Anda di halaman 1dari 31

Keterampilan Medik

Blok 8

ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK


GANGGUAN SALURAN CERNA
PADA ANAK

dr. Mildi Felicia, Sp.A


Dept. IKA FK UKI/ RSU UKI
PEMERIKSAAN ANAMNESIS
PASIEN
• Proses wawancara yang dilakukan kepada pasien.
1. Anamnesis • Anamnesis dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
2. Pemeriksaan
• Px. Fisik a. Alloanamnesis, yaitu anamnesis yg dilakukan terhadap orang tua,
• Px. Penunjang wali, orang yang dekat dengan pasien, atau surat rujukan dokter
• Diagnosis Sementara
• Diferensial diagnosis b. Autoanamnesis, yaitu anamnesis yang dilakukan langsung
• Px. Anjuran kepada pasien
3. Diagnosis
4. Terapi • Pasien bayi & anak belum dapat memberikan keterangan,
5. Prognosis shg alloanamnesis jauh lebih penting daripada autoanamnesis.
• 80% data yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis
didapatkan dari anamnesis.
KONSEP Fundamental Four
DASAR / • RPS
• RPD
SISTEMATIK • RPK
ANAMNESIS • Kebiasaan Pribadi/Sosial

Sacred Seven
• Lokasi
• Kronologis
• Kualitas
• Kuantitas/ Severity
• Onset
• Faktor memperberat & meringankan
• Keluhan penyerta
LANGKAH 1. Pastikan identitas pasien dengan lengkap
UMUM ✓ nama pasien, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, alamat lengkap tempat
ANAMNESIS
tinggal, data orang tua (nama, umur, nomor telepon, pendidikan, pekerjaan),
agama dan suku bangsa.
PASIEN 2. Riwayat penyakit sekarang
ANAK ✓ Keluhan utama
✓ Perjalanan penyakit berdasarkan kronologis, terinci & jelas
✓ Keluhan tambahan/ penyerta
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat dalam kandungan & kelahiran
5. Riwayat makanan
6. Riwayat imunisasi
7. Riwayat tumbuh kembang
8. Riwayat keluarga & lingkungan tempat tinggal (sos-eko-bud)
ANAMNESIS KELAINAN SISTEM PENCERNAAN

• Anamnesis untuk kelainan sistem pencernaan


secara garis besar dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu :
a. gangguan asupan (intake)
b. gangguan penyerapan (absorpsi)
c. gangguan struktur sistem pencernaan lainnya
(bagian atas/ bawah)
Tabel 1. Gangguan Sistem Pencernaan

Gangguan Asupan / Intake Gangguan Penyerapan / Absorbsi Gangguan Struktur Lainnya


1. Ggn. Menelan 1. Ggn. sistem pencernaan bgn atas : 1. Perdarahan pada sistem pencernaan
• Kelainan orofaring : faringitis akut, • Gastritis kronik, ggn sekresi bagian atas atau bagian bawah
tonsilitis, tumor enzim pankreas, ggn sekresi 2. Tumor sistem pencernaan,
bilirubin ke usus halus, infeksi pd
• Ggn.pd esofagus : esofagitis, striktur primer ataupun sekunder,
usus halus, celiac disease, dll
esofagus, atresia esofagus, tumor 3. Hemorrhoid
2. Ggn. sistem pencernaan bgn bawah :
2. Refluks, mual-muntah 4. Kelainan kongenital, mis. atresia ani, dll
• Infeksi pd colon, toksin bakteri,
• Ggn lambung : ulkus ventrikuli,
pykt autoimun pd sal.cerna,
gastritis, GERD, ggn. spinkter gastro- tumor, dll
duodenum
3. Ggn. akibat kelainan diluar sal.cerna :
• Penyakit hepatobilier,
• Penderita dengan hipertiroid,
• Gangguan pd pankreas gangguan elektrolit, dll.
3. Mual-muntah akibat ggn diluar sal.cerna
• Penyakit ginjal kronik, KAD, ggn. SSP
MANIFESTASI GANGGUAN SALURAN CERNA
YANG SERING DITEMUKAN PADA ANAK

• Nyeri abdomen
✓ Nyeri umum : nyeri visera, nyeri somatis, nyeri menjalar (reffered pain)
✓ Nyeri akut
✓ Nyeri fungsional
• Muntah
• Diare
• Konstipasi
• Perdarahan saluran cerna
NYERI Yang perlu ditanyakan :

PERUT • Gejala awal mendadak/ bertahap, apakah ada episode sebelumnya,


berkaitan dg makanan, riwayat trauma
• Sifat nyeri tajam/ tumpul, kolik/ konstan, rasa terbakar
• Lokasi epigastrium, periumbilikal, menyeluruh, kuadran kanan/ kiri
bawah, perubahan lokasi seiring waktu
• Ada gejala penyerta seperti : demam, muntah, mencret, gejala
ekstraintestinal (batuk, dispneu, disuria, frekuensi berkemih, nyeri
pinggang)
MUNTAH Yang perlu ditanyakan :
• Sejak umur berapa keluhan muntah mulai berlangsung..
• Berapa kali frekuensi muntah
• Sifat muntah : proyektil atau didahului dengan keluhan nausea
• Berapa banyak volume muntahan
• Jenis (isi) muntahan dan warnanya
• Apakah muntahnya terjadi setelah makan/minum
• Apakah muntahnya berhubungan dg perubahan posisi dari berbaring
ke duduk.
• Keluhan lain yang sering menyertai : perut kembung, konstipasi, atau
mencret, demam, batuk spasmodik dll
MENCRET Yang perlu ditanyakan :
/ DIARE • Apakah mencret berlangsung akut atau kronik.
• Frekuensi defekasi sehari.
Keluhan mencret sering
menyertai gangguan • Banyaknya feses setiap buang air besar.
traktus gastrointestinal
atau merupakan keluhan • Konsistensi feses, apakah disertai lendir atau darah.
penyerta penyakit lain.
• Warna feses (hitam,hijau,kuning,putih seperti dempul).
• Baunya (busuk, anyir).
• Selain rasa mulas, tenesmus atau kolik perlu ditanyakan keluhan
lain yang menyertai mencret, mis. : muntah, sesak napas, kejang,
gangguan kesadaran, kencing berkurang, lemas, lecet didubur, dsb.
PERDARAHAN Yang perlu ditanyakan :
SALURAN • Apakah benar mengalami perdarahan saluran cerna?
CERNA • Keluhan yang dialami hematemesis/ melena/ hematochezia?
• Berapa perkiraan jumlah darah yang keluar?
• Apakah saat ini perdarahan aktif?
• Riwayat konsumsi makanan/ obat (NSAID)?
• Riwayat perdarahan sebelumnya?
• Riwayat trauma abdomen?
• Apakah ada gejala gastrointestinal lainnya?
DEMAM Yang perlu ditanyakan :
• Lama demam
• Apakah timbulnya mendadak, remiten, intermitten, kontinu.
• Apakah terutama terjadi pada malam hari, atau berlangsung
beberapa hari kemudian menurun lalu naik lagi, dsb.
• Apakah pasien menggigil, kejang, kesadaran menurun, meracau,
menggigau, mencret, muntah, sesak nafas, terdapatnya manifestasi
perdarahan
ANATOMI &
PEMERIKSAAN
FISIK
SALURAN
CERNA

Gambar 1. Anatomi Organ Sistem Pencernaan


TEKNIK PEMERIKSAAN
MULUT & TENGGOROK
• Mulut
• Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.
• Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak.
• Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.
• Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran, gerakan,
tepi hiperemis/tidak, frenulum lidah (tounge tie)
• Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.

• Tenggorok
• Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat spaltel tounge.
• Anak disuruh mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras,
selanjutnya spaltel diletakkan pada lidah sedikit ditekan kebawah.
• Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna, paradangan,
eksudat, kripte
Gambar 2. Pemeriksaan mulut dan tenggorok
PEMERIKSAAN ABDOMEN
• Urutan pemeriksaan abdomen :
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. Palpasi

• Keadaan yang penting diperhatikan saat


melakukan pemeriksaan abdomen :
1. Cahaya ruangan cukup baik
2. Pasien harus relaks
3. Pakaian terbuka dari processus
xyphoideus sampai sympisis pubis Gambar 3. Pembagian daerah abdomen & topografi organ dalam abdomen
INSPEKSI

• Bentuk & Ukuran :


✓ Buncit (pot belly)
• Simetris : otot perut hipotonik/atonik, penimbunan lemak
dinding perut, pneumoperitoneum, asites (seperti perut
Gambar 4. Pot Belly
kodok)
• Asimetris : paralisis otot perut, pembesaran organ
intraabdominal, aerofagia, konstipasi, ileus obstruksi tinggi,
duplikasi usus, neoplasma/ kista intraabdominal (pem.
Transiluminasi)
✓ Cekung (skafoid)
• Hernia diafragmatika (neonatus), malnutrisi, dehidrasi berat,
ileus obstruksi tinggi, pneumothoraks

Gambar 5. Perut Skafoid


INSPEKSI Dinding Perut
• Gerakan dinding perut : pernafasan abdominal normal pada bayi dan anak 6-7 thn.
✓ Berkurang : apendisitis, peritonitis, keadaan akut abdomen lain akibat nyeri, ileus
paralitik, paralisis diafragma, asites yg sgt besar, udara intraabdominal
✓ Meningkat : kelainan paru
• Kulit Dinding Perut :
✓ Meregang & tipis : asites
✓ Keriput : malnutrisi, penurunan tekanan intraabdomen, post-asites
• Gambaran vena : spider nevi (+/-)
✓ Normal : aliran diatas umbilikus keatas, aliran dibawah umbilikus kebawah
✓ Patologis : Gagal jantung, Peritonitis, Obstruksi vena
• Diastasis rekti (dpt mrpkn varian normal)
✓ Penonjolan pd garis tengah, diantara umbilikus & proc.xifoideus / diantara umbilikus
dan simfisis, ukuran 1-5 cm.
✓ Kelemahan kongenital otot rektus abdominis, perut membuncit lama, penyerta
ekstrofi vesika
• Edema dan eritema dinding perut : enterokolitis nekrotikans atau peritonitis
Gambar 6. Gambaran Diastasis Recti
INSPEKSI
• Umbilikus :
• Normalnya tertutup & berkerut
• Menonjol :
Hernia umbilikalis ( tampak jelas jika menangis/batuk )
• Dapat normal pada anak sampai umur 2 thn
• Abnormal: hipotiroidea, Down synd., neoplasma,
organomegali
• Omfalokel : Gambar 7. Gambaran omphalocele dan Gastroschizis
• Kantong peritoneum & selaput amnion berisi
organ intraabdominal akibat defek pd cincin umbilikalis.
• Ukuran 5-10cm
• Kondisi : prematuritas, sindrom beckwith-wiedeman
• Gastroskisis :
• Eviserasi usus melalui defek pada otot rektus abdominis
di lateral umbilikus
• Urakus paten : menyebabkan urin keluar melalui umbilikus
• Abses & neoplasma
• Kelainan bawaan : Prune belly syndrome
Gambar 8. Prune Belly Syndrome
AUSKULTASI

• Perhatikan suara peristaltik, normal akan


terdengar tiap 10 – 30 detik.
• Normal : Suara intensitas rendah dg frekuensi
tiap 10-30 detik (2-6x /menit)
• Intensitas tinggi : obstruksi GI tract (bunyi
metalik)
• Frekuensi bertambah : gastroenteritis
• Frekuensi berkurang – menghilang :
peritonitis (bertambah lalu menghilang),
ileus paralitikus
PERKUSI
• Perkusi normal akan terdengar suara timpani diseluruh
permukaan abdomen, kecuali daerah hati & limpa.
• Dilakukan utk menentukan udara dlm usus, atau cairan bebas/
ascites, & menentukan batas hepar & batas massa intra-abdomen.
• Kelainan pada perkusi :
• Pekak pada bagian hepar, menghilang jika ada udara bebas dalam
rongga abdomen (pneumoperitonium).
• Pekak pada daerah supra simfisis yang menadakan penuhnya
vesica urinaria pada retensi urin.
• Fenomena papan catur pada penderita peritonitis tuberkulosa
tanpa perforasi.

TEKNIK PERKUSI :
• Perkusi dari daerah epigastrium secara sistematis menuju bagian Gambar 9. Sistematika perkusi abdomen
bawah abdomen.
PERKUSI ASITES

4 CARA PENILAIAN ASCITES


1. Peta antara timpani dan pekak : Perkusi Radier/
Orientasi
• Posisi anak terlentang, lakukan perkusi sistematik dari umbilikus
Gambar 10. Perkusi radier/ orientasi
kearah lateral & bawah, utk mencari batas berupa garis radier
konkaf antara daerah timpani dg pekak, jika terdpt asites.

2. Tes redup alih : Shifting dullness


• Lakukan perkusi dari umbilikus ke sisi perut utk mencari daerah
redup/pekak; tandai batas tsb lalu minta pasien bergerak ke
salah satu sisi abdomen. Perkusi lagi diatas batas redup/pekak
tadi, pada pasien dg asites daerah redup akan berubah menjadi
timpani. Gambar 11. Metode Shifting Dullness
PERKUSI ASITES

3. Tes untuk adanya gelombang cairan : Undulasi


• (pd asistes yg jumlahnya banyak)
• Pasien terlentang, satu tangan pemeriksa diletakan pd satu sisi
perut pasien, jari tangan satunya mengetuk dinding perut sisi
lain. Lalu minta bantuan asisten utk meletakan satu tangan Gambar 12. Metode Undulasi (Fluid wave )
pada garis tengan abdomen & ditekan ke dalam. Pada asites dpt
dirasakan gelombang cairan pd tangan pertama pemeriksa.

4. Puddle Sign
• (pd asistes yg jumlahnya sedikit)
• Pasien diposisikan tengkurap & menungging (knee-chest
position), lalu lakukan perkusi untuk mendapatkan daerah redup

Gambar 13. Metode Puddle Sign


PALPASI
• Palpasi merupakan bagian terpenting pada
pemeriksaan abdomen, dapat dilakukan secara
monomanual atau bimanual.
• Palpasi dilakukan secara sistematis berlawanan
arah jarum jam dimulai dari kuadran kiri bawah
abdomen dan berakhir pada kuadran kanan
bawah.

Teknik Palpasi :
• Anak disuruh bernafas dalam, kaki dibengkokkan
di sendi lutut, palpasi dilakukan dari kiri bawah
ke atas, kemudian dari kanan atas ke bawah.
Gambar 14. Sistematika palpasi superfisial • Perhatikan : adanya nyeri tekan , dan tentukan
lokasinya.
PALPASI NYERI Tabel 2. Nyeri menurut pembagian topografi abdomen

Ketegangan perut & nyeri tekan


• Nyeri pada anak dapat diamati dari
perubahan mimik serta nada tangis.
• Lokalisasi nyeri juga dapat
ditentukan dg adanya nyeri lepas.

• Peradangan dalam perut dpt


menyebabkan ketegangan otot
perut (defans muscular), yg dpt
ditemukan pd kondisi : peritonitis,
apendisitis, kolesistitis.
PALPASI ORGAN DALAM

HATI
• Palpasi dapat dapat dilakukan secara mono/bimanual, dg ujung jari.
• Ukur besar hati dengan cara membuat patokan 2 garis khayal
(Blankhart ):
1. Titik perpotongan linea medioclavicularis kanan dan arkus
kosta dihubungkan dengan umbilikus.
2. Prosesus xifoideus dihubungkan dengan umbilicus.
• Ukuran besar normal : 1/3 – 1/3 sampai usia 5 – 6 tahun.
• Nilai juga : konsistensi, permukaan, tepi, pulsasi, nyeri tekan.
• Pembesaran hepar (Hepatomegali) ditemukan pada : penyakit infeksi
(hepatitis & sepsis), anemia sel sabit, thalasemia, gangguan
jantung kongestif, perikarditis, serta beberapa penyakit metabolik.

