KONSULTASI GIZI
PUSKESMAS LINGKAR BARAT KOTA BENGKULU
Disusun Oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Belajar Lapangan
Konsultasi Gizi
Kamsiah,SST., M. Kes
NIP. 197408181997032003
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar beakang ....................................................................................... 4
B. Tujuan................................................................................................... 5
1. Tujuan Umum ................................................................................ 5
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 5
C. Lokasi ................................................................................................... 6
D. Manfaat ............................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hipertensi ........................................................................... 9
B. Fatofisiolagi ........................................................................................ 9
C. Tanda dan Gejala Hipertensi ................................................................ 9
D. Faktor Resiko Hipertensi...................................................................... 10
E. Diet Rendah Garam .............................................................................. 11
F. Bahan Makanan Dianjurkan dan Dianjurkan ...................................... 12
G. Contoh Menu 1 Hari ............................................................................ 13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Asesment gizi ....................................................................................... 14
B. Diagnosa gizi........................................................................................ 15
C. Intervensi gizi ....................................................................................... 15
D. Monitoring dan evaluasi ....................................................................... 17
BAB 1V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak
mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan
darahnya. Hipertensi merupakan penyebab terbesar dari kejadian stroke, baik
tekanan darah sistolik maupun diastoliknya (Rudianto, 2013). Menurut
Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia 15-59 tahun berada di
urutan kelima terbanyak di Asia. Jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per
100 populasi di Indonesia dengan populasi sekitar 211 jiwa, berarti terdapat
sekitar 1,7 juta penderita stroke di Indonesia. WHO (World Health
Organization) tahun 2011, hipertensi dikenal sebagai penyakit
kardiovaskular. Diperkirakan telah menyebabkan 30% dari kematian di
seluruh dunia dan prevalensinya sebesar 37,4%. Menurut Depkes (2008)
berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia
mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu,
60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada
jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Berdasarkan data pola 10 besar penyakit
terbanyak di Indonesia tahun 2010, prevalensi kasus hipertensi sebesar
8,24% diantaranya 3,49% pada lakilaki dan 4,75% pada perempuan.
Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan Case Fatality Rate
tertinggi setelah pneumonia yaitu 4,81%.
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit
tidak menular lainnya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang
mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus
tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit
jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial. Prevalensi
kasus hipertensi primer/esensial di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar
1,67% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar
1,96% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013). Berdasarkan profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2012, penyakit hipertensi esensial
memperoleh peringkat pertama, dikarenakan mempunyai kasus tertinggi
diantara penyakit tidak menular lainnya. Pada tahun 2012 prevalensi
penyakit hipertensi di Kabupaten Sukoharjo sebesar 5,78%. Hal ini
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2011 sebesar
7,29% dan tahun 2010 sebesar 6,6%. Kabupaten Sukoharjo terdapat 12
kecamatan yaitu Kecamatan Weru, Bulu, Tawangsari, Sukoharjo, Nguter,
Bendosari, Polokarto, Mojolaban, Grogol, Baki, Gatak, dan Kartasura. Dari
salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo terdapat kecamatan yang
prevalensi hipertensi meningkat dari tahun ke tahun yaitu Kecamatan
Nguter. Prevalensi penyakit hipertensi pada tahun 2010 sebesar 7,16%,
tahun 2011 sebesar 7,29%, dan tahun 2012 sebesar 7,96% (Puskesmas
Nguter, 2012). Berdasarkan survei pendahuluan, diantara 16 desa yang
4
terdapat di Kecamatan Nguter, terdapat desa yang mengalami peningkatan
kasus 3 hipertensi hampir 50% dalam setiap tahunnya, salah satunya Desa
Pondok. Kasus hipertensi tahun 2010 sebanyak 222 kasus, tahun 2011
sebanyak 316 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 507 kasus. Gaya hidup
merupakan faktor risiko penting timbulnya hipertensi pada seseorang
termasuk usia dewasa muda (21-40 tahun). Di Desa Pondok kasus hipertensi
pada usia dewasa muda pada tahun 2012 sebanyak 24 kasus sedangkan 6
kasus pada tahun 2013 (Puskesmas Nguter, 2013). Meningkatnya hipertensi
dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang termasuk gaya
hidup tidak sehat, antara lain merokok, kurang olahraga, mengonsumsi
makanan yang kurang bergizi, dan stres (Nisa, 2012). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Syahrini dkk (2012) mengenai faktorfaktor risiko yang
berhubungan dengan hipertensi primer yaitu obesitas, makanan berlemak,
dan kebiasaan konsumsi garam, sedangkan merokok, konsumsi alkohol, dan
konsumsi kafein tidak ada hubungan dengan kejadian hipertensi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pada akhir kegiatan PBL, mahasiswa DIV Gizi diharapkan
memiliki kemampuan untuk dapat memahami dan melakukan tahapan-
tahapan konsultasi gizi pada masyarakat kelompok rawan gizi
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan tahapan pelaksanaan konsultasi gizi
pada masyarakat kelompok rawan gizi
b. Mahasiswa mampu melakukan tahapan perencanaan konsultasi gizi
pada masyarakat kelompok rawan gizi dengan menyertakan Satuan
Acara Pelaksanaan (SAP)
c. Mahasiswa mampu melakukan tahapan pelaksanaan konsultasi gizi
pada masyarakat kelompok rawan gizi dengan menggunakan media
yang sesuai
d. Mahasiswa mampu melakukan tahapan evaluasi konsultasi gizi pada
masyarakat kelompok rawan gizi
C. Lokasi
Kegiatan Praktek Belajar Lapangan DIV Gizi dilaksanakan di
Puskesmas Lingkar Barat. Kegiatan PBL tersebut dilakukan mulai tanggal 3-
15 Mei 2018
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
terutama mahasiswa Politeknik Kesehatan Bengkulu khususnya Jurusan
Gizi.
5
2. Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan sarana untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan
serta mengaplikasikan berbagai ilmu pengetahuan yang telah penulis
dapatkan selama perkuliahan.
3. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi pegawai atau
karyawan yang bekerja di Puskesmas Lingkar Barat khususnya dalam
pertanggungjawaban atas kegiatan Konsultasi Gizi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit “darah tinggi” merupakan kondisi seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lembut atau mendadak (akut).
Hipertensi menetap (tekanan darah tinggi yang tidak menurun) merupakan
faktor risiko terjadinya stroke, penyakit janting koroner (PJK), gagal jantung,
gagal ginjal, dan aneurisma arteri (penyakit pembuluh darah). Peningkatan
tekanan darah yang relatif kecil, namun hal tersebut dapat menurunkan angka
harapan hidup (Agoes et al, 2011). Hipertensi adalah keadaan peningkatan
tekanan darah gejala yang akan berlanjut kesuatu organ target seperti stroke
(untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan
hipertrophy (untuk otot jantung) dengan target organ diotak berupa stroke,
hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian (Bustan,
2007) Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Sheps, 2005).
B. Patofisiologi Hipertensi
7
Bustan 2007). Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat
disimpulkan bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan
lemak terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume
cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian
terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah
tidak dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi
gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
8
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan esterogen dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita pada usia premenopause (Anggraeni, 2009).
2. Umur
Insiden peningkatan tekanan darah meningkat seiring dengan
pertambahan umur. Semakin tinggi umur seseorah semakin tinggi
tekanan darahnya, jadi jika orang lebih tua cenderung mempunyai
tekanan darah tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Pada orang
lanjut usia (usia >60 tahun) terkadang mengalami peningkatan tekanan
nadi karena arteri lebih kaku akibat terjadinya arterioklerosis sehingga
menjadi tidak lentur (Guyton, 2008).
