Anda di halaman 1dari 21

SAMPUL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


PADA KASUS PPOM

Disusun oleh:

MOH. FIRMAN
NIM : P00220217025

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala. Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada
Lansia Dengan Kasus PPOM” dengan tepat waktu. Dalam proses penyusunan makalah ini tentunya
kami mengalami berbagai masalah. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak serta
kerjasama kelompok akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari
makalah ini masih belum sempurna, maka dari itu kami berterima kasih apabila ada kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin

Poso,26 – November – 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................iii
BAB I KONSEP TEORI............................................................................................................................ 1
A. Konsep Dasar Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) ......................................................... 1
1. Definisi PPOM ......................................................................................................................... 1
2. Etiologi ..................................................................................................................................... 1
3. Manifestasi klinis...................................................................................................................... 1
4. Klasifikasi dari penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) yaitu: ............................................. 2
5. Patofisiologi ............................................................................................................................. 5
6. Penatalaksanaan ..................................................................................................................... 5
7. Pemeriksaan Diagnostik .......................................................................................................... 6
8. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................................... 6
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK....................................................................................... 7
A. Pengkajian ................................................................................................................................... 7
B. Analisis data .............................................................................................................................. 14
C. Diagnosa ................................................................................................................................... 15
D. Intervensi ................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................... 18
BAB I
KONSEP TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM)


1. Definisi PPOM
PPOM adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis,
bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang
dikenal dengan COPD adalah:bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronchiale.
PPOM merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan
penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.

2. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum di ketahui.
Timbulnya penyakit ini di kaitkan dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada
penderita antara lain:
1. Merokok sigaret yang berlangsung lama
2. Polusi udara
3. Infeksi paru berulang
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Ras
7. Defisiensi alfa-1 anti tripsin
8. Defisiensi anti oksidan dll
Pengaruh dari masing masing faktor-faktor resiko terhadap PPOM adalah saling
memperkuat dan faktor merokok di anggap yang paling dominan dalam menimbulkan
penyakit ini. ( Dharmago & Martono, 1999 : 383 ).

3. Manifestasi klinis
1. Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalan,
udara dingin atau infeksi
2. Sesak nafas dan dispneu
3. Terperangkapnya udara akibat elastisitas paru menyebabkan dada mengembang
4. Hipoksia dan hiperkapnea
5. Takipnea
6. Dispnea yang menetap
( Corwin , 2000 : 437 )

4. Klasifikasi dari penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) yaitu:


a. Bronkitis kronis
1) Definisi
Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya
mengenai trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan
laringotrakeobronkitis. Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas
tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik, misalnya morbili, pertusis,
difteri, dan tipus abdominalis. Istilah bronkitis kronis menunjukan kelainan pada
bronkus yang sifatnya menahun(berlangsung lama) dan disebabkan berabagai
faktor, baik yang berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri.
Bronkitis kronis merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus
trakeobronkial yang berlebihan, sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dan
ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun secara
berturut-turut.
2) Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.
Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel
goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang
dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat.
Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk
fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting
dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi
lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi
sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya
mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan
emfisema dan bronkiektasis.
3) Tanda dan Gejala
Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
b. Emfisema Paru
1) Definisi
Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang
ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan.
Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang
udara(alveolus) tanpa disertai adanya destruktif jaringan maka keadaan ini
sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation.
Sebagai salah satu bentuk penyakit paru obstruktif menahun, emfisema merupakan
pelebaran asinus yang abnormal, permanen, dan disertai destruktif dinding alveoli
paru. Obstruktif pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan jaringan daripada
produksi mukus, seperti yang terjadi pada asma bronkitis kronis.
2) Patofisiologi
Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu :
inflamasi dan pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan; kehilangan
rekoil elastik jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli
yang berfungsi.
Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang
kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan
peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat
terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen
mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida
mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbondioksida dalam
darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respiratorius.
Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring-jaring kapiler
pulmonal berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel kanan dipaksa
untuk mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam arteri pulmonal. Dengan
demikian, gagal jantung sebelah kanan (kor pulmonal) adalah salah satu
komplikasai emfisema. Terdapatnya kongesti, edema tungkai, distensi vena leher
atau nyeri pada region hepar menandakan terjadinya gagal jantung.
Sekresi meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu untuk
membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan
kronis dengan damikian menetap dalam paru yang mengalami emfisema
memperberat masalah.
Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik ke aliran masuk dan
aliran keluar udara dari paru. Paru-paru dalam keadaan heperekspansi kronik. Untuk
mengalirkan udara kedalam dan keluar paru-paru, dibutuhkan tekanan negatif
selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat yang adekuat harus dicapai dan
dipertahankan selama ekspirasi. Posisi selebihnya adalah salah satu inflasi.
Daripada menjalani aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan membutuhkan
upaya otot-otot. Sesak napas pasien terus meningkat, dada menjadi kaku, dan iga-
iga terfiksaksi pada persendiannya. Dada seperti tong (barrel chest) pada banyak
pasien ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru karena adanya kecenderungan
yang berkelanjutan pada dinding dada untuk mengembang.
3) Tanda dan Gejala
1. Dispnea
2. Takipnea
3. Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4. Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5. Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6. Hipoksemia
7. Hiperkapnia
8. Anoreksia
9. Penurunan BB
10. Kelemahan
c. Asma bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas) terutama pada
percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh
faktor biokemial, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma didefinisakn sebagai
suatu penyakit inflamasi kronis di saluran pernapasan, dimana terdapat banyak sel-sel
induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel epitel. Pada individu rentan, inflamasi ini
menyebabkan episode wheezing, sulit bernapas, dada sesak, dan batuk secara
berulang, khususnya pada malam hari dan di pagi hari.
5. Patofisiologi
Faktor – faktor resiko yang telah disebutkan diatas akanmendatangkan proses inflamasi
bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminal.Akibat dari
kerusakan yang timbul akan terjadi obstruksi bronkus kecil atau bronkiolus terminal, yang
mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.Udara yang pada saat inspirasi
mudah masuk ke dalam alveoli, saat ekspirasi banyak yang terjebak dalam alveolus dan
terjadilah penumpukan udara atau air trapping. Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan
sesak nafas dengan segala akibat – akibatnya.Adanya obstruksi dini saat awal ekspirasi akan
menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. ( Dharmojo
& Martono,1999 : 384 )

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk penderita PPOM usia lanjut, sebagai berikut :
1. Meniadakan faktor etiologik atau presipifasi
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi anti mikrobia tidak
perlu diberikan.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator ( Aminophillin dan Adrenalin ).
5. Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang muncul )
 Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
 Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
 Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infuse
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan dengan aliran lambat :
1-2 liter/menit.
8. Mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara yang terperangkap
9. Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara untuk menyimpan
energi.
10. Tindakan“Rehabilitasi”:
a. Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus.
b. Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan yang
paling efektif baginya.
c. Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmaninya.
d. Vocational Suidance : Usaha yang dilakukan terhadap penderita agar sedapat-
dapat kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula. Vocational Suidance :
Usaha yang dilakukan terhadap penderita agar sedapat-dapat kembali mampu
mengerjakan pekerjaan semula

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pengukuran funsi paru
b. Analisa Gas Darah
c. Pemeriksaan Laboratorium
d. Pemeriksaan Sputum
e. Pemeriksaan Radiologi Thoraks foto ( AP dan Lateral )
f. Pemeriksaan Bronkogram
( Arif Muttaqin, 2008; 158)

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Bronkografi
b. Bronkoskopi
c. CT-Scan : ada/tidaknya dilatasi bronkial
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Study kasus
Pada tanggal 5 Juli 2018 Tn.R, 68 thn, dating ke IGD RSU Surakartadengankeluhan pusing, sesak
napasdanbatuk. Pasien mengatakan 1 bulanterakhirtiappagibatuk-batuksampaidahakkeluarsemua.
Sesaknapas bertambahbilamenaikitangga.2 hariterakhir, pasienmengeluhdemam, batuk, pilek, pusing,
dansesaknapas.Berdasarkananamnesiadanpemeriksaanspirometridanfotothoraks, diagnose yang di
tegakkanklinis/ dokteradalah PPOK st III. Terapi yang diberikan: Oksigen, setelahstabil, terapi yang di
berikanadalah: codein 10 mg po 3x1 danseretide MDI tiap 6 jam, tiap 12 jam. nebulizertanda-tanda vital
saatpasien MRS: suhu 38,5oC ditandai dengan kulit teraba hangat, TD 140/90 mmHg, Nadi
100/menit,RR 24x/menit, suara tambahan ronhi (+), napas ireguler

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn. R
Umur : 68 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Imam Bonjol
Pekerjaan/Riwayat pekerjaan : Guru
Diagnosa Medis/masalah KDM : PPOK st III
Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. N
Umur : 38 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Imam Bonjol
Hub dengan klien : Anak kandung
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Keluhan utama : Demam, batuk, pilek, pusing, dansesaknapas
b. Riwayat penyakit sekarang :2 hari terakhir pasien mengeluh demam, batuk pilek, pusing
,sesak nafas
c. Riwayat penyakit dahulu : 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak keluar
semua, sesak nafas bila menaiki tangga. Pasien mengatakan dia adalah perokok aktif.
3. Pemeriksaan fisik
TTV :
S : 38,5 °C
N : 100 x/m
RR : 24 x/m
TD : 140/90 mmHg
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan spirometri dan foto thorax (+) PPOK ST III
5. Terapi yang di dapat
Oksigen, setelah stabil, terapi yang diberikan codein 10 mg po 3x1 dan seretide MDI tiap 6
jam. Nebulizer setiap 12 jam
Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif Dan Sosial
1. Pengkajian ststus fungsional
Kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari dapat diukur dengan menggunakan
INDEKS KATZ. Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari2 berdasarkan pada
evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam mandi, berpakaian, pergi ke kamar
mandi, berpindah, kontinen dan makan.
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dlm hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian
dan mandi
B Kemandirian dlm semua aktifitas hidup sehari2, kecuali satu dari fungsi tsb
C Kemandirian dlm semua akifitas hidup sehari2, kecuali mandi & satu fungsi
tambahan
Kemandirian dlm semua akifitas hidup sehari2, kecuali mandi, berpakaian & satu
D
fungsi tambahan
Kemandirian dlm semua akifitas hidup sehari2, kecuali mandi, berpakaian, ke
E
kamar kecil & satu fungsi tambahan
F Kemandirian dlm semua akifitas hidup sehari2, kecuali mandi, berpakaian,
berpindah & satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tdk dpt diklasifikasikan sbg C,
lain D, E, F, dan G

No Kriteria Skor Keterangan


1. Makan 5 Frekuensi 3 x sehari
5 : bantuan Jumlah 1 piring/sekali makan
10 : mandiri Jenis nasi, sayur, lauk
2. Minum 5 Frekuensi 6 x sehari
5 : bantuan Jumlah ± 1000 cc
10 : mandiri Jenis air putih
3. Berpindah dari kursi roda ke 10 Frekuensi 2 x sehari
tempat tidur/sebaliknya
10 : bantuan
15 : mandiri
4. Personal toilet (cuci muka, 0 Frekuensi 1 x sehari pada pagi hari
menyisir rambut, gosok gigi)
0 : bantuan
5 : mandiri
5. Keluar masuk toilet (mencuci 5
pakaian, menyeka tubuh dan
menyiram)
5 : bantuan
10 : mandiri
6. Mandi 5 Frekuensi 1x sehari pada pagi hari
5 : bantuan
15 : mandiri
7. Jalan di permukaan datar 5
0 : bantuan
5 : mandiri
8. Naik turun tangga 5 Pasien mengatakan dibantu keluarga
5 : bantuan saat naik turun tangga
No Kriteria Skor Keterangan
10 : mandiri
9. Mengenakan pakaian 5
5 : bantuan
10 : mandiri
10. Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi 1 hari sekali
5 : bantuan Konsistensi lunak
10 : mandiri
11. Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi 5-7 x/hari
5 : bantuan Warna kuning
10 : mandiri
12. Olahraga/latihan Tidak pernah olahraga 6 bulan
5 : bantuan - terakhir
10 : mandiri
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu 10 Frekuensi setiap hari dengan
luang membaca majalah.
5 : bantuan
10 : mandiri
Total : 75
Keterangan :
130 : Mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
60 : Ketergantungan total
Interpretasi hasil pemeriksaan : Klien Tn. R saat dilakukan pemeriksaan dengan Barthel
Indeks (instrument untuk mengukur kemandirian dalam hal perawatan diri dan
mobilitas), Tn. R memperoleh total skor 75 yang berarti Tn. R dalam
kategori ketergantungan sebagian
2. Pengkajian status kognitif & afektif
1) Identifikasi tingkat intelektual dengan SPMSQ (Short Portable Mental Status Quesioner)
No. Pertanyaan Benar Salah Ket.
1. Tanggal berapa hari ini? √ Klien menjawab hari
ini tanggal 6
2. Hari apa sekarang? √ Klien menjawab hari ini
hari jumat
3. Apa nama tempat ini? √ Klien menjawab ini
adalah rumah sakit
4. Dimana alamat anda? √
5. Berapa umur anda? √ Klien
menjawab 68 tahun
6. Kapan anda lahir (minimal tahun √ Klien menjawab lahir
lahir)? pada tahun 1950
7. Siapa presiden Indonesia √ Klien menjawab bapak
sekarang? Jokowi
8. Siapa presiden Indonesia √ Klien menjawab bapak
sebelumnya? SBY
9. Siapa nama ibu anda? √ Klien menjawab nama
ibunya Anisa
10. Berapa 20-3? Tetap pengurangan √ Klien menjawab 20-3 =
3 dari setiap angka baru, semua 17
secara menurun berurutan. 17 -3 = 14
14-3 = 11
11-3 = 8
Jumlah 0
Interpretasi Hasil :
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Tn. R saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner SPMSQ, Tn.R menjawab
semua pertanyaan dengan benar. Tn. R termasuk dalam kategori fungsi intelektual utuh
2) Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam)
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
□ Tahun : 2018 (benar)
□ Musim : Hujan (benar)
□ Tanggal : 6 (benar)
□ Hari: Jumat (benar)
□ Bulan : Juli (benar)
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang
□ Kabupaten Surakarta (benar)
□ Kecamatan Banjarsari (benar)
□ Kelurahan Mangkubumen (benar)

2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa) 1 detik


untuk mengatakan masing-masing obyek.
Kemudian tanyakan kepada klien ketiga
obyek tadi (untuk disebutkan)
□ Obyek 1 : Rumah Sakit (benar)
□ Obyek 2 : Puskesmas (benar)
□ Obyek 3 : Kebun (benar)
3 Perhatian dan 5 3 Minta klien untuk memulai dari angka 100
kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali
100 - 7 = 93
93 - 7 = 86
86 – 7 = 78

4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek


pada no 2 tadi, bila benar 1 point untuk
masing-masing obyek
□ Obyek 1 : Rumah Sakit (benar)
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
□ Obyek 2 : puskesmas (benar)
□ Obyek 3 : Kebun (benar)
5 Bahasa 9 8 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien
□ Mengetahui nama : Buku (benar)
Minta pada klien untuk mengulang kata
berikut “tak ada jika, dan, atau, tetapi”. Bila
benar, nilai 1 poin.
□ Tak ada jika (benar)
□ Dan (benar)
□ Atau (benar)
□ Tetapi (benar)
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah : “Ambil
kertas di tangan anda. Lipat dua dan taruh
di lantai”
□ Ambil buku (benar)
□ Angkat (benar)
□ Taruh di lantai (benar)
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut Tutup mata anda
□ Aktifitas sesuai perintahTutup mata anda
(benar)
Total nilai 27

>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik


18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Interpretasi hasil :
Klien Tn.R saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner MMSE, Tn. R memperoleh total
skor sebanyak 27, Tn R termasuk dalam kategori aspek kognitif dari fungsi mental baik
3) Skala depresi
Skala Depresi Geriatrik Yesavage
1. Apakah pada dasarnya anda puas dgn kehidupan anda? (ya)
2. Sudahkah anda mengeluarkan aktivitas & minat anda? (ya)
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? (ya)
4. Apakah anda sering bosan? (ya)
5. Apakah anda mempunyai semangat yg baik setiap waktu? (tidak)
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda? (ya)
7. Apakah anda bahagia di setiap waktu? (tidak)
8. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pd malam hari, daripada pergi dan melakukan
sesuatu yg baru? (ya)
9. Apakah anda merasa bahwa anda mempunyai lebih banyak masalah dgn ingatan
daripada yg lainnya/ (tidak)
10. Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup ini? (tidak)
11. Apakah anda merasa saya sangat tdk berguna dgn keadaan anda sekarang? (ya)
12. Apakah anda merasa penuh berenergi? (tidak)
13. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tak ada harapan? (tidak)
14. Apakah anda berpikir bahwa banyak org yg lebih baik daripada anda? (ya)

B. Analisis data
No Data Etiologi Problem
1. Ds : Peningkatan produksi Ketidakefektifan
- Klien mengatakan sesak nafas, sputum. bersihan jalan napas
batuk.
- Klien mengatakan sudah 1 bulan
terakhir tiap pagi batuk- sampai
dahak keluar semua
Do:
- Klien tampak batuk
- Suara napas tambahan ronhi (+)
- TTV :
S : 38,5 °C
N : 100 x/m
RR : 24 x/m
TD : 140/90 mmHg

2. Ds : suplai oksigen Ketidakefektifan pola


- Klien mengeluh sesak napas berkurang napas
Do : (bronkospasme)
- Klien tampak sulit bernapas
- Napas ireguler
- TTV :
S : 38,5 °C
N : 100 x/m
RR : 24 x/m
TD : 140/90 mmHg
3. Ds : Proses infeksi Hipertermi
- Klienmengeluhdemam
Do :
- Kulit teraba hangat
- TTV :
S : 38,5 °C
N : 100 x/m
RR : 24 x/m
TD : 140/90 mmHg

4. Ds : Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas


- Klien mengatakan sesak nafas antara suplai dan
bertambah bila menaiki tangga. kebutuhan oksigen
Do : Nadi 100x/m, RR 24x/m,

C. Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi sputum
2. Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan suplai oksigen berkurang (bronkospasme)
3. Hipertermia b.d proses infeksi
4. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
D. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
nafas b.d peningkatan produksi tindakan keperawatan 1. Monitor status pernapasan
sputum selama 3x24 jam 2. Anjurkan pasien untuk
diharapkan masalah minum air hangat
Ketidakefektifan bersihan 3. Lakukan fisioterapi dada
jalan nafas b.d 4. Instruksikan pasien
peningkatan produksi bagaimana agar bisa
sputum dapat teratasi melakukan batuk efektif
dengan kriteria hasil : 5. Penatalaksanaan
- Batuk berkurang pemberian nebulizer
- Suara napas tambahan 6. Penatalaksanaan
tidak terdengar pemberian analgesik

2 Ketidakefektifan Pola nafas Setelah dilakukan 1. Monitor kecepatan,


berhubungan dengan suplai tindakan keperawatan irama, kedalaman, dan
oksigen berkurang selama 3x24 jam usaha pernafasan
(bronkospasme) diharapkan masalah 2. Ajarkan teknik yang tepat
Ketidakefektifan Pola untuk menggunakan
nafas dapat teratasi pengobatan dan alat (
dengan kriteria hasil : misalnya, inhaler dan
1. Frekuensi pernafasan nebulizer )
dalam rentang normal 3. Posisikan untuk
2. Irama pernafasan meringankan sesak
dalam rentang normal napas
3. Tanda-tanda vital 4. Ajarkan teknik bernafas/
dalam rentang normal relaksasi
5. Ajarkan klien untuk
mengidentifikasi dan
menghindari pemicu,
sebisa mungkin
6. Penatalaksanaan
pemberian terapi oksigen
3. Hipertermi b.d proses penyakit Setelah dilakukan Pengaturan suhu
tindakan keperawatan 1. Monitor suhu dan warna
selama 3x24 jam kulit
diharapkan masalah 2. Lakukan kompres hangat
Hipertermi dapat teratasi pada area dahi dan ketiak
dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien untuk
- Suhu tubuh dalam banyak minum air putih
rentang normal 4. Penatalaksanaan
pemberian terapi
antipiretik
4. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan 1. Monitor respon oksigen
Ketidakseimbangan antara suplai tindakan keperawatan 2. Bantu klien untuk
dan kebutuhan oksigen. selama 3x24 jam mengidentifikasi aktivitas
diharapkan masalah yang mampu dilakukan
Intoleransi aktivitas dapat 3. Bantu pasien dalam
teratasi dengan kriteria aktivitas sehari-hari
hasil : 4. Menganjurkan pasien
- Ttv dalam rentang untuk mendekatkan
normal keperluan pasien
- Berpartisipasi dalam 5. Instruksikan pasien /
aktivitas fisik tanpa keluarga pasien
disertai peningkatan mengenai kelelahan
TD, N, RR (gejala yang mungkin
muncul dan kekambuhan
yang mungkin nanti
muncul kembali)
DAFTAR PUSTAKA

Kuwalak, Jennifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC

Somantri,Irwan.2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan saluran


pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Anies.2015.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media

Herdman,T. Heather.2012.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC

Huda Nurarif,Amin dan Hardi kusuma.2015.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction

Anda mungkin juga menyukai