Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Kegawatdaruratan Luka Bakar


Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana
Dosen Pengampu: Widya Sepalanita, S.Kp, M.Kes, Sp.KMB.

Disusun Oleh :
Sri Yuliana
(P27901118089)

Reguler / Semester : III B / Semester VI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TANGERANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan
hidayahnya yang telah diberikan kepada penyusun dalam pembuatan makalah ini, serta
segenap kemampuan penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan
makalah ini. Kemudian shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan pada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan beserta pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman.
Penyusun membuat makalah tentang “Kegawat Daruratan Luka Bakar”
dengan harapan dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Sehubungan dengan
penyelesaian makalah ini penyusun sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu terutama kepada :
1. Ibu Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep. selaku Ketua Jurusan Keperawatan.
2. Ibu Lailatul Fadilah, S.Kep, Ners, M.Kep. selaku Ketua Prodi D3
Keperawatan.
3. Ibu Widya Sepalanita, S.Kp, M.Kes, Sp.KMB selaku Dosen Mata Kuliah
Gawat Darurat.
4. Dan teman-teman yang tidak bisa disebut satu-persatu.
Tak salah apabila ada pepatah yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak
retak, demikian juga makalah ini adanya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih sangat jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun cara penyusunannya.
Oleh karena itu penyusun mengharap kritik dan saran demi perbaikan makalah
kedepannya.

Tangerang, 16 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kegawatdaruratan.................................................... 3
1. Pengertian Gawat Darurat................................................ 3
2. Tujuan Pelayanan Gawat Darurat .................................... 4
3. Pengkajian Airway, Breathing dan Circulation
Kegawatdaruratan ............................................................ 4
B. Kegawatdaruratan pada Luka Bakar .................................... 6
1. Pengertian Luka Bakar .................................................... 6
2. Pathway Luka Bakar ........................................................ 7
3. Fase-Fase Luka Bakar...................................................... 7
4. Pengkajian Luka Bakar .................................................... 8
5. Penatalaksanaan Luka Bakar ........................................... 9
6. Komplikasi Luka Bakar ................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 12
B. Saran ................................................................................... 12
Daftar Pustaka ............................................................................................ 13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
(UU No 44/2009 Tentang Rumah Sakit).
Kondisi gawat darurat adalah suatu kedaan dimana seseorang seseorang secara tiba
tiba dalam kedaan gawat atau atau akan menjadi gawat dan terancam anggota
badannya dan jiwanya (akan menjadi cacat aau mati) bial tidak mendapat
pertolongan segera (Standar pelayanan keperawatan gawat darurat Dirjen BUK
Kemenkes RI 2011).
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan selalu
diawali dengan melakukan pengkajian. Pengkajian kegawatdaruratan pada
umumnya menggunakan pendekatan A-B-C (Airway=Jalan Nafas,
Breathing=Pernafasan dan Circulation = Sirkulasi). Pengkajian ke dekat korban
maka penolong berada di dekat/samping korban mengatur posisi korban dengan
posisi terlentang atau sesuai dengan kebutuhan.
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini,
yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar.
Penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan
yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga
penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan
keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat
memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan
penyembuhan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari gawat darurat ?
2. Apakah tujuan dari pelayanan gawat darurat ?
3. Bagaimanakah pengkajian dari airway, breathing dan circulation
kegawatdaruratan ?
4. Apakah pengertian dari luka bakar ?
5. Bagaimanakah pathway pada luka bakar ?
6. Bagaimanakah fase-fase pada luka bakar ?
7. Bagaimanakah pengkajian pada luka bakar ?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan pada luka bakar ?
9. Bagaimanakah komplikasi yang terjadi pada luka bakar ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari gawat darurat.
2. Untuk mengetahui apa tujuan dari pelayanan gawat darurat.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian dari airway, breathing dan circulation
kegawatdaruratan.
4. Untuk mengetahui apa pengertian dari luka bakar.
5. Untuk mengetahui bagaimana pathway pada luka bakar.
6. Untuk mengetahui bagaimana fase-fase pada luka bakar.
7. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian pada luka bakar.
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada luka bakar.
9. Untuk mengetahui bagaimana kompilkasi yang terjadi pada luka bakar.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kegawatdaruratan

1. Pengertian Gawat Darurat


Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care) adalah bagian
dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera
untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving). Instalasi gawat darurat adalah
salah satu sumber utama pelayanan kesehatan di rumah sakit. Ada beberapa hal
yang membuat situasi di IGD menjadi khas, diantaranya adalah pasien yang perlu
penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya belum jelas. Meskipun telah
majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara bukan berarti tiap
rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri. Penyebab utama
kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah satu dari
unit kesehatan yang paling padat modal, padat karya, serta padat teknologi.
Kondisi gawat darurat adalah suatu kedaan dimana seseorang seseorang secara
tiba tiba dalam kedaan gawat atau atau akan menjadi gawat dan terancam anggota
badannya dan jiwanya (akan menjadi cacat aau mati) bial tidak mendapat
pertolongan segera (Standar pelayanan keperawatan gawat darurat Dirjen BUK
Kemenkes RI 2011). Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut. (UU No 44/2009 Tentang Rumah Sakit)
Dalam pelaksanaan pelayanan penanggulangan kegawat-daruratan sehari
hari klasifikasi gawat darurat dibagi dalam beberapa kategori :
a. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya.
b. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
c. Pasien darurat tidak gawat

3
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam jiwa
dan anggota badannya, misal : luka sayat dangkal.
d. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien TBC kulit. Kecelakaan (accident) adalah suatu kejadian
dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial).
2. Tujuan Pelayanan Gawat Darurat
Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk memberikan pertolongan
pertama yang cepat dan tepat antara lain :
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada penderita gawat
gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat
sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penaganan yang memadai.
c. Menanggulangi korban bencana. (Pedoman pelayanan gawat darurat Kemkes
RI, 1995)
3. Pengkajian Airway, Breathing dan Circulation Kegawatdaruratan
Perlu diingat sebelum melakukan pengkajian harus memperhatikan
proteksi diri (keamanan dan keselamatan diri) dan keadaan lingkungan sekitar.
Proteksi diri sangatlah penting dengan tujuan untuk melindungi dan mencegah
terjadinya penularan dari berbagai penyakit yang dibawa oleh korban. Begitupun
keadaan lingkungan sekitar haruslah aman, nyaman dan mendukung keselamatan
baik korban maupun penolong. Setelah menggunakan proteksi diri dan membawa
alat –alat.
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan
selalu diawali dengan melakukan pengkajian. Pengkajian kegawatdaruratan pada
umumnya menggunakan pendekatan A-B-C (Airway=Jalan Nafas,
Breathing=Pernafasan dan Circulation = Sirkulasi). Pengkajian ke dekat korban
maka penolong berada di dekat/samping korban mengatur posisi korban dengan
posisi terlentang atau sesuai dengan kebutuhan.

4
 Pengkajian Airway (Jalan Nafas)
Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah jalan nafas paten (longgar)
atau mengalami obstruksi total atau partialsambil mempertahankan tulang
servikal. Sebaiknya ada teman (perawat) membantu untuk mempertahankan
tulang servikal. Pada kasus non trauma dan korban tidak sadar, buatlah posisi
kepala headtilt dan chin lift (hiperekstensi) sedangkan pada kasus trauma
kepala sampai dada harus terkontrol atau mempertahankan tulang servikal
posisi kepala. Pengkajian pada jalan nafas dengan cara membuka mulut
korban dan lihat: Apakah ada vokalisasi, muncul suara ngorok; Apakah ada
secret, darah, muntahan; Apakah ada benda asing sepertigigi yang patah;
Apakah ada bunyi stridor (obstruksi dari lidah). Apabila ditemukan jalan nafas
tidak efektif maka lakukan tindakan untuk membebaskan jalan nafas.
 Pengkajian Breathing (Pernafasan)
Pengkajian breathing (pernafasan) dilakukan setelah penilaian jalan nafas.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi. Bila
diperlukan auskultasi dan perkusi. Inspeksidada korban: Jumlah, ritme dan
tipepernafasan; Kesimetrisan pengembangan dada; Jejas/kerusakan kulit;
Retraksi intercostalis. Palpasi dada korban: Adakah nyeri tekan; Adakah
penurunan ekspansi paru. Auskultasi: Bagaimanakah bunyi nafas (normal atau
vesikuler menurun); Adakah suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing,
pleural friksionrub. Perkusi, dilakukan di daerah thorak dengan hati hati,
beberapa hasil yang akan diperoleh adalah sebagai berikut: Sonor (normal);
Hipersonor atau timpani bila ada udara di thorak; Pekak atau dullnes bila ada
konsolidasi atau cairan.
 Pengkajian Circulation (Sirkulasi)
Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk mengetahui dan menilai kemampuan
jantung dan pembuluh darah dalam memompa darah keseluruh tubuh.

5
Pengkajian sirkulasi meliputi: Tekanan darah; Jumlah nadi; Keadaan akral:
dingin atau hangat; Sianosis; Bendungan vena jugularis.

B. Kegawatdaruratan Pada Luka Bakar

1. Pengertian Luka Bakar


Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebebkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. (Musliha, 2010)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.(Padila, 2012)
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak
langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict),
zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (Pamela, 2010)
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir
ini, yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-
pusat perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang
menangani luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama
untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya. Di Amerika kurang
lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya untuk
injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah
sakit dengan injuri yang berat. Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga
akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering
mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia
(diatas 70 th).

6
2. Pathway Luka Bakar

3. Fase-Fase Luka Bakar


a. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi
obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase
akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
b. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:

7
₋ Proses inflamasi dan infeksi.
₋ Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau
tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ
fungsional.
₋ Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.
4. Pengkajian
Luas dan kedalaman luka bakar juga rentang waktu dan keadaan sekeliling
cedera luka bakar adalah data yang harus didapatkan dalam pengkajian luka
bakar. Untuk mengkaji tingkat keparahan luka bakar, beberapa hal yang harus
dikaji adalah prosentase luas permukaan tubuh yang terbakar, kedalaman, letak
anatomis, adanya cedera inhalasi, usia, cedera lain yang bersamaan.
Penentuan luas permukaan tubuh yang terbakar pada umumnya
menggunakan “Rule of Nine”, aturan tersebut membagi tubuh ke dalam kelipatan
9. Bagian kepala dihitung sebagai 9%, masing-masing lengan 9%, masing-
masing kaki 18%, bagian depan tubuh (trunkus anterior) 18%, bagian belakang
tubuh (trunkus posterior) 18% dan perineum 1%, dengan total 100%.
Data adanya cedera inhalasi yang menyertai luka bakar perlu dikaji untuk
mengetahui kemungkinan perburukan kondisi pasien secara progresif karena
sumbatan jalan nafas akibat oedema mukosa (mukosa melepuh). Data tersebut
dapat berupa bulu hidung hangus terbakar, luka bakar pada wajah, perioral atau
leher, perubahan suara, batuk serak dan pendek, krakles, stridor, pernapasan
cepat dan sulit.

8
5. Penatalaksanaan
a. Resusitasi A, B, C.
1. Pernafasan (Airway)
Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara
lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung
yang terbakar, dan sputum yang hitam.
2. Pernafasan (Breathing)
Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan
pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
3. Sirkulasi (Circulation)
Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler → hipovolemi relatif →syok → ATN → gagal ginjal
b. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
c. Resusitasi cairan Baxter.
₋ Dewasa: Baxter. RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
₋ Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
₋ RL: Dextran = 17: 3
2 cc x BB x % LB.
₋ Kebutuhan faal:
< 1 tahun: BB x 100 cc
1 – 3 tahun: BB x 75 cc
3 – 5 tahun: BB x 50 cc
½ à diberikan 8 jam pertama
½ à diberikan 16 jam berikutnya.

9
- Hari kedua:
Dewasa: Dextran 500 – 2000 + D5%/albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
- Anak: Diberi sesuai kebutuhan faal.
d. Monitor urin dan CVP.
e. Topikal dan tutup luka
₋ Cuci luka dengan savlon: NaCl 0,9% ( 1: 30 ) + buang jaringan nekrotik.
₋ Tulle.
₋ Silver sulfadiazin tebal.
₋ Tutup kassa tebal.
₋ Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f. Obat – obatan
₋ Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
₋ Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
₋ Analgetik: kuat (morfin, petidine)
₋ Antasida: jika perlu

6. Komplikasi Luka Bakar


Komplikasi menurut Lalani (2011), sebagai berikut :
1. Infeksi luka
a. Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat
eritema, edema, nyeri tekan.
b. Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan infeksi.
c. Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih dalam.
d. Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV.
2. Sepsis
3. Syok akibat luka bakar

10
4. Edema akibat luka bakar
5. Eskarotomi
6. Rabdomiolisis
7. Cidera inhalasi
8. Hipermetabolisme

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita,
terutama pada orang tua atau lanjut usia (diatas 70 th).
Penatalaksanaan kegawatdaruratan luka bakar diawali dengan resusitasi A, B, C,
meliputi pernafasan (airway), pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulation),
selanjutnya pemasangan infus, pemasangan kateter, CVP, oksigen, laboratorium,
kultur luka dan resusitasi cairan Baxter.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan
guna kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

12
Daftar Pustaka

Hamarno, Rudi. 2016. Keperawatan Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana.


Jakarta Selatan : Kemenkes RI
Hudak & Gallo, 1996, Perawtan Klinis : Pendekatan Holistik, Edisi 6, EGC,
Jakarta.
Adzanri. 2018. Konsep Keperawatan Gawat Darurat. Adzanri.Com
https://www.adzanri.com/2018/03/konsep-keperawatan-gawat-darurat.html (Di akses
pada tanggal 16 Januari 2021)

13

Anda mungkin juga menyukai