Anda di halaman 1dari 53

STUDI LITERATUR : KOMPRES HANGAT REBUSAN JAHE

MENURUNKAN NYERI PADA PASIEN


GOUT ARTHRITIS

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan


Diploma III Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Jurusan
Keperawatan Program D III Keperawatan Poso

DISUSUN OLEH :

MOH. FIRMAN
NIM : P00220217025

POLIKEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


J U R U S A N K E P E R A W A T A N
PRODI D-III KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2020

i
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

MOH FIRMAN 2020. Studi Literatur. Kompres Hangat Rebusan Jahe


Menurunkan Nyeri Pada Pasien Gout Atritis. Karya
Tulis Ilmia Prodi DIII Keperawatan Poso jurusan
keperawatan poltekkes Kemenkes palu.
Pembimbing (1) Agus Rianto (2) Dafrosia Darmi
Manggasa.

ABSTRAK

i-vii + 37 halaman + 2 tabel + 4 lampiran

Gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena


penimbunan kristal monosodium urat didalam tubuh. Peningkatan kadar asam
urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan
nyeri di daerah persendian salah satu penanganan non-farmakologi untuk
menurunkan nyeri pada penderita gout arthritis yaitu dengan menggunakan
kompres hangat rebusan jahe untuk menurunkan nyeri pada kadar asam urat.
Tujuan Penelitian : Dapat mengidentifikasi studi literature yang
berhubungan dengan masalah kompres hangat rebusan jahe untuk menurunkan
gout athirits. Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan metode study
literatur yaitu melalui website google scolar. Hasil penelitian : ada 5 jurnal
yang didefinisikan dan di terbitkan dari 2016-2020. Ada 4 jurnal dari 5 jurnal
yang memenuhi kriteria. Beberapa hasil menunjukan bahwa kompres hangat
rebusan jahe dapat menurunkan nyeri pada gout athritis. Saran : Dari studi
literatur ini penulis merekomendasikan perlunya pengetahuan diharapkan
dapat melakukan penelitian yang lebih baik dan hendaknya peneliti mengkaji
lebih dalam tentang faktor yang bisa diubah menyebabkan nyeri sendi pada
lansia penderita asam urat. Responden yang diberikan kompres hangat rebusan
jahe ditempat yang sama dapat menggunakan kelompok pembanding.

Kata Kunci : Rebusan Jahe dan Gout Athritis


Daftar Rujukan : 25 referensi (2013-2020)

ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

MOH FIRMAN 2020. Literature Study. Warm compresses of ginger stew


reduce pain in arthritis gout patients. Ilmia Paper
Study Program DIII Poso Nursing majoring in health
polytechnic Ministry of Health hammer. Supervisor
(1) Agus Rianto (2) Dafrosia Darmi Manggasa.

ABSTRACT

i-vii + 37 pages + 2 tables + 4 attachments

Gout arthritis is a disease caused by the accumulation of monosodium


urate crystals in the body. Increased uric acid levels can cause disturbances in
the human body such as feelings of pain in the joint area one of the non-
pharmacological treatments to reduce pain in gouty arthritis sufferers is by
using warm compresses of ginger stew to reduce pain in uric acid levels.
Research Objectives: Can identify literature studies related to the problem of
warm compresses on ginger stew to reduce gout athirits. Research methods:
This research uses literature study method through the google scolar website.
Research results: there are 5 journals defined and published from 2016-2020.
There are 4 journals from 5 journals that meet the criteria. Some results show
that a warm compress of ginger stew can reduce pain in gout athritis.
Suggestion: From this literature study the authors recommend the need for
knowledge is expected to be able to conduct better research and researchers
should examine more deeply about factors that can be changed to cause joint
pain in elderly people with gout. Respondents given warm compresses of
ginger stew in the same place can use a comparison group.

Keywords: Ginger Stew and Gout Athritis


Reference List: 25 references (2013-2020)

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui oleh tim penguji untuk diuji
Poltekkes Kementerian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III
Keperawatan Poso.

Nama : Moh.Firman

Nim : P00220217025

Poso,

Pembimbing I

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM

NIP. 197307271997031002

Poso,

ii
Pembimbing II

Dafrosia Darmi Manggasa,S.Kep.Ns.M.Biomed

NIP. 198106082005012003

Menyetujui

Ketua Program Studi

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM

NIP. 197307271997031002

iii
LEMBAR TIM PENGESAHAN PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso.
pada tanggal Juni 2020.

Nama : Moh.Firman

Nim : P00220217025

Poso, Juli 2020

Tim Penguji

Penguji 1

Dewi Nurviana Suharto, S.Kep.Ns.M.Kep.Sp.Kep.MB

NIP. 198106082005012003

Penguji 2

iv
I Made Nursana, S.Kep,Ns,M.Kes

NIP. 197106231995031002

Penguji 3

Tasnim, S.Kep,Ns,MM

NIP. 196301401984032001

Mengetahui Menyetujui
Direktur Poltekkes Kemenkes Palu Ketua Jurusan Keperawatan

Nasrul SKM,M.KES SelviAlfridaMangundap,S.Kep.M,Si


Nip.196804051988021001 NIP. 196604191989032002

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat yang

telah diberikan-Nya, sehingga KTI studi literatur yang berjudul “ Studi Literatur

kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan nyeri pada pasien gout

arthritis” ini bisa terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. KTI studi literatur ini

tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah membantu

penulis, diantaranya :

1. Nasrul, SKM,M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Palu

2. Selvi Alfrida Mangundap,S.Kp.M,Si Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu

3. Agusrianto,S.Kep.Ns.MM. Ketua Program Studi Keperawatan Politekknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Prodi D-III Keperawatan Poso.

4. Pembimbing 1 Agusrianto,S.Kep.Ns.MM. yang selalu sabar dan tidak pernah

lelah memberikan masukan dan bimbingannya.

5. Pembimbing 2 Dafrosia Darmi Manggasa ,S.Kep,Ns.,M.Biomed yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian penulisan proposal studi

kasus ini.

6. Agusrianto,S.Kep.Ns.MM.selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis selama belajar di Poltekkes Kemenkes Palu Prodi Poso

vi
7. Bapak/Ibu dan Tenaga Kependidikan Program Studi Keperawatan Poso yang

selama ini telah banyak memberikan bantuan kepada penulis

8. Kedua Orang Tua saya Amin Said dan ibu saya Maemunah Kelung yang

telah membesarkan dan mendidik saya sehingga menjadi seperti sekarang.

Selalu mendukung dan memberikan nasihat agar saya selalu sabar dan ikhlas

selama penyusunan Proposal ini.

9. Ulfiafebriani yang selalu memberikan semangat serta dukungan untuk selalu

sabar dan membantu selama penyusunan Proposal ini.

10. Teman satu tempat tinggal selama studi pembelajaran berjalan sampai dengan

selesai yang selalu menyemangati dan memberikan dukungan sehingga saya

dapat menyelesaikan Proposal Studi kasus ini.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

yang dimiliki penulis maka Proposal Studi Kasus ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

diharapkan penulis untuk dijadikan sebagai perbaikan dalam penyusunan hasil

penelitian.

