Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEGAWATDARURATAN

PADA NY “F” G5P2A2 AMENORHEA 4 BULAN DENGAN MISSED


ABORTION DI RSD dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBER
PERIODE 18 s/d 30 APRIL 2022

LAPORAN PRAKTIK KLINIK

Oleh:
Ika Nur Afita (P17312215107)
Laksmitha Janasti (P17312215118)
Afifah Faza Maulidha (P17312215131)
Aprilina (P17312215132)
Ekky Wahyuningtyas (P17312215154)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kesempatan yang telah diberikan, sehingga Laporan Praktik Klinik yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Komprehensif Kegawatdaruratan pada Ny.F G5P2A2 Amenorhea
4 Bulan dengan Missed Abortion di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember Periode 18
s/d 30 April 2022”, dapat diselesaikan dengan baik. Laporan komprehensif ini
disusun dalam rangka pemenuhan target laporan asuhan kebidanan gadar maternal
neonatal dan kolaborasi kasus patolagi dan komplikasi yang ditetapkan kepada
mahasiswa Pendidikan Profesi Bidan.
Dalam penyusunan laporan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, antara lain:
1. Syiska Atik Maryanti, S.SiT., M.Keb selaku dosen pembimbing akademik
yang telah bersedia membimbing dari pendidikan.
2. Wuri Hendras Kartikaningrum, SST selaku pembimbing klinik yang telah
bersedia membimbing di tempat praktik.
3. Serta berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan
ini.
Penulis manyadari bahwa laporan asuhan kebidanan komprehensif ini masih
jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca maupun penulis.

Jember, April 2022

Penyusun

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Komprehensif Stase Maternal Neonatal dan Kolaborasi pada Kasus Patologi
dan Komplikasi
dengan Judul “Ny.F G5P2A2 Amenorhea 4 Bulan dengan Missed Abortion” di RSD
dr. Soebandi Kabupaten Jember Periode 18 s/d 30 April 2022
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal …………..

Oleh:

Nama Persepti NIM Tanda Tangan


Ika Nur Afita P17312215107
Laksmitha Janasti P17312215118
Afifah Faza Maulidha P17312215131
Aprilina P17312215132
Ekky Wahyuningtyas P17312215154

Dewan Penguji,

Pembimbing Praktik Pembimbing Akademik

Wuri Hendras Kartikaningrum, SST Syiska Atik M., S.SiT., M.Keb


NIP. 198107192002122003 NIP. 197804172002122003

Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan

Ika Yudianti, SST, M.Keb


NIP. 19800727 200312 2 002

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Tujuan ...........................................................................................................................3
1.3 Metode Penulisan..........................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Kehamilan..............................................................................................6
2.2 Konsep Dasar Abortus...................................................................................................19
2.3 Konsep Manajemen Kebidanan.....................................................................................27
BAB 3 TINJAUAN KASUS...............................................................................................34
BAB 4 ANALISIS KEBUTUHAN KOLABORASI ANTAR PROFESI..........................
BAB 5 TELAAH ARTIKEL ILMIAH.................................................................................
BAB 6 PEMBAHASAN.........................................................................................................
BAB 7 PENUTUP...................................................................................................................
5.1 Kesimpulan........................................................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
Lampiran.................................................................................................................................

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah mulai dari konsepsi
sampai bayi lahir. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 10 bulan atau 9 bulan. Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu
disebut kehamilan premature sedangkan bila lebih dari 42 minggu disebut
kehamilan postmatur. Kehamilan juga mempengaruhi kematian ibu karena adanya
komplikasi obstetrik yaitu hiperemesis gravidarum, abortus, mola hidatidosa,
preeklamsi dan eklamsi (Muhimah 2010).
Pada masa kehamilan, kondisi kesehatan ibu hamil akan menentukan sehat
atau tidaknya pertumbuhan janin di dalam kandungan. Namun, masa kehamilan
itu sendiri sebenarnya juga bisa menjadi penyebab menurunnya daya tahan tubuh
ibu hamil yang akhirnya memicu timbulnya beberapa macam penyakit. Ada
beberapa penyakit yang sering muncul pada ibu hamil terutama di usia kehamilan
trimester pertama, salah satunya adalah pendarahan (Rukiyah, dkk, 2009).
Pendarahan pada ibu hamil dapat terjadi pada usia kehamilan berapapun juga,
namun biasanya sering dialami ibu hamil pada trimester pertama. Sedikit bercak
darah, nyeri perut bagian bawah merupakan hal yang berbahaya bagi ibu hamil.
Namun, jika ibu hamil mengalami pendarahan berat di usia kehamilan trimester
pertama maka itu adalah salah satu tanda terjadinya keguguran
(Rukiyah,dkk,2009).
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat
bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin
belum 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada
wanita yang sedang hamil (Rukiyah, 2010).
Menurut WHO Pada Tanggal 12 November 2015 | JENEWA | NEW YORK -
kematian ibu telah menurun 44% sejak tahun 1990, badan-badan PBB dan
Kelompok Bank Dunia. Kelompok Bank Dunia dan Divisi Populasi PBB
menyoroti kemajuan kematian ibu turun 44% sejak tahun 1990 – PBB. Kematian
ibu di seluruh dunia turun dari sekitar 532.000 pada tahun 1990 menjadi
diperkirakan 303.000 tahun ini, menurut laporan, yang terakhir dalam serangkaian
yang telah melihat kemajuan di bawah Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs).
Ini setara dengan rasio diperkirakan global yang kematian ibu (AKI) dari 216
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, turun dari 385 pada tahun 1990.
Kematian ibu didefinisikan sebagai kematian seorang wanita selama kehamilan,
melahirkan atau dalam waktu 6 minggu setelah melahirkan (WHO, 2015).
Jumlah kematian ibu karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan
mengalami penurunan sebesar 43% dari perkiraan 532.000 di 1990-303.000 pada
tahun 2015. Perkembangan ini penting, tetapi tingkat tahunan penurunan kurang

1
dari setengah dari apa yang dibutuhkan untuk mencapai Sustainable Development
Goals (SDGs) target menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% antara tahun
1990 dan 2015, yang akan membutuhkan penurunan tahunan 5,5%. Penurunan
44% sejak tahun 1990 diterjemahkan ke dalam penurunan rata-rata tahunan hanya
2,3%. Antara 1990 dan 2000, angka kematian ibu global menurun sebesar 1,2%
per tahun, sedangkan 2000-2015 kemajuan dipercepat untuk penurunan 3,0% per
tahun. Pada akhir tahun ini, sekitar 99% dari kematian ibu di dunia akan terjadi di
daerah berkembang, dengan Sub-Sahara Afrika sendiri terhitung 2 di 3 (66%)
kematian. Tapi itu merupakan perbaikan besar: Sub-Sahara Afrika melihat hampir
45% penurunan dalam MMR, 987-546 per 100.000 kelahiran hidup antara tahun
1990 dan 2015. Peningkatan terbesar dari kawasan manapun tercatat di Asia
Timur, di mana angka kematian ibu turun dari sekitar 95-27 per 100.000 kelahiran
hidup (pengurangan 72%) (Kemenkes, 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator pembangunan kesehatan seperti yang tertera pada program
WHO Sustainable Development Goals (SDGs) yang dimulai dari tahun 2015-
2030 yang didalamnya mencakup sasaran pokok pada tahun 2030 angka kematian
ibu hingga dibawah 306 per 100.000 kelahiran hidup. Kemudian untuk target
angka kematian bayi pada tahun 2030 hingga 24 per 1000 kelahiran hidup
(Santono, 2016). Berdasarkan hasil SUPAS tahun 2015 dalam profil kesehatan
Indonesia tahun 2020 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat sebesar
305/100.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia pada tahun 2017 mencapai 24/1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,
2020). Di Provinsi Jawa Timur sendiri AKI pada tahun 2019 tercatat
89,81/100.000 kelahiran hidup dan AKB Jawa timur tercatat 23/1000 kelahiran
hidup yang berarti sudah berada dibawah target nasional yaitu sebanyak 24/1000
KH (Dinkes Jatim, 2020). Sedangkan dari Kabupaten Jember pada tahun 2018
angka kematian ibu (AKI) yaitu mencapai 114,31% dan melebihi target yang
sudah dicanangkan di RPJMD dan RENTSRA DINKES. Sedangkan angka
kematian bayi (AKB) pada tahun 2018 mencapai 4,54 dan berada dibawah target
RPJMD dan RENSTRA DINKES yaitu sebesar 6,01 (Dinkes Jember, 2019).
Beberapa faktor penyebab abortus yaitu : faktor janin, yang dapat
menyebabkan terjadinya abortus yaitu adanya kelainan genetik, hal ini dapat
terjadi pada 50% - 60 % kasus abortus dan faktor ibu, antara lain anemia, kelainan
endokrin(hormonal), faktor kekebalan (imunologi), kelemahan otot leher rahim,
kelainan bentuk rahim, dan infeksi yang diduga akibat beberapa virus seperti
campak jerman, cacar air, herpes, toksoplasma, dan klamidia (Rukiyah, 2010).
Salah satu penyebab tinggi abortus spontan adalah anemia yang disebabkan
karena gangguan nutrisi dan peredaran oksigen menuju sirkulasi utero plasenter

2
sehingga dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan melalui plasenta (Prawiroharjo, 2014).
Risiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas dan
usia ibu. Penelitian di London menyatakan bahwa kehamilan pertama mempunyai
risiko abortus yang lebih tinggi daripada kehamilan kedua dan ketiga. Akan
tetapi, risiko abortus kembali meningkat setelah kehamilan keempat. Penyebab
kejadian ini belum dapat diketahui secara pasti. Demikian juga hasil penelitian di
Palembang yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
paritas dengan kejadian abortus (Wadud, 2011).
Pada ibu usia di bawah 20 tahun risiko terjadinya abortus kurang dari 2%.
Risiko meningkat 10% pada usia ibu lebih dari 35 tahun dan mencapai 50% pada
usia ibu lebih dari 45 tahun. Peningkatan risiko abortus ini diduga berhubungan
dengan abnormalitas kromosom pada wanita usia lanjut. Penelitian di Palembang
juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia
dengan kejadian abortus (Widyastuti, 2008).
Risiko abortus meningkat pada wanita yang telah mengalami keguguran
sebelumnya. Faktor risiko lain yang terkait dengan abortus termasuk penyakit
penyerta ibu seperti diabetes mellitus, hipotiroidisme, epilepsi, hipertensi, infeksi
ginjal (pielonefritis), dan infeksi lain; kelainan saluran genital dari serviks atau
rahim; obat dan penyalahgunaan alkohol; merokok berlebihan, cedera fisik, gizi
buruk, dan syok emosional parah (Gaufberg, 2008).
Dari uraian data diatas penulis akan melakukan asuhan kebidanan secara
komprehensif pada Ny. F untuk memantau dan memastikan kesehatan ibu dengan
missed abortion.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan gadar maternal neonatal
dan kolaborasi kasus patologi dan komplikasi dengan menggunakan
pendekatan manajemen asuhan kebidanan komprehensif dengan
pendokumentasian SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan missed abortion.
2) Melakukan analisis data pada ibu hamil dengan missed abortion.
3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan missed abortion.
4) Melakukan evaluasi dari asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
missed abortion.
5) Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
missed abortion.

