Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI

Dosen Pengampu 
Vittria Komala Sari, S.ST, M.Keb

Kelompok 1: 
Anggraini Virgo 2215901101
Arfila Sari 2215901102
Gusmelda Yurista 2215901103
Lisa Angriani 2215901104
Maria Andriana 2215901105
Anggia Paramita 2215901106
Anik Wahyuni 2215901107
Anita Eka Putri 2215901108
Ayu Santika Muslim 2215901109
Bunga Mustia Yendri 2215901110
 
 
 
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM
PROFESI BIDAN  FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat  Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat
dan rahmatnya maka kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Berfikir Kritis Dalam
Kebidanan” ini tepat pada waktunya.Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada Ibu Vittria Komala Sari, S.ST, M.Keb selaku dosen mata kuliah “Berfikir
Kritis Dalam Kebidanan Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah mendukung kami
demi terselesaikannya makalah ini baik dari segi moril maupun materil.
Kami menyadari bahwa  masih sangat banyak kekurangan yang terdapat dalam karya
tulis ini.Oleh karena itu, saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan................................................................................................ 2
C. Manfaat.............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kehamilan Resiko Tinggi................................................................ 4
1. Pengertian................................................................................... 4
2. Kriteria Kehamilan Beresiko...................................................... 4
3. Pengelompokkan Faktor Resiko Tinggi Kehamilan.................. 5
4. Batasan Resiko........................................................................... 5
5. Faktor Penyebab Terjadinya Resiko Tinggi............................... 8
B. Penanganan/Penatalaksanaan Kehamilan Resiko Tinggi................. 9
C. Pencegahan Kehamilan Resiko Tinggi............................................ 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Faktor penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera ditangani pada ibu dapat
mengancam keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu dan
bayi. Berdasarkan data WHO (2015) AKI Indonesia pada 2015 mencapai 125 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya namun masih
di atas target yang ditetapkan. Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO)
adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 2 hari setelah berakhirnya kehamilan,
akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya,
tetapi bukan oleh karena kecelakaan atau cedera. Kematian ibu 90% terjadi pada saat 2
persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu antara lain oleh
sebab perdarahan yaitu 28%, eklamsia sebesar 24% dan infeksi 11%. Sedangkan penyebab
tidak langsung adalah kurang energi kronis (KEK) saat kehamilan 57%, anemia pada
kehamilan 40% (Pusat Data dan Informasi, 2012). Selain itu penyebab tidak langsung
kematian ibu juga karena terlambat dalam mengambil keputusan, terlambat tiba ke tempat
rujukan, dan terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Penyebab lainnya
adalah terlalu muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak anak, terlalu dekat
jarak kelahiran, rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kedudukan dan peran
perempuan, faktor sosial budaya, serta faktor transportasi (Kemenkes, 2012).
Di Indonesia kelompok kehamilan berisiko berdasarkan survei demografi dan kesehatan
tahun 2012 adalah 63,7% (Statistik, 2013). Hasil penelitian Pratiwi (2013) di Yogyakarta
mendapatkan 67% ibu hamil berisiko. Penelitian Maidelwita (2010) menemukan terdapat
21,4% ibu hamil dengan berisiko yang merupakan hasil tertinggi di Kota Padang. Hasil
penelitian Sukesih (2012) di Bogor menemukan 17,9% ibu hamil dengan 4 berisiko dan 88%
dari mereka memiliki pengetahuan yang rendah mengenai kehamilan berisiko. Penelitian
Agustini (2013) juga menemukan 81,3% ibu hamil memiliki pengetahuan kurang mengenai
risiko dan tanda bahaya pada kehamilan. Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di

1
Indonesia, dengan AKI sebanyak 111 orang pada tahun 2015 dan terjadi sedikit penurunan
pada tahun 3 2016 yaitu sebanyak 107 orang (Dinkes Sumbar, 2017).
Dari 12 kabupaten dan 7 kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat, Kota Padang
merupakan salah satu kota dengan urutan pertama tertinggi dengan AKI sebanyak 20 orang
(Dinkes Kota Padang, 2017; Dinkes Sumbar, 2017). Penyebab utama kematian ibu hamil
adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak langsung, sebagian besar karena
interaksi antara kondisi medis yang sudah ada dan kehamilan (WHO, 2017). Berdasarkan
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan (Infodatin), pada tahun 2013 tingginya
Angka Kematian Ibu disebabkan oleh perdarahan 30,3 %, preeklamsi 27,1, infeksi 7,3%, dan
disebabkan oleh yang lain-lainya yakni 40,8% (Kemenkes RI, 2014).
Penyebab lain dari meningkatnya angka kematian ibu adalah komplikasi kehamilan yang
dapat muncul melalui tanda bahaya kehamilan. Berdasarkan penyebab tersebut kehamilan
berisiko tinggi atau komplikasi kehamilan biasanya terjadi karena faktor 4 terlalu dan 3
terlambat : Faktor 4 Terlalu yaitu: (1) Terlalu muda (kurang dari 20 tahun); (2) Terlalu tua
(lebih dari 35 tahun); (3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3); (4) Terlalu dekat atau rapat
jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun). Faktor 3 Terlambat yaitu: (1) Terlambat
mengambil keputusan untuk mencari upaya medis kedaruratan; (2) Terlambat tiba di fasilitas
kesehatan; (3) Terlambat mendapat pertolongan medis (Kemenkes RI, 2017).
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda atau gejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang
dikandungnya dalam keadaan bahaya (Saifuddin, 2008). Setiap kehamilan dalam
perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi (Wiknjosastro,
2010). Jika ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan, maka tidak akan diketahui apakah
kehamilannya berjalan dengan baik, mengalami resiko tinggi atau komplikasi obstetrik yang
dapat membahayakan kehidupan ibu dan janin, sehingga dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi (Saifuddin, 2010).

B. Tujuan Makalah

1. Tujuan Umum

Untuk memahami dan mengaplikasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil resiko
tinggi.

2
2. Tujuan Khusus

Untuk memaparkan permasalahan yang sering ditemukan dibidang KIA dan


menganalisis beberapa solusi/ alternatif pemecahan tersebut.

C. Manfaat Makalah

1. Bagi Institusi Pendidikan

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dalam


memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memberikan asuhan


kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi.

3. Bagi Klien

Diharapkan dengan diberikannya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan


Kehamilan resiko, klien dan keluarga dapat mengambil keputusan terhadap
komplikasi yang dialami ibu hamil dan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu
hamil.

4. Bagi Penulis Makalah

ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penatalaksanaan


asuhan kebidanan pada ibi hamil dengan kehamilan resiko tinggi kelainan letak
presentasi bokong.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEHAMILAN RESIKO TINGGI

1. Pengertian
Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan ibu
maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 2012). Kehamilan resiko
tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil dan bayi menjadi sakit
atau meninggal sebelum kelahiran berlangsung (Indrawati, 2016). Karakteristik ibu
hamil diketahui bahwa faktor penting penyebab resiko tinggi pada kehamilan terjadi
pada kelompok usia 35 tahun dikatakan usia tidak aman karena saat bereproduksi
pada usia 35 tahun dimana kondisi organ reproduksi wanita sudah mengalami
penurunan kemampuan untuk bereproduksi, tinggi badan kurang dari 145 cm, berat
badan kurang dari 45 kg, jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari
2 tahun, jumlah anak lebih dari 4. Faktor penyebab resiko kehamilan apabila tidak
segera ditangani pada ibu dapat mengancam keselamatan bahkan dapat terjadi hal
yang paling buruk yaitu kematian ibu dan bayi.
2. Kriteria Kehamilan Berisiko
Kehamilan berisiko terbagi menjadi tiga kriteria yang dituangkan dalam bentuk angka
atau skor. Angka bulat yang digunakan dalam penilaian yaitu 2, 4 dan 8 pada setiap
variabel dan kemudian dijumlahkan menjadi total skor akhir. Berdasarkan total skor
kehamilan berisiko dibedakan menjadi:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) Kehamilan risiko rendah dimana ibu seluruh
ibu hamil berisiko terhadap kehamilanya untuk ibu hamil dengan kehamilan risiko
rendah jumlah skor 2 yaitu tanpa adanya masalah atau faktor risiko. Persalinan
dengan kehamilan risiko rendah dalam dilakukan secara normal dengan keadaan
ibu dan bayi sehat, tidak dirujuk dan dapat ditolong oleh bidan.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) Kehamilan risiko tinggi dengan jumlah skor 6 -
10, adanya satu atau lebih penyebab masalah pada kehamilan, baik dari pihak ibu

4
maupun bayi dalam kandungan yang memberi dampak kurang menguntungkan
baik bagi ibu atau calon bayi. Kategori KRT memiliki risiko kegawatan tetapi
tidak darurat.
c. Kehamilan Risko Sangat Tinggi (KRST) Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST)
dengan jumlah skor ≥ 12. Ibu hamil dengan dua atau lebih faktor risiko meningkat
dan memerlukan ketepatan waktu dalam melakukan tidakan rujukan serta
pertolongan persalinan yang memadai di Rumah Sakit ditantangani oleh Dokter
spesialis. Hasil penelitian menunjukan bahwa KRST merupakan kelompok risiko
terbanyak penyebab kematian maternal.
3. Pengelompokan faktor risiko tinggi kehamilan
a. Faktor risiko tinggi menjelang kehamilan. Faktor genetika yaitu faktor keturunan
dan faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh pendidikan dan sosial.
b. Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil atau keadaan yang dapat
merangsang kehamilan. Kebiasaan ibu seperti merokok, minum minuman alkohol,
kecanduan obat dll. Penyakit yang mempengaruhi kehamilan misalnya hipertensi
gestasional, toksemia gravidarum.
c. Faktor risiko saat persalinan
d. Faktor risiko pada neonatus.
4. Batasan Faktor Risiko
a. Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) merupakan banyak faktor atau kriteria –
kriteria risiko kehamilan. Ibu hamil primi muda, primi tua, primi tua sekunder, anak
terkecil ≤ 2 tahun, Tinggi Badan (TB) ≤ 145 cm, riwayat penyakit, kehamilan
hidramnion dan riwayat tindakan ini merupakan faktor fisik pertama yang
menyebabkan ibu hamil berisiko.
1) Primi muda
Ibu yang hamil pertama kali pada usia ≤ 16 tahun, dimana pada usia tersebut
reproduksi belum siap dalam menerima kehamilan kondisi rahim dan panggul
yang masih kecil, akibat dari ini janin mengalami gangguan. Disisi lain mental ibu
belum siap menerima kehamilan dan persalinan. Bahaya yang terjadi jika usia
terlalu muda yaitu premature, perdarahan anterpartum, perdarahan post partum.

5
Hasil penelitian disalah satu Rumah Sakit, ibu hamil yang dikategorikan dalam
primi muda sangat rendah yakni hanya mencapai angka 1,7%.22 Faktor risiko
yang berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi persalinan adalah ibu yang
berumur < 20 tahun.
2) Primi tua
a) Lama perkawinan ibu ≥ 4 tahun dan mengalami kehamilan pertama setelah
masa pernikahan dan pasangan tidak mengguanakan alat kontrasepsi KB.
b) Pada umur ibu ≥ 35 tahun dan mengalami kehamilan. Usia tersebut
dikategorikan usia tua, ibu dengan usia tersebut mudah terserang penyakit,
kemungkinan mengalami kecacatan untuk bayinya dan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR), cacat bawaan sedangkan komplikasi yang dialami oleh ibu
berupa pre-eklamsi, mola hidatidosa, abortus. Menurut hasil penelitian usia ≥
35 tahun kemungkinan 2,954 kali mengalami komplikasi persalinan.24
3) Primi tua sekunder, ibu yang mengalami kehamilan dengan jarak persalinan
sebelumnya adalah ≥ 10 tahun. Dalam hal ini ibu tersebut seolah menghadapi
kehamilan yang pertama lagi. Kehamilan dapat terjadi pada ibu yang
mempunyai riwayat anak pertama mati atau ibu yang mempunyai anak terkecil
hidup berumur 10 tahun, serta pada ibu yang tidak menggunakan KB.
4) Anak terkecil ≤ 2 tahun, ibu yang mempunyai anak pertama terkecil ≤ 2 tahun
namun tersebut telah mengalami kehamilan berikutnya. Jarak kehamilan ≤ 2 tahun
kondisi rahim belum kembali seperti semula selain itu ibu masih dalam proses
menyusui. Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu perdarahan setelah bayi lahir,
bayi lahir namun belum cukup umur sehingga menyebabkan berat badan bayi
lahir rendah (BBLR) < 2.500.25 Jarak kehamilan ≤ 2 tahun dan ≥ 5 tahun
mempunyai kemungkinan 1,25 kali mengalami komplikasi persalinan, ibu hamil
yang pemeriksaan kehamilannya kurang kemungkinan mengalami 0,396 kali
komplikasi pada saat persalinan, ibu dengan deteksi dini kehamilan risiko tinggi
kategori kurang kemungkinan 0,057 kali mengalami komplikasi persalinan.
5) Multigrande yaitu Ibu yang pernah mengalami persalinan sebanyak 4 kali atau
lebih, komplikasi yang mungkin terjadi seperti anemia, kurang gizi, dan
kekendoran pada dinding rahim. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kelainan

6
letak janin, persalinan lama, perdarahan pasca persalinan, dan rahim robek pada
kelainan letak lintang.19 Sedangkan grandemultipara adalah ibu yang pernah
melahirkan lebih dari 6 kali atau lebih baik bayi dalam keadaan hidup atau mati.
6) Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih . ibu hamil pada usia ini dapat menglami
komplikasi seperti Ketuban Pecah Dini (KPD), hipertensi, partus lama, partus
macet dan perdarahan post partum. Komplikasi tersebut mungkin dialami oleh ibu
hamil pada usia tersebut dikarenakan organ jalan lahir sudah tidak lentur dan
memungkinkan mengalami penyakit.19 Kejadian kehamilan risiko tinggi
dipengaruhi oleh umur dan paritas. Kehamilan resiko tiinggi mayoritas berumur ≥
35 tahun dan terjadi pada grandemultipara. Menurut hasil penelitian di Kota
Yogyakarta faktor resiko ibu hamil di adalah anemia (33.1%), usia yang terlalu
muda dan tua (24.7%), Lila <23,5 (21.7%), Grandemultigravida (9%), Tinggi
badan <145 cm (7,2 %), riwayat abortus lebih dari sekali (4,2%).
7) Tinggi Badan (TB) 145 cm atau kurang komplikasi yang mungki terjadi yaitu
ukuran panggul ibu sebagai jalan lahir sempit namun ukuran kepala janin tidak
besar atau ketidak sesuaian antara janin dan jalan lahir. Kemungkinan ukuran
panggul ibu normal, sedangkan ukuran kepala janin besar.Komplikasi yang terjadi
yaitu BBLR, prematur, bayi mati dalam kandungan (IUFD).
8) Ibu hamil dengan riwayat obstetric jelek dengan kondisi: Ibu hamil kedua dimana
kehamilan pertama mengalami keguguran,meninggal di dalam kandungan, lahir
dalam keadaan belum cukup umur, lahir mati, dan lahir hidup kemudian mati pada
usia ≤ 7 hari, kehamilan sebelumnya pernah keguguran sebanyak ≥ 2 kali. Salah
satu faktor yang menyebabkan kegagalan kehamilan dan meninggalnya janin
dalam kandungan pada ibu adalah adanya penyakit seperti ; diabetes mellitus,
radang saluran kencing, dan lain-lain.
9) Persalinan yang lalu dengan tindakan Persalinan ditolong oleh alat bantu seperti:
cunam/forcep/vakum, uri manual (manual plasenta), pemberian infus / tranfusi
pada saatproses persalinan dan operasi sectio caesars pada persalinan.
b. Ada Gawat Obstetri tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
Beberapa penyakit ibu hamil yang dikategorikan sebagai gawat obstetri yaitu:

7
anemia, malaria pada ibu hamil, penyakit TBC, payah jantung, diabetes militus,
HIV/AIDS, toksoplasmosis.
1) Pre-eklamsia ringan, tiga gejala preeklamsi yaitu oedema pada muka, kaki dan
tungkai, hipertensi dan urin protein positif. Komplikasi yang dapat terjadi seperti
kejang, IUFD, dan IUGR.
2) Kehamilan kembar (gemeli) dengan jumlah janin 2 atau lebih. Komplikasi yang
terjadi seperti hemoroid, prematur, BBLR, perdarahan antepartum.
3) Hidramnion atau kelebihan jumlah air ketuban dari normalnya (> 2 liter).19
Faktor yang mempengaruihi hidramnion adalah penyakit jantung, spina bifida,
nefritis, aomali kongenital pada anak, dan hidrosefalus.
4) Intra Uteri Fetal Deat (IUFD) dengan tanda-tanda gerakan janin tidak terasa lagi
dalam 12 jam, perut dan payudara mengecil, tidak terdengar denyut jantung.
5) Hamil serotinus usia kehamilannya ≥ 42 minggu. Pada usia tersebut fungsi dari
jaringan uri dan pembuluh darah akan menurun. Maka akan menyebabkan
ukuran janin menjadi kecil, kulitnya mengkerut, berat badan bayi saat lahir akan
rendah, dan kemungkinan janin akan mati mendadak dalam kandungan dapat
terjadi.
6) Letak sungsang keadaan dimana letak kepala janin dalam rahim berada di atas
dan kaki janin di bawah. Kondisi ini dapat menyebabkan bayi sulit bernapas
sehinga menyebabkan kematian dan letak lintang. Letak janin dalam rahim pada
usia kehamilan 8 sampai 9 bulan melintang, dimana kepala berada di samping
kanan atau kiri ibu. Bayi yang mengalami letak lintang tidak bisa melahirkan
secara normal kecuali dengan alat bantu. Bahaya yang dapat terjadi apabila
persalinan tidak dilakukan dan ditangani secara benar dapat terjadi robekan pada
rahim ibu dan ibu dapat mengalami perdarahan, infeksi, syok, dan jika fatal
dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janin.
c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO Adanya ancaman nyawa ibu dan bayi yaitu
perdarahan antepartum, dan pre-eklasmi atau eklamsi.
5. Faktor penyebab terjadinya risiko tinggi
a. Faktor non medis Faktor non medis penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi
yaitu kemiskinan, ketidaktahuan, pendidikan rendah, adat istiadat, tradisi,

8
kepercayaan, status gizi, sosial ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan,
kesadaran untuk memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan saranan
kesehatan yang serba kekurangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan, pendapatan ibu dan pemeriksaan Antenatal Care
(ANC) dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK). Terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan.
b. Faktor medis Penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta,
gangguan tali pusat, komplikasi janin, penyakit neonatus dan kelainan genetik.
B. Penanganan / Penatalaksanaan Kehamilan Berisiko tinggi
1. Lebih banyak mengunjungi dokter dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki
risiko tinggi. Tekanan darah anda akan diperiksa secara teratur, dan urin anda akan
dites untuk melihat kandungan protein dalam urin (tanda preeclampsia) dan infeksi
pada saluran kencing.
2. Tes genetik mungkin dilakukan bila anda berusia diatas 35 tahun atau pernah
memiliki masalah genetik pada kehamilan sebelumnya. Dokter akan meresepkan
obat-obatan yang mungkin anda butuhkan, seperti obat diabetes, asma, atau tekanan
darah tinggi.
3. Kunjungi dokter secara rutin Universitas Sumatera Utara
4. Makan makanan sehat yang mengandung protein, susu dan produk olahannya, buah-
buahan, dan sayur-sayuran.
5. Minum obat-obatan, zat besi, atau vitamin yang diresepkan dokter. Jangan minum
obat-obatan yang dijual bebas tanpa resep dokter.
6. Minum asam folat setiap hari. Minum asam folat sebelum dan selama masa awal
kehamilan mengurangi kemungkinan anda melahirkan bayi dengan gangguang
saraf/otak maupun cacat bawaan lainnya.
7. Ikuti instruksi dokter anda dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
8. Berhenti merokok dan jauhkan diri dari asap rokok
9. Berhenti minum alkohol j. Menjaga jarak dari orang-orang yang sedang terkena flu
atau infeksi lainnya (Wulandari, 2011)

9
C. Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi
Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat penanganan
yang adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko tinggi dapat dicegah bila
gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
menurut Kusmiyati (2011), antara lain:
1. Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, minimal 4x kunjungan
selama masa kehamilan yaitu: \
a. Satu kali kunjungan pada triwulan pertama (tiga bulan pertama).
b. Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan keempat sampai bulan
keenam).
c. Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai bulan
kesembilan). Universitas Sumatera Utara
2. Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama kehamilan dengan jarak
satu bulan, untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir.
3. Bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih sering dan intensif
4. Makan makanan yang bergizi Asupan gizi seimbang pada ibu hamil dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan menghindarinya dari penyakit- penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan zat gizi.
5. Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil:
a. Berdekatan dengan penderita penyakit menular.
b. Asap rokok dan jangan merokok.
c. Makanan dan minuman beralkohol.
d. Pekerjaan berat.
e. Penggunaan obat-obatan tanpa petunjuk dokter/bidan.
f. Pemijatan/urut perut selama hamil.
g. Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil.
6. Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi dan mewaspadai penyakit apa
saja pada ibu hamil.
7. Segera periksa bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di Polindes/bidan desa,
Puskesmas/Puskesmas pembantu, rumah bersalin, rumah sakit pemerintah atau

10
swasta. Cara mencegah kehamilan risiko tinggi yaitu tidak melahirkan pada umur
kurang dari 20 tahun / lebih dari 35 tahun, Hindari jarak kelahiran terlalu dekat /
kurang dari 2 tahun, rencanakan jumlah anak 2 orang saja, memeriksa kehamilan
secara teratur pada tenaga kesehatan seperti posyandu, puskesmas, rumah sakit,
memakan makanan yang bergizi.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan ibu
maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 2012). Kehamilan resiko tinggi
adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil dan bayi menjadi sakit atau
meninggal sebelum kelahiran berlangsung (Indrawati, 2016). Kehamilan berisiko terbagi
menjadi tiga kriteria yang dituangkan dalam bentuk angka atau skor. Angka bulat yang
digunakan dalam penilaian yaitu 2, 4 dan 8 pada setiap variabel dan kemudian
dijumlahkan menjadi total skor akhir . Karakteristik ibu hamil diketahui bahwa faktor
penting penyebab resiko tinggi pada kehamilan terjadi pada kelompok usia 35 tahun
dikatakan usia tidak aman karena saat bereproduksi pada usia 35 tahun dimana kondisi
organ reproduksi wanita sudah mengalami penurunan kemampuan untuk bereproduksi,
tinggi badan kurang dari 145 cm, berat badan kurang dari 45 kg, jarak anak terakhir
dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, jumlah anak lebih dari 4. Faktor
penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera ditangani pada ibu dapat mengancam
keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu dan bayi .

B. Saran
- Disarankan kepada ibu hamil untuk Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin
dan teratur, minimal 4x kunjungan selama masa kehamilan
- Disarankan kepada ibu hamil dan petugas kesehatan untuk dapat Mengenal tanda-
tanda kehamilan dengan risiko tinggi dan mewaspadai penyakit apa saja pada ibu
hamil.
- Memeriksan kehamilan bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di Polindes/bidan desa,
Puskesmas/Puskesmas pembantu, rumah bersalin, rumah sakit pemerintah atau swasta

12
Daftar Pustaka

13

Anda mungkin juga menyukai