MODUL 2 SKENARIO 2
“PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis”
Disusun Oleh :
KELOMPOK IA
ASRIANI : 1801002
MULYATI : 1801003
NURJANNAH : 1801004
SATRIANI : 1801006
PRODI S1 KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Pujidan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PPOK (Penyakit Paru
Obstruksi Kronis)”
Kamipun mengucapkan terima kasih kepada dosen kami NS. IKADE WIJAYA,
S.KEP, M.KEP. atas bimbingan dan arahannya sehingga makalah ini dapat
terselesikan.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak sekali menemukan kesulitan dan
hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, akhirnya kami dapat
Kami sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan banyak kekurangannya,
walaupun demikian kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para
Kamipun menerima kritik dan saran dari para pembaca demi kelancaran dan
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................
BAB I.......................................................................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujan.............................................................................................................................
BAB II......................................................................................................................................
A. Definisi.........................................................................................................................
B. Etiologi.........................................................................................................................
C. Patofisiologi..................................................................................................................
D. Komplikasi...................................................................................................................
E. Pemeriksaan penunjang................................................................................................
F. Komplikasi...................................................................................................................
G. Penatalaksanaan medis.................................................................................................
BAB III.....................................................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Penyakit PPOK
2. Mengetahui etiologi, komplikasi dan manifestasis klinispenyakit PPOK
3. Mengetahui WOC pada pasien PPOK
4. Mengetahui Askep Teori pada pasien PPOK
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien PPOK
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru yang
menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau menghembuskan
napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-paru untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan
terperangkap di dalam paru-paru. Hal ini akan mempersulit paru- paru mendapatkan
oksigen yang cukup bagi bagian tubuh yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis
menyebabkan proses inflamasi yang berlebihan dan pada akhirnya menimbulkan
kelainan di dalam struktur paru-paru, sehingga aliran udara terhambat secara
permanen(itulah sebabnya disebut “obstruktif kronis”).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) atau Chronic Obstruktif Pulmonary
Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis
kronis, dan emfisema paru-paru. Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic
Airflow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Disease (COLD).
Klasifikasi dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yaitu:
a. Bronkitis kronis
Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya mengenai
trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan laringotrakeobronkitis.
Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai
bagian dari penyakit sistemik, misalnya morbili, pertusis, difteri, dan tipus
abdominalis. Istilah bronkitis kronis menunjukan kelainan pada bronkus yang
sifatnya menahun(berlangsung lama) dan disebabkan berabagai faktor, baik yang
berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri. Bronkitis kronis
merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus trakeobronkial yang
berlebihan, sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dan ekspektorasi sedikitnya
3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut.
b. Emfisema Paru
Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang
ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan.
Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang
udara(alveolus) tanpa disertai adanya destruktif jaringan maka keadaan ini
sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation.
Sebagai salah satu bentuk penyakit paru obstruktif menahun, emfisema
merupakan pelebaran asinus yang abnormal, permanen, dan disertai destruktif
dinding alveoli paru. Obstruktif pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan
jaringan daripada produksi mukus, seperti yang terjadi pada asma bronkitis kronis.
c. Asma bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas) terutama pada
percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti
oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma
didefinisakn sebagai suatu penyakit inflamasi kronis di saluran pernapasan,
dimana terdapat banyak sel-sel induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel
epitel. Pada individu rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing, sulit
bernapas, dada sesak, dan batuk secara berulang, khususnya pada malam hari dan
di pagi hari.
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini yang sering ditemukan meliputi:
1. Kebiasaan merokok
Merokok, Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan
kebiasaan yang salah. Namun sebagaian besar perokok tidak mampu
menghilangkan kebiasaan ini. Resiko mengalami serangan jantung 2 kali lebih
besar bagi perokok berat atau yang merokok 20 batang atau lebih dalam sehari.
Bahkan, resiko menghadapi kematian mendadak 5 kali lebih besar dari pada orang
yang tidak merokok sama sekali. Namun bagi mereka yang dapat berhenti
merokok sama sekali, resiko ini dapat berkurang hampir sama yang tidak
merokok. Sejumlah kecil nikotin dalam rokok adalah racun bagi tubuh. Nikotin
yang terserap dalam setiap hisapan rokok memang tidak mematikan, tetapi tetap
membahayakan jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta mengacaukan
irama jantung.
2. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini dapat berupa
bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama dapat berupa batuk dan
demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas dan nyeri dada. Penanganan
penyakit ini dapat dilakukan dengan istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala
atau pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan tubuh
dan pencegahan penularan kepada orang sekitar, antara lain dengan menutup
mulut ketika batuk, tidak meludah sembarang. Faktor berkumpulnya banyak orang
misalnya di tempat pengungsian tempat korban banjir, juga berperan dalam
penularan ISPA.
Penyakit kulit juga hampir selalu di alami, terutama yang sering tergenang
banjir. Penyakit ini bisa berupa infeksi, alergi, atau bentuki lain. Pada musim
banjir, maka masala utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti
ISPA, maka faktor berkumpulnya banyak orang berperan dalam penularan infeksi
kulit. Penyakit saluran cerna lain, adalah demam tifoid, yang juga terkait dengan
faktor kebersihan makanan. Upaya untuk mengatasi tentu saja dengan menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
3. Polusi udara
Emisi kendaraan bermontor, Selama ini orang banyak menduga bahwa andil
terbesar dari pencemaran udara kota berasal dari industri. Jarang di sadari, bahwa
justru yang mempunyai andil sangat besar adalah gas dan partikel yang di
emifisikan ( dikeluarkan ) oleh kendaraan bermontor. Padahal kendaraan
bermontor jumlahnya semakin bertambah besar.
Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor sebagai
sumber pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal, konstribusi gas buah dari
cerobong asap industri hanya berpisah 10-15%, sedangkan sisannya dari sumber
pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran
hutan, dll
Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu di waspadai, tetapi WHO ( word
helalth organization) menetapkan beberapa jenis polutan yang di anggap serius.
Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta mudah
merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel
( asap dan jelaga ), hidrokarbon, sulfur di oksida, dan nitrogen oksida.
Kesemuanya di emisikan oleh kendaraan bermontor.
WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup
udara kotor akibat emisi kendaraan bermontor, se3dangkan 10% sisannya
menghirup udara yang bersifat” marjinal”. Akibat menghirup udara yang tidak
bersih ini lebih fatal pada bayi dan anak-anak. Demikian pula pada orang dewasa
yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah
memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menaun. Celakanya, para
penderita maupun kelurganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif
tersebut berasal dari pencemaran udara akibat emisi kendaraan bermontor semakin
memperhatinkan.
Tingkatan keparahan penyakit PPOK :
C. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive
pulmonary disease utamanya adalah perubahan pada saluran nafas, tapi dapat juga
ditemukan perubahan pada jaringan parenkim paru dan pembuluh darah paru.
Sebagian besar kasus PPOK disebabkan karena paparan zat berbahaya, paling sering
disebabkan oleh asap rokok. Mekanisme patofisiologi masih belum jelas, namun
diperkirakan disebabkan oleh banyak faktor.
1. Centracinar
Ditandai dengan kerusakan pada bronkiolus dan bagian sentral dari asinus. Tipe
emfisema ini biasanya ditemukan pada perokok dan lobus paru atas merupakan
bagian yang rusak paling parah.
2. Panacinar
Ditandai dengan kerusakan menyeluruh pada semua bagian asinus. Tipe ini
biasanya menyebabkan kerusakan parah pada lobus paru bawah dan biasanya
ditemukan pada pasien dengan defisiensi alfa 1 antitrypsin.
3. Distal Acinar
Kerusakan terjadi pada struktur distal jalan nafas, duktus dan saccus alveolar. Tipe
emfisema ini terlokalisasi pada septa fibrous atau pleura dan akan menyebabkan
pembentukan bullae. Bullae apikal yang ruptur dapat menyebabkan timbulnya
pneumothoraks spontan.
D. Komplikasi
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nialai Pa02 < 55 mmHg, dengan
nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan mengalmi perubahan
mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lajut akan timbul
sianosis
2. Asidosis Respiratori
Rimbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2(hiperkapnea). Tanda yang muncul
antara lain nyeri kepala,fatigue,letargi,dizzines,dan takipnea.
3. Infeksi Respirator
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan
rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara
akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan timbulnya dispnea.
4. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respirator
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali tidak
berespons terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunan otot bantu pernapasan
dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan asma.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rutin
1) Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP
( % ).
Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75
%
- VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai
beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE
meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan
memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%
Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE
meter.
- Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20
menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1
atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml
- Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
2) Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3) Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain.
Pada emfisema terlihat gambaran :
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)
Pada bronkitis kronik :
- Normal
- Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
1. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat
dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
2. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
3. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
4. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
5. Hipoksemia intermiten atau kontinu
6. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
7. Deformitas toraks
G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan utama adalah meningkatkan kualitas hidup, memperlambat
perkembangan proses penyakit, dan mengobati obstruksi saluran napas agar tidak
terjadi hipoksia.pendekatan terapi mencakup :
1. Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas.
2. Mencegah dan mengobati infeksi.
3. Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru.
4. Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi
pernapasan yang adekuat.
5. Dukungan psikologis
6. Edukasi dan rehabilitasi klien.
PPOK
Asma Bronkotis kronik
Emfisema
E. Panlobular E. Sentrilobular
Mengiritasi jalan
Reaksi antigen yang
Dihasilkan IgE
Rusaknya bronkus Rusaknya lobus
Fungsi silia
pernafasan, duktus sekunder
menurun dan
Antibody (IGE) alveolar, alveoli lendir meningkat
menyerang sel mast
dalam paru
Bronkiolus
Area kontak langsung
tersumbat
Pemajanan berulang permukaan alveolar
dengan paru berkurang
Alveolus rusak
Ikatan antibody dan Kerusakan membentuk
Gen serabut elastik fibrosis
DS
3. TTV
Pernapasan 32 x/menit
DIAGNOSIS
2. Emfisema Paru
Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang
ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan.
Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang
udara(alveolus) tanpa disertai adanya destruktif jaringan maka keadaan ini
sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation.
Sebagai salah satu bentuk penyakit paru obstruktif menahun, emfisema
merupakan pelebaran asinus yang abnormal, permanen, dan disertai destruktif
dinding alveoli paru. Obstruktif pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan
jaringan daripada produksi mukus, seperti yang terjadi pada asma bronkitis kronis.
Manifestasi klinis
1. Sesak nafas yang memburuk dari waktu ke waktu
2. Lebih mudah terkena infeksi
3. Lendir (dahak) berlebih diparu-paru
4. Kelelahan,keletihan
5. Bagian tengah paru-paru yang membesar sebagai upaya tubuh dalam
meningkatkan ukuran paru-paru. Kondisi ini disebut juga barrel chest
6. Kulit atau kuku yang menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen
3. Asma bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas) terutama pada
percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti
oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma
didefinisakn sebagai suatu penyakit inflamasi kronis di saluran pernapasan,
dimana terdapat banyak sel-sel induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel
epitel. Pada individu rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing, sulit
bernapas, dada sesak, dan batuk secara berulang, khususnya pada malam hari dan
di pagi hari.
Manifestasi klinis
1. Sering batuk, terutama pada malam hari
2. Sulit bernafas atau sesak nafas
3. Merasa sangat lelah atau lemah saat berolahraga
4. Mengi atau batuk setelah latihan
5. Merasa mudah lelah,kesal, atau murung
6. Adanya penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan peakflowmeter,
dengan cara meniupkan napas sekuat-kuatnya pada alat tersebut
7. Tanda –tanda flu atau alergi
8. Sulit tidur.
Kasus
Tn. R 50 th, masuk kerumah sakit dengan keluhan sesak nafas ang bertambah berat
saat beraktivitas, kadang disertai batuk dan demam sejak 3 hari sebelumnya. tn. R
memiliki riwayat batuk san sesak apalagi pada saat cuaca dingin. Pasien adalah
perokok berat sejak usia 25 tahun, keadaann pasien nampak buruk, hasil TTV,
TD:130/90 mmHg, HR:100 X/menit, RR:32 X/menit, dan suhu 38,5℃. Saat di
palpasi vocal fremitus menurun pada kedua lapang paru, hasil pemeriksaan spirometri
FEV1 % = 45%, FEV1/FEV1%=60%.
1. Kata kunci
a. Usia
b. Sesak nafas
c. Batuk
d. Deman
e. Perokok
f. Cuaca dingin
g. TTV
h. Fremitus
i. Spirometri
j. Lapang paru
k. FEV1
a. Usia
Usia pada kasus yang terkait merupakan dimana seseorang yang berusia 50
b. Sesak nafas
Sesak nafas adalah kesulitan dalam bernapas atau tidak cukup mendapat
asupan udara
c. Batuk
mengeluarkan zat dan partikel dari dalam saluran pernafasan, serta mencegah
d. Demam
e. Cuaca dingin.
f. Perokok
pernafasan).
g. TTV
h. Vocal Fremitus
Adalah vibrasi yang dirasakan ketika pasien mengatakan 77. Vibrasi normal
bila terasa di atas batang bronkus utama.Bila teraba diatas perifer paru hal ini
Adalah untuk mengetahui adanya gangguan pada fungsi pernapasan, salah satu
kondisi paru.
j. FEV1
Adalah nilai yang menunjukan berapa persen kapasitas udara paru- paru yang
dapat di hembuskan dalam 1 detik. Pada kasus PPOK tersbut nilai FEV1
3. Core problem
JAWAB:
Karena penyebab utamanya di sebabkan oleh rokok, sehingga asap rokok yang
JAWAB :
Udara yang dihirup akan bergerak turun melalui batang tenggorok dan
yaitu pembuluh darah kapiler. Ketika anda menarik nafas, oksigen akan
bergerak ke kantung udara dan menuju ke darah dalam kapiler yang terletak di
pembuluh darah ke kantung udara. Dalam hal ini peran utama paru-paru, dapat
alveolus. Pertukaran udara dapat terjadi dengan lancer karena adanya gerakan
JAWAB:
Karna terjadi infeksi pada saluran pernafasan sehingga suhu tubuh mengalami
paru-paru.
JAWAB:
Penyebab paling umum dari penyakit ini adalah merokok, baik pasif maupun
aktif. Dalam setiap isapan rokok terdapat zat yang bisa berpotensi merusak
bulu-bulu kecil didalam paru-paru yang di sebut rambut silia. Hal tersebut
berfungsi untuk menghalau dan menyapu keluar debu, iritasi, dan lender yang
kerusakan permanen pada silia dan lapisan dinding bronkus. Saat ini terjadi
kotoran tidak bisa di keluarkan dan dibuang dengan normal akibat dari lendir
dan kotoran yang menmpuk dalam paru-paru maka ini dapat membuat system
JAWAB:
COPD, selain itu untuk mengukue fungsi paru-paru, khususnya jumlah atau
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) atau Chronic Obstruktif Pulmonary
Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis
kronis, dan emfisema paru-paru. Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic
Airflow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Disease (COLD). Diagnosa
yang utama pada penderita PPOK yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif b.d
peningkatan produksi sputum.
B. Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
baik terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama PPOK. Oleh karena itu,
perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan
penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien
terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan penceganhanya.
DAFTAR PUSTAKA
Kuwalak, Jennifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC
Somantri,Irwan.2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan saluran
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Anies.2015.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
Herdman,T. Heather.2012.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC
Huda Nurarif,Amin dan Hardi kusuma.2015.Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/copd.pdf