Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN

DIABETES MELITUS DI RUANG FLAMBOYAN III DI


RSUD SALATIGA
 
Disusun Oleh :

EXTY SRI WAHYUNI JAROT LISTYONO KRISDYANTO


GIYANTI LIESTIANA
AMBARSARI
Asuhan Keperawatan
Diabetes Mellitus

Irman Dinejad
“Orang
Beruntung
adalah Orang
Sial yang keras
kepala dalam
mengejar
Bong Chandra
keberuntungann
ya”
• Suatu penyakit metabolik yang ditandai
oleh hiperglikemia yang merupakan has
dari gangguan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya.
• Hiperglikemi kronis dari DM dihubungka
dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi, dan kegagalan berbagai macam
organ, terutama mata, ginjal, syaraf,
jantung, dan pembuluh darah.

Definisi
Autoimmune
destruction of the β-
cells of the pancreas

Impairment of
insulin secretion
and defects in
insulin action

HYPERGLYCE
MIA
Gejala :
 Poliuria Gejala hiperglikemia kronis :
 Polidipsia  suseptibilitas terhadap
 Polifagia infeksi
 Berat Badan turun Komplikasi kronis :
 Penglihatan kabur  Retinopati
Komplikasi akut :  Nefropati (renal failure)
 Hipoglikemia  Neuropati perifer (foot
 Hiperglikemia & ulcers, amputation,
Ketoasidosis Charcot joint)
 Sindroma  Neuropati autonom
hiperosmolar non (causing gastrointestinal,
Juvenile Diabetes
1. Diabetes tipe 1  kerusakan sel β mengarah
kepada defisiensi insulin absolut
A. Imun
B. Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (80%)  defisiensi insulin relatif
sampai defek sekresi
3. Tipe spesifik lainnya
A. Defek genetik dari fungsi sel β
B. Defek genetik pada kerja insulin
C. Penyakit pankreas eksokrin
D. Endokrinopati
E. Induksi obat atau bahan kimiawi
F. Infeksi
G. Bentuk tidak umum dari diabetes dimediasi
imun
H. Sindroma genetik lainnya
4. DM kehamilan (Gestational DM)
1. Gejala DM ditambah gula darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/l)
atau
2. Glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126
mg/dl (7,0 mmol/l)
atau
Kriteria 3. Glukosa darah 2 jam sesudah beban
glukosa (GD 2 jam PP) ≥ 200
Diagnosa mg/dl (11,1 mmol/l) dengan tes
toleransi glukosa oral (TTGO).
DM TTGO : beban glukosa = 75 gr glukosa
anhidrous (gula) dicairkan dalam air
TTGO tidak direkomendasikan untuk
pemeriksaan rutin.

Kriteria tersebut harus dikonfirmasi pada


hari berikutnya.
Kategori yang berhubungan dengan
nilai GDP:
• GDP < 110 mg (6,1 mmol/l) = normal
• GDP ≥ 110 mg (6,1 mmol/l) dan <
126 mg/dl (7,0 mmol/l) = Glukosa
Puasa Terganggu (Impaired Fasting
Glucose/IFG)
Kriteria • GDP ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/l) = DM
Diagnosa DM Kategori yang berkaitan dengan TTGO:
(Cont’d) • Glukosa 2 jam sesudah beban
glukosa < 140 mg/dl (7,8 mmol/l) =
normal toleransi glukosa
• Glukosa 2 jam sesudah beban
glukosa ≥ 140 mg/dl (7,8 mmol/l)
dan < 200 mg/dl (11,1 mmol/l) =
Glukosa Toleransi Terganggu
(Impaired Glucose Tolerance/IGT)
• Glukosa 2 jam sesudah beban
glukosa ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/l) =
DM
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran kadar
glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan
Intervensi
makan dan latihan jasmani
Farmakologis
Intervensi farmakologis meliputi:
1. OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
2. Insulin
• Penyuntikan : subkutan dan
vena (dalam keadaan akut)
• Lokasi subkutan, spt.gambar
PE NGKA JI
A ANN
PENGKAJI
Aktivitas/ Istirahat (Lemah,
1 letih, kram otot, tachycardia,
tachypnea, disorientasi, koma)
Sirkulasi (Riwayat HT, Disritmia,
2 bradicardia)
Neurosensori (Pusing, gangguan
3 penglihatan, disorientasi,
mengantuk, gangguan memory)
Nyeri/Kenyamanan (Abdomen
4 tegang/ nyeri sedang berat, wajah
meringis)
Keamanan (Ulkus kulit,
5 parastesia/ paralysis, demam,
diaphoresis, gatal pada kulit)
Vital Sign (Suhu, Nadi, RR,
6 Nyeri, TD)

