H522229
Laporan Kasus Asuhan Kebidanan pelayanan kontrasepsi pada Ny. telah disahkan
oleh Tim Pembimbing pada:
Hari : Senin
Tanggal : Januari 2024
Tempat : PMB Ardyla
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Program Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LAPORAN KASUS.................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
2.1 AKDR.............................................................................................5
2.1.1 Pengertian.......................................................................................5
2.1.4 Manfaat...........................................................................................9
2.1.5 Kontraindikasi..............................................................................11
iv
2.1.12. faktor yang berhubungan dengan penggunaan AKDR.................22
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................
5.1 Simpulan.......................................................................................32
5.2 Saran.............................................................................................32
DAFTAR PUSATAKA.........................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
melalui vagina dan menganggap AKDR berbahaya dapat terlepas atau keluar
sendiri, 3 orang tidak diberi izin oleh suami, 1 orang menganggap bahwa
AKDR adalah alat yang dipasang di lengan dan tidak boleh melakukan
pekerjaan berat.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan umum
Mengetahui gambaran Asuhan Kebidana pada Ny. Y mengenai AKDR di
PMB Ardyla Cimahi tahun 2023.
2.1 AKDR
2.1.1 Pengertian
AKDR Adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang
efektif, aman dan reversibel yang terbuat dari plastik atau logam kecil
yang dimasukan dalam uterus melalui kanalis servikalis (Wahyudi.
2017).
Sebagaimana namanya alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam
rahim. Semua AKDR standar saat ini yang tersedia di Inggris
mengandung tembaga yang dapat meningkatkan efikasi kontrasepsi.
Sekitar 4% wanita di Inggris menggunakan AKDR (Durex Report 2001)
yang menurut Guillebaud (1999) angka ini mengalami peningkatan dan
110 juta wanita menggunakan metode ini di seluruh dunia, di antaranya
sebesar 50 juta pemakai berada di Cina. (Fraser et al., 2009)
Walaupun alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) digunakan
oleh kurang dari satu persen wanita berisiko hamil di Amerika Serikat,
jenis ini merupakan kontrasepsi reversibel yang paling banyak digunakan
di seluruh dunia. Alat kontrasepsi ini menggunakan berbagai bahan
dengan bentuk beragam. Biasanya bahan dasar alat kontrasepsi tersebut
adalah polietilen, suatu plastik elastis. Bahan dasar alat kontrasepsi
tersebut haruslah tidak menyebabkan inflamasi pada uterus yang normal,
merupakan alat yang fleksibel saat dimasukkan dan dilepas, dan mampu
mempertahankan "'ingatannya" sehingga alat kontrasepsi tersebut dapat
kembali kebentuknya semula ketika berada pada posisinya di dalam
tubuh.
AKDR memiliki sambungan ke serviks berupa untaian benang.
Benang-benang ini memudahkan pelepasan alat kontrasepsi dan
memungkinkan seorang wanita memeriksa dirinya secara berkala untuk
memastikan apakah AKDR tepat di tempat dan memungkinkan
5
pemeriksan dengan cepat mengidentifikasi keberadaan AKDR.
6
7
Amenore dapat dialami oleh kurang lebih 20% wanita pada akhir tahun
pertama penggunaan sistem ini.
e. Seorang wanita dapat kembali subur dengan cepat ketika alat dilepas.
f. Alat ini tidak melindungi wanita dari penyakit menular seksual atau
infeksi HIV.(Varney et al., 2006)
2.1.5 Kontraindikasi
Berikut adalah kontraindikasi pemasangan alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) pada seorang wanita, yang dilakukan oleh bidan. (Varney et
al., 2006)
a. Kehamilan
● Dipastikan
● Dicurigai
● Kemungkinan (bila seorang wanita melakukan koitus tanpa menggunakan
metode kontrasepsi yang valid sejak periode menstruasi normal yang
terakhir)
b. Penyakit inflamasi pelvik (PID)
● Riwayat PID kronis
● Adanya PID akut atau subakut
● Riwayat PID dalam tiga bulan terakhir, termasuk, endometritis pasca-
melahirkan atau aborsi terinfeksi
13
c. Karsinoma serviks atau uterus (diketahui atau curiga) pap smear yang tidak
jelas, abnormal (kelas III, CIN I, atau lebih besar) perdarahan uteri yang
abnormal
d. Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung (kontraindikasi karena
penderita penyakit ini rentan terhadap endokarditis bakterial). Prolaps katup
mitral tidak tercakup di sini,
e. Keberadaan miomata, malformasi kongenital, atau anomali perkembangan
yang dapat mempengaruhi rongga uterus.
