Keluhan utama :
• Nyeri
• Mual muntah
• Kembung dan sendawa
• Ketidaknyamanan abdomen
• Diare
• Konstipasi
• Palpasi
Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/besarnya, bentuknya, lokasinya,
konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/mobilitasnya, nyeri
spontan/tekan, dan warna kulit di atasnya.
• Perkusi
Untuk menentukan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan, ada
tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi cairan (kista),
menentukan besarnya hati, limpa, adanya udara yang meningkat dalam
\ambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen.
Your Logo or Name Here 12
MASALAH
KEPERAWATAN
1. GLOMERULONEFRITIS (GN)
Konsep Dasar Penyakit
• Definisi
Penyakit yang menyebabkan bagian ginjal penyaring darah (glomeruli) mengalami peradangan. Luka pada ginjal,
membuatnya tidak bisa berfungsi secara maksimal sehingga tidak dapat membuang kotoran dan cairan berlebih
di dalam tubuh. atau
Penyakit yang ditandai dengan terjadinya inflamasi pada glomerolus yang disebabkan oleh invasi bakteri atau
virus tertentu.
• Etiologi
- Infeksi
Glomerulonefritis disebabkan oleh kuman streptococcus beta haemaolyticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan
49. Glomerulonefritis dapat berkembang satu atau dua minggu setelah pemulihan 5-10% dari infeksi
tenggorokan atau 25 % pada mereka infeksi kulit (impetigo).
- Noninfeksi
Penyakit sistemik multisystem, seperti pada lupus eritematosus sistemik (SLE), vaskulitis
Your Logo or Name Here 14
Con’t …
Konsep Dasar Penyakit
Body sistem
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya compos mentis, tetapi
akan berubah apabila sistem saraf pusat mengalami gangguan sekunder dari penurunan perfusi jaringan otak
dan kerusakan hantaran saraf sekunder dari abnormalitas elektrolit dan uremia. Pada TTV, sering didapatkan
adanya perubahan.
Your Logo or Name Here 18
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
• B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas walaupun secara frekuensi mengalami
peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
napas
• B2 (Blood).
Adanya peningkatan tekanan darah sekunder dari retensi natrium dan air yang memberikan dampak pada
fungsi sistem kardiovaskuler dimana akan terjadi penurunan perfusi jaringan akibat tingginya beban sirkulasi.
• B3 (Brain).
Didapatkan edema wajah terutama periorbital, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, dan mukosa mulut tidak
mengalami peradangan.
• B4 (Bladder).
Inpeksi. Terdapat edema pada ekstremitas dan wajah. Perubahan warna urine output seperti warna urine
berwarna kola dari proteinuri, silinderuri, dan hematuri.
Palpasi. didapatkan adanya nyeri tekan ringan pada areaa kostovetebra. Perkusi. Perkusi pada sudut
kostovertebra memberikan stimulus nyeri ringan lokal disertai suatu penjalaran nyeri ke pinggang dan perut.
• B5 (Bowel).
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan.
• B6 (Bone).
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari edema tungkai atau edema wajah terutama
pada periorbital, anemia, dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
Pemeriksaan persistem
• Sistem pernafasan : Pada fase akut biasanya tidak ditemukan adanya gangguan pada
pola pernafasan dan masalah pada jalan nafas walau secara frekuensi mengalami
peningkatan
• Sistem kardiovaskular : Salah satu tanda khas glomerulonefritis adalah peningkatan
darah sekunder dari retensi natrium dan air yang memberikan dampak pada
peningkatan volume intravaskular. Peningkatan volume cairan intra vaskular akan
berdampak pada sistem kardiovaskular dimana akan terjadi penurunan perfusi
jaringan akibat tingginya beban sirkulasi
• Sistem persyarafan : Akan ditemukan edema pada wajah terutama pada daerah
periorbital, konjungtiva anemis. Pada fase kronik, pada retina mencakup hemoragi,
adanya eksudat, arterior menyempit dan berliku-liku.
1. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan b.d penurunan volume urine, retensi cairan dan natrium,
peningkatan aldosteron sekunder dari penurunan GFR.
• Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam tidak terjadi kelebihan volume cairan sistematik.
• Kriteria evaluasi:
Pasien tidak sesak nafas, edema ekstremitas berkurang, pitting edema (-), produksi urine >600 ml/hr.
Intervensi :
1. Kaji Tekanan Darah
2. Kaji Distensi vena jugularis
3. Ukur intake dan output
4. Timbang berat badan
5. Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul/masker sesuai indikasi
6. Kolaborasi : Berikan diet tanpa garam, Beri diet rendah protein tinggi kalori, beri obat diuretic, pantau
data laboratorium elektrolit kalium
Your Logo or Name Here 26
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2. Risiko tinggi kejang b.d kerusakan hantaran saraf sekunder dari abnormalitas elektrolit dan uremia
• Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam perawatan risiko kejang berulang tidak terjadi.
• Kriteria evaluasi: Pasien tidak mengalami kejang.
• Intervensi :
1. Kaji dan catat faktor-faktor yang menurunkan kalsium dari sirkulasi
2. Kaji stimulus kejang
3. Hindari konsumsi alkohol dan kafein yang tinggi
7. Gangguan ADL (Activity Daily Living) b.d edema ekstremitas, kelemahan fisik secara umum.
• Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatkan
kemampuan beraktivitas
• Kriteria evaluasi: Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat,
terutama mobilitas ditempat tidur.
Intervensi :
1. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
2. Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen misalnya mengerjan saat defekasi
3. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh bangun dari kursi, bila tak
ada nyeri ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan
4. Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis
5. Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.
Your Logo or Name Here 32
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
8. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit dan perubahan kesehatan.
• Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan pasien berkurang.
• Kriteria evaluasi: Pasien menyatakan kecemasan berkurang mengenal perasaannya, dapat
mengindentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan wajah
rileks.
Intervensi :
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan,dampingi pasien dan lakukan tindakan bila menunjukan
perilaku merusak.
2. Hindari konfrontasi
3. Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana
penuh istirahat.
4. Tingkatkan kontrol sensasi pasien.
5. Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
6. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan ansietasnya.
7. Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat.
Your Logo or Name Here 33
8. Kolaborasi berikan anti-cemas indikasi, contohnya diazepam
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
IV. Evaluasi
• Hasil yang diharapkan setelah mendapat intervensi, meliputi hal-hal ini sebagai
berikut:
• Kelebihan volume cairan dapat diturunkan atau tidak terjadi.
• Tidak terjadi kejang atau dapat menurukan stimulus kejang.
• Terjadi penurunan skala nyeri.
• Terjadi peningkatan asupan nutrisi.
• Terpenuhnya aktivitas sehari-hari.
• Terjadinya penurunan tingkat kecemasan.
• Definisi
Kelainan ginjal yang menyebabkan tubuh mengeluarkan terlalu banyak protein dalam urine.
Akibat kerusakan pada kelompok pembuluh darah kecil di ginjal yang menyaring limbah dan
kelebihan cairan/elektrolit dari darah. Sindrom nefrotik menyebabkan pembengkakan
(edema)
• Etiologi
Sindrom nefrotik biasanya disebabkan oleh kerusakan pada kelompok pembuluh darah kecil
(glomeruli) dari ginjal. Glomeruli menyaring darah saat melewati ginjal, memisahkan hal-hal
yang dibutuhkan tubuh. Glomeruli yang sehat menjaga protein darah (terutama albumin)
yang diperlukan untuk mempertahankan jumlah cairan yang tepat dalam tubuh.
• Patofisiologi
• Terjadinya penurunan tekanan onkotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan
yang berpindah dari sistem vaskular ke dalam ruang cairan ekstraseluler penurunan
sirkulasi volume darah mengakibatkan sistem renin angiotensin menyebabkan retensi
natrium dan edema lebih lanjut
• Sindrom nefrotik dapat terjadi di hampir setiap penyakit sistemik yang mempengaruhi
glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-anak, namun
sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia. Penyebab sindrom
nefrotik mencakup glomerulonefritis kronis, diabetes melitus disertai glomerulosklerosis
interkapiler, amiloidosis ginjal, penyakit lupus erythematosus sistemik, dan trombosis vena
renal.
• Respon perubahan patologis pada glomerulus secara fungsional akan memberikan
berbagai masalah keperawatan pada pasien yang mengalami glomerulus progresif cepat.
Your Logo or Name Here 36
2. Sindrom Nefrotik
Konsep Dasar Penyakit
I. Pengkajian
1. Keluhan utama yang sering dikeluhkan wajah atau kaki.
• Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
• Kajian onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan adanya
keluhan pusing dan cepat lelah.
• Kaji adanya anoreksia pada klien
• Kaji adanya keluhan sakit kepala dan Malaise
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, kaji apakah klien pernah menderita penyakit
edema, apakah ada riwayat dirawat dengan diabetes melitus dan penyakit hipertensi
pada masa sebelumnya. Penting di kaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya
compos mentis.
• B1 (Breathing), biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan Jalan napas
Pada fase lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang
merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
• B2 (Blood), sering ditemukan penurunan curah jantung respon sekunder dan
peningkatan beban volume.
• B3 (Brain), didapatkan edema wajah terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia pada
sistem saraf pusat.
• B4 (Bladder), perubahan warna urin output seperti warna urin berwarna kola.
• B5 (Bowel), didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada
abdomen.
• B6 (bone), didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari kelebihan fisik secara umum.
Pengkajian Diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama albumin.
Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas membran glomerulus.
II . Diagnosis Keperawatan
• Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan volume urine,
retensi cairan dan natrium.
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat efek sekunder dari anoreksia, mual, dan muntah.
• Gangguan Activity Daily Living berhubungan dengan edema ekstremitas, kelemahan
fisik secara umum.
• Kemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit dan
perubahan kesehatan.
IV. Evaluasi
• Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom
nefrotik diharapkan sebagai berikut:
• Kelebihan volume cairan dapat teratasi
• Meningkatnya asupan nutrisi
• Peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari
• Penurunan kecemasan.
• Etiologi
Diabetes insipidus terbagi menjadi beberaopa macam berdasarkan penyebab yang berbeda.
1. Diabetes insipidus sentral : Karena kelenjar hipofisis atau hipotalamus mengalami
kerusakan
2. Diabetes insipidus nefrogenik : karena ada kerusakan pada bagian tubulus ginjal
3. Diabetes insipidus gestasional : terjadi selama kehamilan
Your Logo or Name Here 46
4. Diabetes insipidus dipsogenik : karena polidipsi
3. Diabetes Insipidus
Konsep Dasar Penyakit
• Patofisiologi
• ADH berperan penting dalam sistem regulasi volume cairan dan osmolalitas plasma tubuh.
ADH diproduksi oleh hipotalamus, kemudian disimpan di hipofisis posterior, dan
disekresikan saat diperlukan. Setelah disekresikan, ADH akan merangsang duktus
kolektikus di nefron ginjal untuk menyerap kembali cairan, mengakibatkan osmolalitas
urine meningkat, dan osmolalitas plasma menurun. Bila osmolalitas plasma turun, sekresi
ADH akan berkurang. Segala kondisi yang mengakibatkan penurunan sekresi ADH atau
berkurangnya respons nefron ginjal terhadap ADH akan menimbulkan diabetes insipidus
(Kusmana, 2016).
• Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala diabetes insipidus yang paling umum adalah rasa haus ekstrem dan ekskresi
jumlah urine encer yang berlebihan. Pada kondisi yang parah, output urine mencapai 16 liter
per hari apabila pasien mengonsumsi banyak cairan, padahal biasanya orang dewasa yang
sehat akan buang air kecil rata-rata kurang dari 3 liter sehari. Tanda-tanda lain mungkin
termasuk perlu bangun di malam hari untuk buang air kecil (nokturia) dan mengompol.
• Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Memiliki ketidakseimbangan elektrolit
• Patofisiologi
• Pasien diabetes mengalami resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif, dan kemungkinan
keduanya. Hiperglikemia dapat merusak fungsi sel-beta pankreas dan memperburuk
resistensi insulin, mengarah ke siklus hiperglikemia yang menyebabkan keadaan metabolik
yang memburuk. Diabetes tipe 2 sering disertai dengan kondisi lain, termasuk hipertensi,
konsentrasi kolesterol low-density lipoprotein (LDL) serum tinggi, dan konsentrasi
kolesterol high-density lipoprotein (HDL) serum rendah, seperti diabetes tipe 2, yang
meningkatkan risiko kardiovaskular. Konstelasi kondisi klinis ini disebut sebagai sindrom
metabolik. Hiperinsulinemia yang terjadi sebagai respons terhadap resistensi insulin dapat
menjadi penyebab kelainan ini.
• Penatalaksanaan Medis
• Pemeriksaan Diagnostik Tatalaksana DM tipe-2 memerlukan terapi agresif
untuk mencapai kendali glikemik dan kendali faktor
1) Tes gula darah (A1C)
risiko kardiovaskular. Hal ini dilakukan karena
2) Tes gula darah acak banyaknya komplikasi kronik yang terjadi. Dalam
3) Tes gula darah puasa Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di
4) Tes toleransi glukosa oral Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM
dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM,
yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan
intervensi farmakologis.
Your Logo or Name Here 51
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
• 1. Pengkajian
Data indentitas harus diisi sangat akurat.
a. Riwayat Kesehatan
• Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan
pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung, Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
• Riwayat kesehatan lalu :Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti Infart miokard
• Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
6. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga
tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan
penglihatan .
7. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
8. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik
diri dari pergaulan.
Your Logo or Name Here 55
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
9. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
10. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
11. Nilai keprercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki
tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola
ibadah penderita
Your Logo or Name Here 56
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2. Pemeriksaan Fisik
• Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda – tanda vital.
• Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
• Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku.
Your Logo or Name Here 57
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
• Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
• Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
• Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
• Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
Your Logo or Name Here 58
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
• Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
• Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
5. Keletihan b.d metabolisme fisik untuk produksi energi berat akibat kadar
gula darah tinggi.
6. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis
luka gengrene).
7. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan akibat hipoksia perifer.
8. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes
mellitus).
9. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan b.d kurangnya informasi
10. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
Your Logo or Name Here 61
III. Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Ketidaksei (00179) Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh Manajemen Nutrisi (1100)
mbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan nutrisi pasien Definisi : menyediakan dan
nutrisi, terpenuhi. meningkatkan intake nutrisi yang
kurang dari (1004) Status Nutrisi seimbang
kebutuhan 1. Asupan makanan dan cairan dari skala 2 (banyak menyimpang dari Aktivitas :
rentang normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (sedikit menyimpang dari 1. Instruksikan kepada pasien mengenai
tubuh
rentang normal) kebutuhan nutrisi
(1854) Pengetahuan : diet yang sehat 2. Tentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien
1. Intake nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan individu dari skala 2
untuk memenuhi kebutuhan gizi
(pengetahuan terbatas) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan
banyak) 3. Ciptakan lingkungan yang optimal
pada saat mengkonsumsi makanan
(2111) Keparahan Hiperglikemia 5. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen latihan
(0007) Tingkat kelelahan 4. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk
kondisi sakit.
1. Kelelahan dari skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan)
2. Kehilangan selera makan dari skala 2
(cukup besar) ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan Your Logo or Name Here 65
5 Kerusakan (00044) Kerusakan integritas jaringan Pengecekan kulit (3590)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan kerusakan integritas jaringan 1. Monitor warna dan suhu kulit
integritas
dapat berkurang.
2. Periksa pakaian yang terlalu ketat
jaringan (0407) Perfusi jaringan : perifer
3. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area
1. Pengisian kapiler jari dari skala 2 (deviasi yang cukup besar dari kisaran perubahan warna, memar, dan pecah.
normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)
4. Ajarkan anggota kelurga/pemberi asuhan
2. Pengisian kapiler jari-jari kaki dari skala 2 (deviasi yang cukup besar dari mengenai tanda-tanda kerusakan kulit, dengan
kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi ringan dari kisaran
tepat.
normal)
1. Mengidentifikasi faktor risiko dari skala 2 (jarang 3. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara
mnunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menghindari infeksi
menunjukkan)
2. Prosedur yang harus diikuti dalam mengobati hiperglikemia dari 3. Gunakan bahasa yang umum digunakan
skala 2 (pengetahuan terbatas) ditingkatkan menjadi skala 4 4. Berikan informasi sesuai tingkat
(pengetahuan banyak) perkembangan pasien
2. Informasi di berikan mengenai respon Definisi : Fasilitasi usaha kognitif untuk meneglola stressor yang dirasakan, perubahan,
emosional yang biasa terhadap penyakit
atu ancaman yang mengganggu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan peran
dari skala 2 (agak puas) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sangat puas) Aktivitas:
1. Cari jalan untuk memahami prespektif pasien terhadap situasi