7 Pemriksaan Diagnostik (GDS


≥ 200 mg/dl)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko Ketidakstabilan kadar glukosa


darah
Ketidakseimbangan Nutrisi <
kebutuhan Tubuh

Kerusakan Integritas Kulit

Kerusakan Integritas Jaringan

Kekurangan Volume Cairan


Gangguan Persepsi
Sensori
•  Ibu D ( 45 thn ) masuk rumah sakit dengan
luka diabetikum pada kaki yang lama tidak
sembuh sudah 6 bulan, bahkan lukanya sangat
dalam sampai kelihatan bentuk tulangnya.
Klien mengatakan merasa lemas dan sering
sekali minum, dan ingin makan terus-menerus.

dy Dari hasil pengkajian sementara didapatkan :

S tu kondisi umum klien : lemah, TTV TD : 160/90


mmhg HR: 90x/ menit , suhu : 37 C, RR: 18x/

s e menit , sudah terjadi neuropati ekstremitas,

C a kaki teraba dingin dan terlihat pucat, gula


darah sementara : 450/dl, ada riwayat DM
pada anggota keluarga (bapaknya meninggal
karena komplikasi) . sejak kecil ibu D
mengalami gizi lebih (obesitas) , BB sekarang :
42 kg , TB : 160 cm, sebelum sakit-sakitan BB
nya pernah mencapai 84 kg.
Terima Kasih
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN
DIABETES MELITUS DI RUANG FLAMBOYAN III DI
RSUD SALATIGA
 
Disusun Oleh :

EXTY SRI WAHYUNI JAROT LISTYONO KRISDYANTO


GIYANTI LIESTIANA
AMBARSARI
Asuhan Keperawatan
Diabetes Mellitus

Irman Dinejad
“Orang
Beruntung
adalah Orang
Sial yang keras
kepala dalam
mengejar
Bong Chandra
keberuntungann
ya”
• Suatu penyakit metabolik yang ditandai
oleh hiperglikemia yang merupakan has
dari gangguan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya.
• Hiperglikemi kronis dari DM dihubungka
dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi, dan kegagalan berbagai macam
organ, terutama mata, ginjal, syaraf,
jantung, dan pembuluh darah.

Definisi
Autoimmune
destruction of the β-
cells of the pancreas

Impairment of
insulin secretion
and defects in
insulin action

HYPERGLYCE
MIA
Gejala :
 Poliuria Gejala hiperglikemia kronis :
 Polidipsia  suseptibilitas terhadap
 Polifagia infeksi
 Berat Badan turun Komplikasi kronis :
 Penglihatan kabur  Retinopati
Komplikasi akut :  Nefropati (renal failure)
 Hipoglikemia  Neuropati perifer (foot
 Hiperglikemia & ulcers, amputation,
Ketoasidosis Charcot joint)
 Sindroma  Neuropati autonom
hiperosmolar non (causing gastrointestinal,
Juvenile Diabetes
1. Diabetes tipe 1  kerusakan sel β mengarah
kepada defisiensi insulin absolut
A. Imun
B. Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (80%)  defisiensi insulin relatif
sampai defek sekresi
3. Tipe spesifik lainnya
A. Defek genetik dari fungsi sel β
B. Defek genetik pada kerja insulin
C. Penyakit pankreas eksokrin
D. Endokrinopati
E. Induksi obat atau bahan kimiawi
F. Infeksi
G. Bentuk tidak umum dari diabetes dimediasi
imun
H. Sindroma genetik lainnya
4. DM kehamilan (Gestational DM)
1. Gejala DM ditambah gula darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/l)
atau
2. Glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126
mg/dl (7,0 mmol/l)
atau
Kriteria 3. Glukosa darah 2 jam sesudah beban
glukosa (GD 2 jam PP) ≥ 200
Diagnosa mg/dl (11,1 mmol/l) dengan tes
toleransi glukosa oral (TTGO).
DM TTGO : beban glukosa = 75 gr glukosa
anhidrous (gula) dicairkan dalam air
TTGO tidak direkomendasikan untuk
pemeriksaan rutin.

Kriteria tersebut harus dikonfirmasi pada


hari berikutnya.
Kategori yang berhubungan dengan
nilai GDP:
• GDP < 110 mg (6,1 mmol/l) = normal
• GDP ≥ 110 mg (6,1 mmol/l) dan <
126 mg/dl (7,0 mmol/l) = Glukosa
Puasa Terganggu (Impaired Fasting
Glucose/IFG)
Kriteria • GDP ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/l) = DM
Diagnosa DM Kategori yang berkaitan dengan TTGO:
(Cont’d) • Glukosa 2 jam sesudah beban
glukosa < 140 mg/dl (7,8 mmol/l) =
normal toleransi glukosa
• Glukosa 2 jam sesudah beban
glukosa ≥ 140 mg/dl (7,8 mmol/l)
dan < 200 mg/dl (11,1 mmol/l) =
Glukosa Toleransi Terganggu
(Impaired Glucose Tolerance/IGT)
• Glukosa 2 jam sesudah beban
glukosa ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/l) =
DM
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran kadar
glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan
Intervensi
makan dan latihan jasmani
Farmakologis
Intervensi farmakologis meliputi:
1. OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
2. Insulin
• Penyuntikan : subkutan dan
vena (dalam keadaan akut)
• Lokasi subkutan, spt.gambar
PE NGKA JI
A ANN
PENGKAJI
Aktivitas/ Istirahat (Lemah,
1 letih, kram otot, tachycardia,
tachypnea, disorientasi, koma)
Sirkulasi (Riwayat HT, Disritmia,
2 bradicardia)
Neurosensori (Pusing, gangguan
3 penglihatan, disorientasi,
mengantuk, gangguan memory)
Nyeri/Kenyamanan (Abdomen
4 tegang/ nyeri sedang berat, wajah
meringis)
Keamanan (Ulkus kulit,
5 parastesia/ paralysis, demam,
diaphoresis, gatal pada kulit)
Vital Sign (Suhu, Nadi, RR,
6 Nyeri, TD)

7 Pemriksaan Diagnostik (GDS


≥ 200 mg/dl)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko Ketidakstabilan kadar glukosa


darah
Ketidakseimbangan Nutrisi <
kebutuhan Tubuh

Kerusakan Integritas Kulit

Kerusakan Integritas Jaringan

Kekurangan Volume Cairan


Gangguan Persepsi
Sensori
•  Ibu D ( 45 thn ) masuk rumah sakit dengan
luka diabetikum pada kaki yang lama tidak
sembuh sudah 6 bulan, bahkan lukanya sangat
dalam sampai kelihatan bentuk tulangnya.
Klien mengatakan merasa lemas dan sering
sekali minum, dan ingin makan terus-menerus.

dy Dari hasil pengkajian sementara didapatkan :

S tu kondisi umum klien : lemah, TTV TD : 160/90


mmhg HR: 90x/ menit , suhu : 37 C, RR: 18x/

s e menit , sudah terjadi neuropati ekstremitas,

C a kaki teraba dingin dan terlihat pucat, gula


darah sementara : 450/dl, ada riwayat DM
pada anggota keluarga (bapaknya meninggal
karena komplikasi) . sejak kecil ibu D
mengalami gizi lebih (obesitas) , BB sekarang :
42 kg , TB : 160 cm, sebelum sakit-sakitan BB
nya pernah mencapai 84 kg.
Terima Kasih
PENGKAJIANKEPERAWATAN
• Tanggal pengkajian : 22 Februari 2021
• Nama : Nurul Khasanah
– DATAUMUM
• Identitas
– IdentitasKlien
• ASUHAN
Nama KEPERAWATAN
: Ny. P PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN
• Umur : 50 tahun MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
• JenisKelamin : Prempuan  
• Agama : Islam
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : IRT
• Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
• Alamat : Salatiga
• DiagnosaMedis : DM
• Tanggal/JamMasuk : 22 Februari 2021
– IdentitasPenanggungjawab
• Nama : Tn. T
• Umur : 45 tahun
• JenisKelamin : Laki - laki
• Agama : Islam
• Suku/bangsa : Jawa/indonesia
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Buruh
• Alamat : Salatiga
• Hubungandenganpasien : Suami
• Status kesehatan saatini
• Saat dilakukan pengkajian (22/02/2021) pasien datang dengan keluhan ada
benjolan dikaki kiri terasa sakit, timbul sejak hari Rabu 10 – 02 – 2021, benjolan
mula-mula kecil kemudian makin lama makin besar dan tak pernah diapa-apakan
dengan tangan, sejak 2 hari yang lalu pecah mengeluarkan nanah, panas sejak 5
hari yang lalu. Turun setelah minum obat dan kemudian naik lagi. Pasien berobat
kedokter dan minum obat tapi tak ada perubahan. Pasien mual dan muntah setelah
minum obat, nafsu makan menurun dan badan terasa lemah, tanggal 16 – 02 –
2021 dilakukan insisi abses pada pipih kiri dengan menggunakan anestesi local.
• Riwayat kesehatan lalu
– Penyakit yang pernah dialami
• Klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun sebelumnya.
– Kecelakaan
• Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan atau jatuh dari motor
– Pernah dirawat (penyakit, operasi,waktu)
• Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit atau melakukan operasi.
– Alergi (obat ataulainnya)
• alergi makanan yaitu : udang, ayam, kepiting, ikan, bayam dan susu.
– Imunisasi
• Pasien mengatakan sudah menapat jatah imunisasi sesuai dengan jatah tumbuh
kembang .
– Penyakit yang diderita keluarga

• Pasien mengatakan tidak ada yang memiliki


penyakit yang sama dalam keluarganya ataupun
penyakit lain seperti TBC, BM dan hipertensi.
– Kebersihan rumah dan lingkungan

• Pasien mengatakan lingkungan pasien terlihat


bersih dan rapi.
– Kemungkinan terjadinya bahaya

• Pasien mengatakan Lingkungan pasien mengatakan


aman. Tidak ada pembuangan limbah, TPA, tidak
ada pohon tinggi.
POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATAFOKUS)
Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit : pasien sering berolahranga di sekitar rumah. Pasien tidak mengetahui penyakit yang
sedang diderita. pasien akan melakukan jalan jalan kecil di pagi hari saat tidak bekerja. pasien sering
berolaraga agar sehat. pasien sering beraktifitas tanpa di bantu dan hambatan apapun. pasien
mengatakan untuk jaminan kesehatan jangka panjang, pasien menggunakan kartu BPJS sebagai salah
satu upaya agar apabila sakit itu datang dapat terhendel biaya.
Saat sakit : pasien mengatakan untuk beraktivitas merasa kaki sakit saat melakukan aktifitas. Pasien
tidak mengetahui penyakit yang sedang diderita. pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur, tidak
beraktivitas karena akan merasakan nyeri di kaki. pasien lebih sering berbaring karena merasa mudah
lelah dan sesak nafas. pasien lebih sering berbarung di tempat tidur. pasien mengatakan saat dirawat
di rs, pasien mendapat bantuan dari BPJS.
Pola Nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit : pasien biasanya makan 4 kali dalam sehari. Dengan porsi makan nasi 1 centong, lauk,
krupuk, dan sambal, sayur. pasien mengatakan suka mengkonsumsi ikan asin, ikan laut, goreng-
gorengan, buah-buahan. ketika mau makan pasien biasanya mencuci tangan, dan berdo’a. pasien
mengatakan tidak makan atau menggunakan suplemen penambah maknan. pasien tidak mendapat
keluhan saat makan atau minum, pasien biasa minum air putih sebanyak 6-7 gelas perhari (2 lt).
Saat sakit : pasien makan sedikit karena tidak nagfsu makan. pasien tidak terlalu berselera untuk
makan-makanan yang disukai. pasien tetap mencuci tangan terlebih dahulu dan berdo’a dikala
makan dan minum. pasien mengatakan tidak makan atau menggunakan suplemen penambah
maknan. Pasien mengeluhkan rasa mual dan hambar untuk menikmati makanan yang disajikan.
pasien mengatakan sedikit minum karena mual. Sebanyak 3-4 gelas air putih. pasien terpasang inpus
berapa cairan yang masuk dalam sehari Pasien terpasang infus RL 30 tpm. Pasien mengatakan tidak
ada keluhan apapun, suhu normal 36.5 C.
• Pola Istirahat dan Tidur
• Sebelum sakit : pasien mengatakan untuk istirahat malam 7-8 jam, tidak ada keluhan atau gangguan saat tidur. pasien
tidak ada keluhan saat tidur
• Saat sakit : pasien sering terbangun karena merasa nyeri di bagian kaki. Mengatakan tidur 5-6 jam perhari dengan
kualitas tidur sering terbangun.
• Pola Kognitif-Preseptual sensori
• Sebelum sakit : pasien sudah mengalami penurunan indera penglihatan. pasien tidak ada keluhan, daya ingat,
pemecahan suatu masalah, response, semua dalam keadaan normal. pasien tidak ada keluhan terkait kesehatannya.
• Saat sakit : pasien sudah mengalami penurunan indera penglihatan. pasien tidak ada keluhan, daya ingat, pemecahan
suatu masalah, response, semua dalam keadaan normal. Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang
diderita.
• Pola persepsi diri dan konsepdiri
• Sebelum sakit : pasien mengatakan kesehatan sangat penting. pasien mengatakan emosi sering naik. pasien merasa
tubuhnya kuat tubuhnya kuat Saat beraktifitas. pasien merasa puas bahwa dirinya laki-laki yang kuat. pasien
mengatakan sebelum sakit dalam melakukan perannya dilakukan dengan baik. harapan pasien memiliki tubuh yang
kuat dan tidak gampang sakit. pasien mengatakan dulu banyak yang bilang dirinya rajin karena suka membantu
tetangga.
• Selama sakit: Pasien mengatakan, berharap supaya sakitnya segera sembuh. Karena banyak aktifitas yang terganggu.
pasien mengeluh, dan ingin segera sakit ini sembuh. pasien mengatakan masih kurang dalam menjaga kesehatan.
pasien kurang merasa puas karena ketika sakit dia tidak bisa melakukan aktivitas. pasien mengatakan badanya mudah
lelah dan sesak. pasien mengatakan cobaan ini diterima dengan ihklas. klien mengatakan dirinya sangat bersalah karena
sebagai laki-laki tidak bisa melakukan apa-apa.
• Pola mekanisme koping
• Sebelum sakit : pasien dalam pengambilan keputusan diambil dengan melakukan pertimbangan setelah berdiskusi
dengan istri. pasien mengambil jalan keluar disetiap masalah dengan cara bermusyawarah dengan istri. pasien
mengatakan harus berusaha mencari jalan keluar ketika ada masalah yang dihadapi. pasien mengatakan semua yang
dilakukan untuk kebaikan bersama.
• Saat sakit : pasien mengatakan lebih memilih pilihan dari istri dan mengikuti setiak keputusan yang istrinya ambil.
pasien lebih banyak berserah diri kepada Allah. pasien tetap ingin berusaha mandiri, tanpa merepotkan orang lain.
• Pola seksual-reproduksi
• Sebelum sakit : pasien mengatakakan sedikit paham dengan seksual. pasien
tidak ada keluhan hubungan dengan istrinya ataupun aktifitas seksual
• Saat sakit : pasien mengatakan paham. pasien ada keluhan dengan hubungan
seksualnya. Dan tidak mempu beraktifitas seksual.
• Pola peran-hubungan dengan oranglain
• Sebelum sakit: pasien mengatakan tidak ada hambatan komunikasi verbal.
pasien mengatakan orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya adalah
suami dan anaknya. pasien mengatakan dalam meminta bantuan jarang
dilakukan, semua dilakukan sendiri. Tidak ada kesulitan dalam keluarga.
• Saat sakit : pasien lebih banyak diam. pasien mengatakan suaminya yang selalu
menemani paisen. pasien mengatakn lebih nyaman ketika meminta bantuan
kepada suaminya. Tidak ada kesulitan dalam keluarga.
• Pola nila dan kepercayaan
• Sebelum sakit : pasien mengatakan sholat 5 waktu di masjid. Tidak ada aktifitas
beribadah yang terganggu. Tidak ada keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan.
• Saat sakit : pasien melakukan ibadah di rumah. pasien mengatakan aktifitasnya
banyak terganggu karena keadanaan kaki kiri yang sering merasa nyeri. Tidak ada
keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan dan pengobatan yang dijalani.
PEMERIKSAAN FISIK • Hidung
– Kebersihan : Bersih
• PengkajianGCS : E: 4, M:5 , V:6 Tingkat –

Adakah secret : tidak adasekret
Epistaksis : tidak ada perdarahan

Kesdaran :Composmentis –

Adakahpolip : tidak ada polip
Adakah cuping hidung: tidak ada nafas cuping hidung

• Penampilan Lemah • Terpasang infus nasal kanul 4Litter


• Telinga
• VitalSig – Bentuk : simetris
– Pendengaran : Normal
– SuhuTubuh : 36,5 C – Alatbantudengar : tidak menggunakan alat bantu dengar

– Tekanan Darah: 120/910mmHg –
Serumen : tidak ada serumen
Infeksitinnitus : tidak ada
– Respirasi (RR): 24x/menit •
– Nadi : 86x/menit  
• Mulut dan tenggorokan
• Kepala – Gangguanbicara : tidak ada
– Warnagigi : sedikit kuning
– Bentuk :Mesochepal – Bau : berbau

– Rambut : PendekIkal –
Nyeri : tidak ada
Kesulitan mengunyah/menelan: tidak ada
– Warna : warna hitam putih –

Posisi trakea : normal
Benjolan di leher : tidakada
– Kebersihan : bersih – Pembesaran tonsil : tidak ada
– Keadaan venajugu laris :normal
– Rontok : tidak ada kerontokan • Dada

– Ketombe : tidak ada ketombe
Jantung
• Inspeksi : simetris kanan kiri, ictus cordis tidakterlihat
• Mata • Palpasi : iktus kordis teraba di intercosta sinistra (ICS) V di sebelah medial linea
midclavikularis sinistra, akral hangat.
– Kemampuan Pengelihatan : normal • Perkusi : batas atas kanan jantung di ICS II linea parasternalis dextra (tidak melebar).
– Ukuran pupil : normal, 2mm Batas bawah kanan jantung ICS III dan IV linea parasternalis dextra (tidak melebar). Batas
atas kiri terdapat di SIC II linea parasternalis sinistra (pinggang jantung) tidak melebar.
– Reaksi terhadap cahaya : positif Batas bawah kiri terdapat di SIC V ke medial linea midclavicularis dextra (tidak melebar)
– Konjungtiva anemis/tidak : tidak anemis • Auskultasi : bunyi jantung II aorta dub yaitu terjadi akibat adanya getaran menutupnya
katup aorta pada dinding thorak (bunyi jantung regular). Bunyi jantung II pulmonal dup
– Sclera ikterik/tidak : non ikterik yaitu terjadi akibat adanya getaran menutupnya katup pulmonal pada dinding thorak
– Alat bantu : tidak menggunakan alat bantu (bunyi jantung regular). Bunyi jantung I trikuspidalis lub terjadi akibat adanya getaran
menutupnya katup trikuspidalis ( bunyi jantung regular). Bunyi jantung I mitral lub terjadi
berupa kaca mata akibat adanya getaran menutupnya katup mitral (bunyi jantung regular).
– Adanya secret : sedikit
• Kulit
– Paru-paru – Kebersihan : bersih

• Inspeksi : Bentuk simetris –
Warna : kuning langsat
Kelembaban : lembab
• Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri sama –

Turgor : lembab
Adakah edema : terdapat edma di kaki sebelah kiri,
• Perkusi: Sonor adanya push dan nyeri tekan
•  
• Auskultasi : Vesikuler •  
• Abdomen • Data Penunjang
– Inspeksi : datar – Hasil pemeriksaan penunjang
– Auskultasi : normal • Hasil pemeriksaan Laboratoriun : tanggal 22 Februari 2021
– Perkusi : ada nyeritekan •  
– Palpasi : timpani •
• Genetalia Hb 14,4 g/dl
– Kebersihan: Bersih • Leukosit : 23,5 x 10 9/L
– Adakahluka : tidak ada
• Trombosit 280 x 109/L
– Tanda infeksi : tidak ada
• PCV : 0,42
– Terpasang kateter : tidak ada

• Glukosa darah acak : 62,5 mg/dl
Adakah hemoroid : tidak ada
• Ekstremitas atas danbawah • SGOT : 61 U/L
– Warna : sawo matang • BUN 38 mg/dl
– Kebersihan: bersih • Kreatinin serum 2,91 mg/dl
– Turgor : lembab • Elektrolit : K : 3,30 meq/L
– Adakah edema: terdapat edma di kaki sebelah kiri, • N : 117 meq/L
adanya push dan nyeri tekan •
– Keutuhan : utuh  
– Capillary refill: < 2 detik di tekan kembali normal – Terapi Obat
– Mobilisasi
• IVFD RL 20 tts/mnt.
• Kekuatan otot :5/5 • Inj. metil predinosolon 5mg /12jam
• Koordinasi gerak dan keseimbangan : normal • Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam
• Katerolac 30 mg/hari
• Penggunaan alat bantu : tidak • Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam
– Infus
• terpasang infuse tangan sebelah kiri
Implementasi
Dari intervensi diatas, dilakukan implementasi
keperawatan selama 3 X 8 jam dengan hasil
evaluasi sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai