Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MODUL 2 SKENARIO 2
“PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis”

Disusun Oleh :

KELOMPOK IA

MUH. FARHAN RIZQULLAH : 1801019

GRAZELLA RANTE TANDU : 1801007

WIDIAH SAMSIR : 1801001

ASRIANI : 1801002

MULYATI : 1801003

CITRA SANGAJAYA PUTRI : 1701008

NURJANNAH : 1801004

SATRIANI : 1801006

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES PANAKUKKANG MAKASSAR

2019

KATA PENGANTAR
Pujidan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-

Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PPOK (Penyakit Paru

Obstruksi Kronis)”

Kamipun mengucapkan terima kasih kepada dosen kami NS. IKADE WIJAYA,

S.KEP, M.KEP. atas bimbingan dan arahannya sehingga makalah ini dapat

terselesikan.

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak sekali menemukan kesulitan dan

hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, akhirnya kami dapat

menyelesaikan makalah ini.

Kami sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan banyak kekurangannya,

walaupun demikian kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca pada umunya dan pada kami terkhususnya.

Kamipun menerima kritik dan saran dari para pembaca demi kelancaran dan

perbaikan makalah ini kedepannya.

Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................................

Daftar Isi...................................................................................................................................

BAB I.......................................................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujan.............................................................................................................................

BAB II......................................................................................................................................

A. Definisi.........................................................................................................................
B. Etiologi.........................................................................................................................
C. Patofisiologi..................................................................................................................
D. Komplikasi...................................................................................................................
E. Pemeriksaan penunjang................................................................................................
F. Komplikasi...................................................................................................................
G. Penatalaksanaan medis.................................................................................................

BAB III.....................................................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstruktive Pulmonary


Disease (COPD) merupakan penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya. Beberapa penyakit yang lazim terjadi adalah emfisema, bronkitis kronis,
asma. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-paru untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan terperangkap
didalam paru-paru. Hal ini akan mempersulit paru-paru untuk mendapatkan oksigen
yang cukup bagi bagian tubuh lainnya.
Emfisema dan bronkitis kronis menyebabkan proses inflamasi yang berlebihan
dan pada akhinya menimbulkan kelainan pada struktur paru-paru, sehingga aliran
udara terhambat secara permanen (itulah sebabnya disebut “bronkitis kronis”). Sebuah
studi baru menunjukan bahwa orang dewasa penderita asma berpeluang 12 kali lebih
besar untuk mengalami PPOK daripada orang yang tidak mengalami kondisi tersebut.
PPOK ditandai oleh pertambahan neutrofil, makrofag, dan T-limfosit (khususnya
CD+) di sejumlah bagian paru-paru, dan berikatan dengan tingkat hambatan aliran
udara. Mungkin terjadi peningkatan eosinofil pada beberapa pasien, khususnya jika
terjadi pembukukan penyakit, sel-sel inflamasi ini mampu melepaskan sejumlah
sitokin dan mediator inflamasi, terutama leukotrien 4, interleukin-8, dan tumor
necrosis factor-α. Pola inflamasi ini sangat berbeda dari pola yang terlihat pada
penderita.
Maka dari itu, penulis mengangkat kasus ini dalam asuhan keperawatan yang
berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOK”. Karena penyakit ini
memerlukan pengobatan dan perawatan yang optimal dan komprehensiv mulai
serangan awal penyakit sampai dengan perawatan di rumah sakit. Dan yang lebih
penting adalah perawatan untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada
pasien dan keluarga tentang perawatan dan pencegahan seragan berulang pada pasien
PPOK di rumah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian Penyakit Paru Obstruksi Kronis?
2. Bagaimana etiologi,komplikasi dan manifestasi klinis penyakit PPOK?
3. Bagaimana WOC pada pasien PPOK?
4. Bagaimana Askep Teori pada pasien PPOK?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien PPOK?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Penyakit PPOK
2. Mengetahui etiologi, komplikasi dan manifestasis klinispenyakit PPOK
3. Mengetahui WOC pada pasien PPOK
4. Mengetahui Askep Teori pada pasien PPOK
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien PPOK
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru yang
menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau menghembuskan
napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-paru untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan
terperangkap di dalam paru-paru. Hal ini akan mempersulit paru- paru mendapatkan
oksigen yang cukup bagi bagian tubuh yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis
menyebabkan proses inflamasi yang berlebihan dan pada akhirnya menimbulkan
kelainan di dalam struktur paru-paru, sehingga aliran udara terhambat secara
permanen(itulah sebabnya disebut “obstruktif kronis”).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) atau Chronic Obstruktif Pulmonary
Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis
kronis, dan emfisema paru-paru. Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic
Airflow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Disease (COLD).
Klasifikasi dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yaitu:
a. Bronkitis kronis
Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya mengenai
trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan laringotrakeobronkitis.
Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai
bagian dari penyakit sistemik, misalnya morbili, pertusis, difteri, dan tipus
abdominalis. Istilah bronkitis kronis menunjukan kelainan pada bronkus yang
sifatnya menahun(berlangsung lama) dan disebabkan berabagai faktor, baik yang
berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri. Bronkitis kronis
merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus trakeobronkial yang
berlebihan, sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dan ekspektorasi sedikitnya
3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut.
b. Emfisema Paru
Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang
ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan.
Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang
udara(alveolus) tanpa disertai adanya destruktif jaringan maka keadaan ini
sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation.
Sebagai salah satu bentuk penyakit paru obstruktif menahun, emfisema
merupakan pelebaran asinus yang abnormal, permanen, dan disertai destruktif
dinding alveoli paru. Obstruktif pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan
jaringan daripada produksi mukus, seperti yang terjadi pada asma bronkitis kronis.
c. Asma bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas) terutama pada
percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti
oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma
didefinisakn sebagai suatu penyakit inflamasi kronis di saluran pernapasan,
dimana terdapat banyak sel-sel induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel
epitel. Pada individu rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing, sulit
bernapas, dada sesak, dan batuk secara berulang, khususnya pada malam hari dan
di pagi hari.

B. Etiologi
Etiologi penyakit ini yang sering ditemukan meliputi:
1. Kebiasaan merokok
Merokok, Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan
kebiasaan yang salah. Namun sebagaian besar perokok tidak mampu
menghilangkan kebiasaan ini. Resiko mengalami serangan jantung 2 kali lebih
besar bagi perokok berat atau yang merokok 20 batang atau lebih dalam sehari.
Bahkan, resiko menghadapi kematian mendadak 5 kali lebih besar dari pada orang
yang tidak merokok sama sekali. Namun bagi mereka yang dapat berhenti
merokok sama sekali, resiko ini dapat berkurang hampir sama yang tidak
merokok. Sejumlah kecil nikotin dalam rokok adalah racun bagi tubuh. Nikotin
yang terserap dalam setiap hisapan rokok memang tidak mematikan, tetapi tetap
membahayakan jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta mengacaukan
irama jantung.
2. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini dapat berupa
bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama dapat berupa batuk dan
demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas dan nyeri dada. Penanganan
penyakit ini dapat dilakukan dengan istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala
atau pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan tubuh
dan pencegahan penularan kepada orang sekitar, antara lain dengan menutup
mulut ketika batuk, tidak meludah sembarang. Faktor berkumpulnya banyak orang
misalnya di tempat pengungsian tempat korban banjir, juga berperan dalam
penularan ISPA.
Penyakit kulit juga hampir selalu di alami, terutama yang sering tergenang
banjir. Penyakit ini bisa berupa infeksi, alergi, atau bentuki lain. Pada musim
banjir, maka masala utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti
ISPA, maka faktor berkumpulnya banyak orang berperan dalam penularan infeksi
kulit. Penyakit saluran cerna lain, adalah demam tifoid, yang juga terkait dengan
faktor kebersihan makanan. Upaya untuk mengatasi tentu saja dengan menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
3. Polusi udara
Emisi kendaraan bermontor, Selama ini orang banyak menduga bahwa andil
terbesar dari pencemaran udara kota berasal dari industri. Jarang di sadari, bahwa
justru yang mempunyai andil sangat besar adalah gas dan partikel yang di
emifisikan ( dikeluarkan ) oleh kendaraan bermontor. Padahal kendaraan
bermontor jumlahnya semakin bertambah besar.
Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor sebagai
sumber pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal, konstribusi gas buah dari
cerobong asap industri hanya berpisah 10-15%, sedangkan sisannya dari sumber
pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran
hutan, dll
Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu di waspadai, tetapi WHO ( word
helalth organization) menetapkan beberapa jenis polutan yang di anggap serius.
Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta mudah
merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel
( asap dan jelaga ), hidrokarbon, sulfur di oksida, dan nitrogen oksida.
Kesemuanya di emisikan oleh kendaraan bermontor.
WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup
udara kotor akibat emisi kendaraan bermontor, se3dangkan 10% sisannya
menghirup udara yang bersifat” marjinal”. Akibat menghirup udara yang tidak
bersih ini lebih fatal pada bayi dan anak-anak. Demikian pula pada orang dewasa
yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah
memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menaun. Celakanya, para
penderita maupun kelurganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif
tersebut berasal dari pencemaran udara akibat emisi kendaraan bermontor semakin
memperhatinkan.
Tingkatan keparahan penyakit PPOK :

Tingkat Nilai FEV1 dan gejala


0 Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum
Beresiko dan dispnea.
Ada paparan terhadap faktor resiko (rokok, polusi),spirometri
normal.
I FEV1/FVC < 70%, FEV1≥ 80%, dan umumnya, tapi tidak selalu
Ringan ada gejala batuk kronis dan produksi sputum. Pada tahap ini,
pasien biasanya bahkan belum berasa paru-parunya bermasalah.
II FEV1/FVC < 70%, 50% < FEV1 < 80%, gejalamya biasanya
Sedang mulai progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.
III FEV1/FVC < 70%, 30% < FEV1 < 50%. Terjadi eksaserbasi
Berat berulang yang mulai mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada
tahap ini pasien mulai mencari pengobatan karena mulai
dirasakan sesak nafas atau serangan penyakit.
IV FEV1/FVC < 70%, FVE1 < 30% atau < 50% plus kegagalan
respirasi kronis. Pasien bisa digolongkan masuk tahap IV jika
Sangat berat
walaupun FEV1 > 30%, tapi pasien mengalami kegagalan
pernafaasan atau gagal jantung kanan/cor pulmonary. Pada tahap
ini, kualitas hidup sangat terganggu dan serangan mungkin
mengancam jiwa.

C. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive
pulmonary disease utamanya adalah perubahan pada saluran nafas, tapi dapat juga
ditemukan perubahan pada jaringan parenkim paru dan pembuluh darah paru.
Sebagian besar kasus PPOK disebabkan karena paparan zat berbahaya, paling sering
disebabkan oleh asap rokok. Mekanisme patofisiologi masih belum jelas, namun
diperkirakan disebabkan oleh banyak faktor.

 Kerusakan Jalan Nafas


Perubahan struktural jalan nafas yang terjadi adalah atrofi, metaplasia sel
skuamosa, abnormalitas siliar, hyperplasia sel otot polos, hiperplasia kelenjar
mukosa, inflamasi dan penebalan dinding bronkial. Inflamasi kronik pada
bronkitis kronik dan emfisema ditandai dengan peningkatan jumlah Sel
Limfosit T CD8, neutrofil, dan monosit/makrofag. Sebagai perbandingan,
inflamasi pada Asma ditandai dengan adanya peningkatan Sel limfosit T CD4,
eosinophil dan interleukin (IL)-4 dan IL-5. Namun hal ini tidak bisa digunakan
untuk diagnosis, karena ada kondisi Asma yang berkembang menjadi PPOK.

 Kerusakan Parenkim Paru


Emfisema menyebabkan kerusakan pada struktur distal dari bronkiolus
terminal. Struktur ini terdiri dari bronkiolus, duktus alveoulus, dan saccus
alveoli yang secara keseluruhan disebut asinus. Kerusakan alveoli akan
menyebabkan gangguan aliran udara melalui dua mekanisme, yaitu dengan
berkurangnya elastisitas dinding jalan nafas dan penyempitan jalan nafas.
Terdapat 3 pola morfologik Emfisema, yaitu :

1. Centracinar
Ditandai dengan kerusakan pada bronkiolus dan bagian sentral dari asinus. Tipe
emfisema ini biasanya ditemukan pada perokok dan lobus paru atas merupakan
bagian yang rusak paling parah.

2. Panacinar
Ditandai dengan kerusakan menyeluruh pada semua bagian asinus. Tipe ini
biasanya menyebabkan kerusakan parah pada lobus paru bawah dan biasanya
ditemukan pada pasien dengan defisiensi alfa 1 antitrypsin.

3. Distal Acinar
Kerusakan terjadi pada struktur distal jalan nafas, duktus dan saccus alveolar. Tipe
emfisema ini terlokalisasi pada septa fibrous atau pleura dan akan menyebabkan
pembentukan bullae. Bullae apikal yang ruptur dapat menyebabkan timbulnya
pneumothoraks spontan.

 Kerusakan pembuluh darah paru


Perubahan pada pembuluh darah paru berupa hyperplasia tunika intima dan
otot polos akibat vasokonstriksi kronik dari arteri kecil paru yang dipicu oleh
hipoksia

D. Komplikasi
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nialai Pa02 < 55 mmHg, dengan
nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan mengalmi perubahan
mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lajut akan timbul
sianosis
2. Asidosis Respiratori
Rimbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2(hiperkapnea). Tanda yang muncul
antara lain nyeri kepala,fatigue,letargi,dizzines,dan takipnea.
3. Infeksi Respirator
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan
rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara
akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan timbulnya dispnea.
4. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respirator
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali tidak
berespons terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunan otot bantu pernapasan
dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan asma.

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rutin
1) Faal paru
 Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP
( % ).
Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75
%
- VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai
beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE
meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan
memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%
 Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE
meter.
- Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20
menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1
atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml
- Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil

2) Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3) Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain.
Pada emfisema terlihat gambaran :
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)
Pada bronkitis kronik :
- Normal
- Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus

b. Pemeriksaan khusus (tidak rutin)


1) Faal paru
- Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total
(KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat
- DLCO menurun pada emfisema
- Raw meningkat pada bronkitis kronik
- Sgaw meningkat
- Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
2) Uji latih kardiopulmoner
- Sepeda statis (ergocycle)
- Jentera (treadmill)
- Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal
3) Uji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat
hipereaktiviti bronkus derajat ringan.
4) Uji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau
metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu
peningkatan VEP1 pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK
umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid
5) Analisis gas darah
Terutama untuk menilai :
- Gagal napas kronik stabil
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
6) Radiologi
- CT - Scan resolusi tinggi
- Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula
yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos
- Scan ventilasi perfusi
Mengetahui fungsi respirasi paru
7) Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi
ventrikel kanan.
8) Ekokardiografi
Menilai funfsi jantung kanan
9) bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi
diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang
tepat. Infeksi saluran napas berulng merupakan penyebab utama eksaserbasi akut
pada penderita PPOK di Indonesia.
10) Kadar alfa-1 antitripsin
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia
muda), defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.

F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
1. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat
dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
2. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
3. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
4. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
5. Hipoksemia intermiten atau kontinu
6. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
7. Deformitas toraks
G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan utama adalah meningkatkan kualitas hidup, memperlambat
perkembangan proses penyakit, dan mengobati obstruksi saluran napas agar tidak
terjadi hipoksia.pendekatan terapi mencakup :
1. Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas.
2. Mencegah dan mengobati infeksi.
3. Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru.
4. Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi
pernapasan yang adekuat.
5. Dukungan psikologis
6. Edukasi dan rehabilitasi klien.

Jenis obat yang diberikan:


1. Bronkodilators.
2. Terapi aerosol.
3. Terapi infeksi.
4. Kortikostiroid.
5. Oksigenasi
Pathway

PPOK
Asma Bronkotis kronik
Emfisema

Alergik (debu) Non alergik Asap dan infeksi

E. Panlobular E. Sentrilobular
Mengiritasi jalan
Reaksi antigen yang
Dihasilkan IgE
Rusaknya bronkus Rusaknya lobus
Fungsi silia
pernafasan, duktus sekunder
menurun dan
Antibody (IGE) alveolar, alveoli lendir meningkat
menyerang sel mast
dalam paru
Bronkiolus
Area kontak langsung
tersumbat
Pemajanan berulang permukaan alveolar
dengan paru berkurang
Alveolus rusak
Ikatan antibody dan Kerusakan membentuk
Gen serabut elastik fibrosis

Pelepasan produksi sel- Paru sulit Barrel Makrofag alveolus


sel mast (mediator) bekembang elastis chest rusak

Peningkatan ruang rugi


Kontraksi otot Pembentukan (udara tidak bisa bertukar) Risiko Infeksi
polos bronkus mucus yang banyak
Kerusakan difusi O2
Hindarkan
Pembekakan
pajanan infeksi,
membrane mukosa hipoksemia
antibiotic.
bronkospasme Ketidakefektif Secret tertahan
an bersihan Gangguan
Penyempitan jalan nafas Uudara terjebak Pertukaran Gas
bronkus
Nebulizer,
suction Usaha berlebih
Suplai O2
menurun Eekspirasi
memanjang
Mudah lelah clubbing finger
Ketidskefektifan Buka jalan nafas,
Intoleransi Bantu mobilisasi, pola nafas fisioterapi dada
Aktivitas ROM
H. ASUHAN KEPERAWATAN

Data subjektif dan data objektif Masalah keperawatan

DS

1. Pasien mengatakan sesak nafas


yang bertambah berat saat
beraktivitas

2. Pasien mengatakan batuk sejak 3


hari

DO Pola napas tidak efektif


1. Pasien nampak sesak nafas

2. Pasien nampak batuk

3. TTV

 Pernapasan 32 x/menit

DIAGNOSIS

No Diagnosis NOC NIC


1. Domain: 4 aktivitas/isti Setelah dilakukan 3140 Manajemen jalan nafas:
Aktivitas:
rahat tindakan keperawatan
Kelas: 4 Respon selama 1x24 jam 1. Posisikan pasien
untuk
kardivaskuler/pulmonal diharapkan
memaksimalkan
Kode Diagnosis : menunjukkan status ventilasi
2. Lekukan visioterapi
00032 pernafasan (0415)
dada, sebagaimana
Diagnosis: dengan indikator : mestinya
3. Buang secret dengan
Ketidakefektifan pola 1. 041515 Dipsnea
memotivasi pasien
nafas berhubungan dengan aktivitas untuk melakukan
batuk/ menyedot
dengan hiperventilasi ringan (tidak
lendir
Ditandai dengan: ada) 4. Motivasi pasien
untuk bernafas pelan,
 Klien mengeluh 2. 041522 suara
sulit bernafas. nafas dalam, berputar dan
batuk
 RR : 32x/menit tambahan(tidak
5. Instruksikan
ada) bagaimana agar bisa
melakukan batuk
3. 041523
efektif
gangguan 6. Auskultasi suara
nafas, catat area yang
ekspirasi (tidak
ventilasinya menurun
ada) atau tidak ada dan
adanya suara
4. 041528
tambahan
pernafasan 7. Ajarkan pasien
bagaimana
cuping hidung
menggunakan inhaler
(tidak ada) sesuai resep,
sebagaimana
5. 041530 demam
mestinya
(tidak ada) 8. Posisikan untuk
meringankan sesak
6. 041531 batuk
nafas
(tidak ada) 9. Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi
sebagaimana
mestinya.

2. Domain: 9 Setelah dilakukan Pengurangan kecemasan


koping/toleransi stress tindakan keperawatan 5820
Kelas: 2 Respon koping selama 1x24 jam Aktivitas:
Kode: 00146 diharapkan pasien 1. Gunakan pendekatan
Diagnosis: Ansietas b.d menunjukkan tingkat yang tenang dan
stresor kecemasan (1211) meyakinkan
dengan indikator: 2. Pahami situasi krisis
1. 121119 yang terjadi dari
peningkatan perspektif klien
tekanan darah 3. Berada di sisi klien
(tidak ada) untuk meningkatkan
2. 121121 rasa aman dan
peningkatan menguragi ketakutan
frekuensi 4. Berikan objek yang
pernafasan (tidak menunjukan perasaan
ada) aman
3. 121123 5. Dorong verbalisasi
berkeringat perasaan persepsi dan
dingin (tidak ketakutan
ada) 6. Berikan aktivitas
4. 121129 pengganti yng
gangguan tidur bertujuan untuk
(tidak ada) mengurangi takanan
5. 121131
perubahan pada
pola makan
(tidak ada)
3. Domain : 5 Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan 5510
perssepsi/kognisi tindakan keperawatan Aktivitas:
Kelas: 4 kognisi selama 1x24 jam 1. Tentukan
Kode: 00126 diharapkan pasien pengetahuan
Diagnosis: defisien menunjukkan kesehatan dan gaya
pengetahuan b.d kurang pengetahuan manajemen hidup perilaku saat
informasi PPOK 1848 dengan ini pada individu,
indikator: keluarga atau
1. 184801 faktor- kelompok sasaran
faktor penyebab 2. Bantu individu,
dan factor yang keluarga, dan
berkontribusi masyarakat untuk
(pengetahuan memperjelas
sangat banyak) keyakinan dan nilai-
2. 184803 faktor nulai kesehatan
resiko dari 3. Identivikasi
perkembangan karakteristik populasi
penyakit target yang
(pengetahuan mempengaruhi
sangat banyak) pemilihan strategi
3. 184804 tanda belajar
dan gejala PPOK 4. Prioritaskan
(pengetahuan kebutuhan orang
sangat banyak) yang belajar dengan
4. 184805 tanda mengidentifikasi
dan gejala kebutuhan
kekambuhan berdasarkanapa yang
penyakit disukai klien,
(pengetahuan keterampilan
sangat banyak) perawat, sumber yang
5. 184807 tanda tersedia, dan
dan gejala kemungkinan
komplikasi keberhasilan
(pengetahuan pencapaian tujuan
sangat banyak) 5. Rumuskan tujuan
6. 184808 strategi dalam program
mencegah pendidikan kesehatan
komplikasi tersebut
(pengetahuan 6. Pertimbangkan
sangat banyak) kemudahan akses,
7. 184809 strategi hal-hal yang disukai
untuk konsumen dan biaya
mengadaptasikan dalam perencanaan
gaya hidup program
dengan tingkat 7. Letakan iklan yang
energi menarik di tempat
(pengetahuan strategi untuk
sangat banyak) mendapatkan
8. 184810 strategi perhatian audiens
untuk yang menjadi sasaran
menyeimbangka 8. Tekankan manfaat
n aktivitas dan kesehatan positif
istirahat yang langsung atau
(pengetahuan manfaat jangka
sangat banyak) pendek yang bisa di
9. 184824 strategi terima oleh perilaku
untuk mengelola gaya hidup positif
penyakit PPOK daripada menekankan
(pengetahuan pada manfaat jangka
sangat banyak) panjang atau efek
10. 184825 strategi negative dari
untuk berhebti ketidakpahaman
merokok 9. Kembangkan materi
(pengetahuan pemdidikan tertulis
sangat banyak) yang tersedia dan
11. 184826 strategi sesuai dengan
untuk mencegah audiens yang menjadi
perkembangan sasaran
penyakit 10. Ajarkan strategi yang
(pengetahuan dapat digunakan
sangat banyak) untuk menolak
perikau yang tidak
sehat atau beresiko
daripada memberikan
saran untuk
menghindari atau
mengubah perilaku
11. Pertimbangkan
dukungan keluarga,
tman sebaya, dan
masyarakat terhadap
perilaku yang
kondusif bagi
kesehatan
12. Gunakan berbagai
strategi dan intervensi
utama dalam program
pendidikan
I. KASUS PEMBANDING
1. Bronkitis kronis
Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya mengenai
trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan laringotrakeobronkitis.
Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai
bagian dari penyakit sistemik, misalnya morbili, pertusis, difteri, dan tipus
abdominalis. Istilah bronkitis kronis menunjukan kelainan pada bronkus yang
sifatnya menahun(berlangsung lama) dan disebabkan berabagai faktor, baik yang
berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri. Bronkitis kronis
merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus trakeobronkial yang
berlebihan, sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dan ekspektorasi sedikitnya
3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut.
Manifestasi klinis
 Batuk kronis dan produksi sputum yang purulen dan sangat banyak.
 Hemoptisis,jari gada,dan episode infeksi pulmonal berkurang

2. Emfisema Paru
Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang
ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan.
Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang
udara(alveolus) tanpa disertai adanya destruktif jaringan maka keadaan ini
sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation.
Sebagai salah satu bentuk penyakit paru obstruktif menahun, emfisema
merupakan pelebaran asinus yang abnormal, permanen, dan disertai destruktif
dinding alveoli paru. Obstruktif pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan
jaringan daripada produksi mukus, seperti yang terjadi pada asma bronkitis kronis.
Manifestasi klinis
1. Sesak nafas yang memburuk dari waktu ke waktu
2. Lebih mudah terkena infeksi
3. Lendir (dahak) berlebih diparu-paru
4. Kelelahan,keletihan
5. Bagian tengah paru-paru yang membesar sebagai upaya tubuh dalam
meningkatkan ukuran paru-paru. Kondisi ini disebut juga barrel chest
6. Kulit atau kuku yang menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen

3. Asma bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas) terutama pada
percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti
oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma
didefinisakn sebagai suatu penyakit inflamasi kronis di saluran pernapasan,
dimana terdapat banyak sel-sel induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel
epitel. Pada individu rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing, sulit
bernapas, dada sesak, dan batuk secara berulang, khususnya pada malam hari dan
di pagi hari.
Manifestasi klinis
1. Sering batuk, terutama pada malam hari
2. Sulit bernafas atau sesak nafas
3. Merasa sangat lelah atau lemah saat berolahraga
4. Mengi atau batuk setelah latihan
5. Merasa mudah lelah,kesal, atau murung
6. Adanya penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan peakflowmeter,
dengan cara meniupkan napas sekuat-kuatnya pada alat tersebut
7. Tanda –tanda flu atau alergi
8. Sulit tidur.
Kasus

Tn. R 50 th, masuk kerumah sakit dengan keluhan sesak nafas ang bertambah berat
saat beraktivitas, kadang disertai batuk dan demam sejak 3 hari sebelumnya. tn. R
memiliki riwayat batuk san sesak apalagi pada saat cuaca dingin. Pasien adalah
perokok berat sejak usia 25 tahun, keadaann pasien nampak buruk, hasil TTV,
TD:130/90 mmHg, HR:100 X/menit, RR:32 X/menit, dan suhu 38,5℃. Saat di
palpasi vocal fremitus menurun pada kedua lapang paru, hasil pemeriksaan spirometri
FEV1 % = 45%, FEV1/FEV1%=60%.

1. Kata kunci
a. Usia

b. Sesak nafas

c. Batuk

d. Deman

e. Perokok

f. Cuaca dingin

g. TTV

h. Fremitus

i. Spirometri

j. Lapang paru

k. FEV1

2. Klasifikasi kata kunci

a. Usia

Usia pada kasus yang terkait merupakan dimana seseorang yang berusia 50

tahun lebih beresiko terkena penyakit ini.

b. Sesak nafas

Sesak nafas adalah kesulitan dalam bernapas atau tidak cukup mendapat

asupan udara
c. Batuk

Adalah respon alami dari tubuh sebagai system pertahanan untuk

mengeluarkan zat dan partikel dari dalam saluran pernafasan, serta mencegah

benda asing masuk kesaluran nafas bawah.

d. Demam

Adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas angka 37℃

e. Cuaca dingin.

Cuaca dingin merupakan salah satu allergen penyebab penderita mengalami

penurunan kesehatan sehingga mengakibatkan memburuknya status kesehatan

pada si penderita ppoki.

f. Perokok

Adalah seseorang yang mengisap gulungan tembakau yang di bungkus dengan

kertas, perokok merupakan seseorang yang dapat beresiko terkena PPOK,

dikarenakan dapat menyababkan kehilangan kemampuan dalam paru-paru

dalam menjalankan tugas mengambil dan melepaskan udara (proses

pernafasan).

g. TTV

Merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan suatu system

tubuh, denyut nadi, frekuensi napas dan tekanan darah.

Normalnya suhu tubuh berada pada kisaran 36,5-37,5. Pernafasan 18-

24x/menit. Nadi 80-100x/menit.

h. Vocal Fremitus

Adalah vibrasi yang dirasakan ketika pasien mengatakan 77. Vibrasi normal

bila terasa di atas batang bronkus utama.Bila teraba diatas perifer paru hal ini

menunjukkan konsulidasi sekresi dan efusi pleura ringan sampai sedang.


i. Spirometri

Adalah untuk mengetahui adanya gangguan pada fungsi pernapasan, salah satu

metode pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi paru dan mendiagnosa

kondisi paru.

j. FEV1

Adalah nilai yang menunjukan berapa persen kapasitas udara paru- paru yang

dapat di hembuskan dalam 1 detik. Pada kasus PPOK tersbut nilai FEV1

adalah 45% dibawah nilai normal.

3. Core problem

PPOK (penyakit paru-paru obstuksi kronis)

4. Pertanyaan dan jawaban

a. Apa yang menyebabkan pasien mengalami batuk pada kasus PPOK?

JAWAB:

Karena penyebab utamanya di sebabkan oleh rokok, sehingga asap rokok yang

di hirup masuk ke dalam paru-paru menyebabkan terjadinya radang paru-paru

sehingga pasien mengalami batuk.

b. Mengapa perokok beresiko terkena penyakit PPOK?

JAWAB :

Udara yang dihirup akan bergerak turun melalui batang tenggorok dan

mencapai saluran bronkus.saluran bronkus bercabang menjadi saluran yang

lebih kecil yang disebut bronkiolus, yang masing-masing berakhir pada

banyak kantung atau gelembung udara yang dikenal dengan alveolus.

Didalam kantung-kantung udara ini terdapat pembuluh darah kecil,

yaitu pembuluh darah kapiler. Ketika anda menarik nafas, oksigen akan
bergerak ke kantung udara dan menuju ke darah dalam kapiler yang terletak di

dinding kantung udara. Secara bersamaan, karbondioksida di pindahkan dari

pembuluh darah ke kantung udara. Dalam hal ini peran utama paru-paru, dapat

melakukan pertukaran udara karena sifat elastisitas yang dimiliki oleh

alveolus. Pertukaran udara dapat terjadi dengan lancer karena adanya gerakan

mengembang dan mengempis pada alveoules saat bernapas.

c. Jelaskan mengapa pasien PPOK bisa mengalami kenaikan suhu tubuh ?

JAWAB:

Karna terjadi infeksi pada saluran pernafasan sehingga suhu tubuh mengalami

perubahan akibat terhambatnya proses keluar masuknya oksigen ke dalam

paru-paru.

d. Jelaskan mengapa pada pasien PPOK mengalami sesak napas

JAWAB:

Penyebab paling umum dari penyakit ini adalah merokok, baik pasif maupun

aktif. Dalam setiap isapan rokok terdapat zat yang bisa berpotensi merusak

bulu-bulu kecil didalam paru-paru yang di sebut rambut silia. Hal tersebut

berfungsi untuk menghalau dan menyapu keluar debu, iritasi, dan lender yang

berlebihan. Setelah beberapa lama kandungan rokok bisa menyebabkan

kerusakan permanen pada silia dan lapisan dinding bronkus. Saat ini terjadi

kotoran tidak bisa di keluarkan dan dibuang dengan normal akibat dari lendir

dan kotoran yang menmpuk dalam paru-paru maka ini dapat membuat system

pernapasan terganggu sehingga pasien mengalami sesak nafas.


e. Kenapa penderita PPOK harus melakukan pemeriksaan spirometri?

JAWAB:

pemeriksaan spirometri gunanya untuk mengetahui pola pernapasan yang

mengidentifikasi kondisi seperti asma, fibrosis paru,fibrosis kristik dan dan

COPD, selain itu untuk mengukue fungsi paru-paru, khususnya jumlah atau

kecepatan udara yang dapat dihirup dan dihembuskan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) atau Chronic Obstruktif Pulmonary
Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis
kronis, dan emfisema paru-paru. Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic
Airflow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Disease (COLD). Diagnosa
yang utama pada penderita PPOK yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif b.d
peningkatan produksi sputum.

B. Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
baik terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama PPOK. Oleh karena itu,
perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan
penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien
terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan penceganhanya.
DAFTAR PUSTAKA

Kuwalak, Jennifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC
Somantri,Irwan.2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan saluran
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Anies.2015.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
Herdman,T. Heather.2012.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC
Huda Nurarif,Amin dan Hardi kusuma.2015.Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/copd.pdf

Anda mungkin juga menyukai