Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS KEGAWATDARURATAN

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN PADA IBU BERSALIN


NY. B G2P1A0H1 UK 38 MINGGU DENGAN PREEKLAMSI BERAT
DIRUANGAN CEMPAKA RSUD KOTA TANJUNGPINANG
TAHUN 2018

DISUSUN OLEH:

NAMA : RATMA SHANTI


NIM : PO 7224216 1690
KELAS : 3B KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPU:
Fidyah Aminin, SST., M. Kes
NIP. 19850419 201212 2 002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PRODI DIII KEBIDANAN
T.A.2018/2019

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN PADA IBU BERSALIN
NY. B G2P1A0H1 UK 38 MINGGU DENGAN PREEKLAMSI BERAT
DIRUANGAN CEMPAKA RSUD KOTA TANJUNGPINANG
TAHUN 2018

LAPORAN KASUS ini telah disetujui


Pada tanggal, Desember 2018

DOSEN PEMBIMBING CI LAPANGAN

FIDYAH AMININ, SST., M. Kes NURASIA SIREGAR, SST


NIP. 19850419 201212 2 002 NIP. 19771030 2006 04 2 024

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya,Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Pada Ibu Bersalin Ny. B G 2p1a0h1 Uk 38
Minggu Dengan Preeklamsi Berat.
Penulisan laporan kasus ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
salah satu nilai praktik keterampilan kegawatdaruratan dan komunitas. Pembuatan
laporan kasus ini tidak akan terlaksana tanpa adanya kerjasama, bantuan,
dukungan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karna itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Novian Aldo, SST, MM selaku direktur Poltekkes Kemenkes RI Tanjung
Pinang
2. Fidyah Aminin, SST,M.kes selaku kepala prodi kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Tanjung pinang serta pembimbing yang
banyakmemberikan pengarahan dalam penulisan laporan ini
3. Bidan Nurasiah Siregar, SST Selaku CI pembimbing di lapangan yang
memberi bimbingan dan pengalaman nyata dalam praktik ketrampilan
kegawatdaruratan dan komunitas.
4. Ny. B yang bersedia untuk di ambil sebagai klien dalam pembuaatan
laporan tugas ini.

Penulis menyadari laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk


itu penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini
dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak.

Tanjung Pinang, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................3
C. Manfaat Penulisan..................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................4
A. Pengertian Preeklamsia..........................................................................4
B. Etiologi Preeklamsia..............................................................................4
C. Patofisiologis Preeklamsia.....................................................................5
D. Klasifikasi Preeklamsia..........................................................................5
E. Diagnosis Preeklamsia...........................................................................6
F. Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklamsia....................................7
G. Faktor Resiko Preeklamsia.....................................................................10
H. Komplikasi Preeklamsia pada Janin.......................................................11
I. Penatalaksanaan Preeklamsia.................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................14
A. Data Subjektif.......................................................................................14
B. Data Objektif........................................................................................17
C. Assessment...........................................................................................19
D. Planning................................................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................28
BAB V PENUTUP..........................................................................................29
A. Kesimpulan...........................................................................................29
B. Saran ....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iv
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklamsia berat (PEB) adalah suatu komplikasi kehamilan ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 atau lebih yang disertai proteinuria
dan atau/atau oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Rukiyah,2010).
Preeklampsia Berat (PEB) dapat di identifikasikan pada masa
kehamilan dengan memantau tekanan darah, tes protein urin, dan
pemeriksaan fisik, deteksi dini pengelolaan Preeklampsia Berat dapat
mencegah perkembangannya menjadi eklampsi (Juliarti, 2014).
Penyebab Preeklamsia sampai sekarang belum diketahui.tetapi
adateori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu
bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
dan mollahidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang makin
tuanyakehamilan. dapat terjadi perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus.Timbulnya hipertensi, oedema, proteinuria,
kejang dan koma (Sukarni, 2014).
Masalah dapat teratasi dengan baik tetapi tidak menutup kemungkinan
masalah itu akan muncul kembali sehingga memerlukanperawatan dan
pengawasan lebih lanjut (Prawirohardjo, 2011).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang bisa
digunakan untuk menilai kesehatan kaum perempuan sehingga
dimasukkan dalam target Millenium Development Goals (MDGs) kelima.
Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 sesuai dengan MDGs adalah 102
kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu, Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 mencatat AKI sebesar 305 per 100.000
kelahiran hidup (Badan Pusat Satatistik, 2016).Capaian angka ini
menyebabkan Indonesia gagal mencapai target MGDs 2015 dan
mengembalikan Indonesia pada kondisi tahun 2002(UNICEF, 2012)
Penyebab kematian ibu hasil analisis sistematik WHO (World Health
Organization) dari 115 negara di dunia dari tahun 2003 sampai tahun 2012
didapatkan bahwa 73% kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung
dengan tiga penyebab utama terbesar adalah perdarahan (27,1%),
kemudian, hipertensi dalam kehamilan(pre-eklamsia/eklamsia) (14%) dan
infeksi (10,7%) (Say L et al, 2014).
Data diIndonesia, penyebab kematian ibu tahun 2014 juga masih
diduduki oleh tiga penyebab utama terbesar yaitu perdarahan (30,3%), pre-
eklamsia/eklamsia (27,1%) dan infeksi (7,3%). Akan tetapi, proporsi
ketiga penyebab kematian ibu mulai mengalami perubahan, dimana
perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan pre-
eklamsia/eklamsiaproporsinya semakin meningkat tiap tahun. Data dari
Kementerian Kesehatan RI tercatat bahwa tahun 2010 sebesar 21,5%;
tahun 2011 sebesar 24,7%; tahun 2012 sebesar 26,9% dan semakin
meningkat lagi di tahun 2013 yaitu 27,1% (Kemenkes RI, 2014)
Kota Tanjungpinang merupakan wilayah provinsi Kepulauan Riau
dengan penyebab kematian terbesar adalah pre-eklamsia/eklamsia (Dinkes
Provinsi Kepulauan Riau, 2014). Tercatat bahwa kematian ibu karena pre-
eklamsia/eklamsia pada tahun 2012 sebesar 40% dari total kematian ibu,
kemudian menurun menjadi 25% pada tahun 2013 dan mengalami
peningkatan kembali pada tahun 2014 menjadi 45,54% dari total kematian
ibu di Kota Tanjungpinang (Dinkes Kota Tanjungpinang, 2015)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang merupakan
rumah sakit rujukan utama Kota Tanjungpinang. Data dari laporan audit
maternal perinatal RSUD Kota Tanjungpinang tercatat bahwa komplikasi
pre-eklamsia/eklamsia per total jumlah persalinan di rumah sakit tersebut
memperlihatkan trend yang meningkat. Pada tahun 2013 sebesar 11,72%
dari 793 persalinan; tahun 2014 sebesar 14,65% dari 778 persalinan dan
tahun 2015 sebesar 16,06% dari 859 persalinan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada ibu bersalin Ny.B
G2P1A0H1 UK 38 minggu dengan Pre Eklampsia Berat di RSUD Kota
Tanjungpinang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Data Subjektif terhadap Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.B G2P1A0H1 UK 38 minggu dengan
Pre Eklampsia Berat di RSUD Kota Tanjungpinang.
b. Mampu melakukan pengakjian Data Objektif terhadap Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.B G2P1A0H1 UK 38 minggu dengan
Pre Eklampsia Berat di RSUD Kota Tanjungpinang.
c. Mampu membuat Assesment terhadap Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin Ny.B G2P1A0H1 UK 38 minggu dengan Pre Eklampsia Berat
di RSUD Kota Tanjungpinang.
d. Mampu membuat Planning terhadap kasus Pre Eklampsia Berat
pada ibu bersalin Ny.B G2P1A0H1 UK 38 minggu dengan Pre
Eklampsia Berat di RSUD Kota Tanjungpinang.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Penulisan studi kasus ini dapat meningkatkan kompetensi penulis
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Pre
Eklampsia Berat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap bahwa studi kasus ini dapat bermanfaat sebagai
bahan dokumentasi dan bahan perbandingan untuk studi kasus
selanjutnya di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.
3. Bagi Penulis Lainnya
Dapat dijadikan sumber pembelajaran bagi penulis lain dalam
asuhan pasien pada kasus kehamilan dengan Pre Eklampsia Berat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Preeklamsia
Preeklamsia berat (PEB) adalah suatu komplikasi kehamilan ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 atau lebih yang disertai proteinuria dan
atau/atau oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah,2010).
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria
dan oedema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadinya sebelumnya
misalnya pada mola hidatosa (Prawirohardjo, 2005). (Rukiyah, dkk 2010).
Preeklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi,
proteinuria dan oedema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma,
ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi
sebelumnya (Muchtar, 1998). (Rukiyah, dkk 2010).
B. Etiologi Preeklamsia
Penyebab preeklamsia saat ini tak bisa diketahui dengan pasti walaupun
penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju.
Sementara baru didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan
kejadian. Itulah sebab preeklamsia disebut juga “disease of theory”, gangguan
kesehatan yang berasumsi pada teori. (Rukiyah, dkk 2010).
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa factor yang dapat
menunjang terjadinya preeklamsia dan eklamsia. Factor tersebut antara lain,
gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke Rahim. Factor resiko
terjadinya preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali,
kehamilan diusia remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Factor
resiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum
kehamilan, riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya, riwayat preeklamsia
pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu
orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau arthritis.
(Rukiyah,dkk).
C. Patofisiologi Preeklamsia
Vasokontriksi merupakan dasar pathogenesis PE-E vasokontriksi
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi.
Adanya vasokontriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel
setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai
perdarahan mikro pada endotel. Selain itu hubel (1989) adanya vasokontriksi
arteri spiralis akan menyebutkan terjadinya penurunan perfusi uterokplasenter
yang selanjutnya akan menimbulkan mal adaptasi plasenta. Hipoksia atau
anoreksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan
proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen,
sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme didalam sel per
oksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang
menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan
radikal bebas. Apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu, dimana
peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang
disebut stess oksidatif. PE-E serum anti oksidan kadarnya menurun ddan
plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada
wanita hamil normal, serumnya mengandung tranferin, ion tembaga dan
sulfhidril yang berperan sebagai anti oksidan yang cukup kuat. Peroksidase
lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase
lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel
endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan
antara lain: adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permebilitas lapisan
endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan
serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit, produksi prostaskilin terhenti,
tergangguanya keseimbangan prostasikilin dan tromboksan, terjadi hipoksia
plasenta akibat konsumsi oksigen peroksidase lemak. (Rukiyah, dkk 2010).

D. Klasifikasi Preeklamsia
Preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Preeklamsia ringan
Preeklamsia ringan adalah timbulnay hipertensi disertai protein
uria setelah umur kehamilan diatas 20 minggu atau segera persalinan.
Tetapi dapat juga timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu. (Pudiastuti
R, D, 2012: 163)
2. Preeklamsia berat
Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik
≥160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥110 mmHg disertai protein uria
lebih 5g/24 jam atau ≥+ 2. (Marmi, dkk, 2014: 68)

E. Diagnosis Preeklamsia
1. Preeklamsia ringan
a. Kenaikan tekanan darah ≥140/90 dan ≤ 160/110 mmHg.
b. Pemeriksaan tes celup urin dengan protein uria menunjukkan ≥ 300
mg/24 jam atau +1.
c. Kenaikan berat badan 1 kg dalam seminggu.
d. Bengkak pada wajah atau tungkai. (Nugroho, Taufan, 2012: 05)
2. Preeklamsia berat
a. Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu.
b. Protein uria > 5gr/24 jam atau tes celup ≥ 2+.
c. Produksi urin < 400-500 ml/24 jam dan kenaikan serum.
d. Oedema paru dan sianosi.
e. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas oedema : penyebabnya karena
teregangnya kapsula gilsone. Nyerinya dapat sebagai gejala awal
rupture pada hepar.
f. Perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata dan pandangan kabur.
g. Gangguan fungsi hepar.
h. Hemolisis mikroangiopatik.
i. Trombositopenia berat : < 100.000 sel atau penurunan trombosit dengan
cepat.
j. Pertumbuhan janin intarerine yang terhambat (IUGR).
k. Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelete
Count). (Prawirohardjo, S, 2014: 545)
Tanda-tanda sindrom HELP yaitu :
Merasa tidak sehat atau lelah, sakit perut, mual, muntah, sakit
kepala. Perdarahan yang berlebihan atau tidak dapat dijelaskan,
pandangan buram atau perubahan penglihatan, mulas atau gangguan
pencernaan, sakit bahu, nyeri saat bernapas dalam-dalam.

F. Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklamsia


1. Volume plasma
Biasanya pada ibu hamil normal, volume plasma akan meningkat
(hipervolemia) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan janin.
Peningkatan tertinggi volume plasma pada hamil normal biasanya pada
umur kehamilan 32-34 inggu. Namun pada wanita hamil dengan
preeklamsia akan mengalami penurunan volume plasma antara 30%-40%
disbanding dengan hamil normal (Hipervolemia). Jadi, jika volume plasma
menurun akan memberi dampak yang luas bagi organ-organ yang lain.
(PrawirohardjoS, 2014: 537)
2. Hipertensi
Pada preeklamsia ringan biasanya akan kembali normal beberpa hari
pasca persalinan, namun pada preeklamsia berat, kembalinya tekanan
darah yang normal dapat terjadi 2-4 minggu pasca persalinan.
(PrawirohardjoS, 2014: 538)
3. Fungsi Ginjal
a. Perubahan fungsi ginjal :
1) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia sehingga
terjadi oliguria bahkan anuria.
2) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan
mengakibatkan proteinuria. Proteinuria terjadi jauh sebelum
persalinan, sehingga biasa terjadi preekalmsia tanpa proteinuria.
b. Proteinuria
Jika proteinuria timbul:
1) Sebelum hipertensi, umumnya biasanya gejala penyakit ginjal.
2) Tanpa hipertensi, maka akan dapat disimpulkan sebagai penyulit
kehamilan.
3) Tanpa kenaikan tekanan darah diastol ≥90 mmHg, umumnya
ditemukan pada infeksi saluran kencing atau anemia. Jarang
ditemukan proteinuria pada tekanan darah <90 mmHg.
4) Proteinuria merupakan syarat mutlak untuk diagnosis preeklamsia,
tetapi proteinuria muncul jauh sebelum persalinan, sehingga biasa
ditemukan preeklamsia tanpa proteinuria karena janin sudah lahir
lebih dulu.
5) Pengukuran proteinuria, dapat dilakukan dengan:
a) Urin dipstick: 100 mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa 2
kali selang 6 jam.
b) Pengumpulan proteinuria 24 jam. Dapat dianggap patologis jika
besaran proteinuria ≥300 mg/24 jam. (Prawirohardjo, 2014: 538).
c. Asam Urat Serum (uric acid serum)
Umumnya meningkat ≥5 mg/cc. Hal ini biasanya karena
hipovolemia dapat menyebabkan menurunnya aliran darah ginjal dan
juga mengakibatkan menurunnya filtras glomerulus, sehingga
menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan asam urat juga dapat terjadi
akibat iskemia jaringan. (Prawirohardjo, 2014: 539)
d. Kreatinin
Kadar kreatinin plasma pada preeklamsia juga meningkat akibat
hipovolemia, maka aliran darah ginjal akan menurun, mengakibatkan
menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga menurunya sekresi kreatinin,
disertai peningkatan kreatinin plasma. Dapat mencapai kadar kreatinin
plasma ≥1 mg/cc dan biasanya terjadi pada preeklamsia berat dengan
penyulit pada ginjal. (Prawirohardjo, 2014: 539)
e. Ologuria dan Anuria
Ologuria dan anuria terjadi juga karena hipovolemia sehingga
aliran darah ke ginjal akan menurun yang mengakibatkan produksi urin
menurun (oliguria), bahkan dapat terjadi anuria. Berat ringannya
oliguria menggambarkan berat ringannya hipovolemia. Hal ini juga
dapat menggambarkan berat atau ringannya preeklamsia. Pemberian
obat intravena karena oliguria tidak dapat dibenarkan. (Prawirohardjo,
2014: 539)
4. Elektrolik
Kadar elektrolit normal akan menurun pada saat hamil. Pada
preeklamsia kadar elektrolit sama dengan dengan kadar pada hamil
normal, kecuali jika diberi diuretikum banyak, retriksi konsumsi garam
atau pemberian cairan oksitosin yang bersifat antidiuretik. Preeklamsia
berat yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan asam basa. Pada waktu terjadi kejang eklamsia kadar
bikarbonat menurun, karena timbulnya asidosis laktat dan akibat
kompensasi hilangnya karbohidrat. Kadar natrium dan kalium pada
preeklamsia sama dengan hamil normal, yaitu sesuai dengan proporsi
jumlah air dalam tubuh. Karena kadar natrium dan natrium tidak berubah
pada preeklamsia, maka tidak terjadi retensi natrium yang berlebihan. Ini
berarti pada preeklamsia tidak diperlukan restriksi konsumsi garam.
(Prawirohardjo, 2014: 539)
5. Viskositas darah
Viskositas darah ditemukan oleh volume plasma, molekul makro :
fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklamsia, vaskositas darah meningkat
mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran
darah ke organ. (Prawirohardjo, 2014: 540)
6. Oedema
Oedema dapat terjadi pada kehamilan normal. Oedema yang terjadi
pada kehamilan mempunyai banyak interpretasi, misalnya 40 % oedema
dijumpai pada hamil normal, 60% dijumpai pada kehamilan dengan
hipertensi beserta dengan proteinuria. (Prawirohardjo S, 2014: 540)
7. Hepar
Dasar perubahan pada hepar ialah vasopasme, iskemia dan
pendarahan. Bila terjadi pendarahan pada sel periportal lobus perifer akan
terjadi nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Pendarahan ini
dapat meluas hingga dibawah kapsula hepar dan disebut subkapsular
hematoma. Subkapsular menimbulkan rasa nyeri di daerah epigastrum dan
dapat menimbulkan ruptur hepar sehingga perlu pembedahan.
(Prawirohardjo, 2014: 540)
8. Kardiovaskular
Perubahan kardiovaskular disebabkan peningkatan cardiac afterload
akibat hipertensi dan penurunan cardiac afterload akibat hipovolemia .
(Prawirohardjo S, 2014: 541)
9. Paru-paru
Pada wanita hamil dengan preeklamsia berat akan mempunyai resiko
terjdinya oedema paru. Oedema paru terjadi oleh payah jantung kiri,
kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapilar baru dan menurunnya
diuresis. Penanganan oedema paru dapat dilakukan pemasangan Central
Venous Pressure (CVP) namun tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dari pulmonary capillary wedge pressure. (Prawirohardjo,
2014: 541)
10. Janin
Penyakit preeklamsia dan eklamsia memberi pengaruh buruk
terhadap kesehatan janin yang disebabkan karena menurunnya perfusi
utero plasenta, hipovolemia, vasopasme, dan kerusakan sel endotel
pembuluh darah plasenta. (Prawirohardjo, 2014: 541)

G. Faktor Resiko Preeklamsia


Adapun faktor resiko pada preeklamsia adalah :
1. Primigravida atau > 10 tahun sejak kelahiran anak terakhir.
2. Kehamilan pertama dengan pasangan baru.
3. Ada riwayat preeklamsia sebelumnya.
4. Ada riwayat preeklamsia pada keluarga, khusunya pada ibu atau saudara
perempuan (baik wanita hamil ataupun pasangannya).
5. Kehamilan kembar.
6. Kondisi medis tertentu seperti hipertensi esensial, penyakit ginjal dan
diabetes.
7. Adanya proteinuria saat mendaftar untuk pemeriksaan (>1+ pada lebih dari
1 kali pemeriksaan atau >0,3 gram/4 jam).
8. Umur ≥40 tahun.
9. Obesitas (IMT >35). (Bothamley, Boyle, 2013: 194)

H. Komplikasi Preeklamsia pada Janin


Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada janin dengan ibu yang
preeklamsia adalah sebagai berikut :
a. Kelahiran premature.
b. Resiko terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
c. Abrupsio plasenta.
d. Resiko terajdinya kematian bayi. (Bothamley, Boyle, 2013: 194)

I. Penatalaksanaan Preeklamsia
1. Preeklamsia ringan
Pada kasus preeklamsia ringan cukup dilakukan rawat jalan dengan
menganjurkan pasien untuk melakukan kunjungan antenatal setiap
minggu. Namun jika perawatan jalan tidak mengalami perubahan maka
akan dilakukan rawat konservatif, kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih
per minggu selama 2 minggu berturut-turut, ataupun timbul salah satu
atau lebih gejala preeklamsia berat.
Pada preeklamsia ringan dengan umur kehamilan <37 minngu akan
tetap dilanjutkan sampai aterm jika tidak ada gejala yang memburuk.
Namun pada umur kehamilan >37 minggu dengan serviks yang sudah
matang akan dilakukanpemecahan ketuban kemudian induksi kehamilan
dengan oksitoksin atau prostaglandin, namun jika serviks belum matang
maka akan dilakukan pematangan dengan prostaglandin atau keteter foley
atau dilakukan tindakan terakhir yaitu seksio saesar (Nugroho Taufa, 2012:
06).
2. Preeklamsia berat
Penatalaksanaan preeklampsia berta ditujukan untuk melahirkan bayi
dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi, lahirnya bayi yang
kemudian dapat berkembang dan memulihkan secara sempurna kesehatan
ibu. (Cuningham, 2013)

Penatalaksanaan preeklampsia berat yaitu :

a. Berikan obat antihipertensi. obat-obatan anti hipertensi menjaga agar


perdarahan intracranial pada ibu tidak terjadi. Obat yang paling umum
digunakan antara lain nifedipine dengan dosis 10-20 mg setiap 6 sampai
8 jam, terutama efektif untuk periode pasca persalinan. Labetalol atau
antenolol dengan dosis 10-20 mg intravena yang dapat diulang setiap
10 menit hingga dosis maksimal 300 mg. alternative lain, infuse
labetalol tanpa berhenti pada kecepatan 1-2 mg/jam dapat digunakan
(Edwin, 2013).
b. Diberikan obat anti kejang MgSO4 yang digunakan untuk
menghentikan dan atau mencegah konvulsi tanpa menyebabkan depresi
pernafasan untuk ibu maupun janin. Dosis awal pemberian 4 gram
MgSO4 diencerkan daam 10 ml larutan cairan intravena (Ringer Laktat)
selama 10 menit dengan tetesan IV lambat. Dosis jaga 1-2 mg/jam
dengan tetesan IV lambat yang dimulai segera setelah dosis awal dan
dilanjutkan selama 24 jam setelah persalinan atau setelah konvulsi
terakhir. MgSO4 harus diberikan dengan metode infuse terkendali dan
memastikan sebelum pemberian setiap dosis, pasien memiliki output
urine tidak kurang dari 30 ml/jam, refleks patella (+/+), kecepatan
pernafasan diatas 12/menit (Edwin, 2013).
Apabila terjadi kejang pada preeklamsia berat maka akan dilakukan
pencegahan :
a. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernafasan (oksigen)dan
sirukulasi (cairan intravena).
b. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklamsia
(sebagai tata laksana kejang) dan preekalmsia berat (sebagai
pencegahan kejang).
Adapun syarat pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :
a. Tersedia cairan infus glukonas 10%.
b. Ada refleks patella (+).
c. Jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BB/jam.
d. Respirasi ≥16 kali/menit.
Adapun cara pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :
a. Berikan dosis awal 4 gram MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah
terjadinya kejang berulang dengan cara :
1) Ambil 4 gram larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dengan 10 ml aquades.
2) Berikan larutan tersebut secara perlahan-lahan secara IV selama 20
menit.
3) Jika IV sulit, berikan masing-masing 5 gram MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) secara im dibokong kiri dan kanan.
b. Melakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi TD, nadi, RR, refleks
patella dan jumlah urin.
c. Bila frekuensi pernafasan < 16x/m,dan atau tidak didapatkan reflex
tendonpatella dan atau oliguria (produksi urin < 0,5 ml/kg BB/jam),
segera hentikan pemberian MgSO4.
d. Jika terjadi depresi nafas, berikan cairan glukosa 1 gram secara IV (10
ml larutan 10%) bolus dalam 3-5 menit.
e. Selama ibu dengan preeklamsia dan eklamsia dirujuk pantau dan nilai
adanya perburukan preeklamsia. Apabila terjadi eklamsia, lakukan
penilaian awal dan tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali
MgSO4 2 gram seacra IV perlahan-lahan (15-20 menit). Bila setelah
pemberian MgSO4 ulang masih terdapat kejang, dapat dipertimbangkan
untuk pemberian diazepam 10 mg secara IV selama 2 menit (Nugroho
Taufa, 2012: 06).
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN PADA IBU BERSALIN


NY. B G2P1A0H1 UK 38 MINGGU DENGAN PREEKLAMSI BERAT
DIRUANGAN CEMPAKA RSUD KOTA TANJUNGPINANG
TAHUN 2018

Tanggal Pengkajian : 27 Novemberber 2018 Jam Masuk : 14.00 WIB


Jam Pengkajian : 14.35 WIB

A. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
Nama Istri : Ny.S Nama Suami : Tn.H
Umur : 35 tahun Umur : 37 tahun
Suku : Melayu Suku : Melayu
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : AB
Alamat : Senggarang Besar
No.HP : 082171691820

2. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan perutnya mules dan keluar lendir darah dari vagina
sejak jam 08.00 pagi

3. RIWAYAT HAID
Menarche : ±12 Tahun Lamanya : ±4-5 Hari
Siklus : 28 Hari HPHT : ? -01-2018
Dismenorrhoe : Tidak TP : ? -12 -2018
Banyaknya : 3x ganti duk

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Nifas


No Umur PB BB
UK TM I TM II TM III Tahun Tempat Penolong Jenis Lochea ASI
(cm) (kg)
aterm Mual
1 2,1 thn TAK TAK 2016 RSUD Bidan Spontan 48 2,8 Normal Eks
muntah
2 H A M I L I N I

5. Riwayat Kehamilan Saat Ini


a. Keluhan-keluhan pada
TM I : Mual, muntah
TM II : Tidak ada
TM III : Tidak ada
b. Imunisasi
Ibu mengatakan sudah melakukan suntik TT (Lengkap)

6. RIWAYAT PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN SAAT


INI
Ibu mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi selama
hamil, sementara penyakit lainnya tidak ada.

7. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ibu mengatakan memiliki riwayat penyakit keluarga dengan
hipertensi dan diabetes mellitus yang berasal dari ibunya.

8. RIWAYAT PERKAWINAN
Status perkawinan : Kawin
Perkawinan ke :1
Umur waktu kawin : 20 tahun
Setelah kawin berapa lama hamil : 1 tahun
9. RIWAYAT KONTRASEPSI
Rencana penggunaan alat KB : Ada
Jenis KB yang akan digunakan : Suntik 3 Bulan
Jenis KB yang pernah digunakan : tidak ada
Lamanya :-
Kapan berhenti jadi akseptor :-
Alasan berhenti jadi akseptor :-

10. RIWAYAT PSIKOLOGIS


Ibu merasa senang dengan kehamilannya.

11. POLA NUTRISI


a. Makan
Jenis : Nasi, sayur, buah, ikan daging kacang-kacangan, dll
Porsi : 3x sehari
b. Minum
Jenis : Air putih
Frekuensi : 8 gelas/hari

12. POLA ELIMINASI


a. BAK
Warna : Jernih
Frekuensi : 5-6 x/hari
b. BAB
Warna : Kecoklatan
Konsistensi : Lunak
Frekuensi : 1 x/hari

13. AKTIVITAS SEHARI-HARI


Ibu mengatakan sehari-harinya mencuci, memasak, dan melakukan
pekerjaan aktivitas lain yang dapat dilakukan seorang ibu rumah tangga.
14. POLA ISTIRAHAT
Tidur malam : 7-8 jam
Tidur siang : 1-2 jam

15. PERSONAL HYGIENE


Mandi                    : 2x sehari
Sikat gigi               : 3x sehari
Keramas                : 2 hari sekali
Ganti pakaian        : Setiap kali terasa lembab

B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan Umum : Baik Tekanan Darah: 180/110 mmHg
Kesadaran : Compos Menthis Nadi : 84 x/menit
TB : 157 cm Respirasi : 20 x/menit
BB sebelum hamil : 62 kg Suhu : 360C
BB sekarang : 78 kg LILA : 34 cm

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kepala
Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak berketombe.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Simetris, tidak ada penyumbatan.
Mulut : Bersih, tidak ada karies, tidak ada stomatitis.
Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran.
b. Leher
Kelenjar vena jugularis : Tidak ada pembesaran.
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran.
Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran.
c. Dada
Jantung : Irama teratur, terdengar lop dup.
Paru-paru : Bersih, tidak terdengar rhonci dan
wheezing.
d. Payudara
Puting susu : Menonjol.
Areola : Hiperpigmentasi (+).
Bentuk : Simetris.
Kebersihan : Bersih.
Pengeluaran : Belum ada.
Rasa nyeri : Tidak ada.
e. Abdomen
Inspeksi
Pembesaran : Sesuai usia kehamilan.
Linea : Nigra.
Bekas luka operasi : Tidak ada.
Strie Gravidarum : Ada.

Palpasi
Leopold I : Pertengahan pusat-px, di bagian fundus teraba
bulat, lunak dan tidak melenting yaitu bokong
janin
Leopold II : Di sebelah kanan perut ibu teraba panjang, keras
dan memapan yaitu punggung janin, di sebelah
kiri perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil yaitu
ekstermitas janin.
Leopold III : Dibagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting yaitu kepala janin.
Lepopld IV : Kepala tidak dapat digoyangkan lagi (kepala
sudah masuk PAP) Divergent
TFU (Mc Donald) : 33 cm.
TBJ : (33- 11)x155 = 3.410 gr
Auskultasi
DJJ : Ada Irama : Teratur
Frekuensi : 140x/mnt Punctum max : Di bawah pusat ibu
sebelah kanan
HIS
Frekuensi : 5 x 10 menit Durasi : 45 detiik

f. Genetalia
Varises : Tidak ada VT : Portio tipis lunak
Oedema : Tidak ada Pembukaan 6 cm
Pengeluaran : lendir darah Ketuban (+)
Penurunan Hodge III
Presentasi kepala
g. Ekstremitas
Kuku : Bersih
Sianosis ujung jari : Tidak ada
Kaku Sendi : Tidak ada
Oedema : Ada
Reflek patella : +/+

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (Riwayat tanggal 27 November 2018)
Hb : 11,7 gr% Eritrosit : 4,3 jt/mm3
HBSAg : Negatif Trombosit : 252.000 mm3
HIV : Negatif GDS : 121 mg/dl
Protein Urine : ++ Leukosit : Negatif

C. ASSESMENT
Diagnosis : Ny.B G2P1A0H1 UK 38 minggu dg
PEB Inpartu kala I fase aktif
Masalah : Tidak ada.
Kebutuhan : Tidak ada.
Diagnosis/masalah potensial : Eklampsia.
Identifikasi tindakan segera : Kolaborasi dengan dr.SPOG untuk
pemberian terapi memasang infus RL drip
MgSO4 60% 20 tpm dan 40% secara IV
dan nifedifin 10 mg per oral

D. PLANNING
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaa bahwa ibu
dan janin dalam keadaan normal dan ibu dalam pembukaan 6. (ibu dan
keluarga mengerti)
2. Memberikan nifedifin 10 mg peroral dan Memasang infus RL drip
MgSO4 60% 20 tpm dan 40% secara IV bolus selama 15 menit
(terlaksana)
3. Memasang kateter (terlaksana)
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara menarik nafas panjang
dari hidung dan dikeluarkan lewat mulut dan ibu boleh miring kanan
dan miring kiri agar posisi ibu nyaman. (Ibu mengerti)
5. Menghadirkan pendamping dan anjurkan makan dan minum disela-
sela kontraksi untuk kebutuhan nutrisi (ibu mengerti)
6. Menyiapkan peralatan serta obat-obat yang dibutuhkan serta
perlengkapan ibu dan bayi (ibu mengerti)
7. Menulis kemajuan persalinan dengan patograf

KALA II

SOAP PERKEMBANGAN

Tanggal / pukul : 27 November 2018 / 16.00 WIB.


Subjektif : Ibu mengatakan perutnya mules dan keluar lendir darah.
Objektif : Keadaan Umum: Baik DJJ : 145 x/menit
Tekanan Darah: 170/100 mmHg HIS : 5x10’x45”
Nadi : 82 x/menit Urine : ±1000 cc
Suhu : 36,7 0C
Respirasi : 20 x/menit
Terpasang RL drip MgSO4 60% 20 tpm
Terpasang DC Urine
Inspeksi anogenitalia : Vulva membuka, perineum
menonjol.
VT : Portio tidak teraba, pembukaan 10
cm, presentasi kepala, posisi UUK,
tidak ada penyusupan ketuban utuh
hodge III-IV.

Assesment : Ny.B G2P1A0H1 UK 38 minggu inpartu kala II dengan


PEB
Planning :
1. Memberitahukan kepada ibu bahwa dia akan segera ditolong pembukaan sudah
lengkap dan ketuban sudah pecah dengan amniotomi, DJJ (+): 145x/menit, ibu
dapat meneran jika ada His. (Ibu mengerti dan bersedia)
2. Mengenakan APD yaitu celemek, penutup kepala, masker, sarung tangan, dan
sepatu boot, mencuci tangan dan mendekatkan alat. (Terlaksana)
3. Membimbing ibu untuk meneran dengan benar yaitu ketika ada HIS maka
letakkan tangan di paha, kepala didekatkan ke leher sehingga dagu menempel
di dada lalu memberikan tekanan di perut, menganjurkan ibu beristirahat jika
tidak ada HIS. (Terlaksana.)
Membantu proses persalinan :
a. Meletakkan kain bersih di atas perut ibu jika kepala bayi telah membuka
vulva 5-6 cm, letakkan alas persalinan di bawah bokong ibu, pimpin
persalinan.
b. Tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri menahan belakang kepala
bayi agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat, maka lahirlah berturut-
turut UUK, UUB, dahi, hidung, dan dagu maka lahirlah seluruh kepala bayi.
c. Setelah kepala lahir, periksa lilitan tali pusat, tidak ada, tunggu putaran
paksi luar, pegang biparietal arahkan kebawah untuk melahirkan bahu depan
dan arahkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang, kemudian sanggah
susur lalu jepit dengan kedua jari tangan. Bayi lahir spontan pada pukul
16.00 WIB langsung menangis, BB: 3.400 gr, PB: 49 cm.
d. Melakukan penilaian sepintas pada bayi, mengeringkan bayi dan mengganti
dengan kain yang bersih. Bayi menangis kuat, tonus otot baik, kulit
kemerahan.

KALA III

SOAP PERKEMBANGAN

Tanggal / pukul :27 November 2018 / 16.10 WIB.


Subjektif : Ibu mengatakan lelah, tetapi senang akan kelahiran
bayinya.
Objektif : Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,0 0C
Respirasi : 20 x/menit
Terpasang RL drip MgSO4 60% 20 tpm
Tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu adanya semburan
darah, uterus globuler, dan tali pusat memanjang.
Assesment : Ny.B P2A0H2 parturien kala III dengan PEB.
Planning :
1. Memberitahukan kepada ibu bahwa ari-arinya akan segera lahir. (Ibu
mengerti).
2. Melakukan manajemen aktif kala III yaitu periksa ada tidaknya janin kedua,
menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di paha luar ibu, jepit tali pusat
dengan klem pertama diletakkan 3-4 cm dari pangkal pusat kemudian lakukan
pengurutan lalu dilakukan pengkleman kedua dengan jarak 1-2 cm dari klem
pertama, setelah itu melakukan pemotongan tali pusat. (Terlaksana).
3. Setelah adanya tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu adanya semburan darah,
tali pusat memanjang, terjadi kontraksi rahim segera lakukan peregangan tali
pusat terkendali. Memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva, tangan yang lain
menekan secara dorso kranial pada simpisis ibu, pada saat plasenta muncul di
introitus vagina pegang plasenta dengan kedua tangan dan putar searah jarum
jam. Plasenta lahir pada pukul 16.15 WIB.
4. Melakukan masase uterus selama 15 detik sebanyak 15 kali searah jarum jam
hingga fundus terasa keras. (Terlaksana).
5. Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta. Plasenta lahir lengkap dengan
kotiledon utuh. (terlaksana)
6. Melakukan penilaian perdarahan dan robekan jalan lahir, laserasi derajat II.
(Hecting Terlaksana)
7. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memulihkan tenaga. (Ibu
bersedia)

KALA IV

SOAP PERKEMBANGAN

Tanggal / pukul : 27 November 2018 / 16.30 WIB.


Subjektif : Ibu mengatakan senang akan kelahiran bayinya.
Objektif : Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Respirasi : 20 x/menit
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
Assesment : Ny.B P2A0H2 parturien kala IV dengan PEB.
Planning :
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan. Ibu dan keluarga mengetahui
hasil pemerikasaan.
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memulihkan tenaga dan
melakukan masase uterus dengan cara meletakkan tangan di atas simpisis putar
searah jarum jam. Lakukan jika uterus terasa lembek dan terasa keluar banyak
darah. (Ibu mengerti).
3. Melakukan pemantauan kala IV yaitu memeriksa TD, nadi, suhu, kontraksi,
kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada satu jam pertama dan
setiap 30 menit pada satu jam kedua. (Terlaksana)
4. Membersihkan ibu dengan air DTT dan meletakkan peralatan yang sudah
digunakan ke dalam trolly kotor lalu mengantar ke CSSD. (Terlaksana)
Melakukan perawatan BBL yaitu injeksi vit K dan salep mata tetrasiklin 1%.
(Terlaksana)
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Terlaksana.
6. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi yaitu miring ke kiri dan ke kanan.
(Terlaksana)
7. Melengkapi partograf. (Terlaksana)

SOAP PERKEMBANGAN PASIEN PULANG

Tanggal/Jam SOAP
27 November 2018 Subjektif:
21.00 WIB Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Objektif:
Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Kontraksi : Baik
Urine :1000 cc
Perdarahan : ±20 cc
Terpasang RL 20 tpm
Terpasang DC Urine
Asessment:
Ny.B P2A0H2 postpartum spontan dengan PEB.
Planning:
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan dan kondisinya saat ini yaitu TD:
160/100 mmHg, N: 84 x/mnt, S: 36,7 0C, RR: 20
x/menit. (Ibu mengerti).
2. Advice dokter SpOG Memberikan obat oral
cefadroxil, paracetamol, nifedipin, sf , vita A
(terlaksana)
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi pola nutrisi
dengan makan makanan yang sehat (Ibu mengerti)
4. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya (ibu
mengerti)
5. Mengajarkan ibu teknik relaksasi miring kanan dan
miring kiri (ibu sudah melakukannya)
28 November 2018 Subjektif:
14.00 WIB Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Objektif:
Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Urine : 500 cc
Perdarahan : ±10 cc
Terpasang infus RL 20 20 tpm
Terpasang DC urine
Asessment:
Ny.B P2A0H2 postpartum spontan dengan PEB.
Planning:
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan dan kondisinya saat ini yaitu TD: 160/90
mmHg, N: 82 x/mnt, S: 36,5 0C, RR: 20 x/menit. (Ibu
mengerti).
2. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya (ibu
mengerti)
3. Memberitahu ibu untuk beristirahat yang cukup ( ibu
mengerti)
28 November 2018 Subjektif:
18.00 WIB Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Objektif:
Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37 0C
Terpasang infus RL 20tpm
Terpasang DC Urine
Asessment:
Ny.B P2A0H2 postpartum spontan dengan PEB.
Planning:
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan dan kondisinya saat ini yaitu TD: 150/90
mmHg, N: 83 x/mnt, S: 37 0C, RR: 20 x/menit. (Ibu
mengerti).
28 November 2018 Subjektif:
21.00 WIB Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Objektif:
Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,6 0C
Urine : 300 cc
Perdarahan : ± 20 cc
Terpasang infus RL 20 tpm
Terpasang DC urine
Asessment :
Ny.B P2A0H2 postpartum spontan dengan PEB.
Planning:
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan dan kondisinya saat ini yaitu TD: 140/80
mmHg, N: 80 x/mnt, S: 36,6 0C, RR: 20 x/menit. (Ibu
mengerti).
2. Advice Dr. SpOG aff infus dan kateter (terlaksana)
3. Menginformasikan kepada ibu belajar berjalan-jalan
kecil (ibu sudah berjalan-jalan kecil ke kamar mandi)
4. Menginformasikan kepada ibu bahwa dirinya sudah
boleh pulang (ibu mengerti)
5. Menginformasikan kepada ibu untuk kunjungan ulang
1 minggu lagi (ibu mengerti)
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan teori yang dikemukakan Prawirohardjo 2005, Preeklamsia


adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan oedema yang
timbul karena kehamilan. Maka dalam kasus yang dialami oleh Ny.B dapat
disimpulkan bahwa Ny.B mengalami preeklampsia. Adapun faktor predisposisi
preeklampsia yang dialami oleh Ny.B menurut penulis disebabkan oleh riwayat
penyakit keluarga yaitu diabetes mellitus serta hipertensi. Faktor predisposisi ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rukiyah, dkk.
Kasus preeklampsia yang dialami oleh Ny.B ini diklasifikasikan kedalam
Preeklampsia berat karena sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Marmi,
dkk 2014 hal 68, preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah
sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥110 mmHg disertai protein uria
lebih 5g/24 jam atau ≥+ 2. Didalam kasus tekanan darah Ny.B 180/110 mmHg
dengan protein urine (++).
Penatalaksanaan kasus Preeklampsia berat pada Ny.B di RSUD Kota
Tanjungpinang sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Edwin, 2013 yaitu :
a. Berikan obat antihipertensi. Obat-obatan anti hipertensi menjaga agar
perdarahan intracranial pada ibu tidak terjadi. Obat yang digunakan yaitu
nifedipine dengan dosis 10-20 mg setiap 6 sampai 8 jam.
b. Diberikan obat anti kejang MgSO4 yang digunakan untuk menghentikan dan
atau mencegah konvulsi tanpa menyebabkan depresi pernafasan untuk ibu
maupun janin. Dosis awal pemberian 4 gram MgSO4 diencerkan dalam 10 ml
larutan cairan intravena (Ringer Laktat) selama 10 menit dengan tetesan IV
lambat. Dosis jaga 1-2 mg/jam dengan tetesan IV lambat yang dimulai segera
setelah dosis awal dan dilanjutkan selama 24 jam setelah persalinan atau
setelah konvulsi terakhir. MgSO4 harus diberikan dengan metode infuse
terkendali dan memastikan sebelum pemberian setiap dosis, pasien memiliki
output urine tidak kurang dari 30 ml/jam, refleks patella (+/+), kecepatan
pernafasan diatas 12/menit.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mahasiswa telah melakukan pengkajian Data Subjektif terhadap Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.B G2P1A0H1 UK 38 minggu dengan Pre
Eklampsia Berat di RSUD Kota Tanjungpinang.
2. Mahasiswa telah melakukan pengakjian Data Objektif terhadap Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.B G2P1A0H1 UK 38 minggu dengan Pre
Eklampsia Berat di RSUD Kota Tanjungpinang
3. Mahasiswa telah membuat Assesment terhadap Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Bersalin Ny.B G2P1A0H1 UK 38 minggu dengan Pre Eklampsia Berat
di RSUD Kota Tanjungpinang
4. Mahasiswa telah memberikan Planning terhadap Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Bersalin Ny.B G2P1A0H1 UK 38 minggu dengan Pre Eklampsia Berat
di RSUD Kota Tanjungpinang

B. Saran
1. Mahasiswa
Mengenali Gambaran klinis dari preeklampsia berat sehingga bisa
dilakukan penanganan secara tepat.
2. Tenaga Kesehatan
Mengetahui penatalaksanaan untuk penanganan preeklampsia berat.
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah Ai Yeyeh. Yulianti Lia. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (patologi).


Purwakarta.TIM
Prawirohardjo, Sarwono., 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Marni, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Patologis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai