Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah makanan dan
menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar
menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang
kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ
pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung
dari bahan makanan yang akan dicerna oleh tubuh. Zat makanan yang dicerna akan
diserap oleh tubuh dalam bentuk yang lebih sederhana.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan zat nutrisi yang sudah dicerna
secara berkesinambungan untuk didistribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi dengan
unsur-unsur air,elektrolit, dan zat gizi.
Proses pencernaan pada manusia dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu proses
pencernaan secara mekanik dan kimiawi (enzimatis). Proses pencernaan mekanik yaitu
proses mengubah makanan menjadi kecil dan lembut. Pencernaan mekanik dilakukan
oleh gigi dan alat bantu lain seperti batu kerikil pada burung merpati. Proses ini bertujuan
untuk membantu untuk mempermudah proses pencernaan kimiawi. Proses ini dilakukan
secara sadar atau sesuai dengan keinginan kita. Sedangkan, Proses pencernaan kimiawi
yaitu proses mengubah molekul-molekul zat makanan yang kompleks menjadi molekul-
molekul yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Pencernaan kimiawi dilakukan
oleh enzim, asam, ‘bile’, dan air. Proses ini dilakukan secara tidak sadar karena yang
mengaturnya adalah enzim.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengkajian keperawatan sistem pencernaan ?
2. Bagaimana diagnosa sistem pencernaan ?
3. Bagaimana intervensi sistem pencernaan ?

1
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui secara kognitif, afektif, serta
motorik dalam membuat asuhan keperawatan pada gangguan sistem pencernaan.
2. Tujuan Khusus
 Untuk memahani dan mengetahui pengkajian keperawatan sistem pencernaan
 Untuk memahami dan mengetahui diagnosa sistem pencernaan
 Untuk memahami dan mengetahui intervensi sistem pencernaan

2
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS
a. Umur : Biasanya penderita gangguan sistem pencernaan berasal dari segala usia.
b. Jenis kelamin : Biasanya gangguan sisitem pencernaan dapat dialami baik wanita
maupun pria.
c. Pekerjaan : Biasanya yang beresiko terkena gangguan sistem pencernaan adalah
pekerjaan berat dan cenderung mengalami stress.
d. Tempat tinggal : Biasanya gangguan sisitem penceranaan terjadi pada lingkungan
yang kumuh dapat juga mempengaruhi kualitas makanan seseorang dan
menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan.
2. KELUHAN UTAMA
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada bagian abdomen
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada bagian abdomen Kaji lokasi, durasi, pola,
frekwensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeri dan faktor yang memperburuk dan
yang meredakan nyeri,. biasanya pasien juga merasa kembung, mual dan muntah,
hematemesis, diare, perubahan kebiasaan defekasi serta karakteristik urin dan feses.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien dengan gangguan sisitem pencernaan pernah di rawat di rumah sakit
sebelumnya dengan penyakit yang sama . pernah mengalami pembedahan atau cidera
saluran pencernaan atau abdomen sebelumnya
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya penyakit sistem pencernaan tidak ada faktor keturunan tetapi faktor dari
lingkungan terutama keluarga yang mempunyai pola hidup yang tidak sehat.

4. PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN


 Pola aktivitas / latihan

3
Biasanya pasien dengan gangguan sistem pencernaan tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasanya karena nyeri.
 Pola nutrisi dan cairan
Makan : Biasanya pasien tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan mual
muntah .
Minum : Biasanya pasien minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
 Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit : biasanya pasien mengatakan kesehatan merupakan hal
yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat.
 Pola eliminasi
BAK : biasanya bisa terjadi gangguan seperti adanya perubahan warna urin, retensi urin
/ inkonteninsia urine
BAB: biasanya bisa terjadi konstipasi
 Pola istirahat tidur
Biasanya pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri
 Pola kognitif – persepsi
Biasanya pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
 Pola peran hubungan
Biasanya pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat
kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
 Pola seksualitas / reproduksi
Biasanya pasien mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas akibat penyakit.
 Pola persepsi diri / konsep diri
Biasanya pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini
lagi.
 Pola koping – toleransi stres
Biasanya pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan akibat nyeri yang dirasakan
 Pola keyakinan nilai

4
Biasanya berbeda pada setiap pasien. Biasanya pasien yakin akan cepat sembuh
menganggap ini merupakan cobaan dari Tuhan.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital
Biasanya pada pasien gangguan sistem pencernaan tekanan darah, nadi, dan
pernafasan meningkat karena adanya nyeri
b. Berat badan
Biasanya adanya penurunan berat badan ketika pasien mengalami penyakit atau
gangguan sistem pencernaan diakibatkan oleh kekurangan cairan dan nutrisi
c. Mata
Biasanya pada pasien matanya terdapat konjungtiva anemis, sklera ikterik.
d. Mulut
Biasanya bibir dan mukosa terlihat kering dan mengeluarkan bau mulut yang
tidak enak.
e. Lidah
Biasanya lidah pasien dengan gangguan system pencernaan mengalami gangguan
menelan.
f. Abdomen
I : Perubahan warna di abdomen scar atau ikterik, adanya jaringan parut. Adanya
benjolan, lesi, striae, petechie, kesimetrisan, mendeteksi cairan.

A: Bising usus lebih dari batas normal.

P: Adanya nyeri tekan, adanya perubahan tekstur seperti pada hati, adanya
pembesaran ukuran organ (mis. hati ginjal limpa)

P: Adanya pembesaran hepar, nyeri tekan pada abdomen, adanya rongga


udara/cairan abnormal.
g. Kaki
Biasanya terjadi kelemahan pada otot kaki akibat gangguan pada sistem
pencerenaan.

5
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Diagnostik
1. Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan
untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
2. Rontgen Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut yang tidak
memerlukan persiapan khusus dari penderita
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
 suatu penyumbatan
 kelumpuhan saluran pencernaan
 pola udara abnormal di dalam rongga perut
 pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa)
3. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto
rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari
kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah
abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
4. Ultrasonografi (USG)
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-
organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ
(misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di
dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.
b. Laboratorium
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000–
18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit

6
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan makan,
ketidakmampuan mencerna makanan, kedidakmampuan mengabsorpsi nutrien, kurang
asupan makanan
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keletihan
5. Keletihan berhubungan dengan kurang energy
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyakit

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx. Kep NOC NIC


1 Nyeri akut 1. Kontrol nyeri 1. Pemberian analgesic
berhubungan Indikator : Aktivitas – aktivitas:
dengan agen cedera  Mengenali kapan nyeri  Tentukan lokasi, karakteristik,
biologis terjadi. kualitas dan keparahan nyeri
 Menggambarkan sebelum mengobati pasien
faktor resiko.  Cek perintah pengobatan
 Menggunakan meliputi obat, dosis dan
tindakan pencegahan. frekuensi, obat analgesik yang
 Menggunakan diresepkan
tindakan pengurangan  Tentukan pilihan obat
nyeri tanpa analgesik analgesic(narkotik, non narkotik,
 melaporkan nyeri yang NSAID) berdasarkan tipe dan
terkontrol. keparahan nyeri
 Berikan kebutuhan kenyaman
2. Tingkat nyeri dan aktivitas lain yang dapat
Indikator : membantu relaksasi untuk
 Nyeri yang dilaporkan. memfasilitasi penurunan nyeri
 Panjangnya episode  Berikan analgesic sesuai waktu
nyeri paruhnya, terutama pada nyeri
 Mengerang dan yang berat

7
menangis.
 Ekspresi nyeri wajah. 2. Manajemen nyeri
 Mengeluarkan Aktivitas – aktivitas;
keringat.  Lakukan pengkajian nyeri
 Berkeringat komprehensif yang meliputi
berlebihan. lokasi, karakteristik, onset atau
 Mondar mandir durasi, frekuensi, kualitas,

 Fokus menyempit. intensitas atau beratnya nyeri

 Ketegangan otot dan factor pencetus

 Mual.  Pastikan perawatan analgesic

 Frekuensi nafas bagi pasien dilakukan


pemantauan dengan ketat
 Tekanan darah
 Gali bersama pasien factor –
factor yang dapat menurunkan
atau memperberat nyeri
 Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lainnya, mengenai
efektivitas tindakanpengontrolan
nyeri yang digunakan
sebelumnya

3. Bantuan pasien untuk mengopntrol


pemberian analgesic
Aktivitas – aktivitas:
 Berkolaborsi dengan dokter,
pasien dan anggota keluarga
dalam memilihb jenis narkotik
yang akan digunakan
 Pastikan bahwa pasien tidak
alergi terhadap analgesic yang
akan diberikan

8
 Instruksikan pasien dan keluarga
untuk memonitor intensitas,
kualitas dan durasi nyeri
 Kolaborasi dengan pasien dan
keluarga untuk memilih tipe alat
infus PCA yang sesuai
 Bantu pasien dan keluarga untuk
memberikan dosis bolus
analgesic yang tepat
 Instruksikan pasien dan anggota
keluarga terkait reaksi dan efek
samping dari agen pengurang
rasa nyeri
 Konsulatsikan dengan ahlli nyeri
diklinik bagi opasien yang
mengalami kesulitan dalam
mencapai pengontrolan nyeri

2. Gangguan rasa 1. Status kenyamanan : 1. Manajemen lingkungan


nyaman b.d gejala Indikator : kenyamanan
terkait penyakit  Kesejahteraan fisik. aktivitas aktivitas :
 Kontrol terhadap  Tentukan tujuan pasien dan
gejala. keluarga dalam mengelola
 Lingkungan fisik. lingkungan dan kenyaman yang
 Dukungan sosial dari optimal
keluarga.  Hindari gangguan yang tidak
 Dukungan sosial dari perlu dan berikan untuk waktu
teman istirahat.

 Hubungan keluarga.  Ciptakan lingkungan yang


tenang dan mendukung.

9
2.Status kenyamanan : fisik  Sediakan lingkungan yang aman
Indikator : dan bersih.
 Kontrol terhadap  Sesuaikan cahaya untuk
gejala. memenuhi kebutuhan kegiatan
 Posisi yang nyaman. individu.
 Nyeri otot.  Sesuaikan suhu ruangan
 Baju yang nyaman
 Tingkat energi 2. Peningkatan keamanan
 Mual Aktivitas – aktivitas :

 Muntah.  Sediakan lingkungan yang tidak


mengancam.
3.Tingkat nyeri  Tunjukan ketenangan
Indikator :  Luangkan waktu bersama
 Nyeri yang dilaporkan. pasien.
 Panjangnya episode  Tunjukan perubahan saat
nyeri berangsur.
 Mengerang dan  Jelaskan semua prosedur kepada
menangis. pasien.
 Ekspresi nyeri wajah.  Jawablah semua pertanyaan
 Mengeluarkan mengenai status kesehatan
keringat. dengan perilaku jujur.

 Berkeringat  Bantu pasien untuk


berlebihan. menggunakan koping respon .

 Mondar mandir  Jangan timbukan emosi yang

 Fokus menyempit. kuat.

 Ketegangan otot
 Mual.
 Frekuensi nafas
 Tekanan darah

10
3 Ketidakseimbangan 1. Status nutrisi 1. Manajemen gangguan makan
nutrisi kurang dari Indicator : Aktivitas aktivitas:
kebutuhan tubuh  Asupan gizi  Kalaborasi dengan tim
 Asupan makanan kesehatan lain untuk
 energi mengembangkan rencana
perawatan
2. Status nutrisi : asupan  Dorong klien untuk
nutrisi mendiskusikan makanan yang
Indicator: disukainya
 asupan kalori  Monitor asupan kalori
 asupan protein  Monitor asupan cairan yang
 asupan karohidrat tepat
 asupan serat  Timbang berat badan klien
 asupan vitamin secara rutin

 asupan mineral(  Kembangkan hubungan yang

 asupan zat besi mendukung dengan klien

 asupan kalsium  Beriak dukungan dan arahan

 asupan natrium jika diperlukan


 Beri tanggung jawab terkait
dengan pilihan –pilihan
makanan dan aktivitas fisik
 Rundingkan dengan tim
kesehatan lainnya setipa hari
terkait dengan perkembangan
 Bagun harapan terkait dengan
perilaku makan yang baik
 Dorong klien untuk memonitor
asupan makan harian.

2. Bantuan peningkatan berat badan

11
Aktivitas aktivitas:
 Timbang pasien pada jam yang
sama setiap hari.
 Monitor mual muntah
 Kaji penyebab mual dan
muntah.
 Monitor asupan kalori setiap
hari.
 Dukung peningkatan asupan
kalori .
 Beriakn istirahat yang cukup.
 Bantu pasien untuk makan.
 Sajikan makana yang menarik.
 Ajrakan pasien dan keluarga
merencanakan makan
 Kenali apakah penurunan berat
badan yang dialami pasien
 Sediakan suplemen makan jika
diperlukan.

3. Manajemen nutrisi
Aktivitas aktivitas:
 Tentukan status gizi dan
kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan gizi
 Identifikasi alergi atau
intoleransi makanan yang
dimiliki pasien
 Intruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi

12
 Bantu pasien dalam
menentukan pedoman makanan
yang paling cocok dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi
 Lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan mulut
sebelum makan
 Monitor kalori dan asupan
makanan
 Bantu pasien untuk mengakses
program gizi
 Berikan arahan jika diperlukan
 Ciptakan lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi makanan
 Intruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
 Tentuakan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan
 Tawarkan makan ringan yang
padat gizi
4 Intoleransi aktivitas 1. Toleransi terhadap 1. Terapi aktivitas
b.d aktivitas Aktivitas-aktivitas
Indicator:  Pertimbangkan kemampuan
 Saturasi oksigen klien dalam berpartisipasi
ketika beraktivitas melalui aktivitas spesifik
(2-3)  Pertimbangkan komitmen klien
 Prekuensi nadi untuk meningkatkan frekuensi
ketika beraktivitas dan jarak aktivitas
(2-3)  Bantu klien untuk memilih

13
 Prekuensi aktivitas dan pencapaian tujuan
pernapasan ketika melalui aktifitas yang konsisten
beraktivitas (2-3) dengan kemampuan fisik,
 Kemudahan fisiologis dan social
bernapas ketika  Bantu klien untuk tetap focus
beraktivitas (2-3) pada kekuatan dibandingkan
 Tekanan darah dengan kelemahan
sistolik ketika  Bantu klien dan keluarga untuk
beraktivitas (2-3) mengidentifikasi kelemahan
 Tekanan darah dalam level aktivitas tertentu
diastolic ketika  Sarankan metode-metode untuk
beraktivitas (2-3) meningkatkan aktivitas fisik
 Kecepatan bernapas yang tepat
(2-3)  Bantu klien dan keluarga
 Kekuatan bagian memantau perekmbangan klien
atas (2-3) terhadap pencapaian tujuan
 Kekuatan tubuh
bagian bawah (2-3) 2. Manajemen energy

 Kemudahan dalam Aktivitas-aktivitas:

melakukan aktivitas  Anjurkan pasien


hidup harian (2-3) mengungkapkan perasaan secara
verbal mengenai keterbatasan
2. Daya tahan yang dialami
Indicator:  Perbaiki deficit status fisiologis
 Melakukan aktivitas  Tentukan jenis dan banyaknya
rutin (2-3) aktivitas yang dibutuhkan untuk
 Aktivitas fisik (2-3) menjaga ketahanan

 Daya tahan otot (2-3)  Monitor lokasi dan sumber

 Libido (2-3) ketidaknyamanan yang dialami

 Oksigen darah ketika pasien selama aktivitas

14
beraktivitas (2-3)  Buat batasan untuk aktivitas
 Serum elektrolit darah hiperaktif klien saat menganggu
(2-3) yang lain atau diri sendiri
 Kelelahan (2-3)  Anjurkan pasien untuk memilih
aktivitas-aktivitas yang akan
3. Energy psikomotor dilakukan yang membangun
Indicator: ketahanan
 Menunjukan afek yang  Tingkatkan tirah baring atau
sesuai dengan situasi pembatasan kegiatan dengan
(2-3) cakupan waktu istirahat yang
 Menunjukan tingkat dipilih
energy yang stabil (3-  Susun kegiatan fisik untuk
4) mengurangi penggunaan
 Menunjukan cadangan oksigen untuk fungus
kemampuan untuk organ vital
menyelesaikan tugas  Lakukan ROM aktif atau pasif
sehari-hari (3-4) untuk menghilangkan
 Depresi (3-4) ketegangan otot
 Monitor respon oksigen pasien
saat perawatan maupun saat
melakukan perawatann diri
secara mandiri
5. Keletihan b.d 1. Kelelahan:efek yang 1. Manajemen energy
kurang energi menganggu Aktivitas-aktivitas:
Indicator:  Anjurkan pasien mengungkapkan
 Penurunan energy perasaan secara verbal mengenai
(2-3) keterbatasan yang dialami
 Gangguan dengan  Perbaiki deficit status fisiologis
aktivitas sehari-hari  Tentukan jenis dan banyaknya
(2-3) aktivitas yang dibutuhkan untuk

15
 Gangguan terhadap menjaga ketahanan
aturan pengobatan  Monitor lokasi dan sumber
(2-3) ketidaknyamanan yang dialami
 Gangguan aktivitas pasien selama aktivitas
fisik (2-3)  Buat batasan untuk aktivitas
 Gangguan untuk hiperaktif klien saat menganggu
menikmati hidup (2- yang lain atau diri sendiri
3)  Anjurkan pasien untuk memilih
aktivitas-aktivitas yang akan
2. Tingkat kelelahan dilakukan yang membangun
Indicator: ketahanan
 Kelelahan (2-3)  Tingkatkan tirah baring atau
 Kelesuan (2-3) pembatasan kegiatan dengan
 Kehilangan salera cakupan waktu istirahat yang
makan (2-3) dipilih
 Penurunan libido (2-  Susun kegiatan fisik untuk
3) mengurangi penggunaan
 Kesadaran (2-3) cadangan oksigen untuk fungus

 Saturasi oksigen organ vital

metabolisme (2-3)  Lakukan ROM aktif atau pasif


untuk menghilangkan ketegangan
otot
 Monitor respon oksigen pasien
saat perawatan maupun saat
melakukan perawatann diri secara
mandiri
6 Resiko kekurangan 1. Keseimbangan cairan 1. Monitor cairan
volume cairan b.d Indikator : Aktivitas :
mual muntah  Tekanan darah  Tentukan jumlah jenis intake
 Denyut nadi radial atau asupan cairan serta

16
 Tekanan arteri rata- kebiasaan eliminasi
rata  Tentukan factor-faktor resiko
 Tekanan vena sentral yang mungkin menyebabkan
 Tekanan baji paru- ketidakseimbangan cairan (
paru misalnya kehilangan albumin,
 Denyut perifer luka bakar, mal nutrisi, sepsis,

 Keseimbangan intake sindrom nefrotik, hi[pertemia)

dan output dalam 24  Tentukan apakah pasien


jam mengalami kehausan atau gejala

 Berat badan stabil perubahan cairan

 Turgor kulit  Periksa isi ulang kapiler dengan

 Kelembaban memegang tangan pasien pada

membrane mukosa tinggi yang sama seperti jantung

 Serum elektrolit dan menekan jari tengah selama


5 detik, lalu lepaskan tekanan
 Hemaktokrit
dan hitung waktu sampai jarinya
 Gerak jenis urine
kembali merah.
 Periksa turgor kulit dengan
memegang jaringan sekitar
tulang seperti tangan atau tulang
kering mencubit kulit dengan
lembut pegang dengan kedua
tangan dan lepaskan.
7 Gangguan pol tidur 1. Tidur 1. Peningkatan tidur
b.d Indicator: aktivitas-aktivitas:
 pola tidur (2-3)  tentukan pola tidur atau aktivitas
 jam tidur (2-3) pasien
 kualitas tidur (2-3)  perkirakan tidur atau siklus
 perasaan segar bangun pasien dalam perawatan
setelah tidur (2-3) perencanaan

17
 suhu ruangan  monitor atau catat pola tidur
ruangan yang hangat pasien dan jumlah jam tidur
(2-3)  monitor pola tidur pasien,dan
 kesulitan memulai catat kondisi fisik psikologis
tidur (2-3)  anjurkan pasien untuk memantau
 tidur yang tidak tepat pola tidur
(2-3)  bantu untuk menghilangkan
situasi stress sebelum tidur
 monitor makanan sebelum tidur
dan intake minuman yang dapat
mefasilitasi tidur
 bantu meningkatkan jumlah jam
tidur
 diskusikan dengan pasien dan
keluarga mengenai teknik untuk
meningkatkan tidur

18
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan meliputi:
1. identitas
 Umur : Biasanya penderita gangguan sistem pencernaan berasal dari segala usia.
 Jenis kelamin : Biasanya gangguan sisitem pencernaan dapat dialami baik wanita
maupun pria.
 Pekerjaan : Biasanya yang beresiko terkena gangguan sistem pencernaan adalah
pekerjaan berat dan cenderung mengalami stress.
 Tempat tinggal : Biasanya gangguan sisitem penceranaan terjadi pada lingkungan yang
kumuh dapat juga mempengaruhi kualitas makanan seseorang dan menyebabkan
gangguan pada sistem pencernaan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain: Nyeri
Mual muntah, Kembung dan Sendawa (Flatulens), ketidaknyamanan abdomen, diare,
konstipasi.
3. Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara untuk menggali
masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya. Riwayat
kesehatan ada tiga yaitu Riwayat kesehatan sekarang, Riwayat kesehatan dahulu, Riwayat
4. Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi ikterus, Pemeriksaan bibir, rongga mulut, lidah dan dasar mulut,
pemeriksaan , kerongkongan, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan rectal anus, pemeriksaan
organ aksesori.
5. Pemerikasaan Diagnostik
a. Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
b. Rontgen
c. Ultrasonografi (USG)

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com

https://www.scribd.com/doc/234608924/Pengkajian-Keperawatan-Pada-Sistem-Pencernaan

20

Anda mungkin juga menyukai