H522229
Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny.S telah disahkan oleh Tim
Pembimbing pada:
Hari : Senin
Tanggal : Januari 2024
Tempat : RSUD Dr Slamet Garut
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Program Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Asuhan Kebidanan
Kehamilan pada Ny.S di RSUD Dr Slamet Garut ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat hasil pelaksanaan praktik klinik program studi Pendidikan
Profesi Bidan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tonika Tohri, S. Kp., M. Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali.
2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb selaku Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali dan dosen pembimbing yang telah berkenan
membimbing dan mambantu dalam penyusunan laporan.
3. Lia Kamila, S.S.T., Bd,. M.Keb selaku Penanggung Jawab Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Kebidanan Institu Kesehatan Rajawali.
4. Silva Dwi Rahmizani, S.S.T., M.K.M selaku pembimbing akademik yang
telah membimbing dan membantu dalam penyusunan laporan ini.
5. Enur Rostikawati, STr.Keb selaku pembimbing praktik klinik di RSUD Dr
Slamet Garut yang telah membimbing dan membantu dalam penyusunan
laporan selama pelaksanaan praktik klinik.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menulis
dengan lebih baik. Semoga laporan ini dapat memberikn manfaat. Aamiin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan................................................................................................ 6
1.4 Manfaat.............................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
2.1 Fisiologi air ketuban .......................................................................... 7
2.2 Pengertian air ketuban pecah dini ..................................................... 8
2.3 Klasifikasi.......................................................................................... 8
2.4 Etiologi .............................................................................................. 9
2.5 Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini ...................................... 10
2.6 Tanda dan gejala.............................................................................. 11
2.7 Diagnosis ......................................................................................... 11
2.8 Pemeriksaan penunjang ................................................................... 13
2.9 Komplikasi ...................................................................................... 13
2.10 Pematalaksanaan ....................................................................... 15
BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 19
3.1 Kala I ............................................................................................... 19
3.2 Kala II .............................................................................................. 27
3.3 Kala III ............................................................................................ 30
3.4 Kala IV ............................................................................................ 32
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 35
4.1 Asuhan kebidanan pada persalinan ................................................. 35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Manuaba (2014), wanita akan mengalami masa reproduksi,
yaitu kehamilan, nifas, perawatan bayi baru lahir dandiharapkan mengikuti
program keluarga berencana (KB) untuk kelangsungan reproduksi sehat.
Sepanjang siklus hidupnya, secara fisiologis, kehamilan, persalinan, bayi
baru lahir, masa nifas dan KB tidak bisa dipungkiri bahkan terjadi hal-hal
yang berisiko bagi ibu. Sehingga harus diperhatikan beberapa masalah yang
sedang dihadapi wanita, yaitu masalah kesehatan ibu dan anak (KIA)
merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup menyita perhatian
dunia. Terdapat berbagai komponen yang berpengaruh terhadap proses
kematian ibu diantaranya kehamilan, persalinan atau komplikasinya dan masa
nifas adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
(Prawirohardjo, 2016).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat keberhasilan layanan suatu negara. Setiap hari, sekitar 830 wanita
meninggal karena sebab yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan
persalinan. 99% dari semua kematian ibu terjadi di negara berkembang.
Sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan
di seluruh dunia setiap hari. Salah satu t arget di bawah Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) 3 adalah untuk mengurangi rasio kematian ibu
bersalinan global menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran, dengan tidak
ada negara yang memiliki angka kematian ibu lebih dari dua kali rata-rata
global. Wanita meninggal akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan
dan persalinan. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari
semua kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi,
tekanan darah tinggi selama kehamilan(pre-eklampsia dan eklampsia),
komplikasi dari persalinan dan aborsi yang tidak aman (WHO,2018).
AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan
dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
1
2
per 1.000 KH, terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2018 yang mencapai
6,66 per 1.000 KH (Dinkes Kabupaten karawang, 2019).
Capaian cakupan ibu hamil K1 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018
adalah 99,44%. Capaian cakupan K4 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018
adalah 91,15%. Provinsi Jawa Timur untuk indikator K4belum mencapai
target, indikator K4 termasuk indikator SPM (Standar Pelayanan Minimal),
target adalah 100%. Capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018 mencapai 95,98% dari
target 100%. Capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
di fasilitas kesehatan pada tahun 2018 mencapai 95,86% dari target Jawa
Timur 100%. Capaian cakupan pelayanan nifas Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2018 sebesar 94,4%. Cakupan KN 1 sebesar 100,1% dari target Renstra
(Rencana Strategi) 100%, cakupan KN lengkap 2018 sebesar 98,3% dari
target Renstra100%. Capaian cakupan peserta KB Aktif tahun 2018 sebesar
76,62% dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2019 sebesar 66%. Sehingga dapat diambil kesimpulan masih ada
kesenjangan yaitu K1 lebih banyak dari pada K4, cakupan persalinan di
fasilitas kesehatan belum memenuhi target restra, untuk capaian KN1 sudah
memenuhi target restra, KN lengkap belum memnuhi target restra, untuk KB
aktif sudah memnuhi target RPJMN 2019 (Dinkes Jatim, 2019).
Sementara itu di Kabupaten garut Cakupan Pelayanan K1 pada tahun
2018 sebesar 98,80% dari target SPM 100%. Sedangkan cakupan K4 pada
tahun 2018 sebesar 91,35% dari target SPM 100%. Cakupan pertolongan
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (Linakes) pada tahun 2018
sebesar 92,3%dari target Jawa Timur sebesar 100%. Sedangkan KN1 sebesar
96,97% dari target SPM 100%. Dan cakupan pelayanan KB aktif sebesar
79,40% dari target RPJMN 66% (Dinkes,Jawa Barat, 2019).
Dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kesenjangan antara K1 dan
K4, karena masih banyak ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama dan
tidak melakukan kunjungan K4 pada triester III, untuk mencapai cakupan
persalinan ditolong oleh tenaga jesehatan di Kabupaten Madiun belum
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui gambaran asuhan kebidanan pada NY.S mengenai persalinan
KPD di RSUD Dr Slamet Garut tahun 2023
1.3.2 Tujuan khusu
Melakukan asuhan kebidanan pelayanan intranatal KPD pada NY.S
mengenai persalinan KPD di RSUD Dr Slamet Garut tahun 2023.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam pemberian asuhan
kebidanan pada ibu bersalin
1.4.2 Manfaat Praktis
7
8
akan berada dalam Rahim sampai neonatus lahir (kosim, 2010: 1-2).
2.2 Pengertian air ketuban pecah dini
KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara
spontan dari rongga amnion di mana janin di tampung. Cairan keluar dari
selaput ketuban yang mengalami kerobekan, muncul setelah usia kehamilan
28 minggu dan setidaknya sebelum 1 jam sebelum waktu kehamilan yang
sebenarnya(Gehwagi et al, 2015).
Dalam keadaan normal ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan di bawah 37 minggu disebut
ketuban pecah dini premature. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan
hamil aterm mengalami ketuban pecah dini. (Prawirahardjo, 2014: 677).
Ada macam-macam batasan tentang KPD atau premature rupture
of membrane (PROM) yakni:
a. Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum inpartu, misalnya 2 atau 4
atau 6 jam sebelum inpartu.
b. Ada juga yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks atau leher
Rahim pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan serviks 3
cm Pada primipara atau 5 cm pada multipara.
c. Prinsipnya adalah ketuban pecah sebelum waktunya(Norma Dan Dwi,
2013: 247).
2.3 Klasifikasi
Menurut pogi tahun 2014, KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok
yaitu KPD preterm dan KPD aterm.
a. KPD preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti
dengan vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern pada usia kehamilan <37
minggu sebelum onset persalinan. KPD psangat preterm adalah pecahnya
ketuban saat umur kehamilan ibu di antara 24 minggu sampai kurang dari
34 minggu, sedangkan KPD preterm saat usia kehamilan ibu antara 34
minggu sampai kurang dari 37 minggu .
9
b. KPD aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern pada usia
kehamilan ≥37 minggu.
2.4 Etiologi
Belum pasti penyebab terjadinya ketuban pecah dini, namun faktor-
faktor yang lebih sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predisposisi adalah:
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban yang berasal dari
vagina atau infeksi cairan ketuban yang menyebabkan terjadinya ketuban
pecah dini.
b. Jumlah paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih beresiko tinggi
mengalami KPD pada kehamilan berikutnya. Kehamilan yang terlalu sering
dapat mempengaruhi embryogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga
mudah pecah sebelum waktunya dan semakin banyak paritas semakin
mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur serviks pada
persalinan sebelumnya.
Wanita dengan paritas kedua dan ketiga pada usia reproduktif biasanya
relatif memilii keadaan yang lebih aman untuk hamil dan melahirkan karena
pada keadaan tersebut dinding uterus lebih kuat karena belum banyak
mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu sering mengalami
pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput ketuban dengan baik.
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali akan lebih beresiko pada
mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh yang
diakibatkan oleh vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan akhirnya selaput ketuban mengalami pecah spontan.
c. Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka yang di
sebabkan karna kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curatage).
d. Tekanan pada intera uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
10
a. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu
juga di perhatikan warna, keluarnya cairan tersebut his belum teratur atau
belum ada, dan belum ada pengeluaran lender dan darah.
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari
vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas.
c. Tes Valsava
Dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan
menutup mulut dan hidung yang akan menambah tekanan pada telinga dan
tekanan pada bagian fundus, sehingga jika terjadi KPD, maka air ketuban
akan keluar (Fadlun, 2011 : 114)
d. Pemeriksaan dengan Spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar
cairan dari orifisium uteri eksternum(OUE), kalau belum juga tampak
keluar, fundus uteri di tekan, penderita di minta batuk, mengejan atau
mengadakan manuvover valsava, atau bagian terendah di goyangkan, akan
tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
e. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan selaput
ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan
toucher perlu di pertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang
belum dalam persalian tidak perlu di adakan pemeriksaan dalam. Karena
pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi
segmen bawah Rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme
tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina di
lakukan bila dalam persalinan atau yang di lakukan induksi persalinan dan
di batasi sedikit mungkin.(Norma dan Dwi, 2013:249-250).
Selain itu menentukan diagnosa dengan Tentukan pecahnya
13
selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak ada
dapat di coba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat di
lakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru. Tentukan usia
kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan tidak ada infeksi
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 37,5oC serta air ketuban
keruh dan berbau. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami
infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik.
Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan
di lakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan)(prawirahardjo,
2014:680).
2.8 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan vagina yang keluar dari vagina harus di periksa : warna, konsentrasi,
bau dan pHnya
1. Tes Lakmus (tes nitrazin)
Jika kertas lakmus berubah merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2. Mikroskopik (Tes Pakis)
Dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan di biarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri
2.9 Komplikasi
a. Pada Ibu
Komplikasi yang bisa disebabkan KPD pada ibu yaitu intrapartal
dalam persalinan, infeksi puerparalis/masa nifas, partus lama, pendarahan
post partum, meningkatkan tindakan operatif obstetric (khususnya SC),
morbiditas dan mortalitas maternal.
14
b. Pada Janin
1. Prematuritas
Kemungkinan masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan lahir
prematur yakni sebagai berikut :
a) Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga dengan
sindrom gangguan pernapasan. Hal ini terjadi karena paru-paru bayi belum
matang sehingga tidak bisa menghasilkan zat surfaktan dalam jumlah
memadai. Surfaktan memungkinkan permukaan paru- paru mengembang
dengan baik ketika bayi keluar dari dalam rahim untuk menghirup udara
sesuai kebutuhan bayi. Akan tetapi, jika bayi lahir sebelum paru-parunya
berfungsi dengan sepenuhnya, kemungkinan akan mengalami masalah
pernapasan. Tanpa adanya asupan oksigen yang memadai, organ-organ
yang lain juga bisa terpengaruh.
b) Hipotermia
Kondisi bayi yang prematur biasanya akan menurunkan suhu
dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan karena bayi prematur biasanya tidak
memiliki cadangan lemak yang cukup untuk melindungi proses penurunan
suhu. Hipotermia pada bayi yang lahir prematur juga bisa menyebabkan
kondisi lain seperti gangguan pernapasan dan kadar gula yang sangat rendah.
c) Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia terjadi karena bilirubin terlalu tinggi, ditandai
oleh perubahan warna kulit dan sklera mata menjadi kuning (bayi kuning).
Bilirubin adalah pigmen kuning yang memang ada pada sel darah.
Hiperbilirubinemia lebih umum terjadi pada bayi premature dibandingkan
pada bayi lahir cukup bulan.
d) Anemia
Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya konsentrasi sel darah merah.
Sel darah merah sangat penting karena mengandung hemoglobin, zat yang
membawa oksigen ke seluruh tubuh. Sebagian besar bayi baru lahir
memiliki level sel darah merah lebih dari 15gram. Namun bayi premature
15
memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan
infeksi yang akan memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan KPD
tergantung pada umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering
pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingan dengan
sepsis. Oleh karena itu kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati
untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur
kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang,
chorioamniotis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab utama
meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan,
infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban
atau lamanya perode laten.
Adapun penatalaksanaan ketuban pecah dini, diantaranya :
a) Tatalaksana Umum
1) Berikan eritmisin 4x500 mg selama 10 hari.
2) Rujuk ke fasilitas yang memadai.
b) Tatalaksana khusus
1) Di Rumah Sakit rujukan, tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan
a) ≥34 minggu.
Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada kontraindikasi.
b) 24-34 minggu
1. Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin, lakukan
persalinan segera.
2. Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau
betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.
3. Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.Bayi
dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia kehamilan 32-33
minggu, biladapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil
menunjukkan bahwa paru sudah matang (komunikasikan dan sesuaikan
dengan fasilitas perawatan bayi preterm).
c) <24 minggu
1. Pertimbangan dilakukan dengan melihat resiko ibu dan janin.
17
3.1 Kala I
1. Data subjektif
a. Biodata
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil anak Kedua, umur kehamilan 9 bulan, ingin periksa
hamil. Ibu mengatakan merasa mules dan keluar air-air dari jam 12.00.
c. Riwayat Kesehatan
19
20
d. Riwayat perkawinan
1) Haid
a) Menarche : 14 tahun
b) Siklus : 28 hari
c) Lama : 7 hari
d) Warna : Merah
e) Sifat darah : Encer
f) Jumlah : 2-3 kali ganti pembalut
g) Disminorea : Tidak ada
h) HPHT : 12-09-2020
2) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Ke UK Tempat Penolong Jenis penyulit JK BB PB Keadaan
bersalin persalinan persalinan sekarang
1 Aterm PMB Bidan Spontan Tidak ada L 3200 52 sehat
2 Hamil
21
ini
f. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama menggunakan alat
kontrasepsi kb implant 3 tahun, setelah itu ibu menggunakan alat kontrasepsi
KB suntik 3 bulan selama kurang lebih 2 tahun.
g. Kehamilan sekarang
Tempat : PMB
Oleh : 2x Bidan, 1x Dokter
Keluhan : Tidak ada
Terapi : Fe, Kalk
Penyuluhan : Senam hamil, Kebutuhan nutrisi
d) Trimester III
Periksa : 4x
Tempat : PMB
Oleh : 4x Bidan
Keluhan : nyeri pinggang
Terapi : Fe, Kalk
Penyuluhan : Tanda-tanda persalinan, persiapanpersalinan,
22
perawatan payudara
1) Nutrisi
a) Sebelum hamil : Makan teratur 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk,
i. Riwayat ketergantungan
Ibu mengatakan sebelum hamil dan saat hamil ibu tidak ada riwayat
ketergantungan terhadap suatu makanan tertentu, obat- obatan, minuman
beralkohol dan jamu-jamuan.
Ibu tidak pernah melakukan pijat perut, minum jamu dan tidak ada
pantangan terhadap makanan tertentu seperti telur, daging, ikan.
2. Data objektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
HPL : 19-06-2021
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 100/70
Nadi : 80x/m
Suhu : 36,4
Respirasi : 20
c. Pemeriksaan antropometri
BB sebelum hamil : 45 kg
BB sekarang : 60,5 kg
TB : 156 cm
LILA : 24 cm
IMT : 18,49 (normal)
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi : bersih, rambut hitam, penyebaran
merata,tidak mudah rontok, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada
nyeri tekan
2) Muka
Inspeksi : tidak sembab, tidak pucat
Palpasi : tidak oedema
3) Mata
Inspeksi : simetris, bersih, konjungtiva merah muda, sklera putih
Palpasi : kelopak mata tidak oedema
4) Hidung
Inspeksi : simetris, septum berada ditengah, tidak ada sekret, tidak ada
pernafasan cuping hidung
24
(ekstremitas)
c) Leopold III
Pada bagian terendah teraba bagian bulat, keras, tidak dapat digoyangkan
(kepala).
d) Leopold IV
Bagian terendah janin sudah masuk PAP kedua tangantidak saling bertemu
(divergen) penurunan 3/5.
TFU Mc Donald = 35 cm.TBJ :(35-11) x 155 = 3,720 gram
His : 2 kali/10 menit, lamanya 25 detik
Auskultasi : Detak jantung janin (+)146kali/menit disebelah
kanan bawah pusat
11) Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada luka bekas jahitan pada perineum, tidak ada
flouralbus, tidak odemadan varises, tidak ada condiloma, terdapat lendir dan
darah.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan scene
12) Ektremitas
i. Atas :
Inspeksi : Simetris, jari lengkap, tidak ada odeme
ii. Bawah :
Inspeksi : Simetris, jari lengkap, tidak odeme, tidak varises.
Perkusi : Reflek Patella : kanan kiri + / +
13) Pemeriksaan dalam
Vt : pembukaan 3 cm, portio tebal lunak, ket (-), preskep H1, Lendir darah -
14) Pemeriksaan penunjang
15) 20 Desember 2023
Tempat : Puskesmas Garut
a. Golongan darah :B
b. Hemoglobin : 12,0 g%
c. GDA : 95 mg/dl
d. HIV/AIDS : Non Reaktif
26
3.2 Kala II
Tanggal pengkajian : 10 Januari 2024
Waktu pengkajian : 05.00 WIB
Tempat pengkajian : RSUD Dr Slamet Garut
1. Data subjektif
Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin lama, semakin sering dan
tambah sakit mulai pukul 04.15 WIB
2. Data objektif
3. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB sekarang : 61 kg
TD : 120/80 MmHg
Suhu : 36,6℃
Nadi : 180x/menit
RR : 20x/menit
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari bawah px, pada fundus teraba bagian bulat,
lunak, tidak melenting(bokong)
Leopold II : Pada perut kiri ibu teraba bagian terkecil janin
(Ekstremitas). Pada perut sebelah kanan teraba bagian
keras memanjang seperti papan (Punggung)
Leopold III : Pada bagian terendah teraba bagian bulat, keras, tidak
dapat digoyangkan (Kepala). Kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : Kedua tangan sudah tidak dapat bertemu lagi
(Divergen).
Perlimaan : 1/5
Kontraksi : 4x dalam 10 menit, lamanya45 detik
Auskultasi :142 x/menit DJJ teratur, terdengar jelas Punctum
maksimum 3 jari kanan bawahpusat.
Vt : pembukaan 10 cm, portio tidak teraba, ket (-), presesntasi
kepala H2, lender darah (+)
28
4. Analisa
1) Melihat tanda gejala kala II seperti ibu merasa ada dorongan kuat dan ingin
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan sfingter ani
membuka.
2) Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
3) Memakai celemek
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir dan kemud ian keringkan dengan tissue
atau handuk yang bersih dan kering.
5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam spuit (gunakan tangan yang menggunakan
sarung tangan DTT dan steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik).
7) Melakukan vulva hygiene dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT.
12) Meminta keluarga untuk membantu menyiapka posisi meneran (bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengan
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13) Melaksanakan pimpinan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran, dan dilakukan episiotomi karena perinium kaku.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
(ibu memilih posisi setengah duduk).
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala
bayi telah mebuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Meletakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong
ibu.
17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
1. Data subjektif
2. Data objektif
4. Penatalaksanaan
1) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal)
2) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin
3) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin)
4) Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
31
3 cm dari pusat bayi setelah itu susur tali pusat lalu jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama.
5) Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat.
6) Meletakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
7) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topidi kepala bayi.
8) Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm darivulva.
9) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
10) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang- atas (dorso kranial) secaara
hati-hati. Jika plasenta tidak lahir 30-40 detik, henitikan penengangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.
11) Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat kearah sejajar lantai
dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorso
kranial).
12) Saat plasenta muncul di intoritus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
13) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
14) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
15) Plasenta lahir spontan jam 05.45 WIB, pada sisi maternal selaput ketuban utuh,
kotiledon 20, lengkap, diameter 20 cm, tebal 2 cm,dengan berat placenta kurang
lebih 600 gr, sisi fetal tidak ada pembuluh darah yang putus, panjang tali pusat 40
cm.
16) Mengevaluasi laserasi pada vagina dan perineum yang terjadi karena
32
3.4 Kala IV
Tanggal pengkajian : 10 Januari 2024
1. Data subjektif
Ibu mengatakan lega bayinya dan ari-arinya telah lahirIbu merasa lelah dan ingin
istirahat
2. Data objektif
Kesadaran : cm
TD : 100/70
Nadi : 89
Suhu : 36,2
Respirasi : 20
3. Analisa
4. Penatalaksanaan
1) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini dan biarkan bayi tetap melakukan kontak
kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
2) Melakukan pemeriksaan fisik BBL
3) Memberikan vitamin K1 (1mg) pada bayi secara intramuskular di paha kiri
bawah lateral dan salep mata profilaksis dalam 1 jam pertama kelahiran.
4) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
35
36
Pada proses persalinan keadaan Ny. "S" dan janin baik. Pada kala I kemajuan
persalinan berlangsung normal. Setelah pembukaan lengkap, dilakukan
pertolongan persalinan. Setelah bayi lahir, plasenta lahir lengkap. Pada kala IV
dilakukan pemantauan selama 2 jam, 1 jam pertama setiap 15 menit dan 1 jam
berikutnya setiap 30 menit. Tidak adapenyulit dalam persalinan.
5.2 Saran
1. Bagi ibu dan keluarga
Diharapkan ibu dan keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan
kebidanan yang ada untuk mendapatkan informasi seperi pemeriksaan
kehamilan secara rutin, terlaksananya persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, perawatan ibu
38
DAFTAR PUSTAKA
39