3
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan untuk penulisan asuhan komprehensif ini adalah
sebagai berikut:
1.3.1 Studi Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan
dengan missed abortion.
1.3.2 Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan
kebidanan yang meliputi: pengkajian dan analisa data dasar,
mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual, mengidentifikasi
diagnosa/masalah potensial, melakukan tindakan segera dan kolaborasi,
menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan, melaksanakan tindakan
asuhan kebidanan, mengevaluasi asuhan kebidanan, serta
mendokumentasikan asuhan kebidanan, untuk menghimpun data dan
informasi dalam pengkajian dilakukan dengan menggunakan teknik :
a. Anamnesa
Mengadakan tanya jawab langsung dengan petugas di ruang
PONEK yang berhubungan dengan masalah missed abortion.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala
sampai kaki meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1) Inspeksi, merupakan proses observasi dengan menggunakan
mata, inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik
yang berhubungan dengan status fisik.
2) Palpasi, dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau
rabaan. Metode ini dilakukan untuk mendeteksi ciri-ciri
jaringan atau organ.
3) Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
4) Auskultasi merupakan metode pengkajian yang
menggunakan stetoskop untuk memperjelas mendengar
denyut jantung, paru-paru, bunyi usus serta untuk mengatur
tekanan darah sedangkan lenek digunakan mendengar
denyut jantung janin (DJJ).
c. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi pengkajian status emosional,
respon terhadap kondisi yang dialami serta pola interaksi klien
terhadap keluarga, petugas kesehatan dan lingkungannya.

4
1.3.3 Studi Dokumentasi
Dengan membaca dan mempelajari kasus serta menginterpretasikan
data yang berhubungan dengan masalah kehamilan ibu, baik dari catatan
dokter, bidan, maupun sumber lain yang menunjang.
1.3.4 Diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yakni dokter, bidan, maupun
pembimbing akademik serta sumber lain yang menunjang.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan


2.1.1 Deinisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam
Prawirohardjo (2014), kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga kelahiran bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau sembilan
bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam tiga
trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2014).
2.1.2 Tanda dan Kehamilan
Berikut ini beberapa tanda dan gejala kehamilan menurut
Yulizawati,dkk (2017).
1. Tanda tidak pasti kehamilan
Berikut adalah tanda-tanda dugaan adanya kehamilan:
a. Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf
dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid
terakhir dengan perhitungan rumus Naegele, dapat
ditentukan perkiraan persalinan.
b. Mual dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan
progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung
yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi
hari disebut morning sickness. Dalam batas yang
fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan
muntah, nafsu makan berkurang.
c. Ngidam. Wanita hamil sering menginginkan makanan
tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.
d. Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke
daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan
saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16
minggu.
e. Payudara tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan
garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.

6
Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama
pada hamil pertama.
f. Sering miksi. Desakan rahim kedepan menyebabkan
kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada
trimester II, gejala ini sudah mulai menghilang.
g. Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh progesteron dapat
menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan
untuk buang air besar.
h. Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating
hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit
disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut
(striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam) dan
sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, putting
susu makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol,
pembuluh darah manifes sekitar payudara).
i. Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi
bila hamil.
j. Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena
pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka
yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu
terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki, betis dan
payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat
menghilang setelah persalinan.
2. Tanda dugaan kehamilan
a. Rahim membesar, sesuai dengan usia kehamilan.
b. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda
Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks dan
teraba ballotement.
c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi
sebagian kemungkinan positif palsu.
3. Tanda pasti kehamilan
a. Gerakan janin dalam rahim.
b. Terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian-
bagian janin.
c. Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec,
alat kardiotokografi, alat Doppler dan dapat dilihat
dengan ultrasonografi.

7
2.1.3 Perubahan Fisiologis pada Masa Kehamilan
Perubahan anatomis dan fisiologis wanita hamil menurut
Tyastuti dan Wahyuningsih (2016) adalah sebagai berikut:
a. Perubahan pada sistem reproduksi
1) Uterus
Ibu hamil uterusnya mengalami pembesaran akibat
pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Hormon estrogen
menyebabkan hiperplasi jaringan, hormon progesteron
berperan untuk elastisitas atau kelenturan uterus. Taksiran
kasar pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus yaitu
sebagai berikut.
a) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
b) Kehamilan 8 minggu : telur bebek
c) Kehamilan 12 minggu : telur angsa
d) Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
e) Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
f) Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
g) Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
h) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
i) Minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid Ismus
2) Vagina dan Vulva
Pada vagina ibu hamil terjadi hipervaskularisasi menimbulkan
warna merah ungu kebiruan yang disebut dengan tanda
Chadwick. Vagina ibu hamil berubah menjadi lebih asam,
keasaman (pH) dari 4 berubah menjadi 6.5 sehingga
menyebabkan wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi
vagina terutama infeksi jamur. Hipervaskularisasi pada vagina
dapat menyebabkan hipersensitivitas sehingga dapat
meningkatkan libido atau membangkitkan seksual terutama
pada kehamilan trimester dua.
3) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,
terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama
kehamilan ovarium tenang atau beristirahat. Tidak terjadi
pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi
ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.
b. Perubahan pada payudara
Akibat pengaruh hormon estrogen maka dapat memacu
perkembangan duktus (saluran) air susu pada payudara. sedangkan
hormon progesteron menambah sel-sel asinus pada payudara.

8
Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomamotropin)
menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara,
serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Pada ibu hamil payudara
membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi
kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat
pengaruh melanofor, puting susu membesar dan menonjol.
Hipertropi kelenjar sabasea (lemak) muncul pada aeola mamae
disebut tuberkel Montgomery yang kelihatan di sekitar puting susu.
Kelenjar sebasea ini berfungsi sebagai pelumas puting susu,
kelembutan puting susu terganggu apabila lemak pelindung ini
dicuci dengan sabun. Puting susu akan mengeluarkan kolostrum
yaitu cairan sebelum menjadi susu yang berwarna putih
kekuningan pada trimester ketiga.
c. Perubahan pada sistem endokrin
1) Progesteron
Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh
corpus luteum dan setelah itu secara bertahap dihasilkan oleh
plasenta. Kadar hormon ini meningkat selama hamil dan
menjelang persalinan mengalami penurunan. Produksi
maksimum diperkirakan 250 mg/hari. Aktivitas progesteron
diperkirakan:
a) Menurunkan tonus otot polos:
1. Motilitas lambung terhambat sehingga terjadi mual
2. Aktivitas kolon menurun sehingga pengosongan
berjalan lambat, menyebabkan reabsorbsi air
meningkat, akibatnya ibu hamil mengalami
konstipasi.
3. Tonus otot menurun sehingga menyebabkan aktivitas
menurun.
4. Tonus vesica urinaria dan ureter menurun
menyebabkan terjadi statis urine.
b) Menurunkan tonus vaskuler: menyebabkan tekanan
diastolic menurun sehingga terjadi dilatasi vena.
c) Meningkatkan suhu tubuh.
d) Meningkatkan cadangan lemak.
e) Memicu over breathing: tekanan CO2 (Pa CO2) arterial
dan alveolar menurun.
f) Memicu perkembangan payudara.

9
2) Estrogen
Pada awal kehamilan sumber utama estrogen adalah ovarium.
Selanjutnya estrone dan estradiol dihasilkan oleh plasenta dan
kadarnya meningkat beratus kali lipat, out put estrogen
maksimum 30-40 mg/hari. Kadar terus meningkat menjelang
aterm.
Aktivitas estrogen adalah:
a) Memicu pertumbuhan dan pengendalian fungsi uterus
b) Bersama dengan progesteron memicu pertumbuhan
payudara
c) Merubah konsitusi kimiawi jaringan ikat sehingga lebih
lentur dan menyebabkan servik elastis, kapsul persendian
melunak, mobilitas persendian meningkat.
d) Retensi air
e) Menurunkan sekresi natrium.
3) Kortisol
Pada awal kehamilan sumber utama adalah adreanal maternal
dan pada kehamilan lanjut sumber utamanya adalah plasenta.
Produksi harian 25 mg/hari. Sebagian besar diantaranya
berikatan dengan protein sehingga tidak bersifat aktif. Kortisol
secara simultan merangsang peningkatan produksi insulin dan
meningkatkan resistensi perifer ibu pada insulin, misalnya
jaringan tidak bisa menggunakan insulin, hal ini
mengakibatkan tubuh ibu hamil membutuhkan lebih banyak
insulin. Sel-sel beta normal pulau Langerhans pada pankreas
dapat memenuhi kebutuhan insulin pada ibu hamil yang secara
terus menerus tetap meningkat sampai aterm. Ada sebagian ibu
hamil mengalami peningkatan gula darah hal ini dapat
disebabkan karena resistensi perifer ibu hamil pada insulin.
4) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada hamil
muda hormon ini diproduksi oleh trofoblas dan selanjutnya
dihasilkan oleh plasenta. HCG dapat untuk mendeteksi
kehamilan dengan darah ibu hamil pada 11 hari setelah
pembuahan dan mendeteksi pada urin ibu hamil pada 12-14
hari setelah kehamilan. Kandungan HCG pada ibu hamil
mengalami puncaknya pada 8-11 minggu umur kehamilan.
Kadar HCG tidak boleh dipakai untuk memastikan adanya
kehamilan karena kadarnya bervariasi, sehingga dengan adanya

10
kadar HCG yang meningkat bukan merupakan tanda pasti
hamil tetapi merupakan tanda kemungkinan hamil.
Kadar HCG kurang dari 5 mlU/ml dinyatakan tidak hamil dan
kadar HCG lebih 25 mlU/ml dinyatakan kemungkinan hamil.
Apabila kadar HCG rendah maka kemungkinan kesalahan
HPHT, akan mengalami keguguran atau kehamilan ektopik.
Sedangkan apabila kadar HCG lebih tinggi dari standart maka
kemungkinan kesalahan HPHT, hamil Mola Hidatidosa atau
hamil kembar. HCG akan kembali kadarnya seperti semula
pada 4-6 minggu setelah keguguran, sehingga apabila ibu
hamil baru mengalami keguguran maka kadarnya masih bisa
seperti positif hamil jadi hati–hati dalam menentukan diagnosa,
apabila ada ibu hamil yang mengalami keguguran untuk
menentukan diagnosa tidak cukup dengan pemeriksaan HCG
tetapi memerlukan pemeriksaan lain.
5) Human Placental Lactogen (HPL)
Kadar HPL atau Chorionic Somatotropin ini terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan plasenta selama kehamilan.
Hormon ini mempunyai efek laktogenik dan antagonis insulin.
HPL juga bersifat diabetogenik sehingga menyebabkan
kebutuhan insulin pada wanita hamil meningkat.
6) Relaxin
Dihasilkan oleh corpus luteum, dapat dideteksi selama
kehamilan, kadar tertinggi dicapai pada trimester pertama.
Peran fisiologis belum jelas, diduga berperan penting dalam
maturasi servik.
7) Hormon Hipofisis
Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama
kehamilan, namun kadar prolaktin meningkat yang berfungsi
untuk menghasilkan kolostrum. Pada saat persalinan setelah
plasenta lahir maka kadar prolaktin menurun, penurunan ini
berlangsung terus sampai pada saat ibu menyusui. Pada saat
ibu menyusui prolaktin dapat dihasilkan dengan rangsangan
pada puting pada saat bayi mengisap puting susu ibu untuk
memproduksi ASI.
d. Perubahan pada kekebalan
Pada ibu hamil terjadi perubahan pH pada vagina, sekresi
vagina berubah dari asam menjadi lebih bersifat basa sehingga
pada ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi pada vagina. Mulai
kehamilan delapan minggu sudah kelihatan gejala terjadinya

11
kekebalan dengan adanya limfosit. Semakin bertambahnya umur
kehamilan maka jumlah limfosit semakin meningkat. Dengan
tuanya kehamilan maka ditemukan sel-sel limfoid yang berfungsi
membentuk molekul imunoglobulin. Imunoglobulin yang dibentuk
antara lain:
1. Gamma–A imunoglobulin: dibentuk pada kehamilan dua bulan
dan baru banyak ditemukan pada saat bayi dilahirkan.
2. Gamma–G imunoglobulin: pada janin diperoleh dari ibunya
melalui plasenta dengan cara pinositosis, hal ini yang disebut
kekebalan pasif yang diperoleh dari ibunya. Pada janin
ditemukan sedikit tetapi dapat dibentuk dalam jumlah banyak
pada saat bayi berumur dua bulan.
3. Gamma–M imunoglobulin: ditemukan pada kehamilan 5 bulan
dan meningkat segera pada saat bayi dilahirkan.
e. Perubahan pada sistem pernafasan
Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya
terjadi pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan
oleh karena uterus yang semakin membesar sehingga menekan
usus dan mendorong ke atas menyebabkan tinggi diafragma
bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan
oksigen wanita hamil meningkat sampai 20%, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan oksigen wanita hamil bernapas dalam.
Peningkatan hormon estrogen pada kehamilan dapat
mengakibatkan peningkatan vaskularisasi pada saluran pernapasan
atas. Kapiler yang membesar dapat mengakibatkan edema dan
hiperemia pada hidung, faring, laring, trakhea dan bronkus. Hal ini
dapat menimbulkan sumbatan pada hidung dan sinus, hidung
berdarah (epstaksis) dan perubahan suara pada ibu hamil.
Peningkatan vaskularisasi dapat juga mengakibatkan membran
timpani dan tuba eustaki bengkak sehingga menimbulkan
gangguan pendengaran, nyeri dan rasa penuh pada telinga.
f. Perubahan pada sistem perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter
membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun. Kencing lebih
sering (poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69%.
Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang
terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan hidroureter dan
mungkin hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea dan asam
urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap
normal. Wanita hamil trimester I dan III sering mengalami buang

12
air kecil sehingga sangat dianjurkan untuk sering mengganti celana
dalam agar tetap kering.
g. Perubahan pada sistem pencernaan
Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual
dan muntah-muntah. Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari
disebut Morning Sickness. Selain itu terjadi juga perubahan
peristaltik dengan gejala sering kembung dan konstipasi. Pada
keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak
sampai lebih dari 10x/hari (hiperemesis gravidarum). Aliran darah
ke panggul dan tekanan vena yang meningkat dapat
mengakibatkan hemoroid pada akhir kehamilan. Hormon estrogen
juga dapat mengakibatkan gusi hiperemia dan cenderung mudah
berdarah. Tidak ada peningkatan sekresi saliva, meskipun banyak
ibu hamil mengeluh merasa kelebihan saliva (ptialisme). Perasaan
ini kemungkinan akibat dari ibu hamil tersebut dengan tidak sadar
jarang menelan saliva ketika merasa mual sehingga terkesan saliva
menjadi banyak. Ibu hamil trimester pertama sering mengalami
nafsu makan menurun, hal ini dapat disebabkan perasaan mual dan
muntah yang sering terjadi pada kehamilan muda. Pada trimester
kedua mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu makan
semakin meningkat.
h. Perubahan pada sistem kardiovaskuler
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama
adalah perubahan maternal, meliputi:
1. Retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah
jantung
2. Terjadi hemodilusi sehingga menyebabkan anemia relative,
hemoglobin turun sampai 10%
3. Akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun
4. Tekanan darah sistolik maupun diastolik pada ibu hamil
trimester I turun 5-10 mmHg, hal ini kemungkinan
disebabkan karena terjadinya vasodilatasi perifer akibat
perubahan hormonal pada kehamilan. Tekanan darah akan
kembali normal pada trimester III kehamilan.
5. Curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester
I, menetap sampai akhir kehamilan
6. Volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
7. Trimester kedua denyut jantung meningkat 10-15 kali
permenit, dapat juga timbul palpitasi

13
8. Volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan,
kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir
kehamilan.
i. Perubahan pada sistem integumen
Ibu hamil sering mengalami perubahan pada kulit yaitu
terjadi hiperpigmentasi atau warna kulit kelihatan lebih gelap. Hal
ini disebabkan karena adanya peningkatan Melanosit Stimulating
Hormon (MSH). Hiperpigmentsi dapat terjadi pada muka , leher,
payudara, perut, lipat paha dan aksila. Hiperpigmentasi pada muka
disebut kloasma gravidarum biasanya timbul pada hidung, pipi dan
dahi. Hiperpigmentasi pada perut terjadi pada garis tengah
berwarna hitam kebiruan dari pusat kebawah sampai sympisis
yang disebut linea nigra.
Perubahan keseimbangan hormon pada ibu hamil dapat juga
menimbulkan perubahan berupa penebalan kulit, pertumbuhan
rambut maupun kuku. Perubahan juga terjadi pada aktifitas
kelenjar meningkat sehingga wanita hamil cenderung lebih banyak
mengeluarkan keringat maka ibu hamil sering mengeluh
kepanasan. Peregangan kulit pada ibu hamil menyebabkan elastis
kulit mudah pecah sehingga timbul striae gravidarum yaitu garis–
garis yang timbul pada perut ibu hamil. Garis–garis pada perut ibu
berwarna kebiruan disebut striae livide. Setelah partus striae livide
akan berubah menjadi striae albikans. Pada ibu hamil multigravida
biasanya terdapat striae livide dan striae albikans
j. Perubahan metabolisme
Basal Metabolic Rate (BMR) meningkat sampai 15% sampai
20 % pada akhir kehamilan, terjadi juga hipertrofitiroid sehingga
kelenjar tiroid terlihat jelas pada ibu hamil. BMR akan kembali
seperti sebelum hamil pada hari ke-5 atau ke-6 setelah persalinan.
Peningkatan BMR menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan
oksigen. Vasodilatasi perifer dan percepatan aktivitas kelenjar
keringat membantu melepaskan panas akibat peningkatan
metabolisme selama hamil.
Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300 kal/hari
(hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui), apabila karbohidrat kurang
maka mengambil cadangan lemak ibu untuk memenuhi kebutuhan.
Seorang ibu hamil sering merasa haus terus, nafsu makan
bertambah dan sering buang air kecil dan kadang–kadang
mengalami glukosuria (ada glukosa pada urin) sehingga
menyerupai diabetes melitus (DM). Hasil pemeriksaan glukosa

14
tolerence test pada kehamilan sebaiknya dilakukan dengan teliti
agar jelas diketahui ibu hamil tersebut mengalami DM atau hanya
karena perubahan hormon dalam kehamilannya.
Pembatasan karbohidrat pada ibu hamil tidak dibenarkan
karena dikawatirkan akan mengakibatkan gangguan pada
kehamilan, baik kesehatan ibu hamil maupun perkembangan janin.
Ibu hamil muslim yang menginginkan puasa pada bulan Ramadhan
supaya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Ibu hamil trimester
III sebaiknya tidak berpuasa karena dapat mengakibatkan dehidrasi
atau malnutrisi pada janin. Ibu hamil yang berpuasa selama 12 jam
dapat mengakibatkan hipoglikemia dan produksi keton dalam
tubuh dengan gejala lemah, mual dan dehidrasi sampai dapat
mengakibatkan gagal ginjal. Kebutuhan protein 1 gram/kg BB/hari
untuk menunjang pertumbuhan janin, diperlukan juga untuk
pertumbuhan badan, kandungan dan payudara. Protein juga
diperlukan untuk disimpan dan dikeluarkan pada saat laktasi.
Hormon somatomammotropin mempunyai peranan untuk
pembentukan lemak dan payudara. Lemak disimpan juga pada
paha, badan dan lengan ibu hamil. Kadar kolesterol plasma
meningkat sampai 300 g/100ml.
k. Perubahan pada sistem muskoloskeletal
Bentuk tubuh ibu hamil berubah secara bertahap
menyesuaikan penambahan berat ibu hamil dan semakin besarnya
janin, menyebabkan postur dan cara berjalan ibu hamil berubah.
Pada postur ibu hamil yang hiperlordosis sehingga menyebabkan
rasa cepat lelah dan sakit pada punggung. Postur tubuh
hiperlordosis dapat terjadi karena ibu hamil memakai alas kaki
terlalu tinggi sehingga memaksa tubuh untuk menyesuaikan, maka
sebaiknya ibu hamil supaya memakai alas kaki yang tipis dan tidak
licin, selain untuk kenyamanan juga mencegah terjadi kecelakaan
atau jatuh terpeleset.
Peningkatan hormon seks steroid yang bersirkulasi
mengakibatkan terjadinya jaringan ikat dan jaringan kolagen
mengalami perlunakan dan elastisitas berlebihan sehingga
mobiditas sendi panggul mengalami peningkatan dan relaksasi.
Derajat relaksasi bervariasi, simfisis pubis merenggang 4 mm,
tulang pubik melunak seperti tulang sendi, sambungan sendi
sacrococcigis mengendur membuat tulang coccigis bergeser
kebelakang untuk persiapan persalinan. Otot dinding perut
meregang menyebabkan tonus otot berkurang. Pada kehamilan

15
trimester III otot rektus abdominus memisah mengakibatkan isi
perut menonjol di garis tengah tubuh, umbilikalis menjadi lebih
datar atau menonjol. Setelah melahirkan tonus otot secara bertahap
kembali tetapi pemisahan otot rekti abdominalis tetap.
l. Perubahan darah dan pembekuan darah
Volume darah pada ibu hamil meningkat sekitar 1500 ml
terdiri dari 1000 ml plasma dan sekitar 450 ml Sel Darah Merah
(SDM). Peningkatan volume terjadi sekitar minggu ke-10 sampai
ke-12. Peningkatan volume darah ini sangat penting bagi
pertahanan tubuh untuk hipertrofi sistem vaskuler akibat
pembesaran uterus, hidrasi jaringan pada janin dan ibu saat ibu
hamil berdiri atau terlentang dan cadangan cairan untuk mengganti
darah yang hilang pada saat persalinan dan masa nifas.
Vasodilatasi perifer terjadi pada ibu hamil berguna untuk
mempertahankan tekanan darah supaya tetap normal meskipun
volume darah pada ibu hamil meningkat. Produksi SDM
meningkat selama hamil, peningkatan SDM tergantung pada
jumlah zat besi yang tersedia. Meskipun produksi SDM meningkat
tetapi hemoglobin dan hematokrit menurun, hal ini disebut anemia
fisiologis. Ibu hamil trimester II mengalami penurunan
hemoglobin dan hematokrit yang cepat karena pada saat ini terjadi
ekspansi volume darah yang cepat. Penurunan Hb paling rendah
pada kehamilan 20 minggu kemudian meningkat sedikit sampai
hamil cukup bulan. Ibu hamil dikatakan anemia apabila Hb < 11
gram % pada trimester I dan III, Hb < 10,5 gram % pada trimeter
II.
Kecenderungan koagulasi lebih besar selama hamil, hal ini
disebabkan oleh meningkatnya faktor-faktor pembekuan darah
diantaranya faktor VII, VIII, IX , X dan fibrinogen sehingga
menyebabkan ibu hamil dan ibu nifas lebih rentan terhadap
trombosis.
m. Perubahan berat badan
Ibu hamil diharapkan berat badannya bertambah, namun
demikian seringkali pada trimester I berat badan (BB) ibu hamil
tetap dan bahkan justru turun disebabkan rasa mual, muntah dan
nafsu makan berkurang sehingga asupan nutrisi kurang mencukupi
kebutuhan. Pada kehamilan trimester ke II ibu hamil sudah merasa
lebih nyaman biasanya mual muntah mulai berkurang sehingga
nafsu makan mulai bertambah maka pada trimester II ini BB ibu
hamil sudah mulai bertambah sampai akhir kehamilan.

16
Peningkatan BB selama hamil mempunyai kontribusi penting
dalam suksesnya kehamilan maka setiap ibu hamil periksa harus
ditimbang BB. Sebagian penambahan BB ibu hamil disimpan
dalam bentuk lemak untuk cadangan makanan janin pada trimester
terakhir dan sebagai sumber energi pada awal masa menyusui. Ibu
hamil perlu disarankan untuk tidak makan berlebihan karena
penambahan BB berlebihan pada saat hamil kemungkinan akan
tetap gemuk setelah melahirkan maka konsultasi gizi sangat
diperlukan pada ibu hamil. Peningkatan BB pada trimester II dan
III merupakan petunjuk penting tentang perkembangan janin.
Peningkatan BB pada ibu hamil yang mempunyai BMI normal
(19,8-26) yang direkomendasikan adalah 1 sampai 2 kg pada
trimester pertama dan 0,4 kg per minggu.
n. Perubahan pada sistem persarafan
Perubahan persarafan pada ibu hamil belum banyak
diketahui. Gejala neurologis dan neuromuskular yang timbul pada
ibu hamil adalah:
1. Terjadi perubahan sensori tungkai bawah disebabkan oleh
kompresi saraf panggul dan stasis vaskular akibat pembesaran
uterus.
2. Posisi ibu hamil menjadi lordosis akibat pembesaran uterus,
terjadi tarikan saraf atau kompresi akar saraf dapat
menyebabkan perasaan nyeri.
3. Edema dapat melibatkan saraf perifer, dapat juga menekan
saraf median di bawah karpalis pergelangan tangan, sehingga
menimbulkan rasa terbakar atau rasa gatal dan nyeri pada
tangan menjalar kesiku, paling sering terasa pada tangan yang
dominan.
4. Posisi ibu hamil yang membungkuk menyebabkan terjadinya
tarikan pada segmen pleksus brakhialis sehingga timbul
akroestesia (rasa baal atau gatal di tangan).
5. Ibu hamil sering mengeluh mengalami kram otot hal ini dapat
disebabkan oleh suatu keadaan hipokalsemia.
6. Nyeri kepala pada ibu hamil dapat disebabkan oleh
vasomotor yang tidak stabil, hipotensi postural atau
hipoglikemia.

17
2.1.4 Asuhan Kehamilan
Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan
menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti
manfaatnya.
a. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan
Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari
seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil tenaga
profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi
mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka
menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal
si pemberi asuhan.
b. Pelayanan yang terpusat pada wanita serta keluarga Wanita (ibu)
menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang
diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan
dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak
hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan
itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian
integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan
kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi
yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh
anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial
yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi
anggotanya. (Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000). Dalam hal
pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama
antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu
utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak
untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan
memperoleh pelayanan kebidanannya.
c. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi
dan memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan
dengan kehamilannya
Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus
mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil perlu mendapat
informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar.
Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan
tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling
yang dilakukan bidan (Sulistyawati, 2013).

2.1.5 Tanda Bahaya Kehamilan


Enam tanda-tanda bahaya selama kehamilan (Sulistyawati, 2013):

18
1) Perdarahan vagina
Pada awal kehamilan perdarahan yang tidak normal
adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan
dengan nyeri (berarti abortus, KET, mola hodatidosa)
Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak
normal adalah merah, banyak/sedikit, nyeri (berarti
plasenta prvia dan solusio plasenta)
2) Sakit kepala yang hebat
3) Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur)
4) Nyeri abdomen yang hebat
5) Bengkak pada muka atau tangan
6) Bayi kurang bergerak seperti biasa.

2.2 Abortus
2.2.1 Definisi Abortus
Abortus didefinisikan sebagai keluarnya hasil konsepsi
sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang
dari 1000 gr atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (Rukiyah,
2010).
Abortus adalah berakhirnya suatu suatu kehamilan (oleh
akibat- akibat tertentu) atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Prawirohardjo, 2014).

2.2.2 Klasifikasi Abortus


Berdasarkan gambaran klinis abortus dibagi dalam dua golongan
menurut Mochtar (2012), yaitu:
1) Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor
alamiah. Abortus ini dapat dibagi menjadi:
a) Abortus spontan, abortus yang terjadi tidak di dahului
faktor- faktor mekanik ataupun medisinalis, semata-mata
di sebabkan oleh faktor alamiah.
b) Abortus medisianalis, abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan di lanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis)
c) Unsafe Abortion, adalah upaya untuk terminasi
kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut
tidak mempunyai cukup kehamilan dan prosedut standar

19
yang aman sehingga membahayakan kesalamatan jiwa
pasien.
d) Abortus Iminens, yaitu terjadi perdarahan bercak yang
menunjuk ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi ini kehailan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan perdarahan
bercak sedang, serviks tertutup (karena pada saat
pemeriksaan dalam belum ada pembukaan), uterus sesuai
usia gestasi, kram perut bawah, nyeri memilin karena
kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, tidak di temukan
kelainan pada serviks.
e) Abortus Insipiens, terjadi perdarahan ringan hingga
sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi
masih berada didalam kavum uteri. Kondisi ini
menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan
berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit, dengan
tanda-tanda perdarahan sedang hingga masih banyak,
kadang-kadang keluar gumpulan darah, serviks terbuka,
uterus sesuai masa kehamilan, kramnya perut bawah
karena kontraksi rahim kuat, akibat kontraksi uterus
terjadi pembukaan, belum terjadi hasil eksplusi hasil
konsepsi.
f) Abortus inkomplit, perdaran pada kehamilan muda
dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri melalui kenalis serviks yang tertinggal pada
desidua atau plasenta ditandai: perdarahan sedang,
hingga masih/banyak dan setelah terjadi abortus dengan
pengeluran jaringan perdarahan berlangsung terus.
Serviks terbuka, karena masih ada benda didalam uterus
yang dianggap corpus alliem maka uterus akan berusaha
mengeluarkanya dengan mengadakan kontraksi tetapi
kalo keadaan ini dibiarkan lama, serviks akan menutup
kembali. Uterus sesuai umur kehamilan, kram atau nyeri
perut bawah dan terasa mules- mules. Ekspulsi sebagai
hasil konsepsi.
g) Abortus komplit, yaitu perdarahan pada kehamilan muda
dimana seluruh dari hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
kavum uteri, ditandai dengan perdarahan bercak hingga
sedang, serviks tertutup/trbuka, uterus lebih kecil dari
usia gestasi, sedikit atau tanpa nyeri perut bawah dari

20
riwayat hasil konsepsi, pada abortus komplit perdarahan
akan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
selambat- lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti
sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah
sembuh dan epitelisasi telah selesai. Dan jika dalam 10
hari setelah abortus masih ada perdarahan juga maka
abortus inkomplit atau endometrosispost abortus harus
dipikirkan.
h) Missed Abortion, perdarahan pada kehamilan muda,
disertai retensi hasil konsepsi yang telah mati, hingga 8
minggu lebih, dengan gejala dijumpai ameneore,
perdarahan sedikit yang berulang pada permulaannya
serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi
malahan tambah rendah, kalau tadinya ada gejala
kehamilan belakangan menghilang, diiringan dengan
reaksi yang menjadi negative pada 2-3 minggu sesudah
fetus mati, serfiks tertutup da nada darah sedikit, sekali-
kali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.
2) Abortus Kriminalis
Merupakan abortus yang di sengaja kerena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
a) Abortus provokatus, yaitu abortus yang di sengaja, baik
dengan obat-obatan maupun alat abortus.
b) Abortus Kriminalis, merupakan abortu yang di sengaja
kerena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.

2.2.3 Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara
pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah:
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan
hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat
bawaan menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi kerena Faktor
kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosom seks. Faktor lingkungan endometrium
terjadi karena endometrium belum siap menerima implantasi
hasil konsepsi. Selain itu juga karena gizi ibu yang kurang
karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan. Hal ini
yang ikut mempengaruhi yaitu : pengaruh luar, infeksi

21
endrometrium, hasil konsepsi yang di pengaruhi oleh obat dan
radiasi, faktor psikologis, kebiasaan ibu (merokok, alkohol,
kecanduan obat).
b. Kelainan plasenta
Ada banyak hal yang mempengaruhi yaitu, infeksi
padaplasenta, gangguan pembuluh darah dan hipertensi.
c. Faktor ibu
 Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan
tiroid, kencing manis.
 Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakit
lupus, anti phospholipid syndrome.
 Infeksi, diduga dari beberapa virus seperti cacar air,
campak jerman, toksoplasma, herpes, kiamidia.
 Kelemahan otot leher rahim.
 Kelainan bentuk Rahim
 Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus.
 Faktor genetik
 Faktor anatomo kongenital
 Faktor psikologis
 Faktor nutrisi
d. Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
hati, DM.
e. Kelainan rahim (Sukarni,dkk, 2014).

2.2.4 Patofisiologis
Patofisiologis terjadi keguguran mulai dari terlepasnya
sebagian atau seluruh atau seluruh jaringan plasenta, yang
menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian
masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena
itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi
rahim, terjadi perdarahan, dan di sertai pengeluaran seluruh atau
sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya : sedikit-sedikit dan
berlangsung lama, sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai
gumpalan, akibat perdarahan, dapat mengakibatkan syok, nadi
meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung
(akral) dingin.

22
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan
apa pun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti
yang diharapkan. Bila kehamilan diatas 14 sampai 20 minggu
penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-
tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.
Kadangkala missed abortion juga diawali dengn abortus imminens
yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti.
Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negative setelah satu
minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan
USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi mengecil,
dan bentuknya tidak beraturan disertai dengan fetus yang tidak ada
kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu
harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan penjendalan
darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa
koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase (Prawirohardjo,
2014).

2.2.5 Tanda dan Gejala


1) Abortus Imminen
a) Terdapat keterlambatan datang bulan atau amenore
kurang dari 20 minggu
b) Terdapat perdaraha, diseratai sakit perut atau mules
sebelum kehamilan 20 minggu
c) Pada pemeriksaan di jumpai besarnya Rahim sama
dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim,
d) Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dan
kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup,
e) Dapat dirasakan kontraksi otot Rahim, hasil pemeriksaan
tes kehamilan masih positif.
2) Abortus Insipien
a) Perdarahan lebih banyak,
b) Perut mulas atau sakit lebih hebat,
c) Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak,
d) Kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil
konsepsi dapat diraba.
3) Abortus Inkomplit
a) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis,
b) Perdarahan menimbulkan banyak menimbulkan keadaan
gawat,
c) Terjadi infeksi ditandai suhu tinggi,

23
d) Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsioma).
4) Abortus Kompletus
a) Uterus telah mengecil,
b) Perdarahan sedikit,
c) Canalis servikalis telah tertutup.
5) Missed Abortion
a) Rahim tidak membesar,
b) Malahan mengecil karena asorbsi air ketuban dan
maserasi janin,
c) Buah dada mengecil kembali (Sukarni, dkk, 2014).

Tabel 1. Diagnosis dan Klasifikasi Abortus


Diagnosis Perdarahan Nyer Perut Ukuran Serviks Gejala Khas
Uterus
Abortus Sedikit Sedang Sesuai usia Tertutup Tidak ada
imminens kehamilan ekspulsi
jaringan
konsepsi
Abortus Sedang - Sedang – Sesuai usia Terbuka Tidak ada
insipiens banyak hebat kehamilan ekspulsi
jaringan
konsepsi
Abortus Sedang - Sedang – Sesuai/ Terbuka Ekspulsi
inkomplit banyak hebat lebih kecil sebagian
dari usia jaringan
kehamilan konsepsi
Abortus Sedikit Tanpa/ Lebih kecil Terbuka/ Ekspulsi
komplit sedikit dari usia tertutup seluruh
kehamilan jaringan
konsepsi
Missed Tidak ada Tidak ada Lebih kecil Tertutup Janin telah
abortion dari usia mati
kehamilan tapi tidak ada
ekspulsi
jaringan
konsepsi.
Mungkin ada
riwayat tes
kehamilan
positif
sebelumnya,
kemudian
menjadi
negatif
Abortus Ada/tidak Ada/tidak Sesuai/ Terbuka/ Ada tanda-
septik ada ada lebih kecil tertutup tanda
dari usia infeksi,
kehamilan didapatkan
kepu-
tihan berbau

2.2.6 Diagnosis

24
Missed abortion atau retensi janin mati ialah kematian janin
sebelum usia kehamilan 20 minggu, tetapi janin tersebut tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Juga didefinisikan sebagai
retensi hasil konsepsi yang sudah mati dalam beberapa minggu, dan
kematian janin sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu.
Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu
kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk
menilai tanda-tanda tidak tumbuhnya bahkan mengecilnya uterus.
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus
imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah
pengobatan. Pada awalnya kehamilan tampaknya normal dengan
amenorea, mual dan muntah, perubahan pada payudara dan
pembesaran uterus. Setelah janin mati dengan atau tanpa perdarahan
pervaginam, gejala subyektif kehmailan menghilang, mamae agak
mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil, tes
kehamilan menjadi negative. Bila missed abortion terjadi untuk waktu
yang cukup lama, ukuran uterus akan lebih kecil lagi akibar absorbs
cairan dari dalam kantong kehamilan dan maserasi janin. Dengan USG
dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai
dengan usia kehamilan (Wiknjosastro, 2009).

2.2.7 Komplikasi
Adapun komplikasi dari missed abortion:
1) Perdarahan
Apabila perdarahan dari jalan lahir tidak segera diatasi atau
pertolongan tidak diberikan tepat pada waktunya maka akan
terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
2) Syok
Berkurangya volume darah yang disebabkan dengan adanya
perdarahan.
3) Infeksi
Hal ini seharusnya jarang terjadi jika memakai tekhnik asepsis
dengan cermat (Sukarni, dkk, 2014).

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang


1) Laboratorium
a) Darah Lengkap
 Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik;
 LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya
infeksi.

25
b) Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG
secara prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya
kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau
kehamilan ektopik).
2) Ultrasonografi
a) USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan
4 - 5 minggu;
b) Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5
mm (usia kehamilan 5 - 6 minggu);
c) Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat,
pemeriksaan USG dapat digunakan untuk menentukan
apakah kehamilan viabel atau non-viabel (Dewi & Prabowo,
2018).

2.2.9 Penatalaksanaan Missed Abortion


Menurut dr. Ratna Dewi dan dr. Arif Yudho (2018) dalam
bukunya yang berjudul Buku Ajar Perdarahan pada Kehamilan
Trimester 1, penanganan pada missed abortion, sebagai berikut:
1) Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau
fibrinogen.
2) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu.
Lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12
jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator Hegar.
Kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu
dengan kuret tajam.
3) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
Infus intravena oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak
500 ml mulai dengan 20 tetes per menit dan naikkan dosis
sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai
10 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin
setelah pasien istirahat satu hari.
4) Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan
hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam
kavum uteri melalui dinding perut.

Pada decade belakangan ini banyak tulisan yang telah


menggunakan prostaglandin atau sintetisnya untuk melakukan induksi
pada missed abortion. Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah
dengan pemberian misoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg

26
yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak 6 jam. Dengan obat ini akan
menjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan ostium
serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat dikerjakan
untuk mengosongkan kavum uteri (Prawirohardjo, 2014).

2.3 Konsep Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan di adaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangakan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi
ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan
yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik
(Soepardan, 2008).
Beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan
data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Setiap langkah dalam manajemen
kebidanan akan dijabarkan, sebagai berikut:
1. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara:
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas, spiritual, serta pengetahuan klien.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital, meliputi:
1) Pemeriksaan khusus (Inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi).
2) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta
catatan sebelumnya).
2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulakan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga
dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
3. Langkah III: Identifikasi Diagnosis atau Masalah potensial dan Antisipasi
Penanganannya
Langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah di identifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap siap mencegah
diagnosis atau masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini
penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

27
4. Langkah IV: Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera
dengan Tenaga Kesehatan Lain
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi
atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi klien. Langkah ke empat mencerminkan kesinambungan
proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya langsung
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi
selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada waktu
wanita tersebut dalam persalinan. Dalam kondisi tertentu, seorang bidan
mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter
atau tim kesehatan lain seperti pekerjaan sosial, ahli gizi, atau seorang
ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan.
5. Langakah V: Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langakah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah di
identifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
untuk klien tersebut. Pedoman antisispasi ini mencakup setiap hal
berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh
kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien, agar bisa diaksanaan secara
efektif. Semua keputusan yang telah disepakati dikembangakan dalam
asuhan menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional dan valid yang
dilaksanakan pada pengetahuan, teori terkini (up to date), dan sesuai
dengan asumsi dengan apa yang akan dilakukan klien.
6. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Pada langkah ke enam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan
efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun
bidan tidak melakukan sendiri, namun ini tetap tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan memastikan bahwa
langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut.

28
Penatalakasanaan yang efisien dan berkuaitas akan berpengaruh pada
waktu serta biaya.
7. Langkah VII Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek
asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor nama yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.
Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah
diberikan. Ini meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan: apakah
benar-benar terpenuhi sebagaimana diidentifikasikan didalam diagnosis
dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut efektif, sedang sebagian lagi belum efktif. Mengingat
bahwa proses manajemen asuhan merupakan suatu kegiatan yang
bersinambungan, maka bidan perlu mengulang kembali setiap asuhan
yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi
mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif serta melakukan
penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Soepardan, 2008).

Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Kehamilan Sesuai Kemenkes RI


Nomor 938/Menkes/VIII/2007 Tentang Standart Asuhan Kebidanan
Menggunakan SOAP.
S adalah subjektif. Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesis antara lain tanggal, tahun, waktu, biodata,
riwayat, termasuk kondisi klien. Catatan data spesifik atau focus. Tanda dan
gejala subjektif yang didapatkan dari hasil bertanya pada klien, suami, dan
keluarga. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien.
Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosis.
O adalah objektif. Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui pengamatan dan terukur, pemeriksaan fisik klien
didapatkan melalui inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, termasuk data
penunjang. Data ini memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis.
A adalah analisis. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis,
diagnosis, dan masalah kebidanan.
P adalah penatalaksanaan. Mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan, misalnya tindakan antisipasif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Dokumentasi menunjukkan
perencanaan yang tepat (Astuti, dkk. 2017).

29
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny. “…” G…P…A… UK … I/T/H dengan …

Nama pengkaji : nama petugas yang melakukan pengkajian


Tanggal/jam : menunjukkan tanggal dan jam dilakukan pengkajian
Tempat pengkajian : menunjukkan tempat dimana dilakukan pengkajian
A. DATA SUBJEKTIF (S)
1. Identitas
Nama : nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan (Ambarwati, 2010).
Umur : kondisi fisik ibu hamil dengan usia dibawah 16 tahun
dan diatas 35 tahun akan sangat menentukan proses
kelahirannya.Proses pembuahan, kualitas sel telur
wanita usia ini sudah menurun dibandingkan usia 20-
35 tahun (Ambarwati, 2010).
Agama : untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati,
2010).
Pendidikan : berperan dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Ambarwati, 2010).
Pekerjaan : untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga berpengaruh terhadap
gizi pasien tersebut (Ambarwati, 2010).
Alamat : untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Ambarwati, 2010).
2. Keluhan
Ibu mengatakan perutnya tidak terasa sakit akan tetapi ibu mengeluarkan
cairan dari kemaluannya sejak.......

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mengetahui pakah ibu sedang / tidak sedang menderita
penyakit keturunan (diabetes militus, asma dan hipertensi), penyakit
menular (TBC, hepatitis, tifus abdominalis dan PMS), penyakit
sistemik (jantung dan ginjal).

30
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mengetahui pakah ibu pernah / tidak pernah menderita
penyakit keturunan (diabetes militus, asma dan hipertensi), penyakit
menular (TBC, hepatitis, tifus abdominalis dan PMS), penyakit
sistemik (jantung dan ginjal).
c. Riwayat Penyakit Kelurga
Untuk mengetahui latar belakang kesehatan keluarga terutama
anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan (diabetes
militus, asma dan hipertensi), penyakit menular (TBC, hepatitis, tifus
abdominalis dan PMS), penyakit sistemik (jantung dan ginjal) serta
riwayat kehamilan kembar/gemeli.
4. Riwayat Pernikahan
a. Status Pernikahan : untuk mengetahui status pernikahan
ibu
b. Nikah ke- : untuk mengetahui pernikahan iu yang
ke berapa
c. Umur Pertama Menikah : untuk mengetahui umur iu oertama kali
menikah
d. Lama Menikah : untuk mengetahui lama pernikahan ibu
5. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : untuk mengetahui umur ibu pada saat pertama kali
mendapatkan menstruasi
b. Siklus : untuk mengetahui siklus menstruasi ibu, rutin teratur /
tidak dalam satu bulan (28 hari, 28-35 hari, 35 hari)
c. Lama : untuk mengetahui lama menstruasi ibu (± 5-7 hari)
d. Jumlah : untuk mengetahui jumlah darah menstruasi yang
keluar dengan dihitung melalui berapa banyak ibu dalam mengganti
pembalut dalam 1 hari.
e. Disminorhae : untuk mengetahui apakah ibu mengalami nyeri pertu
pada saat menstruasi
f. HPHT
Mengetahui tafsiran persalinan dan usia kehamilan saat berkunjung.
g. HPL
Mengetahui hari perkiraan lahir.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas
o U Penyul Jeni Penolo Penyul BB L/ H/ Um Penyu Menete
K it s ng it l P M ur lit ki

7. Riwayat Kehamilan Ini


Trimester Usia Keluhan Hasil Pemeriksaan Intervensi

31
Kehamilan
2
3

8. Riwayat KB
Untuk mengetahui KB yang digunakan ibu sebelum hamil ini, berapa
lama, dan setelah kelahiran anak yang ke.....
9. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola kebiasaan Keterangan
Nutrisi
a. Makan Terakhir makan pada jam..
b. Minum Terakhir minum pada jam..
Eliminasi
a. BAB Sudah/belum BAB, terakhir
jam..
b. BAK Sudah/belum BAK, terakhir
jam.. berapa kali..
Personal hygiene
Mandi Terakhir mandi jam..
Ganti Baju Berapa kali..
Istirahat
a. Tidur siang Berapa jam..
b. Tidur malam Berapa jam..

10. Riwayat Psikososial


Ibu sudah siap dalam menghadapi proses persalinan dan anggota
keluarganya yang menemani ibu selama proses persalinan berlangsung.
B. DATA OBJEKTIF (O)
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik/cukup
Kesadaran : composmentis/coma
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg
Nadi : 80-90 kali per menit
Suhu : 36,5˚C -37,5˚C
Pernapasan : 16-24 kali per menit
Tinggi badan : > 145 cm /
Pemeriksaan fisik
Wajah : pucat, odema
Mata : sklera, konjungtiva
Leher : bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar
tyroid, pembekakan kelenjar limfe
Payudara : Bersih, simetris, colostrum, puting menonjol
, benjolan abnormal dan nyeri tekanan
Abdomen : pembesaran memanjang sesuai usia kehamilan atau tidak,

32
terdapat strie gravidarum dan linea nigra atau tidak,
luka bekas operasi
LI : untuk menentukan bagian janin yang terdapat
di fundus
LII : untuk menentukan bagian kecil janin
LIII : untuk menentukan bagian janin yang terdapat
di PAP
LIV : untuk menentukan bagian terbawah janin
sudah masuk di PAP atau belum
Seperlimaan : 1/5 – 5/5 bagian
TFU McD : … cm
TBJ : … gram
DJJ : 120-160 kali per menit, reguler.
His :…
Genatalia : odema, varises, tanda-tanda IMS
VT : Vulva/vagina lendir darah, porsio lunak/tidak,
efficement ......%, pembukaan ......cm
ketuban merembes, preskep, moulage 0,
hodge....,tidak ada bagian kecil disamping kepala
Ekstermitas : Atas (simetris, odema tidak ada)
Bawah (simetris, odema tidak ada, varises tidak ada
dan reflek patela (+/+)
C. ANALISA (A)
Ny. “…” G…P…A… UK … I/T/H dengan …..
D. PENATALAKSANAAN (P)
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil
pemeriksaan
2. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pemantauan kondisi ibu dan
janin
3. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan transfusi darah
4. Memberikan dukungan psikologis pada ibu

33
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN 
Pada Ny. F G5 P2 A2 Amenore 4 bulan dengan Missed Abortion

Tanggal/Waktu Pengkaji : 20 April 2022/ 12.30 WIB


Tempat Pengkajian : IGD Ponek RSUD dr. Soebandi
Pengkaji : 

A. Data Subjektif 
1. Identitas klien 
Nama : Ny. F Nama : Tn. S

Umur : 32 tahun Umur : 33 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Suku : Madura Suku : Madura

Alamat : Sumberjambe

2. Keluhan Utama 
Ibu mengatakan saat ini hamil anak kelima sudah tidak haid selama 4 bulan.
Keluar darah sedikit-sedikit dari jalan lahir  kurang lebih 1 minggu. Tanggal
18/4/22 USG dr.Teguh Spog dengan hasil janin meninggal. Ibu merasa
demam sejak tadi pagi. 
3. Riwayat Kesehatan Sekarang dan dulu 
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular sebelumnya seperti
HIV/AIDS, TBC dan hepatitis, tidak pernah dan tidak sedang menderita
penyakit menurun (DM, hipertensi dan Asma) , penyakit sistemik (ginjal dan
jantung), serta tidak memiliki riwayat alergi dan tidak memiliki riwayat
kehamilan kembar. 
4. Riwayat Kesehatan Keluarga 
Ibu mengatakan di dalam keluarganya tidak pernah ada dan tidak sedang 
menderita penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, hepatitis), penyakit sistemik
(ginjal, jantung) dan penyakit menurun (DM, hipertensi, asma) serta tidak
memiliki Riwayat kehamilan kembar. 

34
5. Riwayat menstruasi 
HPHT : lupa
Siklus : 28 hari
Lama Haid : 6 hari
6. Riwayat KB 
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik sebelum kehamilan kelimanya. 
7. Riwayat Pernikahan 
Perkawinan Ke :1
Lama kawin : 11 tahun
Usia pertama menikah : 20 tahun
8. Riwayat Imunisasi 
Ibu mengatakan telah imunisasi TT4
9. Riwayat obstetric 

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

K UK Ko Jns Pnl Tm Ko J BB/ T/ Um La Lakt Ko


e m g p m K PB G ur ma asi m
H/
M

1 A B O R T U S -

2 Ater - nor Bid PK - L 2800/4 T/ 10 42 2 th -


m mal an M 9 H th hari

3 A B O R T U S

4 Ater - nor Bid PK - P 3500/4 T/ 6 th 42 2 th -


m mal an M 8cm H hari

5 H A M I L I N I

10. Riwayat kehamilan sekarang 

Ibu belum pernah memeriksakan kehamilannya.

11. Riwayat Psikososial 


Ibu mengatakan bingung dan cemas dengan kondisinya sekarang karena
janinnya tidak berkembang
12. Pola kebiasaan sehari-hari 

Nutrisi : Ibu makan 3x sehari dengan porsi sedang, jenis makanan  : nasi,
sayur, tahu tempe dan terkadang ayam. Minum 6-7 gelas/hari, jenis

35
air putih.
Istirahat : Ibu tidur pada malam hari 6-7 jam dan tidur siang ± 1 jam/hari

Personal : Ibu mandi 2x sehari pada pagi dan sore hari serta ganti pakaian
Hygiene dalam 2x sehari

Eliminasi : BAB 1 x sehari


BAK 5-6 x sehari
B. Data Objektif 
1. Pemeriksaan umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 120/77 mmHg

: N : 105 x/menit

: Rr : 20x/menit

: S : 37,5 oC
SPO2 : 99%

BB : 38 kg

TB : 146 cm

IMT : 17,8 (Kurang


>18,5)
Lila : 21 cm

KSPR : 10 (Resiko Tinggi)

2. Pemeriksaan fisik 

Muka : Pucat (-), edema (-)

Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih

Gigi dan : Caries gigi (-), stomatitis (-)


Mulut

Leher : Pembengkakan kelenjar tiroid (-), pembengkakan


kelenjar limfe (-), Pembesaran vena jugularis (-)

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dada

Payudara : simetris, puting menonjol, kolostrum (-/-)

Abdomen : Ballotement (+)


TFU = 3 jari diatas symphisis

36
DJJ : -
Genetalia : Tidak ada IMS, edema (-), varises (-)

Anogenital : Tidak ada hemoroid

V/V : Tidak ada Pembukaan

Ekstremitas : Atas : Simetris, edema (-)

Bawah : Simetris, edema (-), varises (-)


3. Pemeriksaan Penunjang 
Swab Antigen : Negative (20/4/2022)
Hb : 11,7 gr/dl
C. Assesment 
Ny. F Usia 32 tahun G5 P2 A2 Amenore 4 bulan dengan Missed Abortion dan
KEK
D. Planning 
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
2. Memberikan inform consent pada ibu dan keluarga untuk dilakukannya
tindakan selanjutnya. 
3. Melakukan pemeriksaan lab darah lengkap
4. Melakukan Plano Test
5. Melakukan Observasi tanda-tanda vital
6. Melakukan pemeriksaan dalam, dan cek TFU.
7. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk tindakan selanjutnya.
8. Melakukan observasi CHPB 
9. Beri terapi ambacin 2x1gr sesuai advice dokter.
10. Beri terapi misoprostol 400 mcg setiap 6 jam sesuai advice dokter.
11. Setelah diberikan terapi, Lakukan observasi TTV dan CHPB
12. Bila Fluksus (+), kolaborasi dengan dokter SPOG untuk dilakukan
kuretase
13. Kirim VK untuk dilakukan observasi lebih lanjut
E. Implementasi 

Tanggal/waktu Penatalaksanaan Paraf


20-04-2022/ 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
12. 30 WIB keluarga bahwa ibu mengalami keguguran atau abortus
serta kondisi hasil konsepsi atau pembuahan mati
sebelum dilahirkan.
2. Memberikan inform consent kepada ibu dan keluarga
untuk dilakukannya tindakan atau pemeriksaan lebih
lanjut.
3. Melakukan pengambilan sampel darah untuk cek lab.

37
Hasil SS/SH/SHB : NR/NR/NR, Hb : 11,7 gr/dl.
4. Melakukan pemeriksaan Plano rest, hasil : positif (+)
samar
5. Melakukan observasi tanda-tanda vital
6. Melakukan pemeriksaan dalam dan cek TFU. Hasil :
VT : tidak ada pembukaan, Fluksus : negatif (-), TFU :
3 jari diatas syimpisis.
7. Melakukan Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk
tindakan selanjutnya.
8. Melakukan observasi CHPB
9. Memberikan terapi ambacin 2x1gr sesuai dengan
advice dokter.
10. Memberikan terapi misoprostol 400 mcg setiap 6 jam
sesuai dengan advice dokter.
11. Setelah diberikan terapi, melakukan observasi TTV dan
CHPB. Hasil : TD : 115/88 mmHg, N : 89 x/menit, S :
37,5°C, Rr : 20x/menit SPO2 : 99%, fluksus : positif
(+)
12. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG untuk
tindakan selanjutnya yaitu kuretase.
13. Melakukan transfer pasien ke VK untuk diobservasi
dan persiapan pasien untuk kuretase.

Evaluasi 

Ny. F Usia 32 tahun G5 P2 A2 Amenore 4 bulan dengan Missed


Abortion telah dilakukan pemeriksaan, hasil pemeriksaan ibu mengalami
Missed Abortion, tidak ada pembukaan serviks. Telah dilakukan pengambilan
darah dan urine, hasil Plano test ibu (+) samar. Hasil observasi TTV
didapatkan TD 120/77 mmHg, N = 105 x/menit, RR 20x/menit, S : 37,5 ˚C.
Palpasi teraba ballotement, TFU 3 jari diatas symphisis, DJJ tidak ada. Ibu
sudah mendapatkan terapi ambacin dan misoprostol sesuai advice dokter,
melakukan transfer pasien ke Ruang VK.

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal / Waktu TTD


20-04- S : Ibu datang sendiri via IGD dengan pasien merasa hamil 4 bulan,
2022 / keluar darah sedikit-sedikit selama 1 minggu
13.05

38
WIB O:
TD : 110/70 mmHg
N    : 88 x/menit
RR  : 20 x/m
S     : 36,5 ˚C
TFU: 3 jari atas symphisis

A : Ny. F Usia 32 tahun G5 P2 A2 Amenore 4 bulan dengan Missed


Abortion

1. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu


2. Lakukan Kolaborasi dengan dokter SPOG untuk dilakukan
tindakan kuretase.
I:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa kondisi ibu dalam keadaan kurang baik dan diperlukan
tindakan khusus yaitu kuretase.
2. Melakukan Kolaborasi dengan dokter SPOG untuk dilakukan
tindakan kuretase.
Tindakan Kuretase :
a. Persiapan Pasien :
 inform Consent
 Skiren rambut Lubis
 Padang perlak dan underpads
b. Persiapan Petugas :
 Menyiapkan alat
 Mencuci tangan, memakai handscoon dan APD
c. Kolaborasi dengan dokter SPOG dan dokter anastesi
untuk tindakan kuretase
d. Penatalaksanaan :
 Pasien diatur dalam posisi litotomi, sehingga
dianastesi oleh dokter anastesi dan memastikan
tetesan infus lancar.
 Dilakukan asepsis pada vulva dan sekitarnya
 Dilakukan pemasangan spekulum vagina posterior
sampai dapat melihat langsung servik kemudian
posisikan pada vagina (posisi posterior)
 Lakukan pemasangan tenakulum, servik bagian
anterior posisi antara jam 1
 Sebelum serviks dijepit tenakulum, serviks ditarik

39
lembut kearah bawah dan depan mendekati
introitus vagina.
 Dilakukan kuretase dengan tindakan pisau kuret
tajam
 Pastikan jaringan tidak ada yang tertinggal
 Melepaskan alat dari vagina ibu
 Serviks dibersihkan dengan massa steril ,
tenakulum dilepas, pasien diposisikan terlentang
 Observasi TTV dan Perdarahan
E: Ibu mengerti dan bersedia untuk dilakukan tindakan kuretase
sesuai anjuran dari petugas.

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/Waktu Penatalaksanaan Paraf


21-04-2022, S : Ibu mengatakan masih merasa sedikit nyeri setelah
07.30 WIB tindakan kuretase tetapi sudah berkurang dari sebelumnya.

O:
TD : 112/70 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,7°C
RR : 22 x /menit
SpO2 :  98%
TFU: Tidak teraba
Eliminasi :  BAB 1 x/ hari
BAK 5 x / hari
Lochea : Rubra (+)
Mobilisasi (+)

A : Ny. F Usia 32 tahun P2 A3 Amenore 4 bulan dengan


Missed Abortion pasca Kuretase
P:
1. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
2. Beri dukungan psikologis pada ibu agar ibu tidak
cemas pasca Kuretase.
3. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi
seperti ayam, ikan dan makan putih telur minimal 6
butir/hari, serta menganjurkan ibu untuk makan
makanan yang mengandung multi vitamin seperti

40
buah-buahan.
4. Anjurkan ibu untuk selalu memperhatikan personal
hygiene/kebersihan terutam pada bagian genetalia.
5. Anjurkan ibu untuk mengurangi pekerjaan rumah yang
berat
I:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga bahwa kondisi ibu baik.
2. Memberikan dukungan psikologis pada ibu agar ibu
tidak cemas pasca Kuretase.
3. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi
seperti ayam, ikan dan makan putih telur minimal 6
butir/hari, serta menganjurkan ibu untuk makan
makanan yang mengandung multi vitamin seperti
buah-buahan agar luka ibu segera pulih dan kebutuhan
gizi ibu terpenuhi.
4. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal
hygiene terutama pada area genetalia, seperti segera
mengganti pembalut apabila sudah terasa penuh,
membersihkan bagian genetalia dari depan ke
belakang.
5. Menganjurkan ibu untuk mengurangi pekerjaan rumah
yang berat agar pemulihan kondisi ibu segera
membaik.
E:
Ny. F Usia 32 tahun P2 A3 Amenore 4 bulan dengan
Missed Abortion pasca Kuretase telah dilakukan
pemeriksaan, kondisi ibu dalam keadaan baik dan tidak
ada penyulit pada ibu. Ibu telah diberikan KIE mengenai
personal hygiene, pemenuhan kebutuhan gizi untuk ibu
serta diberikan dukungan psikologis untuk ibu pasca
tindakan kuretase. Ibu KRS pada pukul 10.00 WIB.

41
BAB 4
ANALISIS KEBUTUHAN KOLABORASI ANTAR PROFESI

NO Profesi Alasan Bentuk Tujuan Rencana Implementasi


yang melakukan kolaborasi kolaborasi yang Kolaborasi
diperlukan Kolaborasi yang diharapkan
untuk diperlukan
Berkolabor
asi
1 Laboran Untuk Pemeriksaan Setelah dilakukan Pemeriksaan
mengetahui laboratorium pemeriksaan laboratorium darah
hasil laboratorium lengkap, pemeriksaan
pemeriksaan dapat diketahui Urin dan pemeriksaan
laboratorium kondisi pasien swab antigen
pada pasien dan
perkembangannya
karena pasien
datang
mengatakan
keluar darah
selama 1 minggu,
serta untuk
memastikan ibu
tidak terkonfirm
covid-19, dan
memastikan
bahwa ibu benar
hamil
2 Dokter Untuk Pemeriksaan Setelah dilakukan Pemeriksaan USG serta
Spesialis menunjang USG USG dapat tatalaksana yang
kandungan diagnosa diketahui keadaan diberikan yaitu
Missed janin memberikan injeksi
Abortion, serta ambacin 1 gram,
talaksana misoprostol 400 mcg
selanjutna setiap 6 jam diberikan
pervaginam bila fluksus
+ dilakukan kuretase,
pemberian paracetamol
untuk demam

42
3 Nutrisionis Untuk Pemberian Setelah diberikan Pemberian intake gizi
menyusun makan pemenuhan gizi
menu yang minum dapat
mendukung pasien meningkankan
dalam kondisi pasien
penyembuhan
pasien

43
BAB 5
TELAAH ARTIKEL ILMIAH

5.1 Identitas Artikel


Judul Artikel : Comparison of Effectiveness and
Patient Satisfaction of Vaginal Versus
Oral Misoprostol in Treatment of
Missed Miscarriage
Nama Jurnal : Macedonian Journal of Medical Sciences
Nama Penulis : Elham Mohammadi, Geetha
Jayaprakash , Afshin Shiva, Nader
Motallebzadeh
Tanggal Publikasi : 30 Maret 2019
Gambaran Umum Penelitian : Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen medis dengan misoprostol
merupakan alternatif yang efektif sebeum
tindakan bedah. Tetapi masih ada
perdebatan tentang efektivitas berbagai
rute pemberian misoprostol dan tingkat
kepuasan di antara pasien yang diobati
dengan rute ini. Penelitian ini dilakukan
untuk membandingkan efektivitas dan
tingkat kepuasan pasien misoprostol
vaginal dengan oral. Penelitian ini
dilakukan pada 100 wanita yang
mengalami aborsi yang telah
dikonfirmasi oleh pemeriksaan
ultrasonografi. 58 subjek diberikan 200
mcg oral dan 42 subjek menerima 200
mcg misoprostol pervagina setiap empat
jam hingga empat dosis. Jika peluruhan
total tidak terjadi selama 12 jam setelah
dosis terakhir, tindakan bedah dilakukan.
Terdapat peningkatan kepuasan pasien
pada kedua kelompok pada sesi follow
up, namun tetap saja perbedaannya tidak
signifikan (P = 0,897). Tidak ada
perbedaan statistik yang signifikan antara
efektivitas pengobatan dengan
misoprostol vaginal (78,57%) dan oral

44
(79,31%) (p = 0,928). Perbedaan
kepuasan pasien pada saat dipulangkan
untuk kelompok vaginal (64,29%) dan
oral (65,52%) tidak signifikan secara
statistik (P = 0,991). 955 Penelitian ini
menegaskan bahwa tidak ada perbedaan
statistik antara efektivitas dan kepuasan
pasien misoprostol oral dan vagina dalam
pengobatan aborsi yang terlewat.

5.2 Hasil Telaah Kritis


No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak Tidak
diketahui
1 Apakah alokasi subyek penelitian ke √
kelompok terapi atau kontrol betul-betul
secara acak(random) atau tidak ?
Penjelasan : subyek penelitian tidak
diambil secara acak akan tetapi diambil
berdasarkan kejadian abortus pada ibu
hamil yang mengalami missed abortus
dan telah terkonfimasi oleh pemeriksaan
USG
2 Apakah semua luaran(outcome) √
dilaporkan ?
Penjelasan : semua dilaporkan jelas
3 Apakah lokasi penelitian menyerupai √
lokasi anda bekerja atau tidak ?
Penjelasan : lokasi penelitian sama
dengan tempat pengkajian pasien yaitu di
sebuah Rumah Sakit
4 Apakah kemaknaan statistik maupun √
klinis dipertimbangkan atau dilaporkan ?
Penjelasan : kemaknaan statistik
dilaporkan secara lengkap dan detail
5 Apakah tidakan terapi yang dilakukan √
dapat dilakukan ditempat anda bekerja
atau tidak ?
Penjelasan : terapi tindakan yang

45
dilakukan dapat diterapkan karena terapi
yang dilakukan sama
6 Apakah semua subyek penelitian √
dipertimbangkan dalam kesimpulan ?
Penjelasan : semua subyek penelitian di
bahas satu persatu di kesimpulan

46
BAB 6
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien datang sendiri ke IGD RSD dr. Soebandi mengatakan
saat ini hamil anak kelima sudah tidak haid selama 4 bulan. Keluar darah sedikit-
sedikit dari jalan lahir kurang lebih 1 minggu. Tanggal 18 April 2022 ibu melakukan
USG di dr.Teguh SpOG dengan hasil janin meninggal. Ibu merasa demam sejak tadi
pagi. Dari kasus tersebut pasien didiagnosa sebagai G 5P2A2 usia kehamilan 16
Minggu dengan missed abortion. Dasar dari diagnose pasien ini adalah berdasarkan
anamnesa dari bidan perujuk dan pasien bahwa pasien mengeluarkan darah sedikit-
sedikit dari jalan lahir kurang lebih 1 minggu, setelah itu dilakukan pemeriksaan
tanda tanda vital oleh bidan didapatkan hasil bahwa tanda tanda vital ibu dalam batas
normal. Sesuai dengan teori penderita missed abortion biasanya tidak merasakan
keluhan apa pun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang
diharapkan. Berat badan ibu 38 kg dan tinggi ibu 145 cm sehingga didapatkan IMT
yaitu 17,8 kg/m2. Hal ini berarti ibu mengalami status gizi yang kurang. Bidan juga
melakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan belum ada pembukaan pada jalan
lahir. 

 Setelah berkolaborasi dengan dokter SpOG penatalaksanaan awal pada Ny. F


diberikan terapi ambacin 2x1gr, terapi misoprostol 400 mcg setiap 6 jam sesuai
advice dokter. Kemudian setelah diberikan terapi, Lakukan observasi TTV dan
CHPB. Hasil dari TTV ibu yaitu Setelah diberikan terapi, melakukan observasi TTV
dan CHPB. Hasil dari TTV ibu yaitu : TD : 115/88 mmHg, N : 89 x/menit, S :
37,5°C, Rr : 20x/menit SPO2 : 99%, fluksus : positif (+). Karena fluksus positif maka
kolaborasi dengan dokter SPOG untuk tindakan selanjutnya yaitu untuk dilakukan
kuretase. Penatalaksanaan tersebut tidak sesuai dengan teori yaitu dengan pemberian
misoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan
jarak 6 jam. Dengan obat ini akan menjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi
pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat dikerjakan
untuk mengosongkan kavum uteri (Prawirohardjo, 2014). Namun, berdasarkan artikel
yang berjudul Comparison of Effectiveness and Patient Satisfaction of Vaginal
Versus Oral Misoprostol in Treatment of Missed Miscarriage yang ditulis oleh Elham
Mohammadi, dkk  tahun 2019 menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan statistik
antara efektivitas dan kepuasan pasien misoprostol oral dan vagina dalam pengobatan
aborsi yang terlewat.

Berdasarkan penatalaksanaan yang telah diberikan pada pasien Missed


Abortion, tidak terdapat kesenjangan dengan teori yang ada, yaitu dilakukannya
tindakan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim ibu.

47
BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan pada Ny. F telah dilakukan
pengkajian sejak ibu masuk ke ruang PONEK RS dr.Soebandi pada taggal 20-04-
2022 pukul 12.30 WIB didapatkan bahwa Ny. F mengeluhkan rasa sakit pada
perut bagian bawah, serta keluar darah sedikit sedikit dari kemalun sejak 1
minggu yang lalu.
Kemudian hasil pengkajian dianalisis dan didapatkan hasil bahwa Ny.F
G5P2A2 amenorhea 4 bulan dengan Missed Abortion.
Dari hasil analisis tersebut, asuhan yang diberikan kepada ibu berupa KIE
seputar keluhan yang dirasakan ibu dan cara mengatasinya serta memberikan
dukungan psikologis dengan cara mensupport ibu agar tetap sabar.
Setelah itu dilakukan evaluasi dari asuhan kebidanan yang telah diberikan
dan diketahui bahwa ibu mampu menerima dan memahami semua asuhan yang
telah diberikan. Hal tersebut dibuktikan dengan ibu mampu menerima keadaan
ibu dan mengerti prosedur yang akan dilakukan selanjutnya.
Kemudian semua hasil pengkajian dan asuhan kebidanan yang telah
diberikan kepada Ny. F didokumentasikan dalam bentuk Laporan Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Ny “F” G5P2A2 Amenorhea 4 Bulan dengan
Missed Abortion di RSD dr. Soebandi di Kabupaten Jember Tahun 2022.

7.2 Saran
7.2.1 Penulis Selanjutnya
Bagi penulis selanjutnya untuk dapat digunakan sebagai sumber informasi
atau acuan dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu yang mengalami
missed abortion serta dapat juga digunakan sebagai referensi atau bahan
bacaan.
7.2.2 Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa, untuk lebih membentuk hubungan saling percaya dengan
ibu dan keluarganya sehingga asuhan yang diberikan dapat diterima serta
dapat memberikan asuhan secara langsung dan menyeluruh yang meliputi
pemenuhan kebutuhan dan pemberian edukasi terkait dengan kejadian
missed abortion.
7.2.3 Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan wilayah untuk terus memberikan
asuhan kebidanan secara komprehensif agar dapat mendeteksi secara dini
resiko yang mungkin terjadi saat proses kehamilan salah satunya kejadian
missed abortion.
7.2.4 Bagi Klien
Bagi klien untuk bisa lebih bersikap terbuka saat proses asuhan kebidanan
berlangsung agar mendapatkan asuhan kebidanan secara tepat dan
menyeluruh, tambahan pengetahuan untuk ibu dan keluarga serta
mendapatkan pemantauan selama proses kehamilan agar terhindar dari
komplikasi sehingga kebutuhannya terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Ratna & Prabowo, Arif. (2018). Buku Ajar Perdarahan pada Kehamilan
Trimester I. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Gaufberg, S. M. (2008). Threatened Abortion.s.l. : Medscape.
Kemenkes. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tersedia dalam
http://www.depkes.go.id [diakses 20 april 2016]
Mochtar, Rustam. (2012). Sinopsis Obstetri : Obstetri isioogim Obstetri Patologi
Edisi Ketiga. Jakarta : EGC.
Mohammadi, E., Jayaprakash, G., Shiva, A., & Motallebzadeh, N. (2019).
Comparison of effectiveness and patient satisfaction of vaginal versus oral
misoprostol in treatment of missed miscarriage. Macedonian Journal of Medical
Sciences, 7(6), 955–958. https://doi.org/10.3889/oamjms.2019.192

Muhimah. (2010) Asuhan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika


Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rukiyah, Ai Yeyeh & Yulianti Lia. (2010) Asuhan Kebidanan IV (Patologi
Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media.
Rukiyah, Ai Yeyeh & dkk. (2009) Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Jakarta: Trans
Info Media.
Soepardan, Suryani, M.Soepardan, Suryani. (2008) Konsep Kebidanan. Jakarta:
EGC.
Sukarni, Icesmi. & Sudarti. (2014) Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan
Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta: JL. Sadewa No. 1 Sorowajan Baru.
Sulistyawati, Ari. (2013) Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika JL. Raya Lenteng Agung No. 101 Jagakarsa.
Tyastuti, S., & Wahyuningsih, H.P. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf.
Wadud, Mursyida A. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Abortus Imminens di Instalasi Rawat Inap Kebidanan RS Muhammadiyah
Palembang Tahun 2011.Palembang : Poltekkes Kemenkes Palembang.
WHO. (2015) Maternal Mortality Rate Are Down 44% Since 1990-UN. New York:
tersedia dalam http://www.who.int [diakses pada 20 april 2016].
Widyastuti, Y. dan Dina Kaspa Eka. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Abortus di Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Palembang : Akademi Kebidanan Budi Mulia
Palembang.
Wiknjosastro H. (2009). Ilmu Kebidanan Edisi ke-4 Cetakan Ke-2. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yulizawati, Iryani, D., Bustami, L.E., Insani, A.A., & Andriani, F. (2017). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Padang: Penerbit Erka CV Rumahkayu
Pustaka Utama.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai