KONSULTASI GIZI
PUSKESMAS LINGKAR BARAT KOTA BENGKULU
Disusun Oleh :
Osrina
P05130215027
Dosen Pembimbing :
Arie Krisnasary, S. Gz., M. Biomed
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Belajar Lapangan
Konsultasi Gizi
Kamsiah,SST., M. Kes
NIP. 197408181997032003
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................................... 2
C. Lokasi ....................................................................................................................... 2
D. Manfaat..................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hipertensi ................................................................................................. 4
B. Penyebab Hipertensi .................................................................................................. 4
C. Faktor – factor Resiko Hipertensi ................................................................................. 5
D. Patofisiologi ............................................................................................................... 6
E. Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 8
F. Komplikasi hipertensi.................................................................................................. 8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Assesment .............................................................................................................. 10
B. Dioagnosa Gizi ........................................................................................................ 11
C. Intervensi ................................................................................................................ 11
D. Monitoring Evaluasi .................................................................................................. 12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 13
B. Saran ..................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 14
LAMPIRAN........................................................................................................................ 15
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT berkat rahmat dan karunia-Nya, kami telah
menyelesaikan penyusunan laporan praktek belajar lapangan (PBL) Konsultasi Gizi di
Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu. Laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi
standar kompetensi prodi DIV Gizi pada mata kuliah Konsultasi Gizi.
Penyusunan laporan Konsultasi Gizi ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu (Darwis, S.Kp., M.Kes)
2. Kepala Jurusan Gizi (Kamsiah,SST., M. Kes)
3. Ka. UPTD Puskesmas Lingkar Barat (Zumratul Aini, S.Sos., M.Kes)
4. Pembimbing lapangan / TPG (Dian Feriani, AMG) dan seluruh staf UPTD
Puskesmas Lingkar Barat
5. Pembimbing akademik (Arie Krisnasary, S Gz., M.Biomed)
6. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktek
Belajar Lapangan (PBL)
Yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca yang
bersifat membangun demi perbaikan laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) Konsultasi
Gizi yang akan datang. Penulis berharap semoga tugas ini dapat berguna bagi para
pembaca.
Bengkulu, 2018
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan
oleh manusia.Menurut Undang-Undang RI NO. 36 Tahun 2009 dalam Notoatmodjo
(2010), pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggitingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produtif secara sosial dan ekonomis.
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan sistemik diatas 140 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Brunner & Suddarth (2005) dalam Wijaya & putri
(2013). Hipertensi juga salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan
mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan
produktivitas seseorang.Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai hipertensi primer atau
hipertensi esensial yang merupakan 95 % dari seluruh pasien hipertensi dan hipertensi
sekunder Sudayo, dkk, 2007).
Sugiharto (2007) dalam Masriadi (2016), mengemukakan bahwa hipertensi
sekunder merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner dan diabetes,
kelainan sistem saraf pusat. Sedangkan menurut Brunner & Suddart, (2015), Penyebab
hipertensi primer adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan,
kopi, obat– obatan, faktor keturunan.Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadinya
komplikasi. Komplikasi yang terjadi apabila tekanan darah tinggi tidak diobati dan
ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri
didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ jantung, otak, ginjal dan mata, sehingga
dapat mengakibatkan gagal jantung, resiko stroke, kerusakan pada ginjal dan
kebutaan.
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga
dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) Angka memperkirakan, jumlah
penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
1
membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 % warga dunia terkena
hipertensi.Presentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara
berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari
WHO menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi,
sedangkan negara maju hanya 35 %.
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut RISKESDAS tahun 2013 yang di dapat
melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %, tertinggi dibangka belitung
( 30, 9 % ) diikuti kalimantan selatan ( 30,8 % ), kalimantan timur ( 29,6 % ) dan jawa
barat ( 29,4 % ). Prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, yang di diagnosis tenaga kesehatan
atau sedang minum obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang minum obat sendiri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pada kegiatan PBL, mahasiswa DIV Gizi diharapkam memiliki kemampuan
untuk dapat memahami dan melakukan thapan-tahapan konsultasi gizi pada
masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan tahapanan persiapan gizi pada masyarakat
kelompok rawan gizi.
b. Mahasiswa mampu melakukan tahapan perencanaan konsultasi gizi pada
masyarakat kelompok rawan gizi dengan menyertakan Satuan Acara Pelaksaan
(SAP).
c. Mahasiswa mampu melakukan tahapan pelaksanaan konsultasi gizi pada
masyarakat kelompok rawan gizi dengan menggunakan media yang sesuai.
d. Mahasiswa mampu melakukan tahapan evaluasi konsultasi gizi pada
masyarakat kelompok rawan gizi.
C. Lokasi
Praktek belajar lapangan Program Konsultasi Gizi dilakukan di Puskesmas Lingkar
Barat dari tanggal 2 Mei – 15 Mei 2018.
2
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi terutama
mahasiswa Politeknik Kesehatan Bengkulu khususnya Jurusan Gizi.
2. Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan sarana untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan serta
mengaplikasikan berbagai ilmu pengetahuan yang telah penulis dapatkan selama
perkuliahan.
3. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi pegawai atau karyawan yang
bekerja di Puskesmas Lingkar Barat khususnya dalam pertanggungjawaban atas
kegiatan Konsultasi Gizi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi
merupakan penyebab utama gagal jantung, gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh
diam-diam“ karena orang dengan hipertensi sering ridak menampakkan gejala (Brunner
& Suddart, 2015). Sedangkan menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi
adalah penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun
diastolik yang naik diatas tekana darah normal.Tekanan darah sistolik adalah tekana
puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar
melalui arteri.Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat
jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Tagor, (2003) dalam Wijaya & Putri, (2013), hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada
beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa factor
risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan
darah secara normal.(Wijaya & Putri, 2013).Menurut JNC hipertensi terjadi apabila
tekanan darah lebih dari 140 / 90 mmHg.
B. Penyebab Hipertensi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin
penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil
(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “
menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya
dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan
cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor keturunan
(Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberpa faktor
yang berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik
dan pengaruh lingkungan seperti :stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang
4
kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor
eksogen dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan
penyebab tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim
ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi sekunder
diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal,
kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,
hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral dan
kartikosteroid.
C. Faktor – factor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah
oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada
seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan
yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik
dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada
pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
2) Usia Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa
hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih dari
60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Diantara orang
dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari pada tekanan darah
diastolic karena merupakan predictor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian
dimasa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan
penyakit ginjal.
3) Jenis kelamin Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama antara
usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar.
5
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes
mellitus Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat padaklien
diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan
menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalah persepsi,
interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan
respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya jumlah
lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan dengan
pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat
ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada
individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone natriuretik yang
berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung menigkatkan tekanan darah.
Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf
pusat. Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsium, kalium,
dan magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan
beberpa penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko
hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti
kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung.
D. Patofisiologi
Faktor predisposisi yang saling berhubungan juga turut serta menyebabkan
peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi. Di antaranya adalah faktor primer
dan faktor sekunder. Faktor primer adalah faktor genetik, gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol, kopi, obat – obatan, asupan garam, stress, kegemukan, merokok,
aktivitas fisik yang kurang.Sedangkan faktor sekunder adalah kelainan ginjal seperti
6
tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti
kontasepsi oral dan kartikosteroid (Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri,
(2013).
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuro preganglion melepaskan asetikolin, yang akan
merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor.Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
neropinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi
(Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013).
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi.Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi.Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasonkonstriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin.Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.Semua factor tersebut
cendrung pencetus keadaan hipertensi (Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya &
Putri, (2013).
Perubahan struktural dan fungsional pada sitem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang ada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
7
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang di pompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer. (Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya &
Putri, (2013).
E. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat ( kumpulan cairan ), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat edema pupil ( edema pada diskus optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala
yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons
peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik
yang menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja,
maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian besar
gejala klinis timbul : a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekana intracranial. b. Penglihatan kabur akibat kerusakan
retina akibat hipertensi. c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat, d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus. e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
F. Komplikasi hipertensi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan menyebabkan
kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri
tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya &
Putri (2013), sebagai berikut :
8
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung
akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya,
jantung tidak lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu
maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema.
Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati
resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun
ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk
melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
c. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
9
BAB III
HASIL PEMBAHASAN
A. Assesment
1. Food History( FH)
Ny. S, kurang nafsu makan, Kebiasaan makan pasien nasi 3x/hr.
Makan pagi : Lontong sayur nangka 1 porsi
Snack :-
Makan siang : Nasi 1 porsi, ikan 1 porsi, manga
Snack : Bolu kukus
Makan malam : Nasi 1 porsi, telur 1 porsi
TB : 153 cm
Bbi : ( Tb-100) x 0.9 Kategori : Normal
: (153-100) x 0.9
: 547,7 kg
3. Biokimia Data ( BD)
-
4. Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi (PD)
a. Fisik
Susah tidur, batuk-batuk,dan nyeri sendi.
b. Clinis
Pemeriksaan Nilai Nilai normal Kategori
10
5. Clien History (CH)
a. Riwayat personal
Ny. S, berumur 71 tahun, jenis kelamin perempuan, sebagai IRT.
b. Riwayat medis
Pasien minum obat rutin hipertensi (Amlodipin, Catopril)
c. Riwayat sosial
Ny. S tinggal di Jl. Perum Gading Batara Permai Blok D, Lingkar Barat,
beragama islam
B. Dioagnosa Gizi
Domain Problem Etiologi Sign/Symptom
NI. 1.2 Asupan energi tidak Berkaitan dengan tidak Ditandai dengan
adekuat nafsu makan hasil recall E :
1000. P : 36, L : 12,
KH : 192
C. Intervensi
1. Nama diet : Diet Garam Rendah I
2. Prinsip diet : Rendah Natrium
3. Tujuan diet : a. Memberikan edukasi tentang pemilihan makanan yang benar
4. Bentuk makanan: Makanan lunak tim
5. Rute makanan : Oral
6. Syarat diet
a. Energi sesuai dengan kebutuhan yaitu 1065,88 kkal
b. Protein 15% dari kebutuhan total yaitu 60,22 gram
c. Lemak 20% dari kebutuhan total yaitu 35,68 gr
d. KH 65% dari Kebutuhan total yaitu 260,95 gr
e. Rendah garam 200-400 mg Na
7. Perhitungan kebutuhan sehari
BMR= (10 x BB ) + ( 6.25 x TB ) – ( 5 x Usia ) -161
= ( 10 x 51 ) + ( 6.25 x 153) – ( 5 x 71 ) - 161
= 510 + 956,23 – 355 - 161
= 950,23 kkal
11
TEE= BMR x FA x FS
= 950,23 Kkal x 1.3 x 1.3
= 1605,88 kkal
8. Kebutuhan zat gizi makro
15% 𝑥 1605,88
a. Protein = = 60,22 gram
4
20% 𝑥 1605,88
b. Lemak = = 35.68 gram
9
65% 𝑥 1605,88
c. Kh = = 260.95gram
4
D. Monitoring Evaluasi
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada kasus ini, klien saya mengidap hipertensi dengan didapatkan tekanan
darah 170/100 mmHg. Implementasi gizi yang diberikan yaitu jenis diet rendah
garam dengan retensi garam diberikan 200-400 mg Na. Dengan melakukan
rendah garam,tinggi serat bertujuan memberikan makanan sesuai kebutuhan
pasien dan kondisi pasien membaik. Membantu menghilangkan retensi garam
atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pasien hipertensi.
Bentuk makanan yang saya berikan makanan biasa dengan rute melalui oral,
secara psikologis klien sudah termotivasi untuk makan makanan yang
diberikan sesuai terapi gizi yang direncanakan untuk mendukung penyembuhan
penyakit klien.
B. Saran
Diharapkan klien bersedia mengikuti anjuran pola makan yang disarankan
mengingat hasil cek tekanan darah klien 170/100 mmHg. Untuk itu klien
diharapkan mengkonsumsi makanan yang rendah natrium untuk menormalkan
tekanan darah serta bahan makanan yang tinggi serat. Pengurangan
penggunaan garam dimaksud bukan dilaksanakan pada semua jenis garam,
namun pengurangan yang lebih kepada pembatasan jumlah garam natrium
clorida (Nacl) dalam makanan disamping penyedap masakan monosodium
glutamate (MSG), serta sodium karbonat. Dimana sangat ditekankan pada klien
dalam pengolahan makanannya untuk tidak menambahkan garam dapar.
13
Daftar Pustaka
Akmal, Mutaroh, dkk,. 2010. Ensiklopedi Kesehatan untuk Umum,. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media
RISKESDAS, 2013
14
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PELAKSANAAN
Topik : Hipertensi
Sasaran : Pasien UPTD Puskesmas Lingkar Barat
Tempat : UPTD Puskesmas Lingkar Barat
Hari/Tanggal : 4 Mei 2018
Waktu : 10 Menit
C. Sasaran
Pasien UPTD Puskesmas Lingkar Barat
D. Metode
Tatap Muka
E. Media
Leaflet
F. Materi Konsultasi
15
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit “darah tinggi” merupakan kondisi seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lembut atau mendadak (akut).
Hipertensi menetap (tekanan darah tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor
risiko terjadinya stroke, penyakit janting koroner (PJK), gagal jantung, gagal ginjal,
dan aneurisma arteri (penyakit pembuluh darah). Peningkatan tekanan darah yang
relatif kecil, namun hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup (Agoes et
al, 2011). Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah gejala yang akan
berlanjut kesuatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
(untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrophy (untuk otot jantung) dengan target
organ diotak berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang
membawa kematian (Bustan, 2007) Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).
2. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sitem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang
cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek
kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari
atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon
perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan perngaturan hormon
angiotensin dan vasopresor. Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya
atherosklerosis yang merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri).
Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding
arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot
arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada
16
arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan
darah kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan
aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan
fungsi diastolik karena gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi. (Hull, 1996; dalam
Panggabean 2006, Bustan 2007). Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi
diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri.
Penimbunan lemak terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan
berkurangnya volume cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak
yang kemudian terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga
tekanan darah tidak dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan
terjadi gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
17
pergelangan kaki, keringat berlebih, denyut jantung yang kuat, cepat atau tidak
teratur, impotensi, perdarahan di urine, bahkan mimisan (Martuti, 2009).
18
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap
sodium individu. orang tua dengan hipertensi mempunyai resiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Jadi seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi. (Marliani, 2007).
4. Obesitas
Obesitas adalah penumpukan lemak berlebih atatu abnormal
yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut Mayers (2004),
seseorang dikatakan obesitas apabila terjadi penambahan atau
pembesaran sel lemak tubuh mereka. Obesitas merupakan kondisi
ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan
adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah
simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak diseluruh
tubuh. Distribusi lemak dapat menyebabkan resiko yang berhubungan
dengan berbagai macam penyakit degeneratif. Obesitas dianggap
sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan prevalensi
hipertensi, intoleransi glukosa, dan penyakit jantungkoroner
aterosklerotik pada pasien-pasien yang obesitas (Alwi, 2009). 2)
Kurang olahraga Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan
pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan
garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi.
Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang
berolahraga, namun jika olahraga secara teratur akan lebih sehat dan
mungkin memiliki tekanan darah lebih rendah daripada mereka yang
tidak melakukan baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali
(Beever, 2002).
5. Kebiasaan merokok
Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang
membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada
19
jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi maka
merokok dapat memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat
merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan
lapisan menjadi tebal dan kasar, nikotin, CO dan bahan lainya dalam
asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding
dalam pembuluh darah), mempermudah pengumpulan darah
sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer. Keadaan paru-paru
dan jantung mereka yang tidak merokok dapat bekerja secara efisien
(Elsanti, 2009). 4) Mengonsumsi garam berlebih Konsumsi natrium
berlebih menyebabkan kosentrasi natrium didalam cairan
ekstraseluler meningkat. Badan kesehatan dunia yaitu WHO
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi
risiko terjadinya
Diet garam rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau asites
dan/ atau hipertensi seperti yang terjadi pada kehamilan, dan hipertensi essensial.
Diet ini mengandung cukup zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat
diberikan berbagai tingkat Diet Garam Rendah.
20
Diet garam rendah ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites
dan/ atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama
dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan ½ (2g) sdt garam dapur.
Sumber protein hewani Daging dan ikan maksimal 100 g sehari, telur maksimal
1 butir sehari.
Sumber protein nabati Semua kacang-kacangan dan semua hasil nya yang
diolah dan dimasak tanpa garam dapur.
21
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Mutaroh, dkk,. 2010. Ensiklopedi Kesehatan untuk Umum,. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
22