Gambar 15. Ilustrasi garis imajiner hepar


(Blankhart )
PALPASI ORGAN DALAM
LIMPA
Ukur besar limpa (metode Schuffner) dengan cara :
• Tarik garis singgung ‘a’ dengan bagian arcus aorta kiri.
• Dari umbilikus tarik garis ‘b’ tegak lurus ‘a’ bagi dalam 4 bagian.
• Garis ‘b’ diteruskan ke bawah sampai lipat paha, bagi menjadi 4
bagian juga. Sehingga akan didapat S1 – S8.
Pembesaran limpa (splenomegali) dapat ditemukan pd kondisi :
• Penyakit infeksi misalnya; sepsis, tifoid, malaria atau
toksoplasmosis. S-0
• Berbagai penyakit darah seperti thalasemia, atau anemia sel sabit,
leukemia.
S-4
• Dapat ditemukan juga pada penyakit kongestif seperti sirosis
hati, hipertensi porta, atau gagal jantung kongestif, penyakit
Gaucher, mukolipidosis dan penyakit metabolik lainnya. S-8

Gambar 16. Ilustrasi garis imajiner Shuffner


PALPASI ORGAN DALAM
GINJAL
• Pada keadaan normal ginjal tidak dapat teraba, kecuali pada
neonatus, dikarenakan letak ginjal yang retroperitonial.
• Adapun cara palpasi ginjal yaitu dengan metode bimanual /
ballotement.
• Pembesaran ginjal dapat ditemukan pada beberapa keadaan
patologis misal; hidronefrosis, ginjal polikistik, abses
perinefritis, hematoma perineal, atau trombosis vena
renalis.
Gambar 17. Palpasi ginjal bimanual / ballotement
PALPASI MASSA INTRA-ABDOMINAL

ORGAN • Penilaian : ukuran, letak masa, konsistensi, tepi, permukaan, pulsasi, fluktuasi, nyeri

DALAM
tekan, mobilitas & hubungannya dg organ sekitar.
• Bila dicurigai keganasan maka palpasi dilakukan secara hati-hati.
• Contoh masa intraabdominal dan cirinya :
✓ Tumor Wilms : konsistensi keras, unilateral, permukaan rata, tdk melewai garis tengah.
✓ Neuroblastoma : konsistensi keras, permukaan nodular tidak teratur, seringkali melewati garis
tengah.
✓ Kista duktus koledokus : masa dengan nyeri tekan dibawah hati.
✓ Stenosis pilorus : dapat diraba dengan palpasi dalam didaerah epigastrium pada waktu bayi minum
atau sesudah muntah, sering teraba seperti sosis diujung lambung pada garis tengah.
✓ Intususepsi : masa seperti sosis pada kuadran kanan bawah.
✓ Hidronefrosis.
✓ Skibala dan ascaris ball (kecacingan)
✓ Masa di daerah inguinal kemungkinan hernia inguinalis
TEKNIK
• Pemeriksaan colok dubur hanya dikerjakan pada pasien sakit perut yang mengarah pd kasus
akut abdomen.
PEMERIKSAAN • Berikut daerah fokus pemeriksaan :

ANUS & • Daerah Perianal

REKTUM
Kelainan terbanyak : tumor sakrokosigeus, meningokel, sacral
dimple, abses perianal (pada pasien kolitis ulseratif kronik, diare kronik),
fistula rektum.
• Daerah Anus
Atresia ani, fissura ani, dll

Teknik Pemeriksaan Colok Dubur


• Posisikan anak telentang, kaki dibengkokkan, periksa dgn jari kelingking masuk ke dlm
rektum.
• Penilaian :
a. Atresia ani e. Nyeri
b. Tonus sfingter ani f. Feses ada / tidak
c. Fistula rektovaginal g. Massa / Tumor
d. Ada penyempitan / tidak
REFERENSI

1. Soeprapto P, Ranuh R. Kegawatdaruratan Gastrointestinal. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari


H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Anak. Jilid 1. UKK
Gastroenterologi-hepatologi IDAI. Jakarta. 2012:27-49.
2. Ranuh R, Atthiyah AF, Syarif BH. Rekomendasi Gangguan Saluran Cerna Fungsional. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. 2016.
3. Marcdante KJ, Kliegman R, Jenson H, Behrman R. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi 6.
4. Wahidayat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Sagung Seto.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai