Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PELAYANAN


KONTRASEPSI PADA NY. Y DI PMB BIDAN
ARDYLA CIMAHI TAHUN 2024

NENENG TRISNA GIRI PAMUNGKAS

H522229

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan pelayanan kontrasepsi pada Ny. telah disahkan
oleh Tim Pembimbing pada:
Hari : Senin
Tanggal : Januari 2024
Tempat : PMB Ardyla

Mengetahui,

Pembimbing Akademik
Program Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali

Silva Dwi Rahmizani, S.S.T., M.K.M

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
dengan baik. Asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi pada Ny.Y di PMB
Yanyan Mulyani ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat hasil
pelaksanaan praktik klinik program studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendaptkan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu tidak lupa mengucpakan terima kasi kepada :;

1 Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali.


2 Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb selaku Dekan Institut Kesehatan
Rajawali dan selaku dosen pembimbing yang telah berkenan memberikan
bimbingan dan membantu dalam penyelesaian laporan .
3 Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb selaku Penanggung Jawab Program Studi
Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali
4 Ardyla, S.S.T selaku Pemilik PMB Ardyla yang telah mengizinkan penelitian
ini berlangsung

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,


untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saram yang membangun agar
dapat menulis dengan lebih baik. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat.

Bandung, Januari 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LAPORAN KASUS.................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Tujuan Penelitian............................................................................4

1.2.1 Tujuan umum..................................................................................4

1.2.2 Tujuan Khusus................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSATAKA...........................................................................5

2.1 AKDR.............................................................................................5

2.1.1 Pengertian.......................................................................................5

2.1.2 Jenis AKDR....................................................................................6

2.1.2.2. Sistem Intrauterine Levonorgestrel ( LNG-IUS atau Mirena ).......7

2.1.3 Cara Kerja.......................................................................................8

2.1.4 Manfaat...........................................................................................9

2.1.5 Kontraindikasi..............................................................................11

2.1.6 Efek Samping...............................................................................14

2.1.7 Waktu Pemasangan.......................................................................14

2.1.8 Obat-Obatan pada Pemasangan AKDR........................................15

2.1.9 Prosedur Pemasangan...................................................................15

2.1.10 Petunjuk Mengenai AKDR dan Perawatan Lanjut.......................19

2.1.11 Kunjungan Ulang..........................................................................22

iv
2.1.12. faktor yang berhubungan dengan penggunaan AKDR.................22

BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................

BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................

5.1 Simpulan.......................................................................................32

5.2 Saran.............................................................................................32

DAFTAR PUSATAKA.........................................................................................

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk di dunia mengalami peningkatan dari
waktu ke waktu khususnya negara berkembang seperti Indonesia.
Berdasarkan data dukcapil pada tahun 2022 jumlah penduduk Indonesia
tercatat sebanyak 275.361.267 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki
sebesar 138.999.996 atau sekitar 54,48% dan penduduk wanita sebesar
136.361.271 atau sekitar 49,52%. Berdasarkan piramida penduduk saat ini
Indonesia didominasi oleh penduduk kategori produktif (usia 15-64 tahun)
sebanyak 190.827.244 jiwa atau 69,30 persen. Apabila dilihat
perbandingan selama 6 bulan kemarin maka terdapat kenaikan jumlah
penduduk sebanyak 0,54% atau sekitar 273.879.750.( Sekretariat dukcapil,
2022)
Tingginya laju pertumbuhan penduduk disebabkan oleh kelahiran,
kematian dan imigrasi. Dukcapil melansir data statistik kependudukan di
Indonesia dari bulan November dan Desember 2020 hingga Januari sampai
Februari 2021 tercatat pada November 2020 bayi lahir sebanyak 170.278,
setelah sebulan berselang pada bulan Desember menurun menjadi 146.693
jiwa. Kemudian pada awal tahun 2021 pada bulan Januari terdapat angka
kelahiran sebanyak 113.057 jiwa dan pada bulan Februari sebanyak 71.291
kelahiran, sehingga selama 4 bulan dari bulan November dan Desember
2020 hingga Januari sampai Februari 2021 jumlah pertambahan penduduk
Indonesia sebanyak 501.319 jiwa.( sekretariat dukcapil, 2022)
Banyak faktor yang mempengaruhi Angka Kelahiran Total yaitu
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan penggunaan
alat kontrasepsi, dan tingkat urbanisasi. Tingkat pendapatan dapat diwakili
oleh pendapatan perkapita. Keterkaitan pada pendapatan terhadap fertilitas
adalah ketika pendapatan seseorang naik akan semakin besar pengaruhnya
terhadap penurunan fertilitas yang terjadi. (Mahendra, 2017)

1
2

Jika pertumbuhan penduduk tidak terkendali maka akan berdampak


kepada pembangunan nasional maka dari itu pemerintah mengatur tentang
keluarga berencana dalam PP nomor 87 tahun 2004 dimana keluarga
berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.
Data dari BKKBN peserta KB aktif di Indonesia menurut metode
kontrasepsi modern tahun 2018 dapat diketahui suntik sebesar 63,71%, pil
sebesar 17,24%, AKDR sebesar 7,35%, implan sebesar 7,2%, MOW
(tubektomi) sebesar 2,76%, kondom 1,24%, MOP (vasektomi) sebesar 0,5%
dan Kepesertaan KB aktif pada bulan Maret 2020 terdapat penurunan jika
dibandingkan pada bulan Februari 2020 di seluruh Indonesia. Jumlah
akseptor KB AKDR pada Februari 2020 dari 36.155 turun menjadi 23.383.
Sedangkan implan dari 81.062 menjadi 51.536, suntik dari 524.989 menjadi
341.109, pil
251.619 menjadi 146.767, kondom dari 31.502 menjadi 19.583, MOP
(vasektomi) dari 2.283 menjadi 1.196, dan MOW (tubektomi) dari 13.571
menjadi 8.093. Dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan penggunaan
alat kontrasepsi di Indonesia. (BKKBN, 2018)
Menurut data di Jawa Barat pada tahun 2022 terdapat 93%
pelayanan berupa non-MKJP atau jangka pendek, dengan hampir 50 persen
diantaranya menggunakan pil. Akseptor KB di Jawa Barat berjumlah 466.304
orang, yang menggunakan pil 49,25%, suntik 36,03%, kondom 7,54%,
AKDR 24,78%, implan 4,6%, metode operasi wanita (MOW) 0,1%, 0,01%
metode operasi pria (MOP). (BKKBN, 2022)
Jumlah pasangan usia subur dan peserta KB Aktif di kabupaten
Bandung tahun 2020 sebesar 560.796 jiwa, diantaranya 54,41%
menggunakan
suntik, 18,91% menggunakan pil, 16,5% menggunakan AKDR, 4,78%
3

menggunakan implan, 1,67% menggunakan kondom, 3,14% menggunakan


MOW, dan 0,6% menggunakan MOP. (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Barat, 2022)
Kebijakan pemerintah tentang KB saat ini mengarah pada pemakaian
metode kontrasepsi jangka panjang, salah satunya AKDR merupakan alat
kontrasepsi jangka panjang yang paling efektif untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk karena tingkat efektifitas penggunaan sampai 99,4%
dan aman dibandingkan alat kontrasepsi lainnya, dapat digunakan untuk
jangka waktu 3-5 tahun (jenis hormon) dan 5-10 tahun (jenis tembaga),
pemasangannya dimasukkan kedalam rahim, tekanan yang tercipta dari
AKDR tembaga dan AKDR plastik tanpa obat kemungkinan memberi
perlindungan terhadap kanker endometrium, pada AKDR hormonal terutama
LNG-IUS, mengurangi jumlah hari-hari menstruasi, meningkatkan
konsentrasi hemoglobin, terapi yang efektif untuk menoragia dan dapat
mencegah atau mengobati anemia. Harga AKDR bervariasi bergantung pada
alat yang digunakan, apabila digunakan jangka-panjang bisa menghemat
biaya, metode kontrasepsi ini tidak berkaitan langsung dengan aktivitas
hubungan seksual sehingga kesuburan kembali dengan cepat dan fertilitas
tidak terganggu. Keuntungan tambahannya ialah bahwa wanita yang
menggunakan AKDR tidak perlu memikirkan persiapan kontrasepsi setiap
hari atau setiap bulan. (Varney et al., 2006)
Di PMB Ardyla menyediakan berbagai pelayanan ibu dan anak salah
satunya pelayanan keluarga berencana. Berdasarkan data di PMB Ardyla
didapatkan data pada bulan Januari - September tahun 2022 dengan jumlah
akseptor sebanyak 800 orang, 80% akseptor menggunakan KB suntik,
15,25% akseptor KB pil, dan 4,75% akseptor AKDR. Dari beberapa akseptor
KB tersebut apabila dilihat dari karakteristik akseptor KB yang bisa
menggunakan AKDR tetapi tidak menggunakan AKDR sebanyak 327 orang
akseptor. Sebagian orang yang memiliki riwayat setelah melakukan
wawancara kepada 10 akseptor KB mengenai alasan ibu tidak menggunakan
KB AKDR 6 orang merasa malu karena pemasangan alat kontrasepsi AKDR
4

melalui vagina dan menganggap AKDR berbahaya dapat terlepas atau keluar
sendiri, 3 orang tidak diberi izin oleh suami, 1 orang menganggap bahwa
AKDR adalah alat yang dipasang di lengan dan tidak boleh melakukan
pekerjaan berat.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan umum
Mengetahui gambaran Asuhan Kebidana pada Ny. Y mengenai AKDR di
PMB Ardyla Cimahi tahun 2023.

1.2.2 Tujuan Khusus


Melakukan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi pada Ny.Y di PMB
Ardyla Cimahi tahun 2023
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AKDR
2.1.1 Pengertian
AKDR Adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang
efektif, aman dan reversibel yang terbuat dari plastik atau logam kecil
yang dimasukan dalam uterus melalui kanalis servikalis (Wahyudi.
2017).
Sebagaimana namanya alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam
rahim. Semua AKDR standar saat ini yang tersedia di Inggris
mengandung tembaga yang dapat meningkatkan efikasi kontrasepsi.
Sekitar 4% wanita di Inggris menggunakan AKDR (Durex Report 2001)
yang menurut Guillebaud (1999) angka ini mengalami peningkatan dan
110 juta wanita menggunakan metode ini di seluruh dunia, di antaranya
sebesar 50 juta pemakai berada di Cina. (Fraser et al., 2009)
Walaupun alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) digunakan
oleh kurang dari satu persen wanita berisiko hamil di Amerika Serikat,
jenis ini merupakan kontrasepsi reversibel yang paling banyak digunakan
di seluruh dunia. Alat kontrasepsi ini menggunakan berbagai bahan
dengan bentuk beragam. Biasanya bahan dasar alat kontrasepsi tersebut
adalah polietilen, suatu plastik elastis. Bahan dasar alat kontrasepsi
tersebut haruslah tidak menyebabkan inflamasi pada uterus yang normal,
merupakan alat yang fleksibel saat dimasukkan dan dilepas, dan mampu
mempertahankan "'ingatannya" sehingga alat kontrasepsi tersebut dapat
kembali kebentuknya semula ketika berada pada posisinya di dalam
tubuh.
AKDR memiliki sambungan ke serviks berupa untaian benang.
Benang-benang ini memudahkan pelepasan alat kontrasepsi dan
memungkinkan seorang wanita memeriksa dirinya secara berkala untuk
memastikan apakah AKDR tepat di tempat dan memungkinkan

5
pemeriksan dengan cepat mengidentifikasi keberadaan AKDR.

6
7

Ada dua jenis AKDR yakni yang mengandung obat (medicated)


dan tidak mengandung obat (non-medicated). AKDR yang mengandung
obat adalah alat kontrasepsi yang ditambahkan zat kimia ke dalam bahan
dasarnya untuk meningkatkan keefektifan alat ini dengan menurunkan
angka kehamilan, angka alat kontrasepsi yang lepas dari tubuh secara
spontan dan meminimalkan efek samping penggunaan AKDR. Menurut
sejarah AKDR dinamai menurut nama individu yang mengembangkan alat
kontrasepsi tersebut atau menciptakan beberapa bentuk AKDR tersebut,
atau bentuk AKDR itu sendiri.

2.1.2 Jenis AKDR


2.1.2.1. Copper T 380A (paraGard)
Copper T 380A (paragard) paragard merupakan alat berbentuk
T yang terbuat dari polietilen yang dibungkus dengan kawat tembaga
pada batang alat tersebut dan dengan lapisan tembaga pada tiap-tiap
lengan alat tersebut. Benang polietilen monofilamen terikat sedemikian
rupa sehingga terdapat dua buah benang yang berfungsi sebagai
penghubung transervikal. Alat tersebut juga memiliki tambahan barium
sulfat sehingga alat tersebut dapat terlihat pada pemeriksaan sinar-x.
Pada tahun 1994, organisasi food and drug Administration
memperpanjang jangka waktu penggunaan Copper T 380A hingga 10
tahun kurun waktu alat tersebut dapat tetap berada dalam uterus.
Setelah 10 tahun AKDR tersebut harus dilepas. Rangkuman kunci
utama Copper T 380A:
a. Alat ini dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi jangka panjang.
b. Alat ini juga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi pada keadaan
darurat.
c. Alat ini dapat melindungi endometrium dari kanker endometrium.
d. Alat ini merupakan pilihan terbaik bagi wanita yang tidak dapat atau
tidak ingin menggunakan hormon.
8

e. Semua AKDR Copper merupakan kontraindikasi bagi wanita yang


alergi terhadap tembaga dan menderita penyakit Wilson.
f. Walaupun perdarahan yang terjadi lebih sedikit pada penggunaan
AKDR tembaga ketimbang efek samping yang timbul pada penggunaan
AKDR tanpa obat, perdarahan tetap merupakan masalah.
g. Wanita yang menggunakan alat tersebut dapat menjadi jadi subur
kembali dengan cepat setelah AKDR tembaga dilepas.
h. Alat tersebut tidak melindungi wanita dari penyakit menular seksual
atau infeksi HIV.(Varney et al., 2006)

2.1.2.2. Sistem Intrauterine Levonorgestrel ( LNG-IUS atau Mirena )


Sistem Intrauterin Levonorgestrel merupakan modifikasi
AKDR bentuk-T (bagian yang melintang melengkung dan
membengkok pada bagian ujungnya) yang terbuat dari polietilen
dengan silinder polidimetilsiloksan yang melingkari bingkai. Polietilen
tersebut berisi barium sulfat membuat LNG-IUS dapat dilihat pada
pemeriksaan sinar-x. Silinder tersebut berisi wadah untuk 52 mg
levonorgestrel, suatu progestogen yang juga digunakan pada produk
kontrasepsi oral. Sejumlah kecil zat ini dikeluarkan setiap hari ke
rongga uterus selama lima tahun. Mengulang beberapa hal penting
berkenaan dengan LNG-IUS:
a. Pada dasarnya alat ini merupakan metode hormonal dengan semua
kontraindikasi, keuntungan, kewaspadaan, dan efek samping yang sama
dengan bentuk lain kontrasepsi hormonal yang hanya berisi progestin.
b. Alat ini merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif termasuk
sebagai alat sterilisasi.
c. Alat ini meningkatkan konsentrasi hemoglobin dan dapat digunakan
mengobati menoragia dan anemia.
d. Alat ini menyebabkan pola perdarahan menstruasi berubah dan tidak
teratur. Selama tiga sampai enam bulan pertama jumlah hari perdarahan
dan bercak darah dapat meningkat. Selama enam bulan kedua jumlah
hari perdarahan dan bercak darah masih tidak teratur tetapi berkurang.
9

Amenore dapat dialami oleh kurang lebih 20% wanita pada akhir tahun
pertama penggunaan sistem ini.
e. Seorang wanita dapat kembali subur dengan cepat ketika alat dilepas.
f. Alat ini tidak melindungi wanita dari penyakit menular seksual atau
infeksi HIV.(Varney et al., 2006)

2.1.3 Cara Kerja


Mekanisme-mekanisme ini belum terdefinisikan secara tepat dan
sedang menjadi subjek perdebatan. Pada waktu yang lalu, terganggunya
keberhasilan implantasi ovum yang dibuahi dipercaya sebagai cara kerja
utama AKDR, namun sekarang hal tersebut kurang begitu penting
dibandingkan dengan kerjanya dalam mencegah fertilisasi. Di dalam uterus
tercetus respons inflamasi endometrial lokal yang hebat terutama oleh alat
yang mengandung tembaga. Komponen seluler dan humoral inflamasi ini
terlihat pada jaringan endometrium dan cairan yang terdapat pada rongga
uterus dan tuba uterin, ini menyebabkan menurunnya viabilitas sperma dan
sel telur. Jika fertilisasi terjadi pada keadaan yang tidak mungkin tersebut
maka terjadi proses inflamasi yang sama yang ditujukan terhadap blastokista
dan endometrium diubah menjadi tempat yang tidak mendukung untuk
terjadinya implantasi. Dengan AKDR tembaga kadar tembaga
meningkatkan mukus akseptornya dan menurunkan motilitas serta viabilitas
sperma. Dengan LNG-IUS sebagai tambahan terhadap reaksi inflamasi,
pelepasan progestin pada akseptor jangka panjang menyebabkan atrofi
glandular dan desidualisasi stroma. Progestin menyebabkan mukus serviks
yang kental dan
sedikit sehingga mengganggu motilitas sperma. LNG-IUS juga dapat
melepaskan progestin yang cukup untuk menghambat ovulasi secara tidak
konsisten. (Cunningham et al., 2010)
Mekanisme kerja AKDR terutama adalah mencegah pembuahan.
lon-ion Copper yang berasal dari AKDR tembaga mengubah isi saluran
telur dan cairan endometrium sehingga dapat memengaruhi jalan sel telur di
dalam saluran telur serta fungsi sperma. AKDR hormonal merusak motilitas
10

saluran telur dan mengentalkan lendir serviks sehingga cairan serviks


menjadi lebih lengket, sperma menjadi sulit masuk ke dalam serviks
sehingga mengganggu motilitas sperma. AKDR juga memiliki mekanisme
kerja sekunder berupa reaksi terhadap zat asing lokal yang membuat
endometrium menjadi tempat yang tidak sesuai untuk penanaman hasil
pembuahan dan kemungkinan membuat AKDR menjadi alat kontrasepsi
yang efektif sebagai metode kontrasepsi darurat. Kendati demikian bila
AKDR sudah berada di tempatnya, mekanisme kerja utamanya bukan untuk
mematikan sel ovum atau aborsi.(Varney et al., 2006)
AKDR menimbulkan respon inflamasi, dengan penambahan
jumlah leukosit yang merusak spermatozoid dan ovum. Kemampuan hidup
gamet dihalangi oleh perubahan rahim dan cairan tuba. Tembaga
mempengaruhi enzim endometrium, metabolisme glikogen, dan asupan
estrogen sehingga menciptakan kondisi endometrium menjadi tidak cocok
untuk implantasi. (Fraser et al., 2009)
Mekanisme kerja AKDR menurut Wahyudi (2017)
 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
 Mencegah bertemunya sperma dan sel telur dengan cara menghambat
sperma masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi
 Mencegah implantasi
2.1.4 Manfaat
Baik AKDR tembaga maupun hormonal memiliki keuntungan non
kontrasepsi. Tekanan yang tercipta dari AKDR tembaga dan AKDR plastik
tanpa obat kemungkinan member perlindungan terhadap kanker
endometrium. AKDR hormonal terutama LNG-IUS mengurangi jumlah
hari- hari menstruasi, meningkatkan konsentrasi hemoglobin, merupakan
terapi yang efektif untuk menoragia dan dapat mencegah atau mengobati
anemia. Karena kerja progestin levonorgestrel banyak wanita mengalami
amenorea atau oligomenorea. Tidak ada alat kontrasepsi AKDR yang
11

memberi perlindungan terhadap HIV atau penyakit menular seksual, inilah


alasan mengapa AKDR hanya dianjurkan untuk pasangan yang tidak
memiliki penyakit dan pasangan monogami. Apabila tidak, maka
penggunaan kondom merupakan salah satu tindakan penunjang selain
penggunaan AKDR. (Varney et al., 2006)
Harga AKDR bervariasi bergantung pada alat yang digunakan,
tetapi umumnya sekitar $300. Selain biaya tersebut, ada juga biaya
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan biaya pemasangan AKDR
ke dalam tubuh. Jumlah keseluruhan biaya AKDR untuk seorang wanita
yang membayar sendiri dapat mencapai $1000. Namun, metode ini
merupakan metode jangka-panjang sehingga menghemat biaya ketika
seorang wanita menggunakannya selama lima sampai 10 tahun. Alat-alat
kontrasepsi tersebut dikemas dalam paket steril yang didalamnya bukan
hanya terdapat AKDR, tetapi juga alat bantu memasukkan AKDR, petunjuk
memasukkan AKDR, informasi yang penting bagi pasien, serta brosur yang
menerangkan informed consent (persetujuan). (Varney et al., 2006)
Beberapa pengguna AKDR menunjukkan respons yang baik
terhadap penggunaan AKDR karena metode kontrasepsi ini tidak berkaitan
langsung dengan aktivitas hubungan seksual itu sendiri. Keuntungan
tambahannya ialah bahwa wanita yang menggunakan AKDR tidak perlu
memikirkan persiapan kontrasepsi setiap hari atau setiap bulan. Wanita yang
merasa enggan memasukkan jarinya ke dalam vagina mungkin keberatan
memeriksa benang serviks setiap kali menstruasi berakhir. Beberapa orang
keberatan terhadap kemungkinan munculnya efek samping yang berkaitan
dengan AKDR dan beberapa wanita mengatakan tidak menyukai keadaan
bahwa terdapat sesuatu benda asing di dalam tubuh mereka. (Varney et al.,
2006)
Selain biaya dimuka yang lebih tinggi, penggunaan AKDR yang
lama membuat biaya manfaat jangka panjangnya kompetitif atau superior
dibandingkan kontrasepsi lainnya. Banyak wanita yang mempunyai
kontraindikasi terhadap KB hormonal dapat menggunakan alat ini. Ini
12

merupakan metode kontrasepsi yang dapat kembali dengan cepat dan


fertilitas tidak terganggu, tidak terdapat peningkatan risiko neoplasma
saluran reproduksi dan payudara dan kedua AKDR dihubungkan dengan
penurunan risiko kanker endometrium. Akhirnya LNG-IUS memproduksi
kadar progestin sistemik dibanding DMPA, sehingga kehilangan densitas
mineral tulang dan kenaikan berat badan dapat dihindari.(Cunningham et
al., 2010)
Keuntungan AKDR Sangat efektif, 0,6-0,8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan,
AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang (10
tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti), tidak mempengaruhi
hubungan seksual, Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A ,
tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang segera
setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat
digunakan sampai menopouse, tidak ada interaksi dengan obat-obat,
membantu mencegah kehamilan ektopik.

2.1.5 Kontraindikasi
Berikut adalah kontraindikasi pemasangan alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) pada seorang wanita, yang dilakukan oleh bidan. (Varney et
al., 2006)
a. Kehamilan
● Dipastikan
● Dicurigai
● Kemungkinan (bila seorang wanita melakukan koitus tanpa menggunakan
metode kontrasepsi yang valid sejak periode menstruasi normal yang
terakhir)
b. Penyakit inflamasi pelvik (PID)
● Riwayat PID kronis
● Adanya PID akut atau subakut
● Riwayat PID dalam tiga bulan terakhir, termasuk, endometritis pasca-
melahirkan atau aborsi terinfeksi
13

c. Karsinoma serviks atau uterus (diketahui atau curiga) pap smear yang tidak
jelas, abnormal (kelas III, CIN I, atau lebih besar) perdarahan uteri yang
abnormal
d. Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung (kontraindikasi karena
penderita penyakit ini rentan terhadap endokarditis bakterial). Prolaps katup
mitral tidak tercakup di sini,
e. Keberadaan miomata, malformasi kongenital, atau anomali perkembangan
yang dapat mempengaruhi rongga uterus.
f. Diketahui atau dicurigai alergi terhadap tembaga atau penyakit wilson
(penyakit genetik diturunkan yang mempengaruhi metabolisme tembaga
sehingga mengakibatkan penumpukan tembaga di berbagai organ dalam
tubuh) kontraindikasi hanya untuk penggunaan AKDR dengan tembaga.
g. Ukuran uterus dengan alat periksa (sande) berada di luar batas yang
ditetapkan pada petunjuk terbaru tentang Cara memasukkan AKOR (sesuai
pernyataan ini, uterus harus terekam pada kedalaman enam sampai 9 cm pada
ParaGard dan Mirena).
h. Risiko tinggi penyakit menular seksual (pasangan yang berganti-ganti atau
pasangan memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti)
i. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah
kehamilan ektopik merupakan kontraindikasi hanya pada penggunaan AKDR
hormonal.
j. Servisitis atau vaginitis akut (sampai diagnosis ditegakkan dan berhasil
diobati), terutama bila disertai riwayat infeksi klamidia, gonore, vaginosis
bakterial pada saat ini atau yang kambuhan. Infeksi pelvik akibat penggunaan
AKDR cenderung terjadi akibat organisme yang masuk ke dalam rongga
uterus selama prosedur memasukkan AKDR. Infeksi pelvik yang disebabkan
oleh penyakit menular seksual tidak termasuk di sini.
k. Aktinomikosis genitalia.
l. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi (seperti pada terapi kortikosteroid
kronis, diabetes, diskrasia darah, HIV/AIDS, leukemia, dan penyalahgunaan
obat-obatan IV.
14

m. AKDR sudah ada di dalam rongga uterus dan belum dikeluarkan.


n. Penyakit hati akut, meliputi hepatitis virus aktif atau tumor hati (benigna atau
maligna) merupakan kontraindikasi hanya pada penggunaan AKDR
hormonal.
o. Diketahui atau dicurigai terkena karsinoma payudara merupakan
kontraindikasi hanya pada penggunaan AKDR hormonal.
p. Trombosis vena dalam/embolisme paru yang terjadi baru-baru ini-
merupakan kontraindikasi hanya pada penggunaan AKDR hormonal
q. Sakit kepala migrain dengan gejala neurologis fokal merupakan
kontraindikasi hanya pada penggunaan AKDR hormonal.
Bidan juga harus mengevaluasi secara seksama keberadaan dan
implikasi beberapa kondisi berikut kemudian memutuskan apakah ia harus
melakukan pemasangan AKDR. (Varney et al., 2006)
● Riwayat penggunaan sebelumnya yang tidak berhasil atau ada masalah
dengan penggunaan AKDR.
● Riwayat respon vasovagal yang berat.
kontraindikasi penggunaan AKDR. (Cunningham et al., 2010)
a. Hamil atau curiga hamil
b. Kelainan uterus yang menyebabkan distorsi pada rongga uterus
c. Acute pelvic inflammatory disease atau riwayat pelvic inflammatory disease
kecuali jika telah terdapat kehamilan di uterus setelahnya
d. Endometritis post partum atau abortus terinfeksi pada 3 bulan terakhir
e. Neoplasia uterus atau serviks yang diketahui atau dicurigai, atau apusan
sitologi abnormal yang belum terpecahkan
f. Perdarahan genital yang etiologinya tidak diketahui
g. Servisitis atau vaginitis akut yang tidak diobati, termasuk vaginosis
bakterialis, sampai infeksi terkontrol
h. Wanita atau pasangannya yang mempunyai banyak partner seksual
i. Kondisi yang berhubungan dengan peningkatan kecurigaan terhadap infeksi
mikroorganisme ini mencakup namun tidak terbatas terhadap leukemia,
acquired immune deficiency syndrome (AIDS), dan penyalahgunaan obat
15

intravena
j. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang menjadi predisposisi terhadap
kehamilan ektopik
k. Aktinomikosis genital
l. AKDR yang dipasang sebelumnya yang belum dilepas
Sebagai tambahan, ParaGard T 380A® (karena kandungan
tembaganya) tidak boleh dipasang jika terdapat satu atau lebih kondisi
berikut:
a. Penyakit Wilson
b. Alergi tembaga Sebagai tambahan
pemasangan Mirena® dikontraindikasi jika terdapat satu atau lebih
kondisi berikut:
a. Hipersensitivitas terhadap komponen apapun dari produk ini
b. Karsinoma payudara yang dicurigai atau diketahui
c. Penyakit hati akut atau tumor hati

2.1.6 Efek Samping


Menurut Saifuddin (2006) Efek samping merupakan keadaan yang
umum terjadi pada saat penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim

a. Amenorea
b. Kejang
c. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
d. Benang yang hilang
e. Adanya pengeluaran cairan dari vagina yang dicurigai adanya PRP

2.1.7 Waktu Pemasangan


Bidan harus merasa yakin bahwa klien tidak hamil dan klien bebas
dari infeksi vagina atau uterus saat akan memasang AKDR. Beberapa dokter
lebih menyukai melakukan pemasangan AKDR selama klien mengalami
periode menstruasinya. Melakukan pemasangan AKDR selama masa
menstruasi akan menghilangkan risiko pemasangan AKDR ke dalam uterus
yang kemungkinan dalam keadaan hamil, namun klien lebih rentan terkena
16

infeksi akibat pemasangan AKDR selama masa menstruasi. Selain itu, bila
ada waktu menunggu yang terlalu lama atau klien tidak menyukai pemberi
pelayanan kesehatan melakukan pemeriksaan dan prosedur pelvik selama
masa menstruasi, klien tersebut mungkin tidak kembali lagi. Pada
kenyataannya, pemasangan AKDR dapat dilakukan pada hari-hari selama
siklus menstruasi. Namun, bidan harus benar-benar yakin tentang riwayat
hubungan seksual dan penggunaan kontrasepsi klien tersebut sebelum
membuat keputusan untuk memasang AKDR pada hari-hari menstruasinya
atau beberapa hari kemudian. Angka pelepasan atau kejadian AKDR terlepas
spontan lebih rendah bila AKDR tidak dipasang selama masa menstruasi.

Walaupun beberapa penulis telah menguraikan beberapa pilihan


pemasangan AKDR yaitu segera setelah melahirkan atau sesudah aborsi,
namun bidan harus tetap waspada dan jika memungkinkan menawarkan
metode kontrasepsi sementara dan menunggu pemasangan AKDR sampai
involusi uterus berakhir atau sampai empat hingga enam minggu setelah
melahirkan atau sampai kunjungan dua minggu pasca aborsi. Prosedur
pemasangan AKDR segera setelah melahirkan atau setelah aborsi merupakan
tindakan yang perlu diakali karena uterus telah melunak. Kecuali seorang
bidan benar-benar terampil melakukan prosedur ini dan benar-benar
mengenali kontur uterus pasca melahirkan, maka prosedur ini berisiko lebih
tinggi menimbulkan perforasi. Akibat proses involusi angka kejadian AKDR
terlepas juga menjadi lebih tinggi.
2.1.8 Obat-Obatan pada Pemasangan AKDR
Sebelum prosedur pemasangan, beberapa dokter biasanya memberi
pilihan obat kepada klien terutama bila klien merasa tegang dan cemas atau
memiliki riwayat dismenore. Beberapa obat yang ditawarkan antara lain obat
anti inflamasi non-steroid (NSAID) atau analgesik oral setengah sampai satu
jam sebelum prosedur. Pilihan lain adalah penggunaan anestesi lokal pada
tempat memasukkan tenakulum atau blok paraservikal. Pada umumnya,
tindakan ini tidak diperlukan atau tidak dilakukan. Antibiotik profilaksis yang
17

bermanfaat untuk mencegah infeksi setelah AKDR dipasang tidak lagi


dianggap bermanfaat saat pemasangan AKDR dan tidak lebih penting
daripada penapisan terhadap kandidat pengguna AKDR, mempertahankan
teknik aseptic menggunakan teknik steril ketat, dan membersihkan serviks

2.1.9 Prosedur Pemasangan


Pemasangan AKDR bervariasi untuk rincian tertentu, disesuaikan
dengan tipe AKDR dan alat untuk memasukkannya. Anda harus mempelajari
petunjuk pabrik pembuatnya tentang cara memasukkan AKDR yang belum
anda kenal, Namun tanpa memperhatikan jenis AKDR yang digunakan ada
beberapa langkah yang harus diikuti untuk Teknik memasukkan AKDR,
langkah-langkah tersebut adalah:

a. Dapatkan surat persetujuan yang telah ditandatangani oleh wanita yang


bersangkutan.
b. Pastikan hasil pap smear dan pemeriksaan diagnostic untuk mendeteksi
klamidia dan gonore yang dilakukan pada kunjungan pertama sebelum
AKDR dipasang (membahas; meninjau kembali persetujuan pemasangan
AKDR; riwayat penapisan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium)
bernilai negatif dan bahwa nilai hemoglobin/hematokrit serta pemeriksaan
lain berada dalam batas normal.
c. Pastikan bahwa wanita yang menginginkan pemasangan AKDR tidak sedang
hamil melalui pemeriksaan fisik dan/atau tes kehamilan.
d. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan (pemeriksaan pelvik, spekulum,
tenakulum, dan pemasangan AKDR) kepada klien wanita.
e. Lakukan pemeriksaan bimanual. Jangan mempercayai temuan pemeriksaan
bimanual yang dilakukan orang lain sebelum pemasangan AKDR. Temuan
spesifik yang berkaitan dengan pemasangan AKDR digunakan untuk:
● menyingkirkan kemungkinan kehamilan
● menyingkirkan penyakit inflamasi pelvik
● menentukan posisi, ukuran, dan bentuk uterus
f. Masukkan spekulum disesuaikan untuk mendapatkan rung pandang terluas
18

sehingga memudahkan pemasangan AKDR.


g. Bersihkan serviks secara menyeluruh dengan cairan antiseptik misalnya
larutan providon-iodium (betadine) atau benzalkonium klorida (zephiran)
untuk mengurangi risiko infeksi. Tanyakan kepada wanita apakah ia alergi
terhadap iodium sebelum cairn antiseptik yang mengandung yodium
digunakan.
h. Masukkan tenakulum ke dalam serviks.
● Masukkan tenakulum gigi satu ke dalam serviks anterior pada arah jam 10
dan jam 2 kurang lebih 1,5 sampai 2 cm (sekitar ¾ inci) dari jarak tulang
eksternal.
● Buatlah sudut tenakulum dari arah atas ke bawah sehingga penekanan
tenakulum tidak terlalu dangkal sehingga tidak merobek serviks ketika
tenakulum ditarik atau terlalu dalam sehingga mengakibatkan obstruksi
saluran serviks.
● Anda dapat lebih mudah memanipulasi tenakulum bila Anda
menggunakan kedua tangan anda dengan satu tangan berfungsi
mengontrol kedua sisi tenaculum.
● Tutuplah tenakulum secara perlahan, selesaikan satu persatu. Beritahu
klien wanita bahwa ia akan merasakan nyeri tajam singkat pada saat
ini. apabila mengalami nyeri, tunggulah sampai nyeri tersebut menghilang
sebelum melanjutkan ke langkah berikutnya yaitu membuka uterus.
● Tenakulum juga dapat berada pada arah jam 8 dan jam empat bila
tenakulum lebih mudah memasuki serviks posterior dari pada serviks
anterior.
● Tenakulum tersebut tidak boleh diletakkan pada arah jam tiga atau jam 9
karena pada area tersebut terdapat pembuluh darah utama yang menyuplai
darah ke serviks dan dapat mengakibatkan perdarahan berlebihan.
i. Lihatlah uterus dengan menggunakan alat diagnostik untuk menentukan
posisi uterus, menyingkirkan obstruksi saluran uterus dan mengukur
kedalaman rongga uterus.
● Beritahu klien wanita bahwa ia dapat merasa kram ketika alat periksa
19

uterus melewati tulang servikal internal.


● Peganglah sonde uterus di antara ibu jari dan dua jari pertama anda seperti
saat anda memegang sebuah pensil atau garpu. Hal ini memungkinkan
anda memiliki pengontrolan yang lebih sensitif dan halus.
● Tariklah tenakulum dengan mantap dan kuat untuk meluruskan sumbu
uterus.
● Gunakan tekanan yang lembut, masukkan sonde uterus ke dalam saluran
serviks sampai anda merasakan tahanan dalam tulang internal, Pada saat
ini satu dari ketiga hal dibawah ini akan terjadi.
● Biarkan sonde uterus menemukan jalannya sendiri dalam rongga uterus
saat alat tersebut memasuki tulang internal. Jangan mencoba
mendorongnya masuk ke dalam area yang anda duga merupakan posisi
uterus. Gunakan sonde uterus untuk memvalidasi atau menolak hasil
pemeriksaan bimanual yang telah anda lakukan.
● Saat anda telah yakin dan dapat menentukan posisi uterus, dengan
perlahan tekan sonde uterus sampai alat tersebut menemukan tahanan.
Anda harus berada pada bagian atas fundus. Tepuk bagian tersebut. Hal ini
akan mengakibatkan kram, lalu tanyakan apakah klien merasakan hal
tersebut. Apabila klien tidak merasakannya berarti anda tidak berada di
bagian atas fundus. Tariklah dengan kuat pada tenakulum untuk
memperkuat kedua sisi uterus dan kemudian bawalah sonde uterus sampai
alat tersebut menemukan tahanan. Pada saat ini anda harus berada pada
bagian atas fundus.
● Ukurlah kedalaman rongga uterus;
● Apabila pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan bimanual dan
pemeriksaan fisik berada pada batas normal, lanjutkan langkah selanjutnya
j. Masukkan AKDR ke dalam alat bantu pasangnya. Tindakan ini merupakan
prosedur steril. Langkah ini dilakukan sejenak sebelum pemasangan AKDR
karena alat yang terbuat dari plastik ini akan kehilangan "ingatannya"
(kemampuan mempertahankan bentuknya) sesaat setelah alat tersebut
tertanam dalam uterus. Semakin sedikit waktu AKDR berada di dalam alat
20

bantu pemasangannya, maka kehilangan ingatan yang terjadi akan semakin


kecil sehingga AKDR dapat kembali ke bentuknya semula ketika sudah
berada di dalam uterus.
k. Masukkan AKDR ke dalam rongga uterus.
l. Lepas alat bantu memasukkan AKDR dan cocor bebek sesuai prosedur yang
tepat untuk AKDR yang digunakan.

m. Apabila benang akan dipotong, maka potonglah tidak lebih pendek dari
kurang lebih 1 ½ sampai 2 inci (3,75 sampai 5 cm) dari tulang serviks
esternal. Tindakan ini akan menyisakan sedikit benang AKDR telah kembali
ke bentuknya semula dan saat uterus berada pada posisinya semula (keduanya
dapat menyebabkan beberapa benang tertarik ke atas, masuk ke dalam uterus)
masih ada sedikit benang yang terlihat dan dapat diraba. Apabila benang
tersebut masih terlalu panjang pada kunjungan ulang yang pertama, benang
tersebut dapat diperpendek pada saat itu.
n. Lepaskanlah tenaculum. Apabila terjadi perdarahan pada area pemasangan,
beri tekanan dengan lidi kapas atau dengan kasa 4 x 4 pada cincin forsep
sampai pendarahan berhenti. Beberapa klinisi tidak melakukan hal ini karena
mereka yakin bahwa dengan pelepasan spekulum, dinding vagina akan
memberi cukup tekanan untuk menghentikan perdarahan.
o. Lepaskan speculum.
p. Bersihkan perineum klien.
q. Beri kesempatan bagi klien untuk beristirahat dan menyegarkan diri bila
menginginkannya.
r. Beri pendidikan kesehatan kepada klien tentang cara memeriksa keadaan
AKDR-nya.
s. Beri pembalut perineum setelah pemasangan AKDR dan biarkan klien
mengenakan kembali pakaiannya.
t. Catatlah semua temuan yang didapat. Tulislah jenis AKDR yang dimasukkan,
apakah anda menemukan kesulitan pada saat pemasangan AKDR kedalaman
rongga uterus, posisi uterus dan panjang benang..
u. Jawablah sera pertanyaan klien dan berikan petunjuk mengenai AKDR dan
21

perawatan lanjutan.

2.1.10 Petunjuk Mengenai AKDR dan Perawatan Lanjut.


Tinjau kembali beberapa hal berikut ini bersama klien anda:
a. Informasi pada kartu yang anda berikan kepada klien
● Nama AKDR yang ia gunakan
● Tanggal pemasangan AKDR
● Tempat yang tepat untuk meminta bantuan,informasi atau bila ingin
melepas AKDR-nya
b. Lama ia dapat mempertahankan AKDR:
● Apabila ia menggunakan Copper T 380A, alat tersebut harus berada di
dalam uterus selama 10 tahun untuk mempertahankan keefektitannya.
● Apabila ia menggunakan LNG-IUS, alat tersebut harus dilepas setiap lima
tahun untuk mempertahankan keefektifannya.
c. Cara wanita memeriksa benang AKDR secara mandiri. Selain memberi klien
petunjuk berkala tentang pemeriksaan AKDR rutinnya, berikan juga beberapa
benang AKDR sehingga dapat merasakan benang tersebut dan mengetahui
benda apa yang harus diperiksa dan klien dapat merasakan benang AKDR-
nya saat ini.
● Cucilah tangan anda.
● Berbaringlah di tempat tidur, duduklah di toilet atau di sisi kursi atau
berjongkok.
● Masukkan jari tengah anda ke dalam vagina ke arah bawah dan ke dalam
sehingga anda dapat menemukan lokasi serviks.
● Rasakan benang AKDR pada ujung serviks anda, jangan menarik benang
tersebut.
● Periksa AKDR anda pada setiap akhir menstruasi dan sesering mungkin di
antara bulan-bulan kunjungan ulang
● Segera informasikan dan buatlah perjanjian untuk bertemu sesegera
mungkin bila anda tidak dapat merasakan benang AKDR pada ujung atau
bagian AKDR yang lain. Pada saat tersebut, asumsikan diri anda tidak
memiliki perlindungan dan gunakan preparat spermisida dan kondom.
22

d. Jadwalkan kunjungan ulang yang pertama dalam enam minggu.


e. Angka keefektifan, efek samping, dan tanda-tanda bahaya yang berkaitan
dengan penggunaan AKDR-nya dan kapan ia harus menghubungi anda
dengan segera ketika ada masalah atau bila ingin membuat janji pertemuan.
Klien dapat menghubungi anda bila mengalami hal-hal berikut:
● kecurigaan bahwa telah terjadi kehamilan
● rabas berbau tidak sedap
● diketahui terpapar penyakit menular seksual
● demam yang berkaitan dengan kram berat
● dispareunia, perdarahan pervaginam, atau bercak darah
● perdarahan pervaginam atau bercak darah yang tidak lazim
● tidak dapat merasakan benang atau merasa benang lebih pendek atau
panjang atau dapat merasakan ujung AKDR
Selain itu, informasi dan petunjuk berikut harus diberikan kepada
klien:
a. Anda dapat mengalami bercak darah atau perdarahan dan rasa kram setelah
satu atau beberapa hari setelah pemasangan AKDR. Gunakan analgesik yang
dijual dipasaran setiap tiga sampai empat jam untuk mengurangi nyeri.
b. Hindari hubungan seksual selama 24 jam pertama setelah pemasangan
AKDR.
c. Selama kurang lebih tiga bulan Anda akan mengalami penyesuaian terhadap
AKDR yang terpasang.
● Selama waktu ini masa menstruasi dapat memanjang dan perdarahan lebih
banyak dari pada ketika AKDR belum terpasang.
● Panjang dan jumlah aliran menstruasi pada bulan ketiga setelah
pemasangan AKDR akan menjadi masa menstruasi normal yang akan anda
alami selama penggunaan AKDR.
● Anda dapat mengalami kram, terutama selama menstruasi. Kemungkinan
ini lebih besar bila anda tidak pernah melahirkan. Apabila Anda tidak
mengalami kram pada saat pemasangan AKDR atau sesaat setelah
pemasangan AKDR, kemungkinan besar anda tidak akan mengalami kram
23

kemudian. Kram yang terjadi dapat dikurangi dengan analgesik yang


dijual bebas.
d. Apabila AKDR anda terlepas secara spontan, hal ini sangat mungkin terjadi
pada masa menstruasi. Oleh karena itu, selain anda perlu memeriksa benang
AKDR anda setiap kali masa menstruasi berakhir, anda perlu melakukan hal-
hal berikut.
● Perhatikan apakah terdapat AKDR pada pembalut.
● Periksa secara mandiri AKDR setiap selesai mengalami kram abdomen.
● Apabila menemukan AKDR berada di luar tubuh atau merasakan AKDR
tersebut keluar dari serviks, maka harus membuat jadwal kunjungan ulang
secepat mungkin
e. Gunakan preparat spermisida dan kondom pada bulan pertama setelah
pemasangan AKDR.
f. Apabila hamil dengan AKDR masih berada di dalam tubuh, maka harus
mengeluarkan AKDR tersebut untuk mengurangi risiko infeksi serius.
Kesempatan untuk terjadi aborsi spontan ketika AKDR dilepas separun dan
risiko jika AKDR tetap berada di dalam tubuh aborsi terapeutik mungkin
terjadi bila ingin mengakhiri kehamilan.
g. AKDR terpasang di tempatnya sesuai sudut uten. Oleh karena itu, harus
mendapatkan bantuan medis untuk melepas AKDR bila menginginkannya
karena dapat melukai diri sendiri bila anda atau pasangan seksual anda
menarik benang AKDR
h. ingatlah untuk, memeriksa diri setiap tahun apapun jenis AKDR yang
digunakan, untuk pemeriksaan fisik dan pelvik, termasuk pemeriksaan Pap
smear.

2.1.11 Kunjungan Ulang


Setelah AKDR dipasang pada seorang klien wanita, ia harus diarahkan
untuk menggunakan preparat spermisida dan kondom pada bulan pertama.
Tindakan ini akan memberi perlindungan penuh dari konsepsi karena AKDR
menghambat serviks, uterus, dan saluran falopi tempat yang memungkinkan
pembuahan dan penanaman sel telur dan merupakan kurun waktu AKDR
24

dapat terlepas secara spontan.


Klien harus melakukan kunjungan ulang pertamanya dalam waktu
kurang lebih enam minggu, kunjungan ini harus dilakukan setelah masa
menstruasi pertamanya pasca pemasangan AKDR. Pada bulan pertama
kemungkinan inside AKDR lebih tinggi untuk terlepas secara spontan telah
berakhir. AKDR dapat diperiksa untuk menentukannya masih berada pada
posisi yang tepat. Selain itu, seorang wanita harus memiliki pengalaman
melakukan pemeriksaan AKDR secara mandiri dan beberapa efek samping
langsung harus sudah diatasi. Kunjungan ulang memberi kesempatan untuk
menjawab pertanyaan dan memberi semangat serta meyakinkan klien.

2.1.12. faktor yang berhubungan dengan penggunaan AKDR


Green yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010), Pinem (2009), dan
Winda (2011) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang dalam menggunakan AKDR. Faktor-faktor tersebut harus
diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh dapat mempengaruhi
perilakuseseorang.

2.1.12.1. Faktor predisposisi (predisposing factors)


Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor predisposisi tersebut
yaitu pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, dan tradisi
yang mempengaruhi seseorang dalam memilih menggunakan KB. Pinem
(2009) juga mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang
dalam penggunaan AKDR, yaitu faktor pengetahuan, umur, ekonomi, jumlah
anak, partisipasi suami, dan pelayanan KB .
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan
umumnya datang dari pengalaman dan juga dapat diperoleh dari informasi
yang disampaikan orang lain didapat dari buku, surat kabar, atau media
massa, dan elektronik (Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang pernah dilakukan
oleh Yanti (2010) di Sumatera Utara menyatakan bahwa faktor pengetahuan
25

ibu dan faktor sikap ibu mempengaruhi PUS dalam penggunaan metode
AKDR. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Imbarwati (2009) melaporkan
bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dalam memilih
menggunakan AKDR sebesar 56,8%. Penelitian yang dilakukan Mulastin
(2010), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar responden
bersikap mendukung sebanyak 71 responden (50.7%) dan sebagian kecil
responden memilih AKDR sebanyak 17 responden (12.1%). Dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan pemilihan AKDR.
Pengaruh umur untuk keikutsertaan dalam penggunaan kontrasepsi
dapat dilihat dari pembagian umur berikut ini (Hartanto, 2004)
a. Umur ibu kurang dari 20 tahun
 Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral
 Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda
memiliki frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan
tinggi
 Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan
 Umur dibawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu
b. Umur ibu antara 20-30 tahun
 Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan
 Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai AKDR sebagai
pilihan utama. Pilihan kedua adalah implant atau pil.
c. Umur ibu diatas 30 tahun
 Pilihan utama menggunakan AKDR atau implant. Kondom biasanya
merupakan pilihan kedua.
 Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterilisasi) dapat
dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun
pil dalam arti mencegah.
Penelitian yang dilakukan oleh Radita (2019) melaporkan bahwa
faktor umur istri memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis
kontrasepsi yang digunakan pada PUS. Pendidikan secara umumadalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
26

individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apayang


diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi
wawasan dan pengetahuan ibu. Semakin rendahpendidikan ibu maka akses
terhadap informasi tentang KB khususnya AKDR akan berkurang, sehingga
ibu merasa kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif alat
kontrasepsi mana yang akan dipilih oleh ibu (Winarni dkk, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Winda (2018) melaporkan bahwa ibu yang
menggunakan AKDR berpendidikan SMA sebesar (61,7%). Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Radita (2009)melaporkan bahwa faktor tingkat
pendidikan memiliki hubungan yangbermakna dengan pemilihan jenis
kontrasepsi yang digunakan pada PUS.

2.1.12.2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)


Faktor pemungkin yaitu faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin
adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan,
misalnya puskesmas, posyandu, dan rumah sakit. Adanya fasilitas kesehatan yang
mendukung program KB akan mempengaruhi perilaku ibu dalam menggunakan
kontrasepsi.
Pinem (2019) mengatakan, bahwa fasilitas kesehatan (pelayanan KB)
dapat mempengaruhi seseorang dalam menggunakan AKDR. Sampai saat ini
pelayanan KB seperti komunikasi informasi dan edukasi masih kurang
berkualitas. Terbukti dari peserta KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi
dengan alasan efek samping, kesehatan dan kegagalan pemakaian. Dengan
memberikan pelayanan yang berkualitas khususnya informasi tentang KB AKDR,
maka dapat mempengaruhi seseorang untuk menggunakan KB tersebut (Pendit,
2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Imbarwati (2019) di Semarang
melaporkan bahwa kualitas pelayanan KB yang baik mempengaruhi seseorang
dalam penggunaan AKDR sebesar 55,9%. Dalam penelitian Yanti (2018), juga
melaporkan bahwa faktor pelayanan KB mempengaruhi PUS dalam penggunaan
metode KB AKDR.
27

2.1.12.3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)


Faktor penguat yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku. Meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat tetapi
tidak mau melakukannya. Berdasarkan hal tersebut, semakin kuat dorongan bagi
ibu untuk memilih menggunakan AKDR seperti tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku petugas kesehatan.Pinem (2019) mengatakan bahwa
terdapat dorongan bagi ibu untuk menggunakan AKDR, dalam hal ini merupakan
faktor partisipasi suami. Program KB dapat terwujud dengan baik apabila terdapat
dukungan dari pihak-pihak tertentu. Ikatan suami istri yang kuat sangat membantu
ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/istri sangat membutuhkan
dukungan dari pasangannya. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan
interpersonal keduanya baik. Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah
pedesaan, sebagai peran penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga
adalah suami sedangkan istri hanya bersifat memberikan sumbang saran
(Sarwono, 2006).

Metode kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan
saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih
metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai
pengeluaran akan kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian
(Hartanto, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2018), melaporkan bahwa
faktor partisipasi suami mempengaruhi PUS dalam penggunaan metode KB
AKDR.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 5 November 2023


Jam pengkajian : 10.00. WIB
1. Data Subjektif
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara,
DM, penyakit hati akut, jantung dan stroke, anemia, TBC, hepatitis, PMS, DM,
jantung dan asma.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu tidak sedang menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara,
DM, penyakit hati akut, jantung dan stroke, anemia, TBC, hepatitis, PMS, DM,
jantung danasma.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga ibu dan suami tidak sedangatau pernah menderita kanker
payudara atau riwayat kanker payudara, DM, penyakit hati akut, jantung dan
stroke, anemia, TBC, Hepatitis, PMS, DM, jantung dan asma.
c. Riwayat kebidanan
1) Riwayat haid
Ibu sudah mendapat haid setelah masa nifas pada tanggal 24 Oktober 2023.
2) Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB Implant dan Kontrasepsi KB 3
Bulan
d. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi

28
Makan 3x sehari porsi sedang komposisi nasi, lauk bergantian (tahu, tempe,
ayam, telur), sayur bergantian (wortel, bayam, kangkung), buah bergantian

29
30

(pisang, jeruk). Minum air putih 8-9 gelas sehari.


2) Eliminasi
BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning, BAK 6-8 kali sehari warna
kuning jernih. Tidak ada keluhan saat BAB ataupun BAK.
3) Istirahat dan tidur
Ibu mengatakan BAB Tidur siang teratur ± 2 jam (13.00- 14.00) dan tidur
malam ±7-9 jam sehari (21.00-05.00)
4) Personal hygiene
Setiap hari mandi 2x, keramas seminggu 2-3 kali, gosok gigi tiap mandi, ganti
pakaian dan celana dalam tiap habis mandi, kotor ataupun basah. Setiap selesai
BAB/BAK selalu cebok dari arah depan ke belakang dengan sabun dan air.
5) Aktifitas
Ibu melakukan aktifitas seperti biasanya seperti menyapu, mengepel,
memasak, mencuci dan setrika.
e. Kehidupan seksual
Ibu belum melakukan hubungan seksual setelah bersalin.
f. Riwayat ketergantungan
Ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok, suami tidak merokok, tidak ada
kebiasaan minum-minuman alkohol maupun ketergantungan pada obat-obatan
tertentu.
2. Data Objektif
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB : 55 kg
b. TTV
TD : 110/70 mmHg
S : 37 °C
N : 78x/menit
R : 20x/menit
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
31

Inspeksi : bersih, rambut hitam, penyebaran merata, tidak mudah rontok,


tidak ada luka.
Palpasi : Kepala tidak ada benjolan abnormal, tidak nyeri tekan.
2) Muka
Inspeksi : tidak sembab, tidak pucat

Palpasi : tidak odema


3) Mata
Inspeksi : simetris, bersih, konjungtiva merah muda, sklera putih.

Palpasi : kelopak mata tidak oedema


4) Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada sekret dan, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip
5) Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada serumen.
6) Bibir
Inspeksi : tidak kering, tidak pucat lidah bersih, tidak stomatitis. gigi ada
caries.
7) Leher
Palasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis
8) Dada
Inspeksi : simetris tidak ada tarikan dinding dada
Auskultasi: pernafasan teratur, tidak ada wheezing dan ronchi, bunyi jantung
normal dan teratur
9) Payudara
Inspeksi : simetris, bersih, puting menonjol
Palasi : lunak, tidak ada benjolan abnormal, tidak nyeri tekan, ASI keluar
lancar
10) Aksila Inspeksi : bersih
Palasi : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan
32

11) Abdomen
Palasi : TFU sudah tidak teraba
12) Genetalia
Inspeksi : kering, bersih, tidak berbau, tidak keluar pus
13) Anus
Inspeksi : tidak ada haemoroid
14) Ekstremitas
Inspeksi : Atas simetris, jari lengkap, tidak ada kelainan polidaktili dan
sindaktili. Bawah simetris, jari lengkap, tidak varises, tidak ada kelainan
polidaktili dan sindaktili.
Palpasi : Tidak oedem
Perkusi : Reflek Patella : kanan kiri + / +
3. Assasment
Ny “Y” P2A0, usia 32 tahun,peserta KB IUD, tidak ada kontraindikasi,
KU baik.
4. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaannya baik. Ibu merasa
lega.
2. Menanyakan kembali apakah ibu sudah mantap dengan KB yang dipilih.Ibu
mengatakan sudah mantap dengan KB pilihannya.
3. Melakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan
tindakan yang akan dilakukan. Ibu setuju dan menandatangani informed
consent.
4. Menyiapkan alat dan tempat. Alat dan tempat sudah siap.
5. Mempersilahkan ibu untuk mengatur posisi di tempat yang terlah
disediakan.Ibu sudah mengatur posisi dengan arahan bidan.
6. Melakukan pemasangan IUD. Penyuntikan telah dilakukan.
7. Mengingatkan kembali tentang efek samping KB IUD yaitu haid banyak,
keram perut dan keluar dalah setelah pemasangan.
8. Memberitahu ibu untuk datang kembali pada 6 bulan kemudian.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh tekanan darah 110/70 mmHg,


nadi 78x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 37°C, BB 55kg, tinggi badan 156
cm. Menurut Affandi (2014), sebelum ibu menggunakan KB terdapat
beberapa penapisan untuk KB hormolan, yaitu apakah hari pertama haid terahir
7 hari yang lalu atau lebih, apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu
pasca persalinan, apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid
setelah senggama, apakah pernah ikterus pada kulit atau mata, apakah pernah
sakit kepala hebat atau gangguan visual, apakah pernah nyeri hebat pada
betis,paha atau dada, atau tungkai bengkak (edema), apakah pernah tekanan
darah di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik), apakah ada
massa atau benjolan pada payudara, apakah anda sedang minum obat-obatan
anti kejang (epilepsi). Hasil penapisan KB hormonal semua jawaban ya artinya
Ny.”Y” tidak boleh menggunakan Kb hormonal. Sehingga NY.Y
menggunakan KB IUD.
Pada analisa Ny. “Y” P20002 usia 32 tahun dengan akseptor IUD. Menurut
Diana (2017) diagnosa kebidanan bagi calon peserta KB adalah Ny...P...Ab…
Ah…umur…tahun dengan calon akseptor KB…Ini menunjukkan tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencaan yang telah dibuat.
Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus nyata.

33
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Kunjungan KB dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kunjungan nifas
ketiga dan minggu keenam postpartum ibu datang ke PMB untuk dilakukan
pemasangan KB. Pada kunjungan ke-2 ibu sudah memutuskan untuk menggunakan
KB IUD dan di anjurkan kontrol 6 bulan kemudiaan atau saat ada keluahan.
5.2 Saran

a. Bagi ibu dan keluarga


Diharapkan ibu dan keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan
kebidanan yang ada untuk mendapatkan informasi seperi peningkatan peserta
KB pascasalin sehingga dapat menaikkan derajat kesehatan iibu mendapatkan
pelayanan kebidanan secara continuity of care pada penggunaan KB.
b. Bagi Lahan Praktik PMB Ny. Siti Rohmani,S.ST
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam pemberian
asuhan kebidanan di lapangan.

32
DAFTAR PUSATAKA

Affandi B, Saifudi BA, editors. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi.


3rd ed. Jakarta: 2006.
Arisda R. Jurnal Kebidanan. Faktor–faktor yang memengaruhi pemilihan
metode kontrasepsi suntik pada wanita usia subur (wus) di Desa
Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun
2019. 2019; 5(1):89-101
Badan kependudukan dan Keluarga Berencana Nasiona. Laporan kinerja
BKKBN 2018. Jakarta: 2018. P.29
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, sentuh angka
466.304 akseptor, pelayanan KB Jabar lampaui target nasional
[online]. 2022 [cited 2022 jun 29]; Available from :URL:
https://jabar.bkkbn.go.id/?p=2092
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Jumlah pasangan usia subur dan
peserta kb aktif menurut kabupaten/kota di provinsi jawa barat,
2017. [online]. 2019 [cited 2019 May 31]; Available from:
Budiman, Agus R. Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam
penelitian kesehatan. Jakarta : salemba medika; 2012. P.224
Cunningham FG, Leveno J. Kenneth, Hauth CJ, Rouse J. Dwight, Spong YC,
editors. Obstetri williams. 23rd ed. Jakarta: buku kedokteran EGC;
p.684-687
Entoh C, Zulfitriani, Longgupa WS, Sitorus MBS, Nurfatimah, Ramadhan K.
Jurnal Ilmu Kesehatan. Apakah pengetahuan dan dukungan suami
memengaruhi rendahnya penggunaan metode kontrasepsi IUD pada
akseptor KB. 2021 Aug 2;15:189-195
Fraser DM, Cooper MA, Fletcher G, editors. Buku ajar bidan myles.14th
ed. Jakarta: buku kedokteran EGC; 2009. p.655-674.

33

Anda mungkin juga menyukai