Poso, Juli 2020

Moh.Firman

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI........................................iii

KATA PENGANTAR..........................................................................iv

DAFTAR ISI........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Tentang Gout Arthritis


1. Definisi...................................................................................6
2. Etiologi................................................................................... 6
3. Manifestasi Klinis.................................................................. 8
4. Patofisiologi........................................................................... 9
5. Pathway................................................................................ 10
6. Komplikasi........................................................................... 12
7. Pemeriksaan penunjang....................................................... 12

viii
8. Penatalaksanaan....................................................................13
B. Tinjauan Tentang Konsep Evidence Based Nursing (EBN)
1. Tinjauan Tentang Kompres Hangat Rebusan Jahe.............. 14
2. Tinjauan Tentang Nyeri .......................................................16

BAB III METODE PENULISAN

A. Metode Penelusuran....................................................................21
B. Alasan Pemilihan Jurnal.............................................................21
C. Subjek studi.................................................................................21
D. Fokus studi..................................................................................22
E. Etika penelitian...........................................................................22

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis.......................................................................................25
B. Pembahasan................................................................................31
C. Hambatan....................................................................................34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.................................................................................35
B. Saran...........................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena

penimbunan kristal monosodium urat didalam tubuh. Asam urat merupakan

hasil metabolis akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang

terdapat dalam inti sel tubuh. Penyebab penumpukan kristal di daerah

persendian diakibatkan kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar asam

urat dalam darah antara 0,5 –0,75 g/ml purin yang dikonsumsi (Jaliana, 2017).

Berdasarkan data Worid Health Organization (WHO, 2018), Prevalensi

gout didunia mengalami kenaikan dengan jumlah 1370 juta jiwa (33,3%).

Prevalensi gout juga meningkat pada kalangan orang dewasa di Inggris

sebesar 3,2% dan Amerika Serikat sebesar 3,9%. Di Korea prevalensi asam

urat meningkat dari 3,49% per 100 orang pada Tahun 2007 menjadi 7,58% per

100 orang pada Tahun 2015. Prevalensi gout di Indonesia mengalami

penurunan. Pada tahun 2013 kejadian Gout Artritis di Indonesia sebesar

11,9% (Riskesdas, 2013) sedangkan pada tahun 2018 prevalensi kejadian

Gout Artritis di Indonesia sebesar 7,3% (Riskesdas, 2018). Hasil data

Riskesdas tahun 2018 mengatakan bahwa prevalensi penyakit sendi pada

lansia di Sulawesi Tengah sebanyak 7,72%. Menurut hasil data Rikesdas tahun

2018 prevalensi penyakit sendi berdasarkan wawancara yang di diagnosis

dokter meningkat seiring dengan bertambah nya umur, demikian juga yang

1
2

didiagnosis dokter atau gejala. Prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (33%

dan 54,8%). Prevalensi yang didiagnosis tenaga kesehatan lebih tinggi pada

perempuan (13,4%) di banding laki-laki (10,3%) namun jika dibandingkan

dengan hasil rikesdas pada tahun 2013 justru pernyakit sendi cenderung

menurun dibeberapa kota besar di Indonesia.

Penyakit gout arthritis dapat menimbulkan banyak komplikasi yang

dapat mempengaruhi penderitanya. Komplikasi yang dapat terjadi akibat dari

gout arthritis meliputi severe degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu

ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin, Kemokin, protease, dan oksidan yang

berperan pada proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi

kronis sehingga dapat menyebabkan sinovitalis kronis, dekstruksi kartilago

dan erosi tulang. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan

pada tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering

disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Penyebab

penumpukan kristal di daerah tersebut diakibatkan tingginya kadar asam urat

dalam darah. Gout Arthritis biasanya paling banyak terdapat pada sendi

jempol jari kaki, sendi pergelangan, sendi kaki, sendi lutut dan sendi siku yang

dapat menyebabkan nyeri yang sedang meradang karena adanya penumpukan

zat purin yang dapat membentuk kristal-kristal yang mengakibatkan nyeri, jika

nyeri yang dialami tidak segera ditangani akan mengakibatkan gangguan

terhadap aktivitas fisik sehari-hari seperti menurunnya aktivitas fisik

(Nahariani, L & Wibowo, 2015).


3

Dampak nyeri gout artritis yang dapat ditimbulkan berupa menurunnya

kualitas hidup penderitanya karena nyeri yang sangat mengganggu aktivitas

sehari-hari. Muncul keluhan pada sendi dimulai dengan rasa kaku atau pegal

pada pagi hari kemudiaan timbul rasa nyeri pada sendi dimalam hari nyeri

tersebut terjadi secara terus menerus sehingga sangat mengganggu

penderitanya (Purnamasari, 2015).

Adapun cara-cara untuk menurunkan nyeri sendi yaitu dengan cara

terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yaitu tindakan

pemberian obat sebagai penurun nyeri, tindakan non farmakologi yang dapat

digunakan untuk menurunkan nyeri sendi antara lain bimbingan antisipasi

distraksi dan kompres (Potter dan Perry, 2016).

Kompres hangat rebusan jahe merupakan tindakan yang sering kali

digunakan sebagai penurun nyeri sendi karena kandungan gingerol dan rasa

hangat yang ditimbulkannya membuat pembuluh darah terbuka dan

memperlancar sirkulasi darah, sehingga suplai makanan dan oksigen lebih

baik dan nyeri sendi berkurang (Utami P, 2015).

Secara alamiah kompres hangat rebusan jahe mempunyai dampak

fisiologis. Kompres hangat rebusan jahe adalah yang berhubungan dengan

komposisi terkandung dalam jahe senyawa-senyawa gingerol, shogaol,

zingeroled diary (heptanoid dan derivatnya) terutama paradol diketahui dapat

menghambat siklooksigenase sehingga terjadi penurunan pembentukan atau


4

biosintesis dari prostaglandin yang menyebabkan berkurangnya rasa nyeri

(Heriana, A 2016).

Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang studi literatur Kompres Hangat Rebusan Jahe

Pada Pasien Gout Arthritis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mencoba melakukan studi

literatur pada beberapa jurnal penelitian untuk mengetahui lebih mendalam

yang berhubungan dengan Kompres Hangat Rebusan Jahe Menurunkan Nyeri

Pada Pasien Gout Arthritis.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dapat mengidentifikasi studi literature yang berhubungan dengan

masalah penelitian

2. Tujuan Khusus

Dapat mengidentifikasi Kompres Hangat Rebusan Jahe Menurunkan

Nyeri Pada Pasien Gout Arthritis

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi
5

Hasil ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi adik-adik

mahasiswa dan menambah keluasan ilmu dalam bidang keperawatan

2. Bagi Peneliti

Hasil ini diharapakan dapat meningkatkan pengalaman pengetahuan

tentang penyakit Gout Arthritis dan bagaimana Penerapan Kompres

Hangat Rebusan Jahe Menurunkan Nyeri untuk memperoleh pengalaman

dalam mengimplementasikan perawatan Nyeri pada Pasien Gout Arthritis

3. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media informasi kepada

perawat tentang manfaat intervensi keperawatan yang mudah untuk

dilakukan, murah, sederhana dan tidak membahayakan pasien dan sudah

dibuktikan oleh peneliti-peneliti terkait intervensi keperawatan khususnya

kompres hangat rebusan jahe


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Gout Arthritis

1. Definisi

Gout athritis menurut Brunner & Suddarth [2015] adalah sekumpulan

kondisi inflamasi kronis yang berhubungan dengan efek metabolisme

purin secara ginetik dan menyebabkan hiperurisemia. Gout arthritis adalah

penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak, berulang dan disertai

dengan rasa nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat atau

asam urat yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya

kadar asam urat di dalam darah hiperurisemia Junaidi.I 2016).

2. Etiologi

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit

/penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering

terjadipada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan

Kelainan metabolikdalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat

yang kurang dari ginjal.

Beberapa factor lain yang mendukung :

a. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik):

6
7

1) Gout arthritis primer metabolik: terjadi karena sintesa atau

pembentukan asam urat yang berlebihan.

2) Gout arthritis metabolik: terjadi karena pembentukan asam urat

berlebihan karena penyakit lain, seperti leukemia, terutama yang

diobati dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan

mielobrosis.

b. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal):

1) Gout renal primer: terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di

tubulidistal ginjal yang sehat.

2) Gout renal sekunder: disebabkan oleh ginjal yang rusak, misalnya

pada glomerulonefritiskronik, kerusakan ginjal kronis (chornic

renal failure).

c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (arthritis gout

akut) secara mendadak, dapat dipicu oleh:

1) Luka ringan

2) Pembedahan

3) Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya

akan protein purin

4) Kelelahan

5) Stres secara emosional

6) Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat,

seperti salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretik), furosemid,


8

asam-asam keton hasil pemecahan lemak sebagai akibat dari

terlalu banyak mengkonsumsi lemak.

7) Kedinginan [Iskandar Junaidi, 2016]

3. Manifestasi Klinis

Manisfestasi sindrom gout mencakup artiritis gout yang akut (serangan

rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan

kristal yang menumpuk dalam jaringan aritukuler, jaringan oseus,jaringan

lunak, serta kartilago), nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukan

asam urat dalam traktus urinarius. Ada empat stadium penyakit gout yang

di kenali :

a. Hiperutisemia asimtomatik

b. Artiritis gout yang kronis

c. Gout interkritikal

d. Gout tofaseus yang kronik

Biasanya, serangan gout pertama hanya menyerang satu sendi dan

berlangsung selama beberapa hari. Kemudian, gejalanya menghilang

secara bertahap, di mana sendi kembali berfungsi dan tidak muncul gejala

hingga terjadi serangan berikutnya. Namun, gout arthritis cenderung akan

semakin memburuk, dan serangan yang tidak diobati akan berlangsung

lebih lama, lebih sering, dan menyerang beberapa sendi. Alhasil sendi

yang terserang bisa mengalami kerusakan permanen.

Lazimnya, serangan gout arthritis terjadi di kaki (monoarthritis).

Namun. 3-14% serangan juga bisa terjadi di banyak sendi (poliarthritis).


9

Biasanya, urutan sendi yang terkena serangan gout arthritis (poliarthritis)

berulang adalah ibu jari kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tanggan,

lutut, dan bursa olekranon pada siku.

Sendi yang terserang gout arthritis akan membengkak dan kulit di

atasnya akan berwarnah merah atau keunguan, kencang dan licin, serta

terasa hangat dan nyeri jika digerakan, dan muncul benjolan pada sendi

(yang disebut tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit diatasnya

akan berwarnah merah kusam dan terkelupas (deskuamasi). Gejala lainya

adalah muncul tofus di helix telinga/pinggiran sendi/ tendon.

Pengendapan kristal urat di dalam sendi dan tendon terus berlanjut dan

menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi. Benjolan

kristal dari kristal urat (tofi) diedapkan dibawah kulit disekitar sendi. Tofi

juga bisa berbentuk di dalam ginjal dan organ tubuh lainya, di bawah kulit

telinga atau di sekitar siku. Jika tidak di obati, tofi pada tangan dan kaki

bisa pecah dan mengeluarkan massa kristal yang menyerupai kapur

Junaidi.I (2016).
10

4. Patofisiologi

Penyakit Gout Arthitis merupakan gangguan metabolisme asam urat

yang memuncak dengan terjadinya endapan garam monosodium urat

dalam sendi dan akhirnya dalam jaringan subkutan. Biasanya Gout

Arthitis di tandai dengan inflamasi sendi yang sangat nyeri dan endapan

urat di sekitar sendi, sering di sertai dengan kadar asam urat yang sangat

tinggi di dalam darah. Senyawa urat berasal dari purin dalam makanan dan

hasil daur ulang penguraian atau perbaikan jaringan.

Pada hiperurisemia, peningkatan pada kadar urat ada dalam cairan

ekstraselular lain, termaksut cairan synovial, dan juga pada plasma. Akan

tetapi cairan synovial merupakan pelarut yang buruk untuk urat dari pada

plasma. Kristal monosodium urat dapat terbentuk dalam cairan synovial

atau dalam membran synovial, kartilago, atau jaringan ikat sendi

lainnya.Kristal cenderung terbentuk pada jaringan perifer tubuh, sementara

itu suhu yang lebih rendah mengurangi kelarutan asam urat. Kristal juga

terbentuk di jaringan ikat dan ginjal. Kristal ini menstimulus dan

melanjutkan proses inflamasi, selama neutrophil berespon dengan ingesti

kristal. Neutrophil melepaskan fagolisosom, menyebabkan kerusakan

jaringan yang menyebabkan terjadinya inflamasi terus menerus dan pada

akhirnya proses inflamasi merusak kartilago sendi dan tulang yang

menyertai.(Lemone Priscilla, Dkk. 2015)

5. Pathway
Asam urat dalam
Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan
serum
sel
11

Metabolisme purin Tdk di sekresi melalui


Asam urat dlm sel keluar
urin

Penyakit ginjal
Asam uarat dalam Kemampuan sekresi (glomerulonetritis
serum meningkat asam urat dan gagal ginjal)
( hiperurisemia ) terganggu/menurun

Hipersaturasi asam Peningkatan asam


urat dlm plasma laktat sebagai Konsumsi alcohol
dan garam urat di produk sampingan
cairan tubuh metabolisme

Terbentuk kristal Di bungkus oleh


monosodium urat berbagai protein Merangsang
(MSU) (termaksud IgG) ( leukosit PMN)

Di ginjal Di jaringan lunak dan Terjadi fagositosis


persendian kristal oleh leukosit

Penumpukan
dan Penumpukan dan
Terbentuk
pengendapan pengendapan MSU
fagolisosom
MSU

Pembentukan
Pembentukan topus
Merusak selaput
batu ginjal protein kristal
asam urat
Respon inflamasi
meningkat
Proteinuria,hiperte
nsi ringan,urin Terjadi ikatan hydrogen
asam,pekat antara permukaan
kristal dgn memberan
lisosom
Resiko
ketidakseimbangan
volume cairan Membran lisosom
robek, terjadi pelepasan
enzym dan oksida
radikal ke sitoplasma
(synovial)
12

hipetermia Pembesaran dan


penonjolan sendi

Peningkatan
kerusakan sendi
Nyeri akut Deformitas sendi

Kontraktur sendi Kekakuan sendi

Kerusakan Fibrosis atau


Hambatan
intergritas akilosis
mobilisasi fisik
jaringan tulang

Sumber :Nurarif Huda Amin, & Kusuma Hardhi. 2015

6. Komplikasi

Gout Arthritis dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit ginjal. Tiga

komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal

akut dan kronis akibat gout arthritis. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25%

pasien dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat meningkat pada

suasana pH urin yang basa.

Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal asam urat akan

mengendap dan terbentuk batu.Gout dapat merusak ginjal sehingga

pembuangan asam urat akan bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout

biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang berlebihan dari sel ganas

saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat

pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat

menyebabkan gagal ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal


13

pada ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal kronik (Kowalak

dkk,2012).

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Kowalak, dkk (2012), penegakan diagnosis gout arthritis

antara lain :

a. Kristal monosodium urat yang mirip jarum dalam cairan sinovial (yang

terlihat melalui aspirasi jarum suntik)

b. Hiperurisemia (kadar asam urat yang lebih dari 420 mmol kreatinin)

c. Kenaikan kadar asam urat dalam ureni 24 jam (biasanya lebih tinggi

pada gout sekunder dibandingkan pada gout primer)

d. Foto rontgen pada awalnya tampak normal, pada penyakit gou arthritis

yang kronis, foto rontgen memperlihatkan kerusakan pada kartilago

sendi dan tulang subkondrium. Pergeseran keluar bagian tepi yang

bergantung dari kontur tulang merupakan ciri khas penyakit gout

arthritis

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

1) Kolkisin (oral parenteal), NSAID seperti indomerasin, atau

kortikosteroid diresepkan untuk meredakan serangan gout arthritis

akut.
14

2) Hiperurisemia, tofi, penghancuran sendi, dan masalah ginjal

diterapi setelah proses inflamasi akut redah.

3) Agnes urikosurik, seperti probenesid, memperbaiki hiperurisemia

dan melarutkan deposit urat.

4) Allopurinol efektif ketika beresiko terjadi insufisiensi ginjal atau

batu ginjal.

5) Kortikosteroid dapat digunakan pada pasien yang tidak berespon

terhadap terapi lain.

6) Terapi profilaksis dipertimbangkan jika pasien mengalami

beberapa episode akut atau terjadi pembentukan tofi.

b. Penatalaksanaan keperawatan

Dorong pasien untuk membatasi konsumsi makanan tinggi purin,

terutama daging organ (jeroan), dan membatasi asupan alkohol.

Dorong pasien untuk mempertahankan berat tubuh normal. Upaya ini

dapat membantu mencegah episode gout arthritis yang nyeri.

Pada episode gout arthritis akut, penatalaksanaan nyeri sangat

penting. Tinjaumedikasi bersama pasien dan keluarga. Tekankan

pentingnya men medikasi untuk mempertahankan efektivitas.

B. Tinjauan Tentang Konsep Evidence Based Nursing (EBN)

1. Tinjauan Tentang Kompres Hangat Rebusan Jahe

Pemberian Kompres hangat merupakan mekanisme penghambat

reseptor nyeri pada serabut saraf besar dimana akan mengakibatkan


15

terjadinya perubahan mekanisme yaitu gerbang yang akhirnya dapat

memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum sampai ke

kortes serebri menimbulkan persepsi nyeri dan reseptor otot sehingga nyeri

dapat berkurang (Potter & Perry,2016). Jahe memiliki efek antiradang

sehingga dapat digunakan untuk mengatasi peradangan dan mengurangi

rasa nyeri akibat asam urat. Efek aktif jahe terdiri dari

gingerol,gingerdione dan zingeron yang berfungsi menghambat

leukotriene dan prostaglandin yang merupakan mediator radang

(Herliana,2013).

Junaidi (2016) mengungkapkan manfaat kompres hangat jahe pada

asam urat dapat melancarkan peredaran darah, memberikan perasaan

nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh, melemaskan otot dan

melenturkan jaringan ikat, mengurangi penekanan atau kompresi dan nyeri

pada sendi. Kompres dilakukan pada penderita asam urat karena dapat

mengurangi nyeri, menambah kelenturan sendi, mengurangi penekanan

atau kompresi dan nyeri pada sendi, melemaskan otot dan melenturkan

jaringan ikat. Selain itu menurut Rusnonto (2015), kompres hangat jahe

juga dapat digunakan pada perut kembung.

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)


KOMPRES HANGAT REBUSAN JAHE
Pengertian Terapi panas dan dingin merupakan terapi non
farmakologi yang menggunakan suhu untuk
meredahkan nyeri dengan menghambat reseptor nyeri
seperti nosiseptor dalam menghantarkan rasa ambang
nyeri.
Tujuan 1. Untuk menurunkan intensitas nyeri yang
16

dirasakan.
2. Sebagai terapi alternative selain terapi
farmakologis.
Alat dan bahan 1. Washlap/ handuk
2. Wadah atau mangkok
3. Air 1 liter (1000 cc)
4. Jahe 3-5 rimpang (±100 gram)
5. Air hangat rebusan jahe dengan suhu 37oC-40oC
Persiapan Klien Responden diberi penjelasan dari inform consent
Prosedur 1. Cuci bersih 5 rimpang jahe (±100 gram)
2. Lalu iris tipis-tipis jahe yang sudah di cuci bersih
3. Setelah itu masukkan irisan jahe kedalam 1 liter
air (1000 cc)
4. Rebus irisan jahe sampai air mendidih
5. Tuang rebusan jahe kedalam wadah/ mangkok
6. Kemudian tunggu hingga suhu rebusan jahe
menjadi hangat tanpa campuran air dingin (400
cc)
7. Masukkan washlap atau handuk kecil kedalam
wadah/ mangkok rebusan jahe hangat
8. Peras washlap/ handuk kecil sampai lembab dan
kemudian tempelkan pada area yang nyeri hingga
ke hangatan washlap/ handuk kecil terasa
berkurang
9. Ulangi langkah tersebut ± 15-20 menit.

2. Tinjauan Tentang Nyeri

a. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman pribadi, subyektif, yang dipengaruhi oleh

budaya, persepsi seseorang, perhatian dan variabel-variabel psikologis

lain, yang mengganggu perilaku berkelanjutan dan memotivasi setiap

orang untuk menghentikan rasa tersebut (Judha, 2010 dalam

Andarmoyo, 2013).
17

Nyeri sendi pada penderita Artitis Gout terjadi karena adanya

endapan kristal monosodium urat yang terkumpul di dalam sendi

sebagai akibat dari tingginya kadar Artitis Gout didalam darah

(Tjokroprawiro, A, et all, 2015).

b. Penyebab nyeri

Menurut Asmadi (2008) penyebab rasa nyeri dapat digolongkan

menjadi dua bagian, yaitu yang berhubungan dengan fisik,Nyeri yang

disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut

saraf reseptor nyeri. Penyebab nyeri secara fisik yaitu akibat trauma

(trauma mekanik, kimiawi, maupun elektrik ).

c. Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri

adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap

stimulus kuat yang potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga

nocireseptor, secara anatomis reseptor nyeri (nociseptor) ada yang

bermielien dan ada juga yang tidak bermielien dari syaraf perifer

(Tamsuri, A, 2007)

Berdasarkan letaknya, nocireseptor dapat dikelompokkan dalam

beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatic dalam

(deep somatic), dan pada daerah visceral. Karena letaknya yang

berbeda-beda inilah, maka nyeri yang ditimbulkan juga memiliki

sensasi yang berbeda (Tamsuri, A, 2007).


18

d. Klasifikasi Nyeri

Manurut Andarmoyo, 2013 sebagai berikut :

1) Nyeri berdasarkan durasi

a) Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut,

penyakit atau intervesi bedah yang memiliki awitan yang cepat,

dengan intensitas yang bervariasi (dari ringan sampai berat)

dan berlangsung untuk waktu singkat.

b) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermitten yang

menetap sepanjang suatu bperiode tertentu.

c) Nyeri berdasarkan asal

1. Nyeri Nosiseptif

Nyeri nosiseptif (nociceptive pain) adalah nyeri yang

diakibatkan oleh aktivitas atau sensitisasi nosiseptor perifer

yang merupakan reseptor khusus yang menghantarkan

stimulus noxious.

2. Nyeri Neouropatik

Nyeri neuropatik adalah hasil suatu cedera atau

abnormalitas yang didapat pada struktur saraf perifer

maupun sentral.

d) Nyeri berdasarkan lokasi

1. Superfisial atau kutaneus


19

Superfisial atau kutaneus adalah nyeri yang disebabkan

stimulus kulit.

2. Visceral dalam

Visceral dalam adalah nyeri yang terjadi akibat stimulus

organ-organ internal.

3. Nyeri alih

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri

visceral karena banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri.

4. Radiasi

Radiasi merupakan sensasi nyeri yang meluas dari

tempat awal cidera kebagian tubuh yang lain.

e. Penilaian Respon Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa

parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat

subyektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang

sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri,

2007). Intensitas nyeri seseorang dapat diukur dengan menggunakan

skala nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002). Skala nyeri tersebut adalah :

1) Skala Wong Baker/Faces Pain Score

Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang bertingkat dari

wjah yang tersenyum untuk ‘tidak ada nyeri’ sampai wajah yang

berlinang air mata untuk ‘nyeri paling buruk’. Kelebihan dari skala

wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri yang
20

dialaminya sesuia dengan gambar yang telah ada dan membuat

usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana.

Gambar 1.1 Skala Wong Baker

2) NuNumerac Ratting Scale (NRS)

Suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa

nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala

numeral dari 0-10. Angka 0 berarti ‘no pain’ dan 10 berarti ‘severe

pain’ (nyeri hebat).Numeric Ratting Scale lebih digunakan sebagai

alat pendeskripsi kata.


21

Gambar 2.2 Numeral Ratting Scale

Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri

sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Ketika menggunakan

Numeric Ratting Scale, skala 0-3 mengindikasikan nyeri ringan, 4-6

nyeri sedang, dan 7-10 nyeri hebat.

Ket : 0 : Tidak ada nyeri

1 : Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut-nyutan

2 : Nyeri seperti melilit atau terpukul

3 : Nyeri seperti perih

4 : Nyeri seperti kram atau kaku

5 : Nyeri seperti tertekan atau bergerak

6 : Nyeri seperti terbakar atau tertusuk-tusuk

7, 8, 9 : Sangat nyeri, tetapi masih dapat di kontrol oleh klien

10 : Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol


22
BAB III
METODE PENULISAN

A. Metode Penelusuran

Penelusuran studi literatur ini dilakukan melalu website google scholar

dengan menggunakan kata kunci Kompres Hangat Rebusan Jahe

B. Alasan Pemilihan Jurnal

Jurnal ini dipilih karena intervensi yang digunakan dalam penelitian

memuat tentang intervensi keperawatan mandiri dalam memenuhi masalah

keperawatan pada pasien Gout Arthritis. Selain itu, jurnal ini merupakan

jurnal publikasi terbaru (2015-2020) untuk jenis intervensi yang di lakukan

adalah non-farmakologi.

C. Subjek Studi

1. Jurnal Gout Arthritis

a. Khoiroh Umah & Ursula Fitria Anggreini (2018) Kompres Hangat

Rebusan Jahe Berpengaruh Pada Nyeri Sendi Lansia Penderita Asam

Urat

b. Sunarti & Alhuda (2018) “ Pengaruh Kompres Hangat Jahe Merah

(Zingiber Officinale Roscoe) Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis

Reumatoid Pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan

Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

23
24

c. Lexy Oktora Wilda & Bentar Panorama (2020) “Kompres Hangat Jahe

Terhadap Perubahan Nyeri Pada Lansia Dengan Artritis Gout”.

d. Rita Merliana, Novita Elisabeth Daeli & Morlina Sitanggang (2019)

Perbedaan Kompres Air Hangat Dan Jahe Merah Terhadap Tingkat

Nyeri Gout Lansia.

e. Selawati, Lestari Eko Darwati & Santoso Tri Nugraha (2016) Kompres

Hangat Jahe Atau tanpa jahe Menurunkan Nyeri Sendi Lutut Lansia.

D. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian studi lieratur ini yaitu mengidentifikasi hasil

penelitian tentang Kompres Hangat Rebusan Jahe Menurunkan Nyeri pada

pasien Gout Arthritis.

E. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memahami prinsip – prinsip

etika dalam penelitian karena penelitian yang akan dilakukan menggunakan

subyek manusia, dimana setiap manusia mempunyai hak masing-masing yang

tidak bias dipaksa. Beberapa etika dalam melakukan penelitian diantaranya

adalah :

1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Informed Consent adalah suatu persetujuan atau sumber izin, yang

diberikan setelah mendapatkan informasi atau pernyataan pasien/keluarga


25

yang berisi persetujuan atas rencana tindakan medis yang diajukan setelah

menerima informasi yang cukup untuk dapat penolakan atau persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity adalah kiasan yang menggambarkan seseorang tanpa nama

atau tanpa identitas pribadi. Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

istilah Anonimity dipakai untuk menyembunyikan identitas pasien. Contoh

: nama klien tn. kamarudin, dapat pendokumentasian asuhan keperawatan

nama klien di tulis dalam inisial yaitu Tn. K.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality atau kerahasiaan adalah pencegahan bagi mereka yang

tidak berkepentingan dapat mencapai informasi, berhubungan data yang

diberikan ke pihak lain untuk keperluan tertentu dan hanya diperbolehkan

untuk keperluan tertentu.

4. Prinsip Autonomi

Prinsip autonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu

berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Tidak ada paksaan

ataupun ancaman. kesediaan berasal dari keputusan klien setelah di

jelaskan prosedur dan tujuan dari pemberian tindakan keperawatan yang

akan dilakukan.

5. Prinsip Beneficience

Beneficience berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan

juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan

kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
26

lain. Dalam penelitian ini diharapkan tindakan keperawatan yang diberikan

kepada klien untuk mencegah nyeri pada kasus Gout Arthritis.

6. Non Maleficience

Non malafiesien adalah Prinsip yang berarti segala tindakan

keperawatan yang dilakukan pada pasien Gout Arthritis menimbulkan

bahaya / cedera secara fisik dan psikologik.

7. Prinsip Justice

Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat

bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan

keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

tidak memilih pasien berdasarkan status sosial, RAS, suku dan agama

dalam memberikan tindakan keperawatan.


27
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis

No Peneliti (Tahun& Tujuan Desain Responden Pengumpulan Data Hasil Penelitian


Judul) Penelitian Penelitian
1 Khoiroh Umah & Untuk Pra Responden 1. Skala Nyeri Sendi Sebelum dilakukan
Ursula Fitria menurunkan Eksperimental pada penelitian Sebelum Intervensi intervensi kompres hangat
Anggreini (2018) nyeri sendi dalam satu ini berjumlah 2. Skala Nyeri Sendi rebusan jahe nilai rata-rata
Kompres Hangat pada lansia kelompok (One 16 responden Sesudah Intervensi nyeri sendi 5,19 dan sesudah
Rebusan Jahe penderita asam Group Pre dengan teknik dilakukan intervensi
Berpengaruh Pada urat. test-Post test purposive kompres hangat rebusan
Nyeri Sendi Design. sampling jahe nilai rata-rata nyeri
Lansia Penderita Kelompok sendi 2,44 nilai signifikan
Asam Urat subyek (2-tailed) = 0,00 yang
diobservasi berarti bahwa (α hitung) ≤
sebelum 0,05 maka H1 diterima dan
dilakukan H0 ditolak artinya ada
intervensi, pengaruh kompres hangat
kemudian rebusan jahe terhadap
diobservasi penurunan nyeri sendi
lagi setelah di lansia penderita asam urat.
intervensi.
2 Sunarti & Alhuda Untuk Pre- Teknik 1. Skala nyeri pre-test Skala nyeri setelah
(2018) “ mengetahui eksperiment pengambilan 2. Skala nyeri post-test dilakukan pemberian
Pengaruh Pengaruh dengan sampel dalam kompres hangat jahe merah
Kompres Hangat Kompres menggunakan penelitian ini dapat dilihat bahwa dari 20

28
29

Jahe Merah Hangat Jahe rancangan adalah Teknik orang responden mengalami
(Zingiber Merah one-group purposive penurunan skala nyeri
Officinale Terhadap pre–post tes sampling setelah dilakukan kompres
Roscoe) Terhadap Penurunan design yaitu dengan jumlah hangat jahe merah dari skala
Penurunan Skala Skala Nyeri penelitian yang sampel 20 nyeri sangat berat menjadi
Nyeri Artritis Artritis mencoba untuk responden,. nyeri berat 20% (4 orang),
Reumatoid Pada membuktikan nyeri berat menjadi nyeri
Lansia di UPT. pengaruh sedang 30% (6 orang), nyeri
Pelayanan Sosial tindakan pada sedang ke nyeri ringan 40%
Lanjut Usia dan satu kelompok (8 orang), dan nyeri ringan
Anak Balita subjek, 10% (2 orang) ke tidak ada
Wilayah Binjai kelompok nyeri.
dan Medan. subjek
diobservasi
sebelum
dilakukan
intervensi,
kemudian
diobservasi
kembali
setelah
dilakukan
intervensi
untuk
mengetahui
akibat dari
perlakuan.
30

3 Lexy Oktora Untuk Pre Sampel 1. Nyeri Pretest Hasil penelitian ini
Wilda & Bentar mengetahui eksperiment diambil menunjukkan bahwa dari 15
Panorama (2020) pengaruh dengan dengan teknik orang sebelum diberi
“Kompres Hangat kompres pendekatan Total kompres hangat jahe, yaitu
Jahe Terhadap hangat jahe One Group Sampling memiliki nyeri 5 dan setelah
Perubahan Nyeri terhadap PrePost Test sehingga diberikan kompres hangat
Pada Lansia perubahan Design yaitu diperoleh jahe mengalami perubahan
Dengan Artritis nyeri pada penelitian yang jumlah sampel nyeri menjadi 2. Hasil uji
Gout” lansia dengan menggunakan sebanyak 15 Paired Sample T-Test p-
artritis gout di mengukur responden. value = 0,000 ≤ α (0,05),
Prolanis dengan skala sehingga Ha diterima yang
Ngetos nyeri/skala berarti ada pengaruh
Wilayah Kerja angka. kompres hangat jahe
Puskesmas terhadap perubahan nyeri
Ngetos pada lansia dengan artritis
Kabupaten gout di Prolanis Ngetos
Nganjuk. Wilayah Kerja Puskesmas
Ngetos Kabupaten Nganjuk.
4 Rita Merliana, Untuk Eksperimen Teknik Data Demografi : Hasil penelitian ini
Novita Elisabeth mengetahui semu (quasi pengambilan 1. Usia menunjukkan bahwa hasil
Daeli & Morlina Perbedaan exsperiment sampel dengan 2. Jenis kelamin uji Mann-Whitney
Sitanggang Kompres Air design) dengan Total sampling 3. Kadar Asam Urat didapatkan nilai uji Z (-
(2019) Perbedaan Hangat Dan rancangan time dengan kriteria 4. Tingkat Nyeri 0,647) dan nilai p = 0,518
Kompres Air Jahe Merah series design. inklusi (Pretest) yang artinya tidak ada
Hangat Dan Jahe Terhadap Mann-whitney. sehingga di 5. Tingkat Nyeri perbedaan kompres air
Merah Terhadap Tingkat Nyeri peroleh jumal (Posttest) hangat dan kompres jahe
Tingkat Nyeri Gout Lansia sampel merah terhadap penurunan
Gout Lansia. sebanyak 42 tingkat nyeri gout pada
31

responden lansia di Panti Werdha


Palembang. Dilihat dari
nilai mean rank terapi
kompres jahe merah (20,50)
dan kompres air hangat
(22,50), terapi kompres air
hangat dan kompres jahe
merah sama-sama bagus
tetapi lebih efektif kompres
jahe merah dalam
menurunkan tingkat nyeri
gout pada lansia.
5 Selawati, Lestari Untuk Quasi Sampel Data Demografi Hasil penelitian dengan
Eko Darwati & mengetahui Experiment penelitian 1. Umur menggunakan uji Mann-
Santoso Tri perbedaan dengan menggunakan 2. Jenis kelamin Whitney menunjukan tingkat
Nugraha (2016) efektivitas rancangan total populasi 3. Tingkat Nyeri nyeri sebelum dan setelah
diberikan kompres hangat
Kompres Hangat kompres pretest postest berdasarkan
tanpa tambahan bahan dan
Jahe Atau tanpa hangat tanpa (Pretest- kriteria inklusi kompres hangat rebusan jahe
jahe Menurunkan tambahan Postest). dan kriteria didapatkan hasil nilai p value
Nyeri Sendi Lutut bahan dengan eksklusi yaitu 0,710 > 0,05. Berdasarkan
Lansia kompres sejumlah 40 hasil tersebut dapat diambil
hangat rebusan responden kesimpuan bahwa H0 gagal
jahe dalam dengan 20 ditolak yang berarti tidak ada
menurunkan responden beda kompres hangat tanpa
nyeri sendi mendapatkan tambahan bahan dan kompres
lutut pada perlakuan hangat rebusan jahe terhadap
lansia. kompres penurunan tingkat nyeri sendi
lutut pada lansia di Desa
hangat tanpa
Bulugede Kecamatan Patebon
32

tambahan Kabupaten Kendal. Sehingga


bahan dan 20 tidak ada perbedaan pada
responden kedua perlakuan tersebut.
lainnya Tetapi, keduanya sama-sama
bisa menurunkan nyeri sendi
mendapatkan
lutut pada lansia
perlakuan
kompres
hangat dengan
rebusan jahe.
33

B. Pembahasan

Peningkatan kadar asam urat dalam darah sering di sebut dengan

Hiperurisemia yang mengakibatkan terjadinya endapan kristal monosodium

urat dan terjadi penumpukan di dalam sendi yang menyebabkan terjadinya

gout (Noor, 2016). Peningkatan asam urat dalam darah merupakan salah satu

manifestasi klinik dari penyakit gout. Gout dapat menyerang siapa saja

walaupun dalam keadaan normal sekalipun, wanita lebih sering mengalami

gout pada masa menopouse (Mumpuni Y, 2016). Menurut Black dan Hawks

(2015), manifestasi klinis gout dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal

hingga terjadinya kecacatan, peradangan, pembengkakan, kemerahan, dan

rasa nyeri.

Nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang di manifestasikan sebagai

penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan

fantasi luka mengacu kepada teori dari asosiasi nyeri internasional,

pemahaman tentang nyeri lebih menitik beratkan bahwa nyeri adalah kejadian

fisik, yang tentu saja untuk penatalaksanaan nyeri menitik beratkan pada

manipulasi fisik. Nyeri diperkenalkan sebagai suatu pengalaman emosional

yang penatalaksanaannya tidak hanya pengelolaan fisik semata, namun

penting juga untuk melakukan manipulasi (tindakan) psikologis untuk

mengatasi nyeri (Tamsuri, 2014).

Menurut Mumpuni (2016), penanganan asam urat secara farmakologi

adalah dengan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) seperti ibuprofen,
34

naproxen dan allopurinol. Upaya penunjang lain untuk mengatasi nyeri asam

urat adalah dengan pengobatan non farmakologis, yaitu dengan

memanfaatkan bahan-bahan herbal yang dikenal turun temurun oleh

masyarakat dapat berkhasiat menurunkan nyeri, salah satunya adalah jahe.

Secara alamiah kompres hangat rebusan jahe mempunyai dampak

fisiologis. Kompres hangat rebusan jahe bisa mengurangi nyeri karena jahe

memiliki kandungan senyawa gingerol dan shogoal yakni senyawa panas dan

pedas jahe yang memiliki sifat anti inflamasi non steroid dimana dapat

menekan sintesis prostaglandin dan siklooksigenase, rasa pedas dan hangat

dari kompres hangat rebusan jahe akan mengurangi peradangan, meredakan

nyeri, kaku dan spasme otot (Savitri A, 2016).

Upaya kompres hangat rebusan jahe ini dirasakan lebih unggul

dibandingkan tindakan nonfarmakologis lainnya dikarenakan tindakan ini

lebih efektif dan efisien serta di dapat hasil yang optimum dibandingkan

dengan teknik lainnya, selain itu juga pasien dapat mengerjakannya sendiri

tanpa bantuan oleh orang lain, selain obatobatan dan terapi untuk pertolongan

pertama.Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan kompres hangat rebusan

jahe untuk menurunkan nyeri sendi pada lansia yang menderita asam urat.

Berdasarkan hasil penelitian Umah & Anggreini (2018) menunjukan

bahwa sebelum dilakukan intervensi kompres hangat rebusan jahe sebagian

besar mengalami nyeri sedang sebanyak 10 responden. Dan sesudah

dilakukan kompres hangat rebusan jahe sebagian besar mengalami nyeri


35

ringan sebanyak 13 responden. Hasil uji statistik Wilcoxon nilai sign (2-

tailed) p = 0,00 yang berarti (αhitung) ≤ 0,05 maka H1 diterima dan H0

ditolak artinya ada pengaruh kompres hangat rebusan jahe terhadap

penurunan nyeri sendi pada lansia penderita asam urat.

Menurut hasil penelitian Sunarti & Alhuda (2018) menyatakan bahwa

pengaruh pemberian kompres hangat jahe merah terhadap penurunan skala

nyeri artritis reumatoid, dengan jumlah responden 20 orang responden di

peroleh rata-rata 3,60 dengan standar deviasi 940 sebelum dilakukan kompres

hangat jahe merah (pre-test) dan terjadi penurunan skala nyeri setelah

kompres hangat jahe merah yaitu 2,60 dengan standar deviasi 940.

Berdasarkan hasil perhitungan wilcoxon signed rank test, maka nilai Z -4.472

dengan (p=0.000) <0.05 sehingga keputusan hipotesis maka H0 ditolak.

Disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kompres hangat jahe

merah terhadap penurunan skala nyeri artritis reumatoid pada lansia.

Sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan Wilda & Panorama

(2020) menunjukkan bahwa dari 15 responden lansia di Prolanis Ngetos

Wilayah Kerja Puskesmas Ngetos Kabupaten Nganjuk, sebagian kecil

memiliki nyeri prestest level 5 kemudian mengalami perubahan nyeri posttest

menjadi level 2, yaitu sebanyak 3 responden (20,0%). Ditunjukkan pula

sebagian kecil responden memiliki nyeri prestest 7 kemudian mengalami

perubahan nyeri posttest menjadi 2, yaitu sebanyak 3 responden (20,0%).