3. Genetik
Faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai resiko menderita hipertensi atau tekanan darah juga
karena hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium
intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
individu. orang tua dengan hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Jadi seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi. (Marliani, 2007).
4. Obesitas
Obesitas adalah penumpukan lemak berlebih atatu abnormal yang
dapat mengganggu kesehatan. Menurut Mayers (2004), seseorang
dikatakan obesitas apabila terjadi penambahan atau pembesaran sel
lemak tubuh mereka. Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau
kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya
berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga
distribusi lemak diseluruh tubuh. Distribusi lemak dapat menyebabkan
resiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit degeneratif.
Obesitas dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan
prevalensi hipertensi, intoleransi glukosa, dan penyakit jantungkoroner
aterosklerotik pada pasien-pasien yang obesitas (Alwi, 2009). 2) Kurang
olahraga Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan
hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah
akan memudahkan timbulnya hipertensi. Meskipun tekanan darah
meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun jika olahraga
secara teratur akan lebih sehat dan mungkin memiliki tekanan darah lebih
9
rendah daripada mereka yang tidak melakukan baik dari pada olahraga
berat tetapi hanya sekali (Beever, 2002).
5. Kebiasaan merokok
Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang
membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung
dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi maka merokok dapat
memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh
darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan
kasar, nikotin, CO dan bahan lainya dalam asap rokok terbukti merusak
dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah),
mempermudah pengumpulan darah sehingga dapat merusak pembuluh
darah perifer. Keadaan paru-paru dan jantung mereka yang tidak
merokok dapat bekerja secara efisien (Elsanti, 2009). 4) Mengonsumsi
garam berlebih Konsumsi natrium berlebih menyebabkan kosentrasi
natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Badan kesehatan dunia
yaitu WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi risiko terjadinya
10
2. Macam-macam diet dan indikasi pemberiaN
Diet garam rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau
asites dan/atau hipertensi yang terjadi pada penyakit dekompensasio
kordis, sirosis hati, penyakit ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan, dan
hipertensi esensial. Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi sesuai dengan
keadaan penyakit dapat diberikan berbagai tingkat diet galam rendah
a. Diet Garam Rendah 1 ( 200-400 mg Na)
Diet Garam Rendah 1 diberikan kepada pasien dengan edema,
asites dan/atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanan tidak
ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi
kadar natriumnya.
b. Diet garam rendah II ( 600-800 mg Na)
Diet Garam Rendah II diberikan kepada pasien dengan edema,
asites dan/atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan
sehari sama dengan Diet Garam rendah I. Pada pengolahan makan
boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g). Dihindari bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.
c. Diet garam rendah III ( 1000-1200 mg Na )
Diet Garam Rendah III diberikan kepada pasien dengan
edema, asites dan/atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari
sama dengan Diet Garam rendah I. Pada pengolahan makan boleh
menggunakan 1 sdt garam dapur (4 g). Dihindari bahan makanan yang
tinggi kadar natriumnya.
F. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Diet Garam Rendah
11
dan dimasak tanpa garam dan hasilnya yang dimasak
dapur. dengan garam dapur dan
lain ikatan natrium
Sayuran Semua sayuran segar, sayuran Sayuran yang dimasak dan
yang diawet tanpa garam dapur diawatkan dengn garam
dan natrium benzoate. dapur dan ikatan natrium,
seperti sayuran dalam
kaleng, sawi asin, asinan,
dan acar.
Buah-bauahan Semua buah-buahan segar, Buah-buahan yang
buah yang diawet tanpa garam diawetkan dengan garam
dapur dan natrium 12enzoate dapur dan ikatan natrium,
seperti buah dalam kaleng.
Lemak Minyak goring, margarin, dan Margarin dan mentega
mentega tanpa garam. biasa
Minuman The, kopi Minuman ringan
Bumbu Semua bumbu-bumbu kering Garam dapur untuk Diet
yang tidak mengandung daram Garam Rendah 1, baking
dapur dan lain ikatan natrium. powder, soda kue, vetsin,
Garam dapat sesuai ketentuan dan bumbu-bumbu yang
untuk diet. Garam Rendah II mengandung garam
dan III. dapurseperti: kecap, terasi,
maggi, tomato ketchup,
petis, dan tauco.
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Asessment Gizi
1. Food History( FH)
Tn. A, kurang nafsu makan, kesulitan mengunyah akibat.
Kebiasaan makan pasien nasi 3x/hr.
Makan pagi : Nasi 1 porsi, ikan 1 porsi
Snack : pempek
Makan siang : Nasi 1 porsi, ikan 1 porsi, mie 1 porsi
Makan malam : nasi 1 porsi, telur 1 porsi, tempe 1 porsi
pasien suka makan goreng-gorengan seperti goreng bakwan,
pempek, Suka makanan ikan asin, makanan siap saji dan belum pernah
mendapat konsling gizi sebelumnya.
b. Clinis
Nilai Nilai normal Kategori
Pemeriksaan
Tekanan Darah 140/90 mmHg 120/80 mmHg Tinggi
13
5. Clien History (CH)
a. Riwayat personal
Tn. A,berumur 78 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan
pensiunan swasta
b. Riwayat medis
Obat yang sering dikonsumsi adalah Captopril, Amlodipine, Ibu
Profen, Proxicam, NDX
c. Riwayat sosial
Tn. A, Pendidikan terakhir SMP bekerja sebagai Pensiunan
Swasta, beralamat di Jl. Merak Rt.20 No.162, Lingkar Barat
B. Diagnosa Gizi
14
8. Kebutuhan zat gizi makro
15% 𝑥 1778,7
a. Protein = = 66,70 gram
4
20% 𝑥 1778,7
b. Lemak = = 39.52 gram
9
65% 𝑥 1778.7
c. Kh = = 289.03 gram
4
Pufa = 6% x 1778,7 kkal / 9 = 11. 8 gr
Mufa = 10% x 1778,7 kkal / 9 = 19.7 gr
Sfa = 3% x 1778,7 kkal / 9 = 5.9 gr
Tfa = 1 % x 1778,7 kkal / 9 = 1,9 gr
15
Terong ungu 30 ½ ptg sdg
Melinjo 30 ½ gls
S Salad buah Pepaya 35 ½ ptg sdg
Apel 50 ½ bh sdg
Nanas 40 ½ ptg sdg
MM Nasi Tim Beras 50 ¾ gls
Daging pesmol Daging sapi 50 1 ptg sdg
Tomat 50 ½ bh
Kripik tempe Tempe 50 2 ptg sdg
Minyak 5 ½ sdm
Cah sayur Kangkung 50 ½ gls
Minyak 5 ½ sdm
Buah pisang 100 1 bh sdg
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus ini, klien saya mengidap hipertensi dengan didapatkan
tekanan darah 140/90 mmHg. Implementasi gizi yang diberikan yaitu jenis
diet rendah garam 2 dengan retensi garam diberikan 600-800 mg. Dengan
melakukan rendah garam,tinggi serat bertujuan memberikan makanan
sesuai kebutuhan pasien dan kondisi pasien membaik. Membantu
menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Bentuk makanan yang saya
berikan makanan biasa dengan makanan Lunak Tim, secara psikologis
klien sudah termotivasi untuk makan makanan yang diberikan sesuaI
terapi gizi yang direncanakan untuk mendukung penyembuhan penyakit
klien.
B. Saran
Diharapkan klien bersedia mengikuti anjuran pola makan yang
disarankan mengingat hasil cek tekanan darah klien 140/90 mmHg, untuk
itu klien diharapkan mengkonsumsi makanan yang rendah natrium untuk
menormalkan tekanan darah serta bahan makanan yang tinggi serat.
Pengurangan penggunaan garam dimaksud bukan dilaksanakan pada
semua jenis garam, namun pengurangan yang lebih kepada pembatasan
jumlah garam natrium clorida (Nacl) dalam makanan disamping penyedap
masakan monosodium glutamate (MSG), serta sodium karbonat. Dimana
sangat dianjurkan pada klien untuk mengkonsumsi garam dapur (garam
yang mengandung iodium) tidak lebih dari 6 gram perhari atau setara
sendok teh perhari.
17
DAFTAR PUSTAKA
Riskesdas, 2013
18
LAMPIRAN
19
SATUAN ACARA KONSULTASI
Topik : Hipertensi
Sasaran : Pasien UPTD Puskesmas Lingkar Barat
Tempat : UPTD Puskesmas Lingkar Barat
Hari/Tanggal : 4 Mei 2018
Waktu : 10 Menit
C. Sasaran
Pasien UPTD Puskesmas Lingkar Barat
D. Metode
Tatap Muka
E. Media
Leaflet
F. Materi Konsultasi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit “darah tinggi” merupakan kondisi seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lembut atau mendadak
(akut). Hipertensi menetap (tekanan darah tinggi yang tidak menurun)
merupakan faktor risiko terjadinya stroke, penyakit janting koroner (PJK),
gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma arteri (penyakit pembuluh
darah). Peningkatan tekanan darah yang relatif kecil, namun hal tersebut
dapat menurunkan angka harapan hidup (Agoes et al, 2011). Hipertensi
adalah keadaan peningkatan tekanan darah gejala yang akan berlanjut
kesuatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
(untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrophy (untuk otot jantung)
dengan target organ diotak berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab
utama stroke yang membawa kematian (Bustan, 2007) Hipertensi
20
didefinisikan sebagai tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Sheps, 2005).
b. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah
jantung dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sitem yang berfungsi
mencegah perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang
bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang
bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem
tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada
yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek
kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon iskemia
susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis,
dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan
tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan perngaturan hormon
angiotensin dan vasopresor. Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya
atherosklerosis yang merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan
arteri). Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif
pada dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung,
karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak,
maka terjadi penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri
sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan
hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan
beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk
hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena
gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi. (Hull, 1996; dalam Panggabean
2006, Bustan 2007). Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas
dapat disimpulkan bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri.
Penimbunan lemak terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan
berkurangnya volume cairan darah ke jantung. Penimbunan itu
membentuk plak yang kemudian terjadi penyempitan dan penurunan
elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak dapat diatur yang artinya
beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan diastolik yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
21
a. Tidak ada gejala
Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan
perubahan kondisi tubuh, seringkali hal ini mengakibatkan banyak
penderita hipertensi mengabaikan kondisinya karna memang gejala
yang tidak dirasakan.
a. Jenis Kelamin
Prevelansi terjadinya hipertensi atau tekanan darah pada
pria sama dengan wanita. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
lebih banyak terjadi pada pria usia dewasa muda. Tetapi lebih
banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60 %
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan
dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
Wanita yang belum mengalami menopouse dilindungi hormon
esterogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan esterogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause
(Anggraeni, 2009).
22
b. Umur
Insiden peningkatan tekanan darah meningkat seiring
dengan pertambahan umur. Semakin tinggi umur seseorah
semakin tinggi tekanan darahnya, jadi jika orang lebih tua
cenderung mempunyai tekanan darah tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Pada orang lanjut usia (usia >60 tahun)
terkadang mengalami peningkatan tekanan nadi karena arteri
lebih kaku akibat terjadinya arterioklerosis sehingga menjadi
tidak lentur (Guyton, 2008).
c. Genetik
Faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi atau
tekanan darah juga karena hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio
antara potasium terhadap sodium individu. orang tua dengan
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Jadi seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
(Marliani, 2007).
d. Obesitas
Obesitas adalah penumpukan lemak berlebih atatu
abnormal yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut Mayers
(2004), seseorang dikatakan obesitas apabila terjadi
penambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka.
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan
akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya
berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak,
namun juga distribusi lemak diseluruh tubuh. Distribusi lemak
dapat menyebabkan resiko yang berhubungan dengan berbagai
macam penyakit degeneratif. Obesitas dianggap sebagai salah
satu faktor yang dapat meningkatkan prevalensi hipertensi,
intoleransi glukosa, dan penyakit jantungkoroner aterosklerotik
pada pasien-pasien yang obesitas (Alwi, 2009). 2) Kurang
olahraga Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan
pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur
dapat menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan
olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas
dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan
timbulnya hipertensi. Meskipun tekanan darah meningkat
secara tajam ketika sedang berolahraga, namun jika olahraga
23
secara teratur akan lebih sehat dan mungkin memiliki tekanan
darah lebih rendah daripada mereka yang tidak melakukan baik
dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali (Beever, 2002).
e. Kebiasaan merokok
Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang
membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada
pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah
tinggi maka merokok dapat memperburuk keadaan tersebut.
Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri
menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar, nikotin, CO
dan bahan lainya dalam asap rokok terbukti merusak dinding
pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah),
mempermudah pengumpulan darah sehingga dapat merusak
pembuluh darah perifer. Keadaan paru-paru dan jantung
mereka yang tidak merokok dapat bekerja secara efisien
(Elsanti, 2009). 4) Mengonsumsi garam berlebih Konsumsi
natrium berlebih menyebabkan kosentrasi natrium didalam
cairan ekstraseluler meningkat. Badan kesehatan dunia yaitu
WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi risiko terjadinya
24
dan hipertensi esensial dapat menyebabkan gejala edema atau
asites dan/atau hipertensi. Dalam keadaan demikian asupan garam
natrium perlu dibatasi.
25
dapur seperti daging
asap, ham, bacon,
dendeng, abon, keju,
ikan asin, ikan kaleng,
kornet, ebi, udang
kering, telur asin, dan
telur pindang
Sumber protein Semua kacang-kacangan dan Keju kacang tanah dan
nabati semua hasil nya yang diolah semua kacang-kacangan
dan dimasak tanpa garam dan hasilnya yang
dapur. dimasak dengan garam
dapur dan lain ikatan
natrium
Sayuran Semua sayuran segar, sayuran Sayuran yang dimasak
yang diawet tanpa garam dapur dan diawatkan dengn
dan natrium benzoate. garam dapur dan ikatan
natrium, seperti sayuran
dalam kaleng, sawi asin,
asinan, dan acar.
Buah-bauahan Semua buah-buahan segar, Buah-buahan yang
buah yang diawet tanpa garam diawetkan dengan
dapur dan natrium 26enzoate garam dapur dan ikatan
natrium, seperti buah
dalam kaleng.
Lemak Minyak goring, margarin, dan Margarin dan mentega
mentega tanpa garam. biasa
Minuman The, kopi Minuman ringan
Bumbu Semua bumbu-bumbu kering Garam dapur untuk Diet
yang tidak mengandung daram Garam Rendah 1,
dapur dan lain ikatan natrium. baking powder, soda
Garam dapat sesuai ketentuan kue, vetsin, dan bumbu-
untuk diet. Garam Rendah II bumbu yang
dan III. mengandung garam
dapurseperti: kecap,
terasi, maggi, tomato
ketchup, petis, dan
tauco.
26
Analisis Zat Gizi
Bubur Kacang kacang hijau 50 58 3,8 0,3 10,4 0,1 1 0 0 12 139 0 3,3 0,1 0 0,1
Ss
Hijau
gula aren 25 92,3 0,2 0 23,5 0 0 0 0 94,3 83,8 0 0 0 0 0
santan Cair 35 37,1 0,3 3,5 1,6 0 0 0,3 0 1,4 37,5 0 0,9 0 0,1 3,1
Sub Total
187,4 4,3 3,8 35,5 0,1 1 0,3 0 107,7 260,3 0 4,2 0,1 0,1 3,2
Nasi tim beras 50 180,4 3,3 0,3 39,8 0 0 0 0 4 40,5 0 0,4 0,2 0,2 0,2
MS
Ikan Kuning ikan Nila 50 49 9,1 1,2 0 0,1 14 0 0,5 14 199 22,5 0 0,3 0,4 0,3
minyak 5 43,1 0 5 0 0 250 0 0,2 0,3 0 0 0 0,1 0,6 4,1
Tahu Bacem tahu 100 76 8,1 4,8 1,9 0,1 0 0 0 105 121 0 1,2 2,7 1,1 0,7
gula merah 25 94 0 0 24,3 0 0 0 0 21,3 86,5 0 0 0 0 0
Sayur Lodeh labu siam 50 10 0,4 0,2 2,2 0 14,5 3 0 13,5 96 0 0,7 0,1 0 0,1
jagung Muda 35 37,8 1,2 0,5 8,8 0,1 4,6 2,1 0 0,7 87,2 0 1 0,2 0,1 0,1
kacang 30 10,5 0,6 0,1 2,4 0 20,1 3 0 13,8 89,7 0 1 0 0 0
terong ungu 30 8,4 0,2 0,1 2 0 1,8 0,3 0 1,8 74,4 0 0,8 0 0 0
27
melinjo 30 14,1 0,3 0 3,5 0 2,4 15,9 0 12 54,3 0 0,7 0 0 0
Sub Total 523,3 23,2 12,2 84,9 0,3 307,4 24,3 0,7 186,4 848,6 22,5 5,8 3,6 2,4 5,5
Ss Sald Buah pepaya 35 13,6 0,2 0 3,4 0 47,3 21,7 0,3 8,4 89,9 0 0,6 0 0 0
apel 50 29,5 0,1 0,2 7,7 0 2,5 3 0,5 3,5 57,5 0 1,4 0,1 0 0,1
nanas 40 19,6 0,2 0,2 5 0 0,8 6 0 2,8 45,2 0 0,5 0 0 0
Sub Total 62,7 0,5 0,4 16,1 0 50,6 30,7 0,8 14,7 192,6 0 2,5 0,1 0 0,1
MM Nasi tim beras 50 180,4 3,3 0,3 39,8 0 0 0 0 4 40,5 0 0,4 0,2 0,2 0,2
Daging Pesmol daging sapi 50 134,4 12,4 9 0 0 0 0 0 2 170 37,5 0 0,3 3,8 4,2
tomat masak 50 10,5 0,4 0,2 2,3 0 43,5 9,5 0 2,5 111 0 0,6 0,1 0,1 0
Kripik Tempe tempe 50 99,5 9,5 3,8 8,5 0,1 0,5 0 0,5 46,5 183,5 0 0,7 2,2 0,9 0,6
minyak 5 43,1 0 5 0 0 250 0 0,2 0,3 0 0 0 0,1 0,6 4,1
Cah Sayur kangkung 50 7,5 1,1 0,1 1 0 151,5 12,5 1 37 101 0 1 0 0,1 0
minyak 5 43,1 0 5 0 0 250 0 0,2 0,3 0 0 0 0,1 0,6 4,1
pisang
Buah 100 92 1 0,5 23,4 0,1 8 9 0 6 396 0 2,4 0,1 0 0,2
ambon
Sub Total 610,5 27,7 23,9 75 0,2 703,5 31 1,9 98,6 1002 37,5 5,1 3,1 6,3 13,4
TOTAL
1779,23 67,65 51,47 274,9 0,9 1479,4 102,35 5,65 489,6 2820,9 272 23,71 7,87 11,31 27,86
ANALISIA
28