan
dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti
mengocok untuk mengetahui isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak
dan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak.
Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar
selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.

Bermain Konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu objek permainan agar
menjadi sebuah konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok. Sifat
dari permainan ini adalah aktif dimana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-
tugas yang ada dalam permainan dan akan dapat membangun kecerdasan pada
anak.

Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau Bersama temannya
dengan menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular
tangga. Sifatnya adalah aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya
sesuai dengan jenis permainan dan akan berfungsi memberikan kesenangan yang
dapat mengembangkan perkembangan emosi pada anak.

Bermain Onlooker
Jenis bermain ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan oleh anak lain
yang sedang bermain tetapi tidak berusaha untuk bermain. Sifat dari bermain ini
adalah pasif akan tetapi anak akan mempunyai kesenangan atau kepuasan sendiri
dengan melihatnya.

9
Bermain Soliter/Mandiri
Merupakan bermain yang dilakukan secara sendiri hanya terpusat pada
permainannya sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Sifatnya adalah aktif akan
tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan sendiri dalam
perkembangan mental pada anak, kemudian dapat membantu untuk menciptakan
kemandirian pada anak.

Bermain Paralel
Merupakan bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang
sedang bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari
bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi masih dalam satu kelompok,
dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri dalam
kelompok tersebut terlatih dengan baik.

Bermain Asosiatif
Merupakan bermain secara bersama dengan tidak mengikat sebuah aturan
yang ada, semuanya bermain tanpa mempedulikan teman yang lain dalam
sebuah aturan. Bermain ini akan menumbuhkan kreativitas anak karena stimulasi
dari anak lain ada, akan tetapi belum di latih dalam mengikuti peraturan dalam
kelompok.

Bermain Kooperatif
Merupakan bermain secara bersama dengan adanya aturan yang jelas
sehingga adanya perasaan dalam kebersamaan sehingga terbentuk hubungan
pemimpin dan pengikut. Sifat dari bermain ini adalah aktif, anak akan selalu
menumbuhkan kreativitasnya dan melatih anak pada peraturan kelompok
sehingga anak dituntut selalu mengikuti peraturan.

10
2.6 Terapi Keperawatan
Terapi Bermain Pada Anak Sakit

Tujuan Instruksional :

 Menjelaskan bermain sebagai media anak dalam masalah kecemasan anak


 Menjelaskan tujuan terapi bermain
 Menjelaskan fungsi permainan sebagai sarana penunjang pertumbuhan dan
perkembangan anak
 Menjelaskan fungsi terapi bermain
 Menjelaskan prinsip dalam pelaksanaan terapi bermain
 Menjelaskan 5 tipe permainan
 Menjelaskan pengkategorian dalam bermain
 Menjelaskan klasifikasi permainan
 Menjelaskan permainan edukatif saat anak dirawat inap

1. Bermain Sebagai Media


Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan
tujuan bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat
melepaskan rasa frustasi (Santrock, 2007). Menurut Wong, 2009, bermain
merupakan kegiatan anak-anak, yang dilakukan berdasarkan keinginannya
sendiri untuk mengatasi kesulitan, stress dan tantangan yang ditemui serta
berkomunikasi untuk mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang
lain. Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk
anak. Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan
aspek emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan
fisik, pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan
kegiatan yang dilakukan anak untuk mengatasi berbagai macam perasaan
yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Dengan bermain anak akan
mendapatkan kegembiraan dan kepuasan.
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi
dan perilaku anak-anak karena responsif terhadap kebutuhan unik dan

11
beragam dalam perkembangan mereka. Anak-anak tidak seperti orang
dewasa yang dapat berkomunikasi secara alami melalui kata-kata, mereka
lebih alami mengekspresikan diri melalui bermain dan beraktivitas. Menurut
Vanfleet, etal, 2010, terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan
anak-anak, dimana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling
mengenal, sehingga dapat mengungkapkan perasaannya sesuai dengan
kebutuhan mereka.
Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak
untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar
mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit
yang ada. Hal ini sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain, 2008, dalam
Homeyer, 2008, terapi bermain didefinisikan sebagai penggunaan sistematis
model teoritis untuk membangun proses antar pribadi untuk membantu
seseorang mencegah atau mengatasi kesulitan psikososial serta mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain
merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling efektif untuk mengatasi stress anak ketika dirawat di rumah sakit.
Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk
mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping
dalam menghadapi stress.

2. Tujuan Terapi Bermain


Wong, et al (2009) menyebutkan, bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan perkembangan
mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit atau di
rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit memberikan manfaat utama
yaitu meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak, selain itu
tujuan terapi bermain adalah untuk menciptakan suasana aman bagi anak-
anak untuk mengekspresikan diri mereka, memahami bagaimana sesuatu
dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka serta

12
memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba
sesuatu yang baru. Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat
melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan
kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Menurut Santrock (2007), terapi bermain dapat membantu anak
menguasai kecemasan dan konflik. Karena ketegangan mengendor dalam
permaianan, anak dapat menghadapi masalah kehidupan, memungkinkan
anak menyalurkan kelebihan energi fisik dan melepaskan emosi yang
tertahan. Permainan juga sangat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu diantaranya:
a. Untuk perkembangan kognitif
 Anak mulai mengerti dunia
 Anak mampu mengembangakan pemikiran yang fleksibel dan
berbeda
 Anak memiliki kesempatan untuk menemui dan mengatasi
permasalahan – permasalahan yang sebenarnya
b. Untuk perkembangan sosial dan emosional
 Anak mengembangakan keahlian berkomunikasi secara verbal
maupun non verbal melalui negosiasi peran, mencoba untuk
memperoleh akses untuk permainan yang berkelanjutan atau
menghargai perasaan orang lain
 Anak merespon perasaan teman sebaya sambil menanti giliran
bermain dan berbagi pengalaman
 Anak bereksperimen dengan peran orang – orang dirumah, di
sekolah, dan masyarakat di sekitarnya melalui hubungan langsung
dengan kebutuhan – kebutuhan dan harapan orang-orang
disekitarnya
 Anak belajar menguasai perasaanya ketika ia marah, sedih atau
khawatir dalam keadaan terkontrol
c. Untuk perkembangan bahasa

13
 Dalam permainan dramatik, anak menggunakan pernyataan-
pernyataan peran, infleksi (perubahan nada/suara) dan bahasa
komunikasi yang tepat
 Selama bemain, anak belajar menggunakan bahasa untuk tujuan
tujuan yang berbeda dan dalam situasi yang berbeda dengan orang-
orang yang berbeda pula
 Anak menggunakan bahasa untuk meminta alat bermain, bertanya,
mengkspresikan gagasan atau mengadakan dan meneruskan
permainan
 Melalui bermain, anak bereksperimen dengan kata-kata, suku kata
bunyi, dan struktur bahasa
a. Untuk perkembangan fisik (jasmani)
 Anak terlibat dalam permainan yang aktif menggunakan keahlian
keahlian motorik kasar
 Anak mampu memungut dan menghitung benda-benda kecil
menggunakan keahlian motorik halusnya
b. Untuk perkembangan pengenalan huruf (literacy)
 Proses membaca dan menulis anak seringkali pada saat anak sedang
bermain permainan dramatik, ketika ia membaca cetak yang tertera,
membuat daftar belanja atau bermain sekolah – sekolahan
 Permainan dramatik membantu anak belajar memahami cerita dan
struktur cerita
 Dalam permainan dramatik, anak memasuki dinia bermain seolah-
olah mereka adalah karakter atau benda lain. Permainan ini
membantu mereka memasuki dunia karakter buku

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bermain merupakan suatu aktivitas di mana anak dapat melakukan atau


mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.
Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan
keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan suatu
bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi
dirinya sebagaimana kebutuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kebutuhan
rasa aman, kebutuhan kasih sayang, dan lain-lain. Perhatian selama proses
bermain pada anak sangat penting mengingat dalam proses bermain dapat
ditemukan kekurangan dari kebutuhan bermain seperti kreativitas anak,
perkembangan mental dan emosional yang harus diarahkan agar sesuai
dengan proses kematangan perkembangan. Anak yang mendapatkan atau
terpenuhinya kebutuhan bermain dapat terlihat pula pada pola perkembangan.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan peserta didik atau yang


mempelajari dan membacanya dapat mengetahui secara realita tentang materi
konsep bermain yang telah dipaparkan serta dapat diimplementasikan dalam
kehidupan dan dalam setiap diri individu.

15
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

Wong, D.L (1995), Nursing Care of Infats and Children, St. Louis Mosby.

Saputro, Heri (2017), Anak Sakit Wajib di Rumah Sakit, FORIKES, Ponorogo.

Anda mungkin juga menyukai