Hasil pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan Uji Paired Sample

TTest menghasilkan nilai p-value = 0,000 ≤ α (0,05), sehingga H0 ditolak atau


36

Ha diterima. Dengan demikian berarti ada pengaruh kompres hangat jahe

terhadap perubahan myeri pada lansia dengan artritis gout di Prolanis Ngetos

Wilayah Kerja Puskesmas Ngetos Kabupaten Nganjuk.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Merliana, Daeli &

Sitanggang (2019) kedua intervensi kompres air hangat dan jahe merah dapat

mengurangi tingkat nyeri gout. Tidak ada perbedaan antara kompres jahe

merah dan kompres air hangat dengan pvalue= 0,518, namun nilai Mean rank

terapi kompres jahe merah = (20,50), kompres air hangat = (22,50), yang

artinya kompres jahe merah lebih efektif dalam mengurangi tingkat nyeri

gout. Menunjukkan bahwa terjadi perubahan rata-rata tingkat nyeri dilakukan

intervensi kompres jahe merah pada pasien dengan gangguan nyeri sendi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Selawati, Darwati &

Nugraha (2016) menunjukan bahwa tingkat nyeri sebelum dan setelah

diberikan kompres hangat rebusan jahe dengan menggunakan uji statistik

paired t-test didapatkan hasil t hitung 15,916 > t tabel 2,085 dengan nilai p

value =0,000 yang berarti ada pengaruh pemberian kompres hangat rebusan

jahe terhadap tingkat nyeri sendi lutut pada lansia di Desa Bulugede

Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal dengan tingkat kepercayaan 95 %. Hal

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres hangat rebusan jahe

terhadap tingkat nyeri sub akut dan kronis pada lanjut usiadengan

osteoarthtritis lutut dengan hasil adanya perbedaan skala nyeri yang signifikan

antara sebelum dikompres hangat rebusan jahe dengan sesudah dikompres

hangat rebusan jahe.


37

C. Hambatan

Hambatan yang dialami oleh peneliti dalam menyusun studi literatur ini

yaitu sulitnya proses pencarian jurnal yang berhubungan dengan judul studi

literatur nasional maupun internasional. Selain itu, jaringan internet yang

kurang memadai juga menjadi hambatan dalam penyusunan studi literatur ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari 5 penelitian yang di peroleh analisis didapatkan bahwa sebelum

dilakukan kompres hangat rebusan jahe sebagian besar responden mengalami

nyeri sendi sedang.Sesudah dilakukan kompres hangat rebusan jahe sebagian

besar responden mengalami nyeri sendi ringan. Ada pengaruh sebelum dan

sesudah dilakukan kompres hangat rebusan jahe menurunkan nyeri sendi

penderita asam urat.

B. Saran

Dari studi literatur ini penulis merekomendasikan perlunya pengetahuan

diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih baik dan hendaknya

peneliti mengkaji lebih dalam tentang faktor yang bisa diubah menyebabkan

nyeri sendi pada lansia penderita asam urat. Responden yang diberikan

kompres hangat rebusan jahe ditempat yang sama dapat menggunakan

kelompok pembanding.

38
39
DAFTAR PUSTAKA

Black, M. J., & Hawks H.J., (2015). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis Untuk Hasil yang diharapkan Edisi 8-Buku 1. Jakarta: CV Pentasda
Media Edukasi

Heriana, Arif. (2016) Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri 1. Jakarta : Penebar
Swadaya

Jaliana. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asam Urat


Pada Usia 20-44 Tahun Di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
2017. Sulawesi :Jurnaln Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol.3/No.2

Junaidi, I. (2016). Rematik dan Asam Urat. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Khoiroh Umah & Ursula Fitria Anggreini. (2018) Kompres Hangat Rebusan Jahe
Berpengaruh Pada Nyeri Sendi Lansia Penderita Asam Urat. Journals of
Ners Community. Vol:09,No.02,Hal.161-167

Kowalak, Welsh & Mayer. (2013). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Lexy Oktora Wilda & Bentar Panorama. (2020).Kompres Hangat Jahe Terhadap
Perubahan Nyeri Pada Lansia Dengan Artritis Gout. Journals of Ners
Community. Vol.11, No.01,Hal. 28 – 34

Margowati, Sri., Priyanto S. (2017). Pengaruh Penggunaan Kompres Kayu Manis


Terhadap Penurunan Nyeri Penderita Arthritis Gout. UAD. Yogyakarta

Mumpuni, Yekti & Wulandari, Ari (2016). Cara Jitu Mengatasi Asam Urat.
Yogyakarta: Rapha Publishing.

Noor, Zairin. (2016) Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal Edisi 2. Jakarta:


Salemba Medika.

40
41

Nahariani, Lismawati & Wibowo (2015). Hubungan antara aktivitas fisik dengan
intensitas nyeri sendi pada lansia di panti Werdha , Volume 2, No 2.
Publikasi tanggal 4 September 2013.

Nurarif, Amin Huda, Hardi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta:
Medication.

Potter & Perry. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Proses dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC

Priscilia LeMone, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.
EGC

Purnamasari, Siti D, & Anita Dyah L. (2015) Kompres Air Rendaman Jahe Dapat
Menurunkan Nyeri Pada Lansia Dengan Asam Urat di Desa Cengkalsewu
Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Masyarakat,Vol.1No.4

Riskesdas (2018) Prevalensi Penyakit Sendi Menurut Provinsi 2013-2018

Rita Merliana, Novita Elisabeth Daeli & Morlina Sitanggang. (2019). Perbedaan
Kompres Air Hangat Dan Jahe Merah Terhadap Tingkat Nyeri Gout
Lansia. JKSP Vol.2,No.2,31 Agustus 2019 ISSN 2615-6571

Rusnoto, et al. (2015). Pemberian Kompres Hangat Memakai Jahe Untuk


Meringkan Skala Nyeri Pada Pasien Asam Urat Di Desa Kedungwung
Kecamatan Tegawanu Kabupaten Geroban. Skripsi Stikes Muhammadiyah
Kudus Jawa Tengah

Savitri, Astrid. (2016). Tanaman Ajaib Basmi Penyakit Dengan TOGA (Tanaman
Obat Keluarga). Depok: Bibit Publisher

Selawati, Lestari Eko Darwati & Santoso Tri Nugraha. (2016). Kompres Hangat
Jahe Atau tanpa jahe Menurunkan Nyeri Sendi Lutut Lansia. Jurnal Ilmiah
42

Permas: Jurnal Ilmiah STIKES KendalVol.6,No.2, Hal.45-53,Oktober2016.


ISSN : 2089-0834

Sunarti & Alhuda (2018). Pengaruh Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber
Officinale Roscoe) Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Reumatoid
Pada Lansia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita
Wilayah Binjai dan Medan. Jurnal Keperawatan Priority,Vol.1,No.1, Januari
2018, ISSN 2614-4719

Tamsuri, A., 2014. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, EGC, Jakarta

Utami, P. & Puspaingtyas, D. E. (2015). The Miracle of Herbs : Daun, Umbi,


Buah, dan Batang Tanaman Ajaib Penakluk Aneka Penyakit. Jakarta: PT.
Agro Media Pustaka

World Health Organization. (2018). Penderita Asam Urat.

Yuniarti, E. V, Windartik, E., & Akbar, A. (2017). Effect Of Red Ginger


Compress To Scale Of Pain Gout Arthritis Patients. Jurnal Of Scientific &
Technology Research, 6(10), 133-137.

Anda mungkin juga menyukai