A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
Melakukan anamnesis kelainan gastrointestinal pada pasien dewasa non bedah:
1. Menanyakan keluhan utama
2. Menanyakan keluhan tambahan
3. Menanyakan riwayat penyakit dahulu
4. Menanyakan faktor-faktor risiko
5. Menanyakan riwayat keluarga
6. Menetapkan diagnosis banding
B. PELAKSANAAN
1. Landasan Teori
Anamnesis pada pasien dengan gangguan gastrointestinal (GI) mempunyai beberapa komponen
penting.Waktu timbulnya gejala dapat menunjukkan etiologi yang spesifik.Gejala yang timbul dalam
waktu singkat biasanya disebabkan oleh infeksi akut, terpapar racun, inflamasi atau iskemia.Gejala
yang timbul dalam jangka waktu lama menunjukkan adanya inflamasi kronis, gangguan fungsi usus,
dan kondisi neoplastik.Gejala yang timbul akibat obstruksi mekanis, iskemia, inflammatory bowel
disease (IBD), dan gangguan fungsi usus biasanya menjadi bertambah buruk dengan pemasukan
makanan.Sebaliknya, gejala pada ulkus menjadi berkurang bila diberi makan atau minum antasida.
Pola gejala dan durasinya dapat menunjukkan kondisi penyebabnya.Nyeri pada ulkus peptikum
bersifat intermiten, yang berlangsung selama seminggu atau sebulan.Sementara kolik bilier timbul
mendadak dan hanya berlangsung selama beberapa jam.Nyeri akibat inflamasi akut, misalnya
pancreatitis, berlangsung dalam hitungan hari sampai minggu dan sangat berat.Makanan terkadang
menimbulkan diare pada IBD dan IBS, dan defekasi mengurangi ketidaknyamanan akibat kondisi
tersebut.Gangguan fungsi usus biasanya ditimbulkan oleh stress.Diare akibat malabsorpsi biasanya
membaik dengan disuruh puasa, sementara diare sekretorik tetap berlangsung meskipun berpuasa.
Gejala yang timbul setelah bepergian (travelling) mengindikasikan infeksi usus.Beberapa obat
menyebabkan nyeri perut, gangguan fungsi pencernaan, bahkan menyebabkan perdarahan saluran
cerna. Perdarahan saluran cerna bagian bawah biasanya terjadi akibat adanya neoplasma, divertikel,
lesi vascular pada orang tua, malformasi anorektal atau IBD pada usia yang lebih muda.
2. Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK 1 Blok XII FK UMP
2. Pasien simulasi
3. Ruang periksa dokter
3. Langkah Kerja
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2. Menanyakan identitas pasien.
3. Menjelaskan tujuan anamnesis dan meminta izin pasien.
4. Menanyakan keluhan utama.
5. Menanyakan riwayat penyakit sekarang.
6. Menanyakan riwayat penyakit dahulu.
7. Menanyakan riwayat keluarga
CONTOH:
i. Susah menelan dan muntah
a. Onset
b. Frekuensi
c. Menetap atau periodik
d. Isi dan pengaruh konsistensi makanan
e. Riwayat sakit maag yang lama, tertelan bahan korosif, radiasi berulang, DM, dll.
ii. Nyeri perut
a. Lokasi nyeri
b. Onset nyeri
c. Penyebaran
d. Kualitas nyeri
e. Hilang timbul atau terus-menerus
f. Kronologis lamanya nyeri.
g. Faktor yang menimbulkan nyeri
h. Faktor yang menghilangkan nyeri
i. Gejala penyerta
j. Riwayat sakit maag yang lama, riwayat minum obat OAINS, dll.
iii. Diare
a. Sejak kapan.
b. Frekuensi, warna, bau.
c. Bercampur darah atau lendir.
d. Disertai mual, muntah, nyeri perut, demam, lemas.
e. Riwayat makan dan minum sebelum timbul diare.
f. Terjadi secara massal/tidak.
g. Ada/tidak penurunan berat badan.
iv. Perut kembung (distensi abdomen)
a. Onset
b. Nyeri perut
c. Mual/muntah
d. Gejala penyerta lain (sesak nafas, dll)
e. Flatus (buang angin), pola BAB dan BAK
v. Kulit kuning
a. Onset
b. Gejala penyerta (gatal, demam, nyeri perut, dll)
c. Warna BAK dan BAB
d. Riwayat konsumsi obat, minuman beralkohol, jamu
e. Riwayat hepatitis, DM
f. Riwayat keluarga
g. Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi
h. Gejala penyerta lain: sesak nafas, jantung berdebar, penurunan BB, demam, dll.
Contoh kasus :
Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan badan kuning
4. Kesimpulan
Mahasiswa menyimpulkan kemungkinan diagnosis penyakit yang diderita pasien berdasarkan hasil
anamnesis.
Keterangan:
0:tidak menyatakan atau tidak melakukan
1:hanya menyatakan atau melakukan tidak sempurna
2:menyatakan dan melakukan dengan sempurna
LKK 2 BLOK 11 PEMERIKSAAN FISIK GANGGUAN SISTEM DIGESTIF
A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
Melakukan pemeriksaan fisik gastrointestinal pada pasien dewasa non bedah secara runtut
dan benar.
1. Melakukan pemeriksaan fisik umum
- Tanda vital
- Tinggi badan (TB)
- Berat badan (BB)
2. Melakukan pemeriksaan fisik khusus
- Melakukan pemeriksaan kulit
- Melakukan pemeriksaan mata dan mulut
- Melakukan pemeriksaan leher
- Melakukan pemeriksaan thoraks
- Melakukan pemeriksaan abdomen
- Melakukan pemeriksaan ektremitas
3. Melakukan pemeriksaan spesifik
- Pemeriksaan asites (shifting dullness)
- Pemeriksaan hati
- Pemeriksaan limpa
- Pemeriksaan abdomen bawah
- Pemeriksaan perineum
B. PELAKSANAAN
1. Landasan Teori
Pemeriksaan fisik melengkapi anamnesis yang telah dilakukan sebelumnya.Tanda vital yang
abnormal memberikan petunjuk perlu tidaknya intervensi segera.Demam mengindikasikan adanya
inflamasi atau neoplasma.Orthostasis biasanya ditemukan dengan kehilangan banyak darah, dehidrasi,
sepsis, atau neuropati otonomik. Pemeriksaan leher dengan pemeriksaan menelan dapat melihat
adanya disfagia (susah menelan). Penyakit kardiopulmoner dapat menimbulkan nyeri perut atau mual,
sehingga pemeriksaan paru dan jantung tetap penting pada keluhan GI.Pemeriksaan rectum atau pelvis
diperlukan untuk melihat sumber penyebab nyeri abdomen.Kondisi metabolik dan gangguan motorik
usus biasanya dikaitkan dengan neuropati perifer.
Inspeksi abdomen dapat membedakan distensi akibat obstruksi, tumor, asites, atau abnormalitas
pembuluh darah akibat penyakit hati.Ekimosis timbul pada pankreatitis berat. Auskultasi dapat
mendeteksi adanya bruit (bising pembuluh darah) atau friction rub pada penyakit vascular atau tumor
hati. Menurunnya bising usus menandakan ileus, sedangkan meningkatnya bising usus dengan nada
tinggi menandakan ostruksi usus.Perkusi dapat menentukan ukuran hepar dan mendeteksi adanya
cairan pada asites dengan pemeriksaan shifting dullness. Palpasi dilakukan untuk menilai
hepatosplenomegali, tumor, ataupun massa akibat inflamasi.
Pemeriksaan fisik abdomen berguna dalam mengevaluasi nyeri yang tidak dapat dijelaskan.
Pasien dengan nyeri dinding abdomen mungkin akan menunjukkan nyeri yang timbul akibat maneuver
Valsava atau mengangkat tungkai lurus. Pasien dengan nyeri visceral dapat menunjukkan rasa tidak
nyaman pada seluruh abdomen, sementara nyeri parietal atau peritonitis menunjukkan rasa nyeri yang
langsung pada dinding abdomen dengan cara mengeraskan dinding abdomen (defence mechanism).
2.Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK 1 Blok XII FK UMP
2. Ruang periksa dokter
3. Pasien simulasi
4. Tempat tidur pemeriksaan
5. Stetoskop dewasa
6. Termometer
7. Timbangan badan
8. Pengukur tinggi badan
3. Langkah Kerja
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2. Menanyakan identitas pasien.
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan fisik.
4. Meminta izin pasien.
5. Melakukan pemeriksaan fisik umum:
a. Kesadaran
b. Keadaan umum
c. Tanda vital
d. Tinggi badan dan berat badan
6. Melakukan pemeriksan kulit .
a. Melihat adanya warna kuning atau pucat pada kulit
b. Melihat adanya pigmentasi pada kulit
c. Melihat adanya spider nevi pada dada, bahu, dan punggung.
d. Melihat adanya lesi pada kulit, misalnya pada herpes zoster.
d. Perkusi abdomen
i. Melakukan perkusi pada semua daerah abdomen untuk menentukan adanya nyeri
ketok, adanya cairan, massa, atau pembesaran organ dalaman abdomen.
- Melakukan perkusi menentukan batas paru-hepar dan peranjakan hepar.
- Pekak limpa normalnya ditemukan pada sela iga ke-9 sampai sela iga ke-
11 di garis aksila anterior kiri. Bila terdengar perubahan batas pekak bagian
bawah, maka kemungkinan terjadi pembesaran limpa.
v. Melakukan perkusi pada daerah bawah abdomen dengan posisi pasien tegak.
Akan terdengar suara redup bila terdapat cairan dalam rongga abdomen.
vi. Melakukan pemeriksaan knee chest position bila cairan sangat sedikit dan
meragukan.
- Pasien dalam posisi merangkak selama beberapa menit.
- Melakukan perkusi pada bagian terendah abdomen dalam posisi
merangkak. Bila terdapat cairan maka akan terdengar redup.
4. Interpretasi Hasil
Pada pasien ditemukan pemeriksaan fisik yang khas pada gangguan abdomen, yaitu:
1. Inspeksi: sklera ikterik, spider nevi, venektasi abdomen, caput medusa, perut cembung (perut
kodok).
2. Auskultasi: bunyi peristaltik (meningkat, menurun, metallic sound), bruit (+) pada hepar atau
aorta abdominalis.
3. Palpasi: hepatomegali, splenomegali, massa (+), cairan (+)
4. Perkusi: shifting dullness (+), puddle sign (+), perubahan batas bawah limpa.