f. Diketahui atau dicurigai alergi terhadap tembaga atau penyakit wilson
(penyakit genetik diturunkan yang mempengaruhi metabolisme tembaga
sehingga mengakibatkan penumpukan tembaga di berbagai organ dalam
tubuh) kontraindikasi hanya untuk penggunaan AKDR dengan tembaga.
g. Ukuran uterus dengan alat periksa (sande) berada di luar batas yang
ditetapkan pada petunjuk terbaru tentang Cara memasukkan AKOR (sesuai
pernyataan ini, uterus harus terekam pada kedalaman enam sampai 9 cm pada
ParaGard dan Mirena).
h. Risiko tinggi penyakit menular seksual (pasangan yang berganti-ganti atau
pasangan memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti)
i. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah
kehamilan ektopik merupakan kontraindikasi hanya pada penggunaan AKDR
hormonal.
j. Servisitis atau vaginitis akut (sampai diagnosis ditegakkan dan berhasil
diobati), terutama bila disertai riwayat infeksi klamidia, gonore, vaginosis
bakterial pada saat ini atau yang kambuhan. Infeksi pelvik akibat penggunaan
AKDR cenderung terjadi akibat organisme yang masuk ke dalam rongga
uterus selama prosedur memasukkan AKDR. Infeksi pelvik yang disebabkan
oleh penyakit menular seksual tidak termasuk di sini.
k. Aktinomikosis genitalia.
l. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi (seperti pada terapi kortikosteroid
kronis, diabetes, diskrasia darah, HIV/AIDS, leukemia, dan penyalahgunaan
obat-obatan IV.
14
intravena
j. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang menjadi predisposisi terhadap
kehamilan ektopik
k. Aktinomikosis genital
l. AKDR yang dipasang sebelumnya yang belum dilepas
Sebagai tambahan, ParaGard T 380A® (karena kandungan
tembaganya) tidak boleh dipasang jika terdapat satu atau lebih kondisi
berikut:
a. Penyakit Wilson
b. Alergi tembaga Sebagai tambahan
pemasangan Mirena® dikontraindikasi jika terdapat satu atau lebih
kondisi berikut:
a. Hipersensitivitas terhadap komponen apapun dari produk ini
b. Karsinoma payudara yang dicurigai atau diketahui
c. Penyakit hati akut atau tumor hati
a. Amenorea
b. Kejang
c. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
d. Benang yang hilang
e. Adanya pengeluaran cairan dari vagina yang dicurigai adanya PRP
infeksi akibat pemasangan AKDR selama masa menstruasi. Selain itu, bila
ada waktu menunggu yang terlalu lama atau klien tidak menyukai pemberi
pelayanan kesehatan melakukan pemeriksaan dan prosedur pelvik selama
masa menstruasi, klien tersebut mungkin tidak kembali lagi. Pada
kenyataannya, pemasangan AKDR dapat dilakukan pada hari-hari selama
siklus menstruasi. Namun, bidan harus benar-benar yakin tentang riwayat
hubungan seksual dan penggunaan kontrasepsi klien tersebut sebelum
membuat keputusan untuk memasang AKDR pada hari-hari menstruasinya
atau beberapa hari kemudian. Angka pelepasan atau kejadian AKDR terlepas
spontan lebih rendah bila AKDR tidak dipasang selama masa menstruasi.
m. Apabila benang akan dipotong, maka potonglah tidak lebih pendek dari
kurang lebih 1 ½ sampai 2 inci (3,75 sampai 5 cm) dari tulang serviks
esternal. Tindakan ini akan menyisakan sedikit benang AKDR telah kembali
ke bentuknya semula dan saat uterus berada pada posisinya semula (keduanya
dapat menyebabkan beberapa benang tertarik ke atas, masuk ke dalam uterus)
masih ada sedikit benang yang terlihat dan dapat diraba. Apabila benang
tersebut masih terlalu panjang pada kunjungan ulang yang pertama, benang
tersebut dapat diperpendek pada saat itu.
n. Lepaskanlah tenaculum. Apabila terjadi perdarahan pada area pemasangan,
beri tekanan dengan lidi kapas atau dengan kasa 4 x 4 pada cincin forsep
sampai pendarahan berhenti. Beberapa klinisi tidak melakukan hal ini karena
mereka yakin bahwa dengan pelepasan spekulum, dinding vagina akan
memberi cukup tekanan untuk menghentikan perdarahan.
o. Lepaskan speculum.
p. Bersihkan perineum klien.
q. Beri kesempatan bagi klien untuk beristirahat dan menyegarkan diri bila
menginginkannya.
r. Beri pendidikan kesehatan kepada klien tentang cara memeriksa keadaan
AKDR-nya.
s. Beri pembalut perineum setelah pemasangan AKDR dan biarkan klien
mengenakan kembali pakaiannya.
t. Catatlah semua temuan yang didapat. Tulislah jenis AKDR yang dimasukkan,
apakah anda menemukan kesulitan pada saat pemasangan AKDR kedalaman
rongga uterus, posisi uterus dan panjang benang..
u. Jawablah sera pertanyaan klien dan berikan petunjuk mengenai AKDR dan
21
perawatan lanjutan.
ibu dan faktor sikap ibu mempengaruhi PUS dalam penggunaan metode
AKDR. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Imbarwati (2009) melaporkan
bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dalam memilih
menggunakan AKDR sebesar 56,8%. Penelitian yang dilakukan Mulastin
(2010), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar responden
bersikap mendukung sebanyak 71 responden (50.7%) dan sebagian kecil
responden memilih AKDR sebanyak 17 responden (12.1%). Dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan pemilihan AKDR.
Pengaruh umur untuk keikutsertaan dalam penggunaan kontrasepsi
dapat dilihat dari pembagian umur berikut ini (Hartanto, 2004)
a. Umur ibu kurang dari 20 tahun
Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral
Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda
memiliki frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan
tinggi
Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan
Umur dibawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu
b. Umur ibu antara 20-30 tahun
Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan
Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai AKDR sebagai
pilihan utama. Pilihan kedua adalah implant atau pil.
c. Umur ibu diatas 30 tahun
Pilihan utama menggunakan AKDR atau implant. Kondom biasanya
merupakan pilihan kedua.
Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterilisasi) dapat
dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun
pil dalam arti mencegah.
Penelitian yang dilakukan oleh Radita (2019) melaporkan bahwa
faktor umur istri memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis
kontrasepsi yang digunakan pada PUS. Pendidikan secara umumadalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
26
Metode kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan
saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih
metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai
pengeluaran akan kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian
(Hartanto, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2018), melaporkan bahwa
faktor partisipasi suami mempengaruhi PUS dalam penggunaan metode KB
AKDR.
BAB III
TINJAUAN KASUS
28
Makan 3x sehari porsi sedang komposisi nasi, lauk bergantian (tahu, tempe,
ayam, telur), sayur bergantian (wortel, bayam, kangkung), buah bergantian
29
30
11) Abdomen
Palasi : TFU sudah tidak teraba
12) Genetalia
Inspeksi : kering, bersih, tidak berbau, tidak keluar pus
13) Anus
Inspeksi : tidak ada haemoroid
14) Ekstremitas
Inspeksi : Atas simetris, jari lengkap, tidak ada kelainan polidaktili dan
sindaktili. Bawah simetris, jari lengkap, tidak varises, tidak ada kelainan
polidaktili dan sindaktili.
Palpasi : Tidak oedem
Perkusi : Reflek Patella : kanan kiri + / +
3. Assasment
Ny “Y” P2A0, usia 32 tahun,peserta KB IUD, tidak ada kontraindikasi,
KU baik.
4. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaannya baik. Ibu merasa
lega.
2. Menanyakan kembali apakah ibu sudah mantap dengan KB yang dipilih.Ibu
mengatakan sudah mantap dengan KB pilihannya.
3. Melakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan
tindakan yang akan dilakukan. Ibu setuju dan menandatangani informed
consent.
4. Menyiapkan alat dan tempat. Alat dan tempat sudah siap.
5. Mempersilahkan ibu untuk mengatur posisi di tempat yang terlah
disediakan.Ibu sudah mengatur posisi dengan arahan bidan.
6. Melakukan pemasangan IUD. Penyuntikan telah dilakukan.
7. Mengingatkan kembali tentang efek samping KB IUD yaitu haid banyak,
keram perut dan keluar dalah setelah pemasangan.
8. Memberitahu ibu untuk datang kembali pada 6 bulan kemudian.
BAB IV
PEMBAHASAN
33
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Kunjungan KB dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kunjungan nifas
ketiga dan minggu keenam postpartum ibu datang ke PMB untuk dilakukan
pemasangan KB. Pada kunjungan ke-2 ibu sudah memutuskan untuk menggunakan
KB IUD dan di anjurkan kontrol 6 bulan kemudiaan atau saat ada keluahan.
5.2 Saran
32
DAFTAR PUSATAKA
33