Anda di halaman 1dari 237

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY.

S G1P0A0
DI KLINIK SIKEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT
PERIODE FEBRUARI - MARET
TAHUN 2023

Laporan Tugas Akhir

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Laporan Stase CoC

Oleh :
Nining Nurhayati
2250351004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas kasih sayang dan kuasa-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Stase CoC yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny. S G1P0A0 di Klinik Sikembar Kabupaten
Bandung Barat Periode Februari – Maretl Tahun 2023”. Dalam penyusunan
laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LL.M., Ph.D selaku Rektor Universitas
Jenderal Achmad Yani Cimahi
2. Gunawan Irianto, dr., M. Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
3. Fitri Nurhayati, SST., M. Keb, selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi
4. Bdn.Siti Nur Endah Hendayani, S.ST.,SKM., M.Kes selaku pembimbing 1
asuhan kebidanan berkelanjutan yang senantiasa mendampingi penulis,
serta berkenan untuk memberikan pengarahan serta dukungan dalam
membimbing penyusunan laporan ini.
5. Sri Yuniarti., S.Psi., S.Kep., SST., M.KM., bd, selaku pembimbing 2 asuhan
kebidanan berkelanjutan yang selalu memberikan bimbingan, masukan,
dukungan dengan tulus dan sabar dalam penyusunan laporan.
6. Hj Eneng Rodiah, SST.Bdn selaku CI lapangan yang telah memberikan
masukan, arahan dan bimbingannya.
7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, arahan dan bimbingan pada penulis selama
mengikuti proses pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan CoC ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk perbaikan kedepannya.
Cimahi, Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 7
1.3 Tujuan..................................................................................... 7
1.4 Manfaat................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan............................................................................... 10
2.7 Standar Asuhan Kebidanan dan Kewenangan Bidan............ 54
2.8 Kerangka Konsep Asuhan CoC.............................................. 57
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Kerangka Asuhan Kasus (Mind Map)..................................... 58
3.2 Pendekatan/ Desain Studi Kasus (Case Study)..................... 59
3.3 Tempat dan Waktu................................................................. 59
3.4 Objek/ Partisipan.................................................................... 59
3.5 Etika Studi Kasus/ Informed Consent..................................... 59
3.6 Metode pengumpulan Data (SOAP)....................................... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil........................................................................................ 82
3.2 Pembahasan.......................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 93
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Ketidaknyamanan Trimester III................................................ 16


Tabel 2.2 Indikator Kunjungan ANC......................................................... 22
Tabel 2.3 Klasifikasi Nilai IMT.................................................................. 24
Tabel 2.4 TFU Menurut Perabaan Jari..................................................... 26
Tabel 2.5 Interval Pemberian Imunisasi TT............................................. 27
Tabel 2.8 Pemeriksaan Leopold Pada Kehamilan................................... 28

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Pengukuran TFU....................................................................... 26

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Kesediaan Menjadi Klien dalam Asuhan COC


Lampiran 2. Lembar Konsultasi
Lampiran 3. Buku KIA
Lampiran 4. Dokumentasi
Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan program kesehatan ibu dapat dinilai melalui indikator

utama Angka Kematian Ibu (AKI) selain itu indikator ini juga mampu menilai

derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan ibu merupakan kunci bagi

kesehatan generasi penerusnya, ibu yang sehat ketika hamil dan aman

ketika melahirkan, pada umumnya akan melahirkan bayi yang sehat. Oleh

sebab itu angka kesakitan dan kematian ibu merupakan indikator yang

penting untuk menggambarkan status kesehatan maternal. Agar posisi

alamiah ini berjalan dengan baik dan tidak berkembang menjadi keadaan

patologis, diperlukan upaya sejak dini yaitu berupa asuhan kebidanan secara

menyeluruh dan berkesinambungan serta upaya untuk menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (Kemenkes, 2020).

Indonesia masih menjadi salah satu penyumbang kematian ibu

peringkat kedua di ASEAN (Bappeda, 2019). Angka kematian ibu (AKI) di

Indonesia saat ini masih sangat tinggi, berdasarkan Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 AKI di Indonesia sebesar 305 per

100.000 KH (Kelahiran Hidup) dari target Sustainable Development Goals

(SDGs) tahun 2030 sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup. AKB menurut

SDKI tahun 2017 menunjukkan sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup dari

target SDGs sebesar 12/1.000 kelahiran hidup di tahun 2030 (Kemenkes RI,

2019).

1
2

Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Barat berdasarkan pelaporan

Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2021 sebanyak 745 kasus atau

85.77 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu di

Kabupaten Bandung Barat sebanyak 38 kasus dengan terbanyak

perdarahan 17 kasus dan kematian bayi sebanyak 1.649 kasus (Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2021).

Penyebab kematian ibu sangat kompleks karena saling berkaitan satu

sama lainnya. Secara umum penyebab AKI disebabkan oleh penyebab

langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung AKI

diantaranya perdarahan, hipertensi, penyakit infeksi dan penyebab lainnya.

Sedangkan penyebab tidak langsung diantaranya disebabkan karena 4T

(terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak serta 3T

(terlambat mendeteksi, terlambat mendiagnosa dan terlambat mendapatkan

pertolongan). Penyebab kematian bayi yang paling banyak adalah asfiksia,

BBLR, kelainan bawaan, dan infeksi, untuk menurunkan angka kematian ibu

dan angka kematian bayi tersebut diperlukan intervensi dan kolaborasi lintas

program dan lintas sektor (Prawirohardjo, 2016).

Telah banyak program kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah

dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak seperti program SDGs

Goals ke 3 SDGs yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan sejahtera

bagi semua usia (Panuluh & Fitri, 2016) dan rencana pembangunan jangka

menengah (RPJMN) tahun 2020-2024 pemerintah menargetkan penurunan

angka kematian ibu hingga 205 per 100.000 kelahiran, (RPJMN, 2020).

Program ini merupakan program berkelanjutan dari tahun ke tahun, namun

dapat disimpulkan bahwa program yang sudah terlaksana dari setiap tahun
3

ini belum mencapai target yang diharapkan terlihat dari data yang

ditampilkan bahwa angka kematian ibu dan anak masih tinggi. Peringkat

pertama penyumbang kematian tertinggi di Jawa Barat tahun 2021 adalah

Kabupaten Karawang dengan jumlah 45 dan Kabupaten Bandung Barat

sendiri menjadi peringkat tiga dengan jumlah 38 kematian ibu.

Keberhasilan program pemerintah dalam memberikan pelayanan

kesehatan tentunya tergantung pada sumber daya manusia yaitu dengan

meningkatkan kualitas sumber daya bidan dalam memberikan pelayanan

kesehatan ibu dan anak (KIA). Bidan memiliki peranan penting terhadap

daur kehidupan perempuan. Layanan kebidanan didasarkan pada

pemenuhan kebutuhan perempuan, memberikan rasa nyaman dan memiliki

kemampuan komunikasi yang baik (Ningsih, 2017). Seorang bidan

diharapkan melakukan praktik kebidanan dengan pendekatan fisiologis,

berbasis bukti, serta berkelanjutan (Continuity of Care). Asuhan

berkelanjutan dapat mendeteksi dini adanya komplikasi yang dapat terjadi

dan mencegah kemungkinan komplikasi (Viandika & Septiasari, 2020).

Selama periode kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir hingga

penggunaan kontrasepsi bisa saja terjadi masalah kesehatan, maka dari itu

diperlukan perawatan kehamilan yang tepat dan berfokus pada ibu sehingga

meminimalkan kondisi terburuk serta memberikan asuhan yang tepat (Islami

et al., 2020).

Secara global asuhan kebidanan berkelanjutan merupakan asuhan

terbaik untuk semua ibu hamil yang dapat memberikan asuhan yang

continue mulai dari kehamilan hingga pasca persalinan (Homer, 2016).

Asuhan kebidanan berkelanjutan ini dianut dan diimplementasikan guna


4

mencapai indikator dan capaian program kesehatan. Asuhan berkelanjutan

memberikan pelayanan di komunitas dengan melibatkan peran serta

kepedulian keluarga (women dan family partnership) dan asuhan yang

berpusat pada perempuan (women centre health) yaitu keyakinan yang kuat

untuk membantu perempuan dengan berpandangan bahwa kehamilan dan

persalinan merupakan suatu bagian kehidupan yang normal (normal and

natural childbirth) serta memfasiltasi klien dalam merawat dirinya secara

tepat dan mampu mengambil keputusan dalam merawat kesehatannya

(ICM, 2014).

Asuhan kebidaan berkelanjutan ini memiliki 3 jenis pelayanan yaitu

kesinambungan dalam manajemen, informasi dan hubungan.

kesinambungan manajemen melibatkan komunikasi antar perempuan dan

bidan, kesinambungan informasi menyangkut ketersediaan waktu yang

relevan. Ketiga hal tersebut saling berhubungan untuk mengatur dan

memberikan pelayanan kebidanan dalam asuhan berkelanjutan (Sunarsih,

2020). Salah satu upaya yang dapat dilakukan bidan yaitu dengan

menerapkan model asuhan kebidanan yang berkelanjutan secara

menyeluruh dan berkelanjutan yang dapat mengoptimalkan deteksi resiko

tinggi maternal dan neonatal (Yulita & Juwita, 2019). Pelayanan kebidanan

secara berkelanjutan yang diberikanpun hendaknya selalu berpihak pada

perempuan dengan memperhatikan konsep Respectful Midwifery Care

(RMC). Layanan yang diberikan pada perempuan dibangun melalui interaksi

yang baik dan saling terbuka untuk menciptakan hubungan kolaboratif antara

perempuan dan bidan dengan saling menghormati keahlian, kekuatan dan

kelebihan perempuan maupun bidan (Kemenkes RI, 2018).


5

Dalam memberikan asuhan kebidanan seorang bidan bertanggung

jawab memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan ruang lingkup

asuhan yang sudah ditetapkan. Salah satu standar kompetensi bidan

meliputi pengetahuan, keterampilan dan prilaku dalam melaksanakan

asuhan kebidanan, lahirnya kompetensi bidan tidak terlepas dari Permekes

no 320 Tahun 2020 tentang standar profesi bidan. Adapun prinsip filosofi

asuhan kebidanan adalah lebih pada arah mempromosikan, melindungi,

mendukung kesehatan dan hak asasi manusia, reproduksi dan seksual

perempuan serta menghormati keragaman etnis dan budaya. Oleh karena

itu, bidan sebagai pemberi asuhan/ pelayanan kesehatan yang paling tepat

untuk merawat perempuan yang melahirkan dan sepanjang siklus kehidupan

masa reproduksinya (ICM Framework, 2021).

Asuhan kebidanan yang diberikan pada perempuan hendaknya

bersifat holistik dan berkelanjutan yang didasarkan pada pemahaman

tentang pengalaman sosial, emosional, budaya, spiritual, psikologis, dan fisik

perempuan, dan bahwa asuhan kebidanan bersifat emansipatoris,

meningkatkan kesehatan, status sosial, dan kepercayaan diri wanita. Bidan

dalam memberikan pelayanan berkelanjutan pelayanan holistik merupakan

pelayanan yang dilakukan dengan pendekatan komprehensif, seorang

individu merupakan sebuah kesatuan yang terdiri dari dimensi fisik, mental,

emosional, sosio kultural dan spiritual, serta setiap bagiannya memiliki

hubungan dan ketergantungan satu sama lain. Bentuk pelayanan holistik

yang bisa dilakukan, misalnya untuk mengatasi ketidaknyaman pada pasien

ibu hamil trimester III dengan keluhan nyeri pinggang. Kehamilan Trimester

III merupakan trimester akhir kehamilan pada periode ini pertumbuhan janin
6

dalam rentang waktu 29-40 minggu dimana periode ini adalah waktu untuk

mempersiapkan persalinan (Furlan et al., 2015). Secara teoritis proses

kehamilan dapat menyebabkan berbagai perubahan muncul dalam tubuh ibu

hamil yaitu perubahan fisik dan perubahan psikologis. Perubahan ini dapat

menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu hamil. Keluhan ibu disebabkan

karena perubahan akibat ketidakseimbangan hormon estrogen, progesteron

dan hormon relaxin yakni hormon kewanitaan yang ada di dalam tubuh ibu

sejak terjadinya proses kehamilan (Irianti, 2014). Nyeri pinggang bagian

bawah merupakan masalah yang banyak di alami oleh ibu TM III. Kondisi

yang tidak mengenakkan akibat membesarnya rahim dan meningkatnya

berat badan menyebabkan otot bekerja lebih berat sehingga dapat

menimbulkan stress pada otot dan sendi (Tyastuti, 2016).

Salah satu komponen pemberi asuhan secara holistik dan

berkelanjutan yaitu tempat pelayanan fasilitas kesehatan diantaranya adalah

praktik Klinik sebagai tenaga kesehatan yang berperan meningkatkan

pelayanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat dengan menerapkan

asuhan yang berkesinambungan. Klinik Sikembar merupakan salah satu

tempat praktik yang dalam memberikan asuhan kebidanan sudah mulai

menerapkan asuhan secara menyeluruh dan berkelanjutan salah satunya

melalui parenting class ibu hamil, senam hamil dan kunjungan rumah.

Berdasarkan data pada register di Klinik sikembar bulan Januari jumlah ibu

hamil pada trimester III sebanyak 57 orang, diantaranya ibu hamil yang

mengalami keluhan sakit pinggang sebanyak 18 orang (31,6%), nyeri

punggung sebanyak 10 orang (17,5%), kram kaki sebanyak 12 orang

(21,5%), dan sering kencing sebanyak 8 orang (14,03%), dari 18 orang yang
7

mengalami sakit pinggang Ny S yang bersedia untuk diasuh selama

kehamilan sampai nifas 6 minggu, penulis jadikan sebagai subjek

penyusunan laporan asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity of Care)

dari masa kehamilan trimester III, persalinan, nifas, bayi baru lahir sampai

asuhan keluarga berencana (KB).

Berdasarkan latar belakang tersebut dan untuk mendukung kebijakan

program pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB di Indonesia, maka

penulis melakukan pengkajian asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity

of Care) dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny. S G 1P0A0

di Klnik Si kembar Kabupaten Bandung Barat periode Februari – Maret

Tahun 2023”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka penulis

mengambil rumusan masalah yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan

berkelanjutan pada Ny. S di Klinik si kembar Bandung Barat periode

Februari – Maret Tahun 2023 ?”

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan continuity of care pada masa kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB pada Ny. S dengan 7 langkah

manajeman VARNEY dengan pendokumentasian SOAP di Klinik si

kembar Kabupaten Bandung Barat periode Februari – Maret Tahun 2023.


8

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada masa kehamilan pada

Ny. S Klinik si kembar Kabupaten Bandung Barat periode Februari –

Maret Tahun 2023.

b. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada masa persalinan pada

Ny. S di Klinik si kembar Kabupaten Bandung Barat periode Februari

– Maret Tahun 2023.

c. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada masa nifas pada Ny. S di

Klinik si Kembar Kabupaten Bandung Barat periode Februari – Maret

Tahun 2023.

d. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada masa bayi baru lahir

pada bayi Ny. S di Klinik si kembar Kabupaten Bandung Barat

periode Februari – Maret Tahun 2023.

e. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada keluarga berencana

pada Ny. S di Klinik si kembar Kabupaten Bandung Barat periode

Februari – Maret Tahun 2023.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu

kebidanan dan memberikan masukan dalam meningkatkan mutu

kebidanan serta sebagai tambahan informasi di bidang pelayanan

kesehatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Klien
9

Diharapkan klien mendapat pelayanan kebidanan yang

berkualitas, aman dan nyaman sesuai kebutuhan klien selama

dilakukan asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, bayi baru

lahir, nifas, dan KB.

b. Bagi Klinik si Kembar

Diharapkan menjadi bahan acuan untuk tetap menjaga dan

meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan kesehatan yang

berkualitas dalam memberikan asuhan kebidanan secara continuity

of care.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program dalam

pengembangan pembelajaran serta dapat dijadikan referensi dan

bahan acuan yang bermanfaat bagi Prodi Profesi Bidan FITKES

UNJANI Cimahi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori

2.1.1 Kehamilan

2.1.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan dimulai dengan proses bertemunya sel telur dan sel

sperma sehingga terjadi fertilisasi, dilanjutkan implantasi sampai lahirnya

janin. Proses kehamilan normalnya berlansung selama 280 hari atau 40

minggu atau 9 bulan kalender. Lamanya kehamilan dihitung sejak hari

pertama haid terakhir (HPHT), namun sebenarnya fertilisasi terjadi sekitar

2 minggu setelah HPHT. Sehingga umur janin pascakonsepsi kurang dua

minggu dari perhitungan sejak HPHT, yaitu 266 hari atau 38 minggu. Usia

pascakonsepsi tersebut akan digunakan untuk mengidentifikasi

perkembangan janin. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan, yaitu:

a. Trimester I usia kehamilan 0-12 minggu

b. Trimester II usia kehamilan 13-28 minggu

c. Trimester III usia kehamilan 29-40 minggu (Yuliani et al., 2021)

Kehamilan trimester III merupakan masa yang dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari

(40 minggu atau sembilan bulan tujuh hari) dihitung dari hari pertama haid

terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga trimester yaitu trimester I dimulai

dari konsepsi sampai tiga bulan, trimester II dari bulan keempat sampai

enam bulan, trimester III dari bulan ketujuh sampai sembilan bulan

(Saifuddin, 2009).

10
11

Kehamilan merupakan suatu periode yang terhitung sejak hari

pertama haid terakhir sampai dengan kelahiran bayi yang dibagi menjadi

tiga trimester yaitu trimester I, trimester II dan trimester III. Kehamilan

trimester III adalah masa kehamilan yang dimulai sejak usia kehamilan 28

minggu hingga 40 minggu (Varney, 2007).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kehamilan

merupakan suatu periode yang dimulai dari konsepsi dan dihitung sejak

hari pertama haid terakhir sampai dengan kelahiran bayi yang lamanya 40

minggu. Kehamilan trimester III yaitu masa kehamilan yang dimulai dari

usia kehamilan 28 minggu sampai dengan 40 minggu.

2.1.1.2 Perubahan Fisiologi pada Kehamilan Trimester III

a. Uterus

Pada Wanita tidak hamil, uterus adalah struktur yang hamper

solid dengan berat sekitar 70 gram dan rongga berukuran 10 ml atau

kurang. Selama kehamilan, uterus berubah menjadi organ muscular

dengan dinding relative tipis yang mampu menampung janin,

plasenta, dan cairan amnion. Volume total isi uterus pada aterm

adalah sekitar 5 liter. Meskipun dapat juga mencapai 20 liter atau

lebih. Pada akhir kehamilan, uterus telah mencapai kapasitas yang

500 sampai 1000 kali lebih besar daripada keadaan tidak hamil.

Pada Trimester III, Istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri

dan berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada

kehamilan tua, kontraksi otot-otot bagian atas uterus menjadi lebih

lebar dan tipis (tampak batas yang nyata antara bagian atas yang

lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis). Batas ini dikenal
12

sebagai lingkaran retraksi fisiologik. Dinding uterus diatas lingkaran

ini jauh lebih tebal daripada SBR (Wulandari et al., 2021).

b. Serviks Uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan

karena hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan

dengan adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi

lunak. Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang

terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya

sedikit mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai

fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan

membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan

tekanan bagian bawah janin kebawah. Serviks akan mulai mengalami

perlunakan secara bertahap akibat dari bertambahnya aktivitas

uterus selama kehamilan dan mengalami dilatasi sampai kehamilan

trimester III (Irianti et al., 2015).

c. Vagina dan Vulva

Vagina dan vulva mengalami peningkaan pembuluh darah

karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan

kebiruan. Warna livid pada vagina dan portio serviks disebut tanda

Chadwick. Dinding vagina mengalami perubahan mencolok sebagi

persiapan untuk meregang saat persalinan. Perubahan fisiologi pada

vagina biasanya bertambah dalam kehamilan, reaksinya asam pH 3,5

– 6,0. Reaksi asam ini disebabkan karena peningkatan produksi

asam laktat dari glikogen diepitel vagina oleh kerja lactobacillus

acidophilu (Wulandari et al., 2021).


13

d. Sirkulasi Darah

Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa factor antara lain:

meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi

kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim,

terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi

retroplasenter, pengaruh hormone estrogen dan progesterone makin

meningkat. Akibat dari factor tersebut dijumpai beberapa perubahan

peredaran darah. Volume darah semakin meningkat dan jumlah

serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi

pengenceran darah (hemodilusi), pada puncaknya usia kehamilan 32

minggu. Serum darah bertambah sebesar 25% sampai 30%

sedangkan sel darah bertambah sekitar 20% (Wulandari et al., 2021).

e. Sistem Pencernaan

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus

akan bergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks

yang akan bergeser kearah atas dan lateral. Perubahan yang nyata

akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada tractus

digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorit dan peptin

dailambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa phyrosis

(heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus

bahwa sebagai akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya

tonus sfingter esofagus bagian bawah (Wulandari et al., 2021).

f. Sistem Perkemihan

Perubahan terjadi pada sistem perkemihan pada ibu hamil yaitu

pada ginjal dan ureter. Pada masa akhir kehamilan, frekuensi buang
14

air kecil menjadi meningkat dikarenakan mulai turunnya kepala janin

sehingga menekan kandung kemih. Perubahan struktur ginjal

diakibatkan oleh aktivitas hormon estrogen dan progesteron,

penekanan yang timbul akibat pembesaran usus dan peningkatan

volume darah (Irianti et al., 2015).

g. Sistem Muskuluskeletal

Semakin membesarnya uterus pada trimester III menyebabkan

perubahan tulang belakang sehingga terjadi lordosis. Lordosis yang

progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan.

Kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior

mengakibatkan lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang ke

arah dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan

meningkat mobilitasnya yang diperkirakan karena pengaruh

hormonal. Mobilitas tersebut dapat memperlihatkan sikap ibu dan

pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian

bawah punggung terutama pada akhir kehamilan. Otot dinding perut

meregang menyebabkan tonus otot berkurang. Otot rektus

abdominus memisah pada kehamilan trimester III mengakibatkan isi

perut menonjol di garis tengah tubuh umbilikalis menjadi lebih datar

atau menonjol. Tonus otot secara bertahap kembali tetapi pemisahan

otot rekti abdominalis tetap setelah melahirkan (Wulandari et al.,

2021).

2.1.1.3 Perubahan Psikologis Trimester III

Trimester III sering disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada proses ini wanita mulai menyadari kehadiran bayinya


15

sebagai mahkluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti

kehadiran sang bayi. Perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir

kapanpun, membuatnya berjaga-jaga dan memperhatikan serta

menunggu tanda dan gejala persalinan muncul (Rukiyah et al., 2013).

Trimester ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-

waktu ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan

timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Respon terhadap

perubahan gambaran diri yaitu ibu merasa dirinya aneh dan jelek

(Widatiningsih & Dewi, 2017).

Ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan

kehilangan perhatian kusus yang diterima selama hamil. Pada trimester

inilah ibu memerlukan ketenangan dan dukungan yang lebih dari suami,

keluarga dan bidan. Trimester ini adalah saat persiapan aktif untuk

kelahiran bayi dan menjadi orang tua (Widatiningsih & Dewi, 2017).

Menurut Sulistyawati (2011) perubahan psikologis yang terjadi

masa kehamilan Trimester III, yaitu :

a. Rasa tidak nyaman kembali timbul, merasa dirinya tidak cantik lagi,

aneh, dan kurang menarik.

b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi lahir tidak tepat waktu.

c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

d. Merasa sedih karena bayinya akan keluar dari perut.

e. Merasakan kehilangan kepedulian.

f. Perasaan mudah terluka (sensitif) & Libido menurun


16

2.1.1.4 Ketidaknyamanan pada Kehamilan Trimester III

Hal yang mendasari ketidaknyaman trimester III adalah:

a. Pertambahan ukuran uterus akibat dari perkembangan janin dan

plasenta serta turunnya kepala pada rongga panggul menimbulkan

pengaruh pada sistem organ maternal. Hal tersebut menjadi dasar

timbulnya ketidaknyamanan pada ibu selama trimester III.

b. Pada trimester III kadar progesteron mengalami peningkatan dan stabil

hingga 7 kali lebih tinggi dari masa sebelum hamil.

c. Penantian dan persiapan akan persalinan mempengaruhi psikologi ibu.

Ibu merasa khawatir terhadap proses persalinan yang akan di

hadapinya, keadaan bayi saat dilahirkan. Sehingga dukungan

pendamping sangat dibutuhkan.(Irianti dkk, 2015)

Tabel 2.1 Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester III

Ketidaknyamanan Cara Mengatasi


Sering berkemih 1. Penjelasan mengenai sebab terjadinya.
Kosongkan kandung kemih secara teratur
2. Usahakan jangan menahan ketika ingin BAK
3. Batasi minum malam hari dan perbanyak minum
pada siang hari.
4. Kurangi minum kopi, teh dan soda.
5. Jeskan tanda bahaya infeksi saluran kemih
6. Menjaga posisi tidur yaitu berbaring miring ke
kiri dan kaki ditinggikan untuk mencegah
diuresis.
Nafas Pendek 1. Postur tubuh yang benar
2. Tidur dengan bantal ekstra
3. Hindari makan porsi besar
4. Jangan merokok atau hirup asap
5. Mengatur pernafasan pada kecepatan normal
6. Lakukan nafas dalam dengan menghirup dari
hidung serta keluarkan melalui mulut
7. Merentangkan tangan diatas kepala serta
menarik nafas panjang.
8. Laporkan jika gejala memburuk
17

Ketidaknyamanan Cara Mengatasi


Insomnia 1. Relaksasi
2. Masase punggung atau menggosok perut
dengan lembut dan ritmik secara melingkar
3. Gunakan bantal untuk menyangga bagian
tubuh saat istirahat/tidur.
4. Mandi air hangat
Ginggivitis dan 1. Makan menu seimbang dengan protein cukup,
epulis perbanyak sayuran dan buah
2. Jaga kebersihan gigi
3. Gosok gigi dengan lembut
Kontraksi Braxton Beritahu ibu agar tetap tennag dan segera
Hiks konsultasikan pada tenaga kesehatan terdekat

Kram Kaki 1. Kompres hangat diatas otot yang sakit


2. Dorsofleksikan kaki hingga spasme hilang
3. Suplementasi tablet kalsium karbonat atau
kalsium laktat.
4. Mengurangi minum susu dengan kandungan
fosfor tinggi.
5. Meregangkan otot yang bengkak atau kram.
Edema pada kaki 1. Meminum air yang cukup untuk memberikan
efek diuretik alai
2. Istirahat dengan kaki dan paha ditinggikan
3. Cukup latihan fisik
4. Hubungi petugas kesehatan jika edema
bertambah.
Varices 1. Meninggikan kaki saat berbaring
2. Jaga kaki agar tidak bersilangan.
3. Jangan berdiri atau duduk terlalu lama
4. Lakukan senam untuk melancarkan peredaran
darah
5. Ibu hamil diharapkan jangan memakai pakaian
atau korset yang ketat.
Gangguan Tidur Usahakan tidur cukup pada malam hari minimal 8
dan Mudah Lelah jam, dan siang hari 1 jam.

Nyeri perut bawah Segera hubungi petuga kesehatan bila nyeri perut
bagian bawah sangat hebat dan mengganggu
aktivitas
Sumber : (Elisabeth, W, 2015)

2.1.1.5 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

a. Keluar darah dari jalan lahir


18

Perdarahan vagina dalam kehamilan jarang yang normal. Pada

masa awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang

sedikit atau spotting disekitar waktu pertama haidnya. Perdarahan ini

adalah pendarahan implantasi, dan ini normal terjadi. Pada waktu yang

lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin pertanda dari

serviks yang rapuh atau erosi. Perdarahan semacam ini mungkin

normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi. Pada awal

kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang merah,

perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri. Terjadi pada

kehamilan dengan usia dibawah 22 minggu, perdarahan pervaginam

dapat berupa abortus, kehamilan mola, dan kehamilan ektopik. Pada

kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak,

dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.

Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa atau abrupsio

plasenta (Kemenkes RI, 2016)..

b. Sakit kepala hebat dan penglihatan kabur

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit

kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit

kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.

Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin

menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang.

Sakit kepala yang hebat dan gangguan penglihatan dalam kehamilan

adalah gejala dari preeclampsia berat yang mengarah pada eklamsia.

Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat


19

penglihatan di korteks serebri atau didalam retina (edema retina dan

spasme pembuluh darah) (Kemenkes RI, 2016)..

c. Bengkak pada tangan, wajah, kaki, pusing dan dapat diikuti kejang

Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan belebihan

dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat

badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Hampir

separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki

yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki.

Keadaan ini sering menyebabkan kematian ibu. Bila ditemukan satu

atau lebih gejala tersebut, ibu harus segera meminta pertolongan

kepada bidan terdekat untuk dibawa ke rumah sakit (Elisabeth, W,

2015).

d. Air ketuban keluar sebelum waktunya

Ketuban pecah dini terjadi apabila sebelum persalinan

berlangsung yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan

membran atau meningkatnya tekanan intrauteri atau oleh kedua

faktor tersebut, juga karena adanya infeksi yang dapat berasal dari

vagina, janin dan ibu akan mudah terinfeksi. Hal ini berbahaya bagi ibu

maupun janin. Ibu segera memberi pertolongan bidan terdekat untuk

kemudian dibawa ke rumah sakit. Penentuan cairan ketuban di vagina

dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru

(Saifuddin, 2014).

e. Penurunan gerakan janin

Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-

6. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika


20

bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling

sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan

jika ibu makan dan minum dengan baik. Jika terjadi kurang dari 10

gerakan dalam 12 jam pada kehamilan minggu ke-26 minggu atau

lebih, artinya kondisi janin tidak normal.

f. Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan

adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan

masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat,

menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa berarti

appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks,

persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi

uterus, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya

(Astuti, 2017).

g. Demam tinggi

Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam

kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan

gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan demam antara

lain dengan istirahat baring, minum banyak dan kompres untuk

menurunkan suhu. Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam

kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh

wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau

gejala-gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan

gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan,

persalinan dan masa nifas (Saifuddin, 2014).


21

h. Mual dan muntah yang berlebihan

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan

selama kehamilan. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari

morning sickness normal yang pada umumnya dialami wanita hamil

karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama

trimester pertama kehamilan. Sehubungan dengan adanya ketonemia,

penurunan berat badan, dan dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat

terjadi disetiap trimester dengan tingkat keparahan yang bervariasi.

Dapat menyebabkan keadaan umum ibu menjadi buruk dan dapat

membahayakan janin (Elisabeth, W, 2015)..

2.1.1.6 Pelayanan Antenatal Terpadu

a. Pengertian

Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan setiap kegiatan

dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa

konsepsi hingga sebelum mulainya proses persalinan yang

komprehensif dan berkualitas dan diberikan kepada seluruh ibu hamil.

Tujuan agar semua ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang

komprehensif dan berkualitas sehingga ibu hamil dapat menjalani

kehamilan dan persalinan dengan pengalaman yang bersifat positif

serta melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas (Kemenkes RI,

2020).

b. Tujuan

Semua ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang

komprehensif dan berkualitas sehingga ibu hamil dapat menjalani

kehamilan dan persalinan dengan pengalaman yang bersifat positif


22

serta melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. Adapun tujuan

khusus adalah :

1) Terlaksananya pelayanan antenatal terpadu, termasuk konseling,

dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI.

2) Terlaksananya dukungan emosi dan psikososial sesuai dengan

keadaan ibu hamil pada setiap kontak dengan tenaga kesehatan

yang memiliki kompetensi klinis/kebidanan dan interpersonal yang

baik.

3) Setiap ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu

minimal 6 kali selama masa kehamilan.

4) Terlaksananya pemantauan tumbuh kembang janin.

5) Deteksi secara dini kelainan/ penyakit/ gangguan yang diderita ibu

hamil.

Dilaksanakannya tatalaksana terhadap kelainan/ penyakit/

gangguan pada ibu hamil sedini mungkin atau rujukan kasus ke

fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada

(Kemenkes RI, 2020).

c. Indikator

Tabel 2.2 Indikator Kunjungan ANC

No Kunjungan Indikator
ANC
1 Kunjungan Kontak pertama ibu hamil dengan tenaga
pertama (K1) kesehatan yang memiliki kompetensi
klinis/kebidanan dan interpersonal yang baik,
untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Dilakukan
sebelum minggu ke 8.
2 Kunjungan Kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
ke-4 (K4) yang memiliki kompetensi klinis/kebidanan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal
terpadu dan komprehensif sesuai standar
23

No Kunjungan Indikator
ANC
selama kehamilannya minimal 4 kali dengan
distribusi waktu:
1. 1 kali pada trimester pertama (0-12
minggu),
2. 1 kali pada trimester kedua (>12minggu -
24 minggu), dan
3. 2 kali pada trimester ketiga (>24 minggu
sampai dengan kelahiran).
3 Kunjungan Kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
ke-6 (K6) yang memiliki kompetensi klinis/kebidanan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal
terpadu dan komprehensif sesuai standar
selama kehamilannya minimal 6 kali selama
kehamilannya dengan distribusi waktu:
1. 2 kali pada trimester kesatu (0-12
minggu),
2. 1 kali pada trimester kedua (>12minggu -
24 minggu),
3. 3 kali pada trimester ketiga (>24 minggu
sampai dengan kelahiran), dimana
minimal 2 kali ibu hamil harus kontak
dengan dokter (1 kali di trimester 1 dan 1
kali di trimester 3).
4 Pemeriksaan 1. Kunjungan 1 di trimester 1 (satu) dengan
dokter usia kehamilan kurang dari 12 minggu
atau dari kontak pertama Dokter
melakukan skrining kemungkinan adanya
faktor risiko kehamilan atau penyakit
penyerta pada ibu hamil termasuk
didalamnya pemeriksaan Ultrasonografi
(USG).
2. Kunjungan 5 di trimester 3 Dokter
melakukan perencanaan persalinan,
skrining faktor risiko persalinan termasuk
pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dan
rujukan terencana bila diperlukan.
Sumber : (Kemenkes RI, 2020).

2.1.1.7 Pelayanan Standar Asuhan Antenatal care

Pelayanan Asuhan Antenatal Care terdiri dari 10 T, yaitu

(Kemenkes RI, 2020) :

a. Ukur Berat Badan dan Tinggi Badan (T1)

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal


24

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pada ibu hamil dengan IMT sebelum hamil normal, kecepatan

penambahan berat badan pada trimester pertama sebaiknya

mencapai 1-2 kg (350-400 gram/minggu), selanjutnya pada trimester

kedua dan trimester ketiga mencapai 0,34-0,50 kg/minggu. Dalam

keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil

dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan

kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah

0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Hal yang harus diperhatikan

antara lain pengukuran yang kurang tepat, berat pakaian, akumulasi

cairan atau karena asupan makanan yang tidak adekuat atau bahkan

berlebihan.

Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari

IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. IMT adalah hubungan

antara tinggi badan dan berat badan. Ada rumus tersendiri untuk

menghitung IMT anda yakni:

Tabel 2.3 Klasifikasi Nilai IMT

Kate IMT Rekomenda


gori si
Rend < 12,5-18
ah 19,8
Norm 19, 11,5-16
al 8-26
Tingg 26- 7-11,5
i 29
Obesi >29 ≥7
tas
Gam 16 – 20,5
25

Kate IMT Rekomenda


gori si
eli
Sumber: (Prawirohardjo, 2016)

b. Ukur Tekanan Darah (T2)

Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui

standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal

110/80-120/80 mmHg. Akan tetapi saat hamil terjadi penurunan

tekanan darah. Setelah usia kehamilan 20-32 minggu tekanan darah

kembali normal. Standar pemeriksaan tekanan darah adalah 4x

selama masa kehamilan, yakni 1x pada trimester pertama, 1x pada

trimester kedua dan 2x pada trimester ketiga. Pengukuran tekanan

darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk

mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada

kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema pada wajah

dan/atau tungkai bawah dan/atau proteinuria) (Elisabeth, W, 2015)

c. Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) (T3)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk

mendeteksi ibu hamil yang berisiko KEK. Kurang energi kronis yang

dimaksud yaitu ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah

berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) yaitu <23,5 cm. Ibu hamil

dengan KEK akan dapat melahirkan berat badan lahir rendah, LILA

normalnya yaitu 23,5 cm.

d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T4)


26

Pengukuran TFU pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan usia kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan usia

kehamilan, maka kemungkinan terdapat gangguan pertumbuhan

janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah usia

kehamilan 24 minggu (Astuti, 2017). Tujuan pemeriksaan TFU

menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur

kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan

dengan hasil anamnesis HPHT dan kapan gerakan janin mulai

dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu

yang dicantumkan dalam HPHT.

Tabel 2.4 Tinggi Fundus Uterus Menurut Perabaan Jari

Usia Kehamilan
(minggu) Tinggi Fundus Uterus
12 3 jari diatas simfisis.
16 Pertengahan pusat dan simfisis.
20 3 jari dibawah pusat.
24 Setinggi pusat.
28 3 jari diatas pusat.
32 Pertengahan pusat dan prosesus xiphoideus (px)
36 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (px)
40 Pertengan pusat dan prosesus xiphoideus (px)
Sumber : (Irianti, dkk, 2014)

Gambar 2.1 Pengukuran Tinggi Fundus Uteri


27

Sumber : (World Health Organization, 2018)

Penghitungan Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) dilakukan

untuk mengetahui pertumbuhan janin dalam kandungan melalui

pertambahan berat badan janin yang diukur saat palpasi abdomen.

Perhitungan TBBJ adalah sebagai berikut:

Taksiran Berat Janin (TBJ) =


[Tinggi Fundus Uteri (dalam cm) - N] x 155

TBBJ ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack :

N : 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul

N : 11 bila kepala sudah memasuki pintu atas panggul

e. Pemberian Imunisasi TT (T5)

Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat

seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan

dilakukan pada minggu ke-4.

Tabel 2.5 Interval Pemberian Imunisasi TT

Status TT Interval Minimal Pemberian Masa Perlindungan


TT1 - -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 Lebih dari 25 tahun
Sumber : Kemenkes RI, 2020

f. Pemberian Tablet Tambah Darah/ Tablet Besi Fe (T6)

Pemberian Tablet Zat besi minimum yaitu 90 tablet selama

kehamilan sejak kontak pertama. Pemberian preparat besi berupa

ferrosulfat, ferro gluconatatau Na-ferrobisitrat. Pemberian preparat Fe

60 mg per hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g% per bulan.


28

Pemberian asam folat 5 mg selama 4 bulan untuk anemia karena

defisiensi asam folat. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama

teh dan kopi, karena akan menggangu penyerapanya (Astuti, 2017).

Anemia sebagian besar disebabkan oleh defisiensi zat besi,

oleh karena itu perlu ditekankan kepada ibu hamil untuk

mengkonsumsi zat besi selama hamil dan setelah melahirkan.

Kebutuhan zat besi selama hamil meningkat dan peningkatan ini

tidak dapat tercukupi hanya dari asupan makanan ibu selama hamil

melainkan harus ditunjang dengan suplemen zat besi (Elisabeth W,

2015).

g. Penentuan Presentasi Janin Dan Auskultasi DJJ (T7)

Pemeriksaan DJJ dilakukan sebagai acuan untuk mengetahui

kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya denyut jantung

janin dalam rahim. Detak jantung janin yang normal adalah 120-160

detak/menit. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/ menit atau

lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin. Denyut

jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu (4

bulan).

Pemeriksaan palpasi menggunakan maneuver leopold menurut

Kemenkes RI (2020) adalah :

Tabel 2.6 Pemeriksaan Leopold Pada Kehamilan


29

Pemeriksaan Tujuan Pemeriksaan Cara Pemeriksaan


Leopold
Leopold I Mengidentifikasi bagian janin
yang terdapat pada bagian
fundus uteri dan menentukan
TFU

Leopold II Mengidentifikasi bagian


punggung dalam menentukan
lokasi DJJ dan bagian terkecil
janin, jika janin dengan letak
sungsang maka lokasi DJJ akan
lebih tinggi dibandingkan dengan
letak kepala.

Leopold III Mengidentifikasi bagian terendah


janin yang terletak di pintu atas
panggul apakah bagian terendah
janin telah masuk pintu atas
panggul atau belum.

Leopold IV Mengidentifikasi apakah kepala


janin telah masuk (divergen)
pintu atas panggul (PAP) atau
belum (konvergen). Jika telah
masuk PAP, maka dapaat diukur
seberapa jauh bagian terendah
janin masuk pintu atas panggul
dengan cara menggunakan
perlimaan jari. Jika bagian
kepala telah masuk PAP dan
teraba oleh jari, maka 2/5 kepala
telah masuk PAP.
Sumber : (Kemenkes RI, 2020

h. Pemeriksaan Laboratorium (rutin dan khusus) (T8)

Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan

laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil untuk


30

mendeteksi adanya kemungkinan penyakit yang timbul selama masa

kehamilan yaitu golongan darah, Hb, dan pemeriksaan spesifik

daerah endemis/epidemi (malaria, HIV dll). Sementara pemeriksaan

laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang

dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan

antenatal.

1) Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb minimal 2 kali selama kehamilan

dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama kali, lalu periksa

lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu

upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil yang dapat

mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam kandungan.

2) Pemeriksaan Golongan Darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya

untuk mengetahui jenis golongan darah ibu, tetapi juga

mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu

diperlukan jika terjadi situasi gawat darurat.

3) Pemeriksaan Protein Dalam Urine

Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil

dilakukan ada trimester kedua dan trimester ketiga atas indikasi.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria

pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator

terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil (Astuti, 2017).

4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah


31

Ibu hamil yang dicurigai mengidap diabetes melitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal

satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua,

dan satu kali pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester

ketiga).

5) Pemeriksaan Darah Malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis malaria menjalani

pemeriksaan darah malaria dalam upaya skrining pada kontak

pertama. Ibu hamil di daerah non-endemis malaria menjalani

pemeriksaan darah malaria jika terdapat indikasi.

6) Pemeriksaan Tes Sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko

tinggi dan pada ibu hamil yang di duga sifilis. Pemeriksaan sifilis

sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

7) Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama ditujukan untuk daerah dengan

risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang di curigai mengidap

HIV. Setelah menjalani konseling, ibu hamil diberikan

kesempatan dalam menetapkan sendiri keputusannya untuk

menjalani tes HIV.

8) Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA)

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai

mengidap tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi

tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain


32

pemeriksaan tersebut, jika diperlukan dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan. (Astuti, 2017)

i. Temu wicara / konseling (T9)

Konseling adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka)

untuk menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih

baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan

mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.Tujuan

konseling pada antenatal care ini adalah untuk membantu ibu

hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif

terhadap hal-hal yang tidak diinginkan dan membantu ibu.

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai

perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan

dan inisaiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir,

ASI ekslusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi.

Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada kunjungan saat

hamil (Astuti, 2017).

j. Tatalaksana kasus sesuai indikasi

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan

tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani di

rujuk sesuai dengan sistem rujukan. Dilakukan apabila ibu

memiliki masalah dalam kesehatan saat hamil (Kemenkes RI,

2013).

2.1.1.8 Pemeriksaan Fisik Pada Kehamilan


33

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mendeteksi komplikasi

komplikasi kehamilan.

a. Pemeriksaan fisik umum: tinggi badan, berat badan, tanda tanda

vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi).

b. Kepala dan leher: edema di wajah, ikterus pada mata, bibir pucat,

leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan

kelenjar tiroid.

c. Payudara: ukuran, simetris, putting payudara, menonjol/masuk,

keluarnya kolostrum atau cairan lain, retraksi, massa, nodul axilla.

d. Abdomen: luka bekas operasi, tinggi fundus uteri (jika >12

minggu), letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala (kalau

>36 minggu), mendengar denyut jantung janin (denyut jantung

janin) (bila kehamilan lebih dari 18 minggu).

e. Tangan dan kaki: edema di jari tangan, kaku jari pucat, varices

vena, reflek.

f. Genitalia luar (externa): varices, pendarahan, luka, cairan yang

keluar, kelenjar bartholini: bengkak (massa), cairan yang keluar.

Genitalia dalam (interna): serviks meliputi cairan, yang keluar, luka

(lessi), kelunakan, posisi, mobilisasi, tertutup atau membuka:

vagina meliputi cairan yang keluar luka, darah, ukuran adneksa,

bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan, masa (pada trimester

pertama)

2.1.1.9 Persiapan Komplikasi

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan

disingkat “BAKSOKU” yang diartikan sebagai berikut :


34

B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga

kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk

melaksanakan kegawatdaruratan.

A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan

seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop

K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien)

dan alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang

lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.

S (Surat) : Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu

(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat

yang telah diterima ibu

O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama

perjalanan merujuk.

K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk

memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat

mencapai tempat rujukan waktu cepat.

U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah

yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang

diperlukan di tempat rujukan

(Kemenkes, 2013).

Selain hal tersebut diatas, bidan berperan dalam pelaksanaan

program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).

Peran bidan dalam pelaksanaan P4K yaitu melakukan pendataan ibu

hamil untuk mengetahui jumlah ibu hamil dan untuk merencanakan

persalinan yang aman, persiapan menghadapi komplikasi dan tanda


35

bahaya bagi ibu sehingga dapat melahirkan bayi yang sehat dan ibu

selamat.

Salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan P4K dalam

menurunkan AKI dan AKB adalah peran bidan sebagai fasilitator

dalam rangka meningkatkan peran aktif suami, keluarga, serta

masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan

persiapan menghadapi komplikasi, termasuk perencanaan KB

pascapersalinan dengan menggunakan stiker P4K.

Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), persiapan persalinan dan

pencegahan komplikasi meliputi :

a. Tempat persalinan yaitu tempat yang dipilih oleh ibu dan

keluarga untuk membantu proses persalinan, seperti di rumah

sakit, klinik bersalin dan praktik mandiri bidan.

b. Pendamping yaitu orangyang dipercaya mendampingi ibu saat

persalinan yaitu suami atau keluarga maupun kerabat dekat yang

bersedia mendampingi dan mendukung ibu selama menghadapi

proses persalinannya.

c. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin) yaitu dana atau barang yang

disimpan oleh keluarga atau pengelola tabulin secara bertahap

sesuai dengan kemampuannya, yang pengelolaanya sesuai

dengan kesepakatan serta penggunaannyauntuk segala bentuk

pembiayaan serta antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan

pada ibu.

d. Persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu persalinan ibu ditolong


36

oleh tenaga kesehatan trampil sesuai standar seperti dokter

spesialis kandungan atau bidan yang telah memiliki surat ijin

praktik.

e. Transportasi yaitu alat transportasi yang dapat digunakan untuk

mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk

rujukan dan siap setiap saat agar tidak terjadi keterlambatan

mencapai tempat bersalin ibu. Transortasi bisa berupa ambulan

desa, mobil pribadi maupun kendaraan roda dua atau sepeda

motor.

f. Calon pendonor darah yaitu orang-orang yang disiapkan oleh

ibu, suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu

bersedia menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu

melahirkan sehingga bila terjadi sesuatu yang memerlukan darah

segera bisa teratasi. Calon donor yang disiapkan harus

memenuhi syarat sebagai pendonor darah untuk ibu seperti

salah satunya calon pendonor tidak menderita penyakit infeksi

seperti malaria, hepatitis dan HIV/AIDS.

g. Pemilihan kontrasepsi yaitu dimana kontrasepsi penting

direncanakan saat kehamilan sehingga pada saat 42 hari ibu

telah memiliki pilihan kontrasepsi yang tepat. Metode yang akan

digunakan sebagai pedoman keluarga dalam memilih

kontrasepsi dapat mengacu pada kriteria penggunaan

kontrasepsi yang rasional. Kontrasepsi yang dapat dipilih oleh

ibu dan suami seperti kontrasepsi IUD pascasalin, implan, suntik,

pil, kondom, tubektommi serta pasektomi, dimana sebelumnya


37

ibu dan suamisudah berkonsultasi kepada petugas kesehatan

(dokter atau bidan)..

2.1.1.10 Nyeri Pinggang Pada Ibu Hamil

a. Definisi

Nyeri pinggang adalah nyeri yang terjadi pada area

lumbosakral. Nyeri pinggang adalah gangguan yang umum

terjadi, ibu hamil mungkin pernah memiliki riwayat sakit pinggang

dimasalalu. Sebagai kemungkinan lain nyeri pinggang dapat

dirasakan pertama kalinya dalam kehamilan. Nyeri pinggang

sangat sering terjadi dalam kehamilan sehingga digambarkan

sebagai salah satu gangguan minor dalam kehamilan. Ibu hamil

mencondongkan perut sehingga menambah lekungan pada

bagian bawah pinggang yang menimbulkan rasa nyeri (Varney

2009).

Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang

tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja ketika seseorang

mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Nyeri merupakan sensasi

tidak menyenangkan yang terlokasi pada suatu bagian tubuh.

Nyeri seringkali di jelaskan dalam istilah proses distruktif jaringan

seperti ditusuk tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, pada

perasaan takut, mual dan mabuk. (Judha. 2012) Nyeri sciatica

atau sakit pinggang sangat umum terjadi pada wanita hamil.

Sakit pinggang saat hamil merupakan kondisi yang wajar terjadi


38

dan ini merupakan proses alami tubuh.

Faktanya, sekitar 50 hingga 80 persen wanita mengalami

sakit pinggang selama kehamilan mereka. Hal ini terjadi karena

selama kehamilan, wanita akan mengeluarkan lebih banyak

hormon relaksin yang menyebabkan ligamen dan struktur-

struktur yang menempelkan tulang dengan sendi meregang

terutama di bagian panggul. Berat dari bayi yang dikandung

seorang wanita juga menambah beban pada sendi karena

memberikan tekanan yang lebih pada sendi panggul. Kadang,

posisi bayi juga dapat menambah tekanan pada saraf sciatica.

paling berisiko mengalami sakit pinggang adalah mereka yang

memiliki berat badan berlebih atau memiliki sakit pinggang pada

kehamilan sebelumnya.

b. Skala atau Pengukuran Nyeri

Skala nyeri berdasarkan ekspresi wajah

Wajah pertama : sangat senang karna ia tidak merasakan sakit

sama sekali

Wajah kedua : sakit hanya sedikit

Wajah ketiga : sedikit lebih sakit

Wajah keempat : jauh lebih sakit

Wajah kelima : jauh lebih sakit banget

Wajah keenam : sangat sakit luar biasa samapi menangis

c. Skala intensitas nyeri numerik


39

Gambar 2.4 Skala Intensitas Nyeri Numerik


Sumber : (Judha, 2012)

Skala nyeri 0-1- (comprative pain scale)

1 : tidak ada rasa sakit

2 : nyeri hampir tidak terasa(sangat ringan) seperti gigitan

nyamuk

3 : nyeri ringan seperti cubitan pada kulit (tidak

menyenangkan)

4 : nyeri sangat terasa seperti pukulan kehidung

5 : kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa

sakit dari sengatan lebah

6 : kuat, dalam, nyeri, yang menusuk seperti pergelangan

kaki terkilir

7 : begitu kuat sehingga tampaknya mempengarui

sebagian indra anda, menyebabkan tidak fokus,

komunikasi terganggu

8 : sama seperti 6, kecuali bahwar asa sakit benar benar

mendominasi indra menyebabkan tidak dapat

berkomunikasi dengan baik dan tak mampu

melakukan perawatan diri

9 : nyeri begitu kuat sehingga anda tidak lagi dapat

berpikir jernih, dan sering mengalami perubahan

kepribadian yang parah jika sakit datang dan


40

berlangsung lama

10 : nyeri begitu kuat sehingga anda tidak dapat

mentoleransinya dan sampai-sampai menuntut untuk

segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya,

tidak peduli efek samping atau resikonya

d. Pengelompokkan Skala nyeri

1) Skala nyeri 1-3 berarti nyeri ringan (masih bisa ditahan,

aktivitas tak mengganggu)

2) Skalar nyeri 4-6 berarti Nyeri Sedang

3) Skala nyeri 7-10 berarti Nyeri Berat (Tidak dapat melakukan

aktivitas secara sendiri)

e. Faktor penyebab nyeri pinggang

1) Peningkatan Berat Badan

Normalnya, berat badan ibu selama kehamilan akan

meningkat sekitar 12,5- 17,5 kg. Karenanya, tugas tulang

belakang menjadi bertambah berat, karena harus menopang

peningkatan berat badan tersebut. Peningkatan berat badan

janin dan bertambahnya besar rahim juga menyebabkan

penekanan pada pembuluh darah besar dan saraf yang

terletak di dekat tulang punggung dan tulang panggul.

2) Perubahan Hormon Tubuh

Selama hamil, tubuh Anda akan menghasilkan hormon

yang disebut relaksin. Hormon ini merileksasi ligamen di

daerah panggul, sehingga persendian menjadi lebih longgar


41

untuk persiapan proses melahirkan. Namun, hormon ini juga

menyebabkan ligamen yang menyokong tulang punggung

menjadi lebih longgar, sehingga sering kali timbul rasa nyeri.

3) Perubahan Postur Tubuh

Saat hamil, pusat gravitasi tubuh Anda akan berubah

menjadi lebih ke depan, seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan. Tanpa disadari, Anda akan berusaha beradaptasi

dengan cara menyesuaikan cara duduk, berdiri, dan

bergerak. Inilah yang menyebabkan ketidaknyamanan pada

pinggang

4) Peregangan Otot

Seiring dengan bertambahnya ukuran rahim, otot

rektus abdominis yang berada di depan rahim juga akan ikut

meregang. Inilah yang dapat memperparah nyeri pinggang

bumil.

f. Cara Mengatasi Sakit Pinggang

1) Lakukan olah raga dan yang dianjurkan untuk meringankan

sakit pinggang selama hamil, salah satunya adalah berenang,

senam hamil dan berjalan jalan

2) Hindari pemakaian sepatu hak tinggi dan sepatu lainnya

3) Hindari tidur terlentang, tidurlah dalam posisi miring ke kiri

sehingga kandungan tidak menekan pembuluh darah dan juga

tulang belakang dari dalam.

4) Ketika ingin mengambil sesuatu yang berada di bawah jangan

membungkukkan badan, tetapi lakukanlah gerakan jongkok


42

pada sendi lutut dan pinggul.

5) Beristirahatlah yang banyak. Bagi ibu hamil hindarilah aktifitas

fisik yang berat, hanya lakukan rutinitas yang penting-penting

saja untuk meminimalisir kelelahan dan rasa sakit pada

pinggang.

6) Anjurkan ibu kompres menggunakan air hangat pada bagian

yang sakit pada pinggang

7) Lakukan pijat kehamilan yang dilakukan khusus tarapis

bersertifikat dapat membantu meredakan sakit pinggang dan

menjadikan anada lebih rileks.

8) Pada saat tidur gunakan kasur yang yang menyokong dan

gunakan bantal sebagai pengganjal untuk meringankan

tarikan dan regangan dan untuk meluruskan punggung

Nyeri pinggang juga bisa disebabkan karena membungkuk

yang berlebihan, berjalan tanpa istirahat, angkat beban.Hal ini

diperparah apabila dilakukan dalam kondisi wanita hamil sedang

lelah.Mekanika tubuh yang tepat saat mengangkat beban sangat

penting diterapkan untuk menghindari peregangan otot tipe ini

(Mochtar Rustam 2009). Keluhan nyeri pinggang yang dialami oleh

ibu hamil tentunya tidak bisa dibiarkan begitu saja. Menurut Yu

(2010) salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan selama

kehamilan adalah dengan melakukan olahraga ringan seperti

senam hamil.

g. Senam Hamil

1) Pengertian Senam Hamil


43

Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna

memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding

perut, ligamen-ligamen, serta otot dasar panggul yang

berhubungan dengan proses persalinan. Latihan ini berfungsi

untuk memperkuat stabilitas inti tubuh yang akan membantu

memelihara kesehatan tulang belakang. Mempunyai kekuatan

tubuh yang baik dapat meningkatkan risiko trauma tulang

belakang ataupun jatuh pada saat hamil. Secara ringkas

petunjuk senam hamil berupa konsultasi/pemeriksaan

kesehatan, dilakukan mulai umur kehamilan 28 minggu,

membutuhkan ruangan yang nyaman dan pakaian yang

sesuai, minum yang cukup baik sebelum, selama dan setelah

melakukan senam.

2) Tujuan Senam Hamil

Tujuan senam hamil yaitu memberi dorongan serta

melatih jasmani dan rohan dari ibu secara bertahap agar ibu

dapat menghadapi persalinan dengan tenang,sehingga

proses persalinan dapat berjalan lancar dan mudah.Manfaat

senam hamil adalah untuk memperbaiki sirkulasi

darah,mengurangi pembengkakan Memperbaiki

keseimbangan otot, mengurangi resiko gangguan

gastrointestina Termasuk sembelit, mengurangi kram / kejang

kaki, menguatkan otot perut, Mempercepat proses

penyembuhan setelah melahirkan.Senam hamil pada

kehamilan dapat dimulai pada kehamilan 16-38


44

minggu.Pelaksaan senam sedikitnya seminggu sekali dan

menggunakan pakaian yang sesuai dan longgar.

(Rusmiati, ,2006).

Menurut Diki retno Yuliani 2017 Senam hamil merupakan

suatu program berupa latihan fisik yang cukup penting bagi

ibu hamil sebagai persiapan untuk menghadapi persalinan,

agar persalinanya normal dan relatif cepat dan aman.senam

hamil boleh dilakukan setelah usia kehamilan 28

minggu,kecuali terdapat komplikasi tertentu pada

kehamilan.Tujuan senam hamil antara lain agar ibu hamil

dapat 23 menguasai teknik pernapasan yang bermanfaat

terutama saat persalinan, melatih otot otot dinding perut agar

semakin kuat untuk menopang tambahan berat badan,berlatih

untuk melakukan sikap tubuh yang baik (body mekanik)

selama hamil, berlatih melakukan relaksasi

semperna,memperbaiki sirkulasi dan meningkatkan daya

tahan tubuh,meningkatkan kepercayaan diri ibu serta

meminimalkan kesulitan pada saat menjalani proses

persalinan.

Menurut Manuaba Senam hamil bertujuan

mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat

dimanfaatkan untuk secara optimal dan persalinan

normal.senam hamil ditujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan

atau tidak terdapat penyakit yang menyertai kehamilan,yaitu

penyakit jantung,penyakit ginjal,penyakit kehamilan (hamil


45

dengan perdarahan,hamil dengan gestosis,hamil dengan

kelainan letak) dan kehamilan disertai anemia.senam hamil

dimulai pada usia kehamilan sekitar 28 minggu.

3) Syarat senam hamil

Ibu hamil cukup sehat berdasarkan pemeriksaan dokter

atau bidan kehamilan tidak mempunyai komplikasi(keguguran

berulang, kehamilan dengan perdarahan) dengan bimbingan

petugas (Manuaba 2010)

Adapun gerak dasar yang sering digunakan dalam senam

hamil adalah sebagai berikut: Latihan pernapasan Latihan

pernapasan memiliki tujuan menciptakan

ketenangan,mempercepat sirkulasi darah, mencukupi

kebutuhan oksigen bagi ibu dan bayi. Latihan dapat dilakukan

dikursi,bak mandi ataupun ditempat tidur. Jika ditempat tidur

ambil posisi terlentang rata dengan tempat tidur, letakkan satu

atau dua bantal dikepala,tekuk kedua lutut dengan telapak

kaki rata dengan tempat tidur.

4) Gerakan Senam Hamil

a) Pernapasan perut

Letakkan kedua tangan diatas perut,tarik nafas

perlahan dari hidung dengan mengembungkan

perut,keluarkan nafas dari mulut dan kempiskan

perut.lakukan sebanyak 8 X tiap gerakan.


46

b) Pernapasan iga

Letakkan tangan disamping kanan kiri iga,tarik nafas

berlahan dari hidung sambil mengerutkan iga

kedalam,keluarkan nafas dari mulut sambil

mengembangkan iga kesamping. Lakukan sebanyak 8 X

tiap gerakan.

c) Pernapasan dada

Letakkan tangan diatas dada,tarik nafas berlahan

dari hidung sambil mengembangkan dada,keluarkan nafas

dari mulut sambil mengempiskan dada.Lakukan sebanyak

8 X gerakan
47

d) Pernapasan untuk mengedan

Posisi mengejan (kedua lutut yang telah ditekuk

dibuka selebar mungkin dan ditarik sejah mungkin kearah

dada,sambil kedua tangan berada dilekukkan antara betis

dan paha),tarik nafas iga dan tiupkan sebanyak 2 kali,tarik

nafas panjang sambil tarik paha keatas dan kepala

menunduk kebawah,mengedan seperti ingin BAB,tahan 15-

20 detik, lepaskan.

e) Pernapasan pendek – pendek

Tarik nafas dari hidung dan mulut sedikit terbuka

dengan frekuensi cepat dan tidak terlalu

dalam,mengembang kempiskan dada.Pernafasan ini

bermanfaat pada akhir persalinan.

f) Latihan otot abdomen

Posisi tidur terlentang dengan kedua lutut

ditekuk,kerutkan otot bokong dan perut sambil mengangkat

pinggul keatas, relaksasikan. Gerakan ini juga sering

disebut latihan anti wasir.

Posisi terlentang dengan dua tumit dinaikkan

kebangku yang rendah, kencangkan otot bokong dan perut

sambil angkat pinggul keatas, relaksasikan.


48

Posisi berbaring terlentang,kedua kaki dinaikan,

kedua tangan lurus kedepan, kemudian miringkan panggul

kesalah satu sisi,bungkukkan punggung kesisi

tersebut/dekatkan dagu kedada, sambil hembuskan nafas.

Ulangi pada sisi yang lain. Duduk bersila, agar perut bwah

dapat menahan isi perut dan bayi.posisi duduk tegap

dengan kedua kaki ditekuk menyilang didepan

badan,kedua tangan diletakkan diatas paha.bisa

dikombinasikan dengan gerakan bahu yaitu posisi duduk

bersila, kedua lengan ditekuk keatas dengan jari-jari

menyentuh bahu, putar lengan, kemudian angkat kedua

lengan luus keatas,kembali keposisi semula.

g) Latihan otot panggul

Tujuannya adalah untuk mengurangi keluhan sakit

pinggang, dan menimbulkan rasa nyaman daerah sekitar

panggul.

a) Posisi tidur terlentang

gerakan 1: Posisi tidur terlentang dengan kedua lutut

ditekuk. Kerukkan dubur dan perut dengan punggung

menempel lantai,relaksasikan sehingga membentuk

cekungan dipunggung dan pinggang.ulangi 15-30 kali

gerakan.

Gerakan II: Posisi tidur terlentang dengan kaki kiri

ditekuk kaki kanan lurus,tarik panggul kearah dada pada

sisi kanan lurus (kanan), relaksasikan ulangi pada kaki


49

kiri.lakukan gerakan 6-10 kali.

Gerakan III: Posisi tidur terlentang dengan kaki kiri

ditekuk kaki kakan lurus,rotasikan lutut kiri melewati lutut

kanan sampai menuju lantai,badan tetap lurus,

relaksasikan, ulangi pada kaki kanan. Lakukan gerakan

6-10 kali.

b) Posisi merangkak

Gerakan I : Posisi merangkak (seperti orang mengepel

lantai), kerutkan dubur dan perut bagian bawah

sehingga punggung menjadi membungkuk

relaksasikan,anjurkan 5-6 kali,saat merelaksasikan

jangan biarkan punggung menjadi sangat cekung

Gerakan II : Posisi merangkak,angkat kaki kanan

kesamping,turunkan lakukan beberapa kali,ulangi pada

kaki kiri.Bisa juga dilakukan pada tangan dan arah

membuka bervariasi,pada kaki bisa digerakkan keatas

samping atau atas belakang,pada tangan bisa

digerakkan keatas samping atau atas depan.

Gerakan III : Posisi merangkak,kepala menoleh

kekiri,panggul kiri dikerutkan menuju iga, relaksasikan,

ulangi beberapa kali, lakukan pada sebelah kanan.

Dapat dilakukan 6 kali.

Gerakan IV : Posisi merangkak,kerutkan perut, rotasikan

tangan kanan kearah kiri melewati dada, gerakan kepala

mengikuti, relaksasikan, ulangi pada sebelah kiri dapat


50

dilakukan 6 kali.

c) Posisi duduk

Duduk diatas tumit dengan bantal sebgai

alasnya,sandarkan lengan dan kepala pada kursi atau

tempat tidur, kerutkan otot bokong dan perut,

relaksasikan. Biasanya dapat mengurangi nyeri

pinggang pada kala 1 persalinan.

h. Body Mekanik

1) Pengertian

Merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan

sistem syaraf untuk dapat mempertahankan keseimbangan

dengan tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan

tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,

terkoordinasi, sarta aman dalam menggerakkan dan

mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas.

Body mekanik memiliki 3 ekemen dasar ,yaitu: Body

aligment (postur tubuh) merupakan susunan gometrik bagian-

bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang

lain. Balance (keseimbangan) merupakan keseimbangan

tergntung pada interaksi antar pusat gravitasi,line gravitasi dan

base of support. Koordinated ody movement (gerakan tubuh

yang terkoordinasi) Dimana body mekanik berinteraksi dalam

fungsi mukuloskeletal dan sistem syaraf.

2) Prinsip Body Mekanik


51

Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini

mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh

yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan

mencegah kecacatan. Adapun prinsip yang digunakan dalam

body mekanik adalah:

a) Gravitasi

Merupakan prinsip utama yang harus diperhatikan

dalam melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu

memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan

tubuh. Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam

gravitasi,yaitu: Pusat gravitasi (center of gravitasi), titik yang

berada dipertengahan tubuh Garis gravitasi (line of

gravitasi), merupakan garis imaginer ventrikel melalui pusat

gravitasi. Dasar tumpuan (base of suport) merupakan dasar

tempat seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang

atau menahan tubuh. Keseimbangan Keseimbangan dalam

penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara

mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat

gravitasi dan dasar tumpuan.

b) Berat

Dalam menggunkan mekanika tubuh yang sangat

diperhatikan adalah berat atau bobot benda yang akan

diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika

tubuh. Beberapa gerakan dasar yang harus dipertahankan:

 Gerakan (ambulating)
52

Yaitu gerakan yang benar-benar dapat membantu

dalam mempertahankan keseimbangan tubuh.contoh

orang berdiri dan orang berjalan.

 Menahan (squating)

Yaitu mempertahankan posisi dalam posisi

tertentu.contoh orang duduk dan orang jogkok.

 Menarik (pulling)

Yaitu menarik yang benar-benar akan memudahkan

dalam memindahkan benda.

contoh: Letak pasien berada di depan kita (perawat)

Posisi kaki dan tubuh saat menarik Mengangkat (lifting)

gunakan otot besar dari kulit ,contohnya mengangkat

benda berat. Memutar (pivoting) Yaitu memutar posisi

tubuh ,contoh dari posisi kanan atau posisi kiri atau

sebaliknya.

3) Faktor Yang Memperngatu Pengaruh Mekanik Tubuh

a) Status kesehatan

Status kesehatan dapat mempengaruhi muskuluskeletal

dan syaraf berupa penurunan koordinasi tubuh

b) Nutrisi

Menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya

penyakit (kekurangan kalsium lebih memudahkan fraktur

untuk tulang)

c) Situasi dan kebiasaan

Sering mengangkat benda-benda berat. seperti kebiasaan


53

orang dikampung yang mengambil air dari sungai dengan

meletakkannya di atas kepala ,dan dari situasi tadi

menimbulkan kebiasaan yang menyebabkan terganggunya

pusat koordinasi ataupun posisi yang salah dari kebiasaan

itu.

d) Emosi

Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan

kemampuan mekanika tubuh yang baik, seseorang yang

mengalami perasaan yang tidak aman, tidak bersemangat,

dan harga diri rendah akan mudah mengalami perubahan

dalam mekanika tubuh(body mekanik).

e) Gaya hidup

Gaya hidup dan perubahan pola hidup seseorang dapat

menyebabkan sters dan kemungkinan besar akan

menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas ,sehingga

dapat mengganggu koordinasi antara sistem

muskuluskeletal dan neurologi,yang akhirnya akan

mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.

f) Pengetahuan

Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika

tubuh akan mendorong seseorang untuk

mempergunakannya dengan benar,sehingga mengurangi

tenaga yang dikeluarkan.sebaliknya, pengetahuan yang

kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan

menjadikan seseorang mengalami gangguan koordinasi


54

sistem neurologi dan muskuluskeletal

4) Akibat Body Mekanik Yang Buruk

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat

mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak

yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang

salah adalah Terjadi ketegangan sehingga memudahkan

timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem

muskuluskeletal. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem

muskuluskeletal.seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri

maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur

muskuluskeletal, misalnya kelainan pada tulang vertebra.

Postur adalah posisi tubuh kita ketika berdiri ,duduk ,atau

berbaring pada ibu hamil terjadi perubahan body mekanik

sehubungan dengan berubahnya titik tumpu pada ibu hamil.

Hal ini terutama karena pertambahan berat badan diperoleh

selama kahamilan dengan sebagian besar berat didistribusikan

disekitar perut.

Hal ini menyebabkan pusat gravitasi ibu hamil menggeser

ke depan yang menghasilkan lebih rendah kelengkungan tulang

belakangnya

5) Organ Yang Terkait Dengan Body Mekanik

a) Mekanika tubuh

Merupakan usaha untuk mengkoordinasi sistem

muskuluskeletal dan syaraf sehingga individu bergerak,

mengangkat, duduk, berdiri, berbaring dan melakukan


55

aktivitas sahari-hari dengan sempurna.

b) Koordinasi gerakan tubuh membutuhkan integrasi fungsi

sistem skelet, dan sistem syaraf.

Sketel mendukung struktur penyokong tulang untuk

bergerak, menghubungkan ligamen dan otot, melindungi organ

penting mengatur produksi kalsium dan sel darah merah.

Sistem saraf mendukung gerakan awal 31 dan kontrol gerakan

volunter organ yang terkait otak yang bekerjasama dengan

telinga. Didalam telinga terdapat koklea yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan tubuh.

Keseimbangan: Pada telinga nervus yang terbesar dalam

kanalis semisirkularis menghantarkan impuls-impuls menuju

otak. Impuls-impuls ini dibangkitkan dalam kanalkanal karena

adnya perubahan kedudukan cairan dalam kanal atau

saluransaluran itu.hal ini mempunyai hubungan erat dengan

kesadaran kedudukan kepala terhadap badan. Apabila

seseorang didorong ke salah satu sisi maka kepalanya

cenderung miring ke arah lain (berlawanan dengan arah badan

yang didorong) guna mempertahankan keseimbangan, berat

badan diatur, posisi badan dipertahankan sehingga jatuhnya

badan dapat dipertahankan.

6) Posisi Body Mekanik

a) Cara berdiri yang benar

Kepala tegak dengan dagu masuk jangan miring

kedepan,kebelakang, atau kesamping Pastikan daun telinga


56

sejajar dengan tengah bahu Jauhkan tulang belikat

kebelakang dan dada depan

b) Cara duduk yang benar

Duduk dengan punggung dan bahu lurus.pantat harus

menyentuh sandaran kursi. Duduklah dengan pendukung

punggung/back support (seperti handuk kecil digulung atau

roll lumbar) pada punggung anda.

c) Posisi mengemudi yang benar

Gunakan pengganjal punggung (roll punggung) pada

lekukan punggung, lutut sejajar atau lebih tinggi dari pinggul

Pindahkan tempat duduk dekat dengan kemudi untuk

mendukung lekukan punggung, tempat duduk harus cukup

dekat untuk memungkinkan lutut menekuk dan kaki

mencapai pedal. Jika kendaran dilengkapi dengan kantong

udara, sangat penting untuk memakai sabuk bahu dan

sabuk pangkuan.

d) Cara mengangkat benda yang benar

Jika harus mengangakat benda jangan coba untuk

mengangkat benda-benda yang melebihi 20 kilogram.

Sebelim mengangkat benda pastikan pijakan kaki cukup

kokoh. Untuk mengambil benda yang lebih rendah dari

pinggang,jaga punggung lurus dan tekuk lutut dan

pinggul.jangan membungkuk kedepan pada pinggang

dengan lutut lurus.

e) Posisi tidur dan berbaring


57

Posisi berbaring atau posisi tidur yang terbaik mungkin

bervariasi. Adpun posisi berbaring bantal harus dibawah

kepala, tapi tidak bahu, dan harus dengan ketebalan yang

memungkinkan kepala berada dalam posisi normal untuk

menghindari punggung tegang. Bisa juga menempatkan

bantal diantara bantal sebagai ganjal. Tidurlah dengan posisi

yang membantu mempertahankan kurva punggung ibu.

Hindari tidur terkurap. Pilih kasur yang rata, tempatkan kasur

dilantai jika perlu dan nyaman.

2.2.2 Persalinan

2.2.2.1 Pengertian Persalinan

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus

melalui vagina secara spontan. Pada akhir kehamilan, uterus secara

progresif lebih peka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis

sehingga bayi dilahirkan. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin (Yulizawati et al., 2019)

2.2.2.2 Tanda-Tanda Persalinan

a. Kontraksi (HIS)

Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian

depan. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon oksitosin yang


58

secara fisiologis membantu dalam proses pengeluaran janin. Ada 2

macam kontraksi yang pertama kontraksi palsu (Braxton hicks) dan

kontraksi yang sebenarnya. Pada kontraksi palsu berlangsung

sebentar, tidak terlalu sering dan tidak teratur, semakin lama tidak ada

peningkatan kekuatan kontraksi. Sedangkan kontraksi yang

sebenarnya bila ibu hamil merasakan kencang-kencang pada perut

semakin sering, waktunya semakin lama, dan makin kuat terasa,

diserta mulas atau nyeri seperti kram perut. Kontraksi bersifat fundal

recumbent/nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian

tengah perut atas atau puncak kehamilan (fundus), pinggang dan

panggul serta perut bagian bawah. Tidak semua ibu hamil mengalami

kontraksi (His) palsu. Kontraksi ini merupakan hal normal untuk

mempersiapkan rahim untuk bersiap mengadapi persalinan (Yulizawati

et al., 2019).

b. Pembukaan Serviks

Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya

pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.

c. Pecahnya Ketuban dan Keluarnya Bloody Show

Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini

bercampur darah. Itu terjadi karena pada saat menjelang persalinan

terjadi pelunakan, pelebaran, dan penipisan mulut rahim. Bloody show

seperti lendir yang kental dan bercampur darah. Menjelang persalinan

terlihat lendir bercampur darah yang ada di leher rahim tsb akan keluar

sebagai akibat terpisahnya membran selaput yang menegelilingi janin

dan cairan ketuban mulai memisah dari dinding rahim.


59

Tanda selanjutnya pecahnya ketuban, di dalam selaput ketuban

(korioamnion) yang membungkus janin, terdapat cairan ketuban

sebagai bantalan bagi janin agar terlindungi, bisa bergerak bebas dan

terhindar dari trauma luar. Terkadang ibu tidak sadar saat sudah

mengeluarkan cairan ketuban dan terkadang menganggap bahwa

yang keluar adalah air pipisnya. Cairan ketuban umumnya berwarna

bening, tidak berbau, dan akan terus keluar sampai ibu akan

melahirkan. Keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir ini bisa terjadi

secara normal namun bias juga karena ibu hamil mengalami trauma,

infeksi, atau bagian ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang dan

pecah.

Setelah ketuban pecah ibu akan mengalami kontraksi atau nyeri

yang lebih intensif. Terjadinya pecah ketuban merupakan tanda

terhubungnya dengan dunia luar dan membuka potensi kuman/bakteri

untuk masuk. Karena itulah harus segera dilakukan penanganan dan

dalam waktu kurang dari 24 jam bayi harus lahir apabila belum lahir

dalam waktu kurang dari 24 jam maka dilakukan penangana

selanjutnya misalnya Caesar (Yulizawati et al., 2019)

2.2.2.3 Tahapan Persalinan

Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan

wanita tersebut mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody

show). Lendir yang disertai darah ini berasal dari lendir kanalis

servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan

darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di

sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran


60

ketika serviks membuka.

a. Kala I

Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur

dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat

berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan

multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi

dalam waktu kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi total kala I

persalinan pada primigravida berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam.

Pada multigravida ialah 0,1 sampai 14,3 jam (Bobak, Lowdermilk &

Jensen, 2004). Ibu akan dipertahankan kekuatan moral dan emosinya

karena persalinan masih jauh sehingga ibu dapat mengumpulkan

kekuatan. Proses membukanya serviks sebaga akibat his dibagi

dalam 2 fase, yaitu:

1) Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi

sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase

laten diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang

teratur yang menghasilkan perubahan serviks.

2) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yakni:

a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi

menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam

waktu 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap

(Yulizawati et al., 2019).


61

b. Kala II

Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari

serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2

jam pada primi dan 1 jam pada multi. Tanda dan gejala kala II

Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:

1) Ibu ingin meneran

2) Perineum menonjol

3) Vulva vagina dan sphincter anus membuka

4) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat

5) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.

6) Pembukaan lengkap (10 cm )

7) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara

rata-rata 0.5 jam (Kurniarum, 2016).

c. Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban, berlangsung tidak

lebih dari 30 menit. Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran

plasenta. Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan

pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi

perdarahan .

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

1) Perubahan ukuran dan bentuk uterus

2) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena

plasenta sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim

3) Tali pusat memanjang d. Semburan darah tiba tiba (Kurniarum,


62

2016).

d. Kala IV

Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah itu. Kala IV merupakan masa paling kritis karena proses

perdarahan yang berlangsung. Masa 1 jam setelah plasenta lahir,

pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta

dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu

tidak stabil, perlu dipantau lebih sering. Observasi intensif karena

perdarahan yang terjadi pada masa ini.

Observasi yang dilakukan :

1) Tingkat kesadaran ibu

2) Pemeriksaan tanda vital

3) Kontraksi uterus

4) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400- 500 cc (Kurniarum, 2016)

2.2.2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Persalinan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara

lain:

a. Passenger

Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi

persalinan normal. Pada faktor passenger, terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak,

sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan

lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.

b. Passage away
63

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh

lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.

c. Power

His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan

serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi

kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai

masuk ke dalam rongga panggul. Ibu melakukan kontraksi

involunter dan volunteer secara bersamaan.

d. Position

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah

posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan

memperbaki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan,

duduk dan jongkok.

e. Psikologi

Respons Proses persalinan adalah saat yang menegangkan

dan mencemaskan bagi wanita dan keluarganya. Rasa takut,

tegang dan cemas mungkin mengakibatkan proses kelahiran

berlangsung lambat. Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai

saat terjadi kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja

keras selama jamjam dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir


64

ketika wanita dan keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi.

Perawatan ditujukan untuk mendukung wanita dan keluarganya

dalam melalui proses persalinan supaya dicapai hasil yang optimal

bagi semua yang terlibat. Wanita yang bersalin biasanya akan

mengutarakan berbagai kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka

jarang dengan spontan menceritakannya (Yulizawati et al., 2019)

2.2.2.5 Mekanisme Persalinan

a. Engagement

Engagement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir

kehamilan sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal

persalinan. engagement adalah peristiwa ketika diameter biparetal

(Jarak antara dua paretal) melewati pintu atas panggul dengan sutura

sagitalis melintang atau oblik di dalam jalan lahir dan sedikit fleksi.

Masuknya kepala akan mengalami ksulitan bila saat masuk ke dalam

panggu dengan sutura sgaitalis dalam antero posterior. Jika kepala

masuk kedalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang

di jalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama tinggi, maka

keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala pada saat melewati pintu

atas panggul dapat juga dalam keadaan dimana sutura sgaitalis lebih

dekat ke promontorium atau ke simfisis maka hal ini disebut

asinklitismus.

b. Penurunan kepala

Dimulai sebelum persalinan/inpartu. Penurunan kepala terjadi

bersamaan dengan mekanisme lainnya. Kekuatan yang mendukung

yaitu:
65

1) Tekanan cairan amnion

2) Tekanan langsung fundus ada bokong

3) Kontraksi otot-otot abdomen

4) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin

c. Fleksi

1) Gerakan fleksi di sebabkan karena janin terus didorong maju

tetapi kepala janin terlambat oleh serviks, dinding panggul atau

dasar panggul

2) Kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipito

frontalis 12 cm berubah menjadi suboksipito bregmatika 9 cm

3) Posisi dagu bergeser kearah dada janin

4) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba

daripada ubunubun besar.

d. Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

1) Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian

terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai

dibawah simpisis. Bila presentasi belakang kepala dimana

bagian terendah janin adalah ubun- ubun kecil maka ubun-ubun

kecil memutar ke depan sampai berada di bawah simpisis.

Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk menyesuaikan

dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah dan pintu

bawah panggul. Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan

majunya kepala. Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati Hodge

III (setinggi spina) atau setelah didasar panggul. Pada

pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil mengarah ke jam 12.


66

2) Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu: · Bagian terendah

kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi. · Bagian

belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang

disebelah depan yaitu hiatus genitalis.

e. Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar

panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini

disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan

ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang

satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan

dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah suboksiput tertahan

pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut

di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah

berturut- turut pada pinggir atas perineum ubunubun besar, dahi,

hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.

Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion.

f. Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi

oleh faktorfaktor panggul, sama seperti pada rotasi dalam

1) Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung

janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber

iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka janin menghadap

salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada mulanya

disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar kearah kiri,


67

bila pada mulanya ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-

ubun kecil berputar ke kanan.

2) Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan diameter

biakromial janain searah dengan diameter anteroposterior pintu

bawah panggul, dimana satu bahu di anterior di belakang

simpisis dan bahu yang satunya di bagian posterior dibelakang

perineum. c. Sutura sagitalis kembali melintang.

g. Ekspulsi

Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai

hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah

kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang

sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu

belakang dan seluruhnya (Yulizawati et al., 2019).

Gambar 2.2 Mekanismes Persalinan


Sumber: (Yulizawati et al., 2019)
68

2.2.2.6 Aromaterapi

a. Defenisi

Aromaterapi bersal dari kata aroma yang berarti harum dan

wangi, dan terapi yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau

penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai satu

cara perawatan tubuh dan penyembuhan penyakit dengan

menggunakan minyak esensial. (Jaelani, 2009). Aromaterapi

menggunakan minyak lavender dipercaya dapat memberikan efek

relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative) setalah

lelah beraktivitas. (Dewi, 2013)

Aromaterapy lavender merupakan tindakan terapeutik yang

bermanfaat meningkatkan kondisi fisik dan psikologis ibu bersalin.

Secara fisik baik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, sedangkan

secara psikologis dapat merilekskan pikiran, menurunkan ketegangan

dan kecemasan serta meberi ketenangan (Karlina, dkk, 2015).

b. Kerja Ekstrak Lavender Sebagai Media Relaksasi

Indra penciuman memiliki peran yang sangat penting, dalam

sehari kita bisa mencium lebih kurang 23,040 kali. Bau-bauan dapat

memberikan peringatan pada kita akan adanya bahaya dan juga

dapat memberikan efek menenangkan(relaksasi). Tubuh dikatakan

dalam keadaan relaksasi adalah apabila otot-otot ditubuh kita dalam

keadaan tidak tegang (Buckle J, 2018).

Minyak Lavender terdapat kandungan linalil dan linalol yang

dihirup masuk ke hidung ditangkap oleh bulbus olfactory kemudian

melalui traktus olfaktorius yang bercabang menjadi dua, yaitu sisi


69

lateral dan medial. Pada sisi lateral, traktus ini bersinap pada neuron

ketiga di amigdala, girus semilunaris, dan girus ambiens yang

merupakan bagian dari limbik. Jalur sisi medial juga berakhir pada

sistem limbik. Limbik merupakan bagian dari otak yang berbentuk

seperti huruf C sebagai tempat pusat memori, suasana hati, dan

intelektualitas berada. Bagian dari limbik yaitu amigdala bertanggung

jawab atas respon emosi kita terhadap aroma. Hipocampus

bertanggung jawab atas memori dan pengenalan terhadap bau juga

tempat bahan kimia pada aromaterapi merangsang gudang-gudang

penyimpanan memori otak kita terhadap pengenalan bau-bauan.

Oleh karena itu, bau yang menyenangkan akan menciptakan

perasaan tenang dan senang sehingga dapat mengurangi

kecemasan. Selain itu, setelah ke limbik aromaterapi menstimulasi

pengeluaran enkefalin atau endorfin pada kelenjar hipothalamus,

PAG dan medula rostral ventromedial. Enkefalin merangsang daerah

di otak yang disebut raphe nucleus untuk mensekresi serotonin

sehingga menimbulkan efek rileks, tenang dan menurunkan

kecemasan. Serotonin juga bekerja sebagai neuromodulator untuk

menghambat informasi nosiseptif dalam medula spinalis.

Neuromodulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan cara

menempati reseptor di kornu dorsalis sehingga menghambat

pelepasan substansi P. Penghambatan substansi P akan membuat

impuls nyeri tidak dapat melalui neuron proyeksi, sehingga tidak

dapat diteruskan pada proses yang lebih tinggi di kortek

somatosensoris dan transisional (Karlina, dkk, 2015).


70

Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal

memiliki efek menenangkan. Penelitian yang dilakukan terhadap

manusia mengenai efek aromaterapi lavender untuk relaksasi,

kecemasan, mood, dan kewaspadaan pada aktivitas EEG (Electro

Enchepalo Gram) menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan,

perbaikan mood, dan terjadi peningkatan kekuatan gelombang alpha

dan beta pada EEG yang menunjukkan peningkatan relaksasi.

Didapatkan pula hasil yaitu terjadi peningkatan secara signifikan dari

kekuatan gelombang alpha di daerah frontal, yang menunjukkan

terjadinya peningkatan rasa kantuk. (Yamada, et al, 2015)

c. Manfaat Aromaterapi Lavender

Lavender secara tradisional diduga memiliki berbagai sifat

terapeutik dan kuratif, mulai dari mengurangi stress. Ada bukti yang

berkembang yang menunjukkan bahwa minyak lavender bisa menjadi

obat yang efektif dalam pengobatan beberapa gangguan neurologis.

Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal

memiliki efek sedatif, hypnotic, dan anti-neurodepresive pada

manusia. Karena minyak lavender dapat memberi rasa tenang,

sehingga dapat digunakan sebagai manajemen stres. Kandungan

utama dalam minyak lavender adalah linalool asetat yang mampu

mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan

otot-otot yang tegang (Yamada, et al, 2005). Selain itu, beberapa

tetes minyak lavender dapat membantu menanggulangi insomnia,

memperbaiki mood seseorang, menurunkan tingkat kecemasan,


71

meningkatkan tingkat kewaspadaan, dan tentunya dapat memberikan

efek relaksasi. (Dewi, 2013)

Lavender mempunyai efek menenangkan. Aroma lavender

dapat memberikan ketenangan, keseimbangan, rasa nyaman, rasa

keterbukaan dan keyakinan. Disamping itu, lavender juga dapat

mengurangi rasa tertekan, stres, rasa sakit, emosi yang tidak

seimbang, hysteria, rasa frustasi dan kepanikan. Sebuah studi

mengungkapkan bahwa keuntungan penggunaan aromaterapi secara

psikologi antara lain dapat menurunkan tingkat kecemasan. Secara

imunologi aromaterapi dapat meningkatkan limfosit pada pembuluh

darah perifer, meningkatkan CD 8 dan CD1 6 yang berperan dalam

imunitas Penggunaan aromaterapi mempunyai efek menenangkan

jiwa sehingga dapat mengurangi stress (Kuriyama et al., 2015).

2.2.2.7 Birth Ball/ Gym Ball

Defenisi Birth Ball adalah terapi fisik atau latihan sederhana

menggunakan bola. Kata birth ball dapat diartikan ketika latihan dengan

menggunakan bola diterapkan untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu

pasca melahirkan (Puspita, 2020)

Teknik birth ball merupakan salah satu cara yang dapat di

aplikasikan oleh ibu hamil untuk memperoleh ketenangan saat

menghadapi kehamilan dan persalinan (Megasari, 2015). Birth ball (bola

kelahiran) adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala I ke

posisi yang membantu kemajuan persalinan. Sebuah bola terapi fisik

dapat digunakan dalam berbagai posisi. Dengan duduk di bola dan

bergoyang-goyang membuat rasa nyaman dan membantu kemajuan


72

persalinan dengan menggunakan gravitasi, sambil meningkatkan

pelepasan endorphin karena elastisitas dan lengkungan bola merangsang

reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk mengsekresi

endorphin (Noviyanti, 2016).

1) Tujuan Terapi Birth Ball adalah:

1) Birthing Ball atau dikenal dengan bola persalinan telah digunakan

selama bertahun-tahun oleh terapis fisik dalam berbagai cara

untuk mengobati gangguan tulang dan saraf, serta untuk latihan.

Sedangkan untuk kehamilan dan proses persalinan, bola ini akan

merangsang reflex postural. Duduk diatas Birthing Ball akan

membuat ibu merasa lebih nyaman. B

2) Duduk diatas bola sambil mendorong seperti melakukan ayunan

atau membuat gerakan memutar panggul, dapat membantu

proses penurunan janin. Bola memberikan dukungan pada

perineum tanpa banyak tekanan dan membantu menjaga janin

sejajar di panggul. Posisi duduk diatas bola, diasumsikan mirip

dengan berjongkok membuka panggul, sehingga membantu

mempercepat proses persalinan. C

3) Gerakan lembut yang dilakukan diatas bola sangat mengurangi

rasa sakit saat kontraksi. Dengan bola ditempatkan di tempat tidur,

ibu bisa berdiri dan bersandar dengan nyaman diatas bola,

mendorong dan mengayunkan panggul untuk mobilisasi. Ibu juga

dapat berlutut dan membungkuk dengan berat badan tertumpu

diatas bola, bergerak mendorong panggul yang dapat membantu


73

bayi berubah ke posisi yang benar (belakang kepala), sehingga

memungkinkan kemajuan proses persalinan menjadi lebih cepat.

4) Goyang panggul menggunakan birth ball dapat memperkuat otot-

otot perut dan punggung bawah.

5) Mengurangi tekanan pada pembuluh darah di daerah sekitar

rahim, dan tekanan di kandung kemih.

6) Terapi birth ball ini akan membuat Ligamentum atau otot disekitar

panggul lebih relaks, meningkatkan proses pencernaan dan

mengurangi keluhan nyeri di daerah pinggang, inguinal, vagina

dan sekitarnya.

7) Membantu kontraksi rahim lebih efektif dalam membawa bayi

melalui panggul jika posisi ibu bersalin tegak dan bisa bersandar

ke depan.

8) Tekanan dari kepala bayi pada leher rahim tetap kostan ketika ibu

bersalin diposisi tegak, sehingga dilatasi (pembukaan) serviks

dapat terjadi lebih cepat.

9) Bidang luas panggul lebih lebar sehingga memudahkan kepala

bayi turun ke dasar panggul (Aprilia, 2020)

2) Indikasi Terapi Birth Ball :

1) Ibu inpartu yang merasakan nyeri

2) Pembukaan yang lama lebih dari 2 jam di setiap pembukaan

3) Penurunan kepala bayi yang lama

3) Kontraindikasi :

1) Janin malpresentasi

2) Perdarahan antepartum
74

3) Ibu hamil dengan hipertensi

Penurunan kesadaran American collage of Obstetrician and

gynecologist memiliki rekomendasi berikut tentang olah raga dan

kehamilan untuk menghentikan latihan atau olah raga ini apabila

berada dalam situasi berikut :

1) Faktor resiko untuk persalinan prematur

2) Perdarahan pervaginam

3) Ketuban pecah dini

4) Serviks incopetent

5) Janin tumbuh lambat

4) Persiapan

1) Alat dan bahan

2) Bola Ukuran bola disesuaikan dengan tinggi badan ibu hamil. Ibu

hamil dengan tinggi badan

5) Teknik Dan Cara Melakukan Birth Ball

Duduk diatas bola

1) Duduklah diatas bola seperti duduk diatas kursi dengan kaki sedikit

membuka agar keseimbangan badan diatas bola terjaga

2) Dengan tangan dipinggang atau di lutut, gerakkan pinggul ke samping

kanan dan ke samping kiri mengikuti aliran gelinding bola. Lakukan

secara berulang minimal 2x8 hitungan

3) Tetap dengan tangan di pinggang, lakukan gerakan pinggul ke depan

dan ke belakang mengikuti aliran menggelinding bola. Lakukan secara

berulang minimal 2x8 hitungan


75

4) Dengan tetap duduk diatas bola, lakukan gerakan memutar pinggul

searah jarum jam dan sebaliknya seperti membentuk lingkaran

5) Kemudian lakukan gerakan pinggul seperti spiral maju dan mundur

Gambar 2.5 Teknik Gymball

6) Berdiri bersandar di atas bola

a) Letakkan bola di atas kursi

b) Berdiri dengan kaki sedikit dibuka dan bersandar ke depan pada

bola seperti merangkul bola

c) Lakukan gerakan ini selama 5 menit

Gambar 2.6 Teknik Gymball berdiri bersandar di atas bola

7) Berlutut dan bersandar di atas bola

a) Letakkan bola di lantai


76

b) Dengan menggunakan bantal/ pengalas yang empuk lakukan

posisi berlutut

c) Kemudian posisikan badan bersandar kedepan diatas bola seperti

merangkul bola

d) Dengan tetap pada posisi merangkul bola, gerakkan badan ke

samping kanan dan kiri mengikuti aliran menggelinding bola

e) Dengan tetap merangkul bola, minta pendamping untuk memijat

atau melakukan tekanan halus pada punggung bawah. Lakukan

tindakan ini selama 5 menit

Gambar 2.7 Teknik Gymball berlutut dan bersandar di atas bola

8) Jongkok bersandar pada bola

a) Letakkan bola menempel pada tembok atau papan sandaran

b) Ibu duduk di lantai dengan posisi jongkok dan membelakangi atau

menyandar pada bola

c) Sisipkan latihan tarikan nafas pada posisi ini 4. Lakukan selama 5-

10 menit
77

Gambar 2.12 Teknik Gymball bersandar pada bola

2.2.3 Nifas

2.2.3.1 Definisi Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. masa nifas berlangsung kirakira 6 minggu, akan tetapi, seluruh

alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam

waktu 3 bulan (Wahyuningsih, 2018).

2.2.3.2 Kunjungan Masa Nifas

Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan

untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir untuk mencegah, mendeteksi

serta menangani masalah-masalah yang terjadı (Kemenkes RI, 2023).

Berikut adalah jadwal pelaksanaan Kunjungan Nifas (KF)

Tabel 2.7 Jadwal Pelaksanaan Kunjungan Kunjungan Nifas (KF)

No Kunjungan Nifas (KF)


1 KF 1 (6 jam-48 jam)
2 KF 2 (3 hari-7 hari)
3 KF 3 (8 hari-28 hari)
4 KF 4 (29 hari – 42 hari)
Sumber : (Buku KIA, 2023)
78

Tabel 2.8 Jandwal Kunjungan Nifas

Kunjunga Waktu Tujuan


n
a. Memastikan involusi uterus
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
atau perdarahan
6 jam-48 c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
KF 1
jam cairan, dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda infeksi
e. Bagaimana Perawatan bayi sehari-hari
a. Bagaimana presepsi ibu tentang persalinan
dan kelahiran bayi
3 hari-7 b. Melihat kondisi payudara ibu
KF 2
hari c. Menanyakan pada ibu ketidaknyamanan
yang dirasakan
d. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup
a. Memberikan konseling pada ibu bahwa ibu
sudah bisa melakukan hubungan seksual
b. Memberikan konseling KB
c. Menganjurkan pada ibu latihan
8 hari-28 pengencangan otot perut
KF 3
hari d. Mengevaluasi fungsi pencernaan, konstipasi
dan penanganannya
e. Hubungan bidan,dokter, dan RS dengan
masalah yang ada
f. Menanyakan pada ibu apakah sudah haid.
a. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami
KF 4 29-42 hari ibu selama masa nifas.
b. Memberikan konseling KB secara dini.
Sumber : (Kemenkes RI, 2020)

2.2.3.3 Perubahan Masa Nifas

a. Involusi

Involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran, tonus dan

posisi sebelum hamil. Struktur uterus sebagian besar tersusun atas

otot, pembuluh darah, dan jaringan ikat, serta letaknya dalam

keadaan tidak hamil berada cukup dalam di panggul. Struktur ini

memungkinkan terjadinya pembesaran substansial pada kehamilan

saat uterus dapat dipalpasi secara abdominal seiring dengan


79

berkembangnya janin. Mekanisme involusi uterus secara ringkas

adalah sebagai berikut.

1) Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi dan

retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran

plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan

menyebabkan serat otot atrofi.

2) Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian hormon

estrogen saat pelepasan plasenta.

3) Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang

terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan

jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali

panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil

yang terjadi selama kehamilan. Proses autolisis ini terjadi karena

penurunan hormon estrogen dan progesteron.

4) Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi

otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini

membantu untuk mengurangi suplai darah pada tempat

implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang

berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan

antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari

kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga

dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan

tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan


80

pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta penglupasan

situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dalam pengurangan dalam

ukuran dan berat serta warna dan banyaknya lokia. Banyaknya lokia

dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian

uterotonika pada saat manajemen aktif kala 3 proses persalinan.

Involusi tersebut dapat dipercepat proses bila ibu menyusui bayinya.

Desidua tertinggal di dalam uterus. Pemisahan dan pengeluaran

plasenta dan membran terdiri atas lapisan zona spongiosa, basalis

desidua dan desidua parietalis. Desidua yang tertinggal ini akan

berubah menjadi dua lapis sebagai akibat invasi leukosit. Suatu

lapisan yang lambat laun akan manual neorco, suatu lapisan

superfisial yang akan dibuang sebagai bagian dari lokia yang akan di

keluarkan melalui lapisan dalam yang sehat dan fungsional yang

berada di sebelah miometrium. Lapisan yang terakhir ini terdiri atas

sisa-sisa kelenjar endometrium basilar di dalam lapisan zona basalis.

Pembentukan kembali sepenuhnya endometrium pada situs

plasenta akan memakan waktu kira-kira 6 minggu. Dalam dua atau

tiga hari postpartum, desidua yang tersisa berdiferensiasi menjadi

dua lapisan. Lapisan superfisial menjadi nekrotik dan meluruh masuk

ke dalam lokia. Lapisan basal yang berdekatan dengan miometrium

tetap utuh dan merupakan sumber endometrium baru. Endometrium

tumbuh dari proliferasi sisa kelenjar endometrium dan stroma

jaringan ikat interglanduler. Regenerasi endometrium berlangsung

cepat, kecuali pada tempat perlekatan plasenta, permukaannya

ditutupi oleh epithelium. Endometrium kembali sempurna pada


81

semua spesimen biopsi, pada hari ke-16 postpartum.

Penyebarluasan epitelium akan memanjang ke dalam, dari sisi situs

menuju lapisan uterus di sekelilingnya, kemudian ke bawah situs

plasenta, selanjutnya menuju sisa kelenjar endometriummasilar di

dalam desidua basalis. Penumbuhan endometrium ini pada

hakikatnya akan merusak pembuluh darah trombosa pada situs

tersebut yang menyebabkannya mengendap dan dibuang bersama

dangan cairan lokianya.

Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada

masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat

uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi.

Satu minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500

gram, pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang

lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang.

Tabel 2.9 Involusi uterus

Involusi Uteri Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter


Uteri Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12.5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat 500 gram 7.5 cm
dan simpisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2.5 cm
Sumber: (Wahyuningsih, 2018)

b. Lochea

Lochea berasal dari bahasa Latin, yang digunakan untuk

menggambarkan perdarahan pervaginam setelah persalinan.

Menjelang akhir minggu kedua, pengeluaran darah menjadi berwarna


82

putih kekuningan yang terdiri dari mukus serviks, leukosit dan

organisme. Proses ini dapat berlangsung selama tiga minggu, dan

hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat variasi luas dalam

jumlah darah, warna, dan durasi kehilangan darah/cairan pervaginam

dalam 6 minggu pertama postpartum.

Lochea dibedakan berdasarkan warna dan waktu keluarnya,

yaitu:

3) Lochia rubra atau merah. Keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4

masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena

terisii darah yang segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding

rahim, lemak bayi, lanugo(rambut bayi), dan meconium. Jika

lochia tidak berubah, hal ini menunjukan adanya tanda-tanda

perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh

tertinggalnya sisa atau selaput plasenta.

4) Lochia sanguinolenta. Berwarna merah kecoklatan dan juga

berlendir. Lochia ini berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7

postpartum.

5) Lochia serosa. Berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Lochia ini

keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14

6) Lochia alba atau putih. Mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati.

Locia alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum

(Astuti et al., 2015).

c. Perineum, Vulva dan Vagina


83

Meskipun perineum tetap utuh pada saat melahirkan, ibu tetap

mengalami memar pada jaringan vagina dan perineum selama

beberapa hari pertama postpartum. Luka perineum secara bertahap

akan berkurang nyerinya dan penyembuhan trauma perineum

biasanya terjadi dalam 7-10 hari postpartum. Vulva dan vagina

mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar

selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu postpartum, vulva dan vagina

kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae pada vagina secara

berangsur- angsur akan muncul kembali Himen tampak sebagai

carunculae mirtyformis, yang khas pada ibu multipara. Ukuran

vagina agak sedikit lebih besar dari sebelum persalinan. Perubahan

pada perineum postpartum terjadi pada saat perineum mengalami

robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun

dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian,

latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan

dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat

dilakukan pada masa nifas dengan latihan atau senam nifas

(Wahyuningsih, 2018)

d. Sistem Kardiovaskular

Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor,

misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta

pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan

darah merupakan akibat dari penurunan volume darah total yang


84

cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan

tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat.

Pada kehamilan terjadi peningkatan sirkulasi volume darah yang

mencapai 50%. Perubahan volume darah tergantung pada

beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan

mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravasekuler. Mentolerasi

kehilangan darah pada saat melahirkan perdarahan pervaginam

normalnya 400-500 cc. Sedangkan melalui seksio caesaria kurang

lebih 700-1000 cc. Bradikardia (dianggap normal), jika terjadi

takikardia dapat merefleksikan adanya kesulitan atau persalinan

lama dan darah yang keluar lebih dari normal atau perubahan

setelah melahirkan (Saleha, 2009). Pada minggu ketiga dan

keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun

mencapai volume darah sebelum hamil.

Perubahan fisiologis pascapartum yang terjadi pada wanita

antara lain:

1) Hilangnya sirkulasi uteroplasental yang mengurangi ukuran

pembuluh darah maternal 10-15%.

2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan

stimulus vasodilatasi.

3) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama

wanita hamil (Nuryani et al., 2018)

2.3.3.4 Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda-tanda bahaya postpartum adalah suatu tanda yang

abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang


85

dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak

terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Tanda-tanda bahaya

postpartum, adalah sebagai berikut:

a. Perdarahan

1) Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage)

adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam

setelah anak lahir, atau perdarahan dengan volume

seberapapun tetapi terjadi perubahan keadaan umum ibu dan

tanda-tanda vital sudah menunjukkan analisa adanya

perdarahan. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio

placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak

dalam 2 jam pertama.

2) Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum

Hemorrhage) adalah perdarahan dengan konsep pengertian

yang sama seperti perdarahan postpartum primer namun terjadi

setelah 24 jam postpartum hingga masa nifas selesai.

Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam,

biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.

Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta

(Wahyuningsih, 2018).

b. Infeksi pada Masa Postpartum

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah

persalinan, Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas ibu. Infeksi alat genital merupakan

komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinari,


86

payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab

terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan

panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus

lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya

disuria (Wahyuningsih, 2018)

c. Lochea Berbau

Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina

dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari

pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir

(cairan ini berasal dari bekas melekatnya atau implantasi placenta).

Lochea dibagi dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.

1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,

dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.

2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah

dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.

3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,

pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

6) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya. Apabila

pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di

atas kemungkinan dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai

berikut.
87

(a) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena

kontraksi uterus yang kurang baik.

(b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea

rubra lebih banyak karena kontraksi uterus dengan cepat

(c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik

sehingga lebih lama mengeluarkan lochea dan lochea

berbau anyir atau amis.

(d) Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri

perut bagian bawah kemungkinan analisa diagnosisnya

adalah metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah

persalinan yang merupakan salah satu penyebab

terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau

kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis,

syok septik (Wahyuningsih, 2018)

d. Sub Involusi Uterus

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim

dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi

40-60 mg pada 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik

atau terganggu di sebut sub involusi. Faktor penyebab sub involusi,

antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma

uteri. Pada keadaan sub involusi, pemeriksaan bimanual di temukan

uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus masih

tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula

perdarahan. Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi

Methergin setiap hari di tambah dengan Ergometrin peroral. Bila


88

ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan Antibiotika sebagai

pelindung infeksi. Bidan mempunyai peran untuk mendeteksi

keadaan ini dan mengambil keputusan untuk merujuk pada fasilitas

kesehatan rujukan (Wahyuningsih, 2018).

e. Nyeri Pada Perut dan Pelvis

Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan tanda

dan gejala komplikasi nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah

peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan

kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi. Gejala klinis

peritonitis dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis Tanda dan

gejalanya adalah demam, nyeri perut bagian bawah tetapi

keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum

dauglas menonjol karena ada abses.

2) Peritonitis umum Tanda dan gejalanya adalah suhu meningkat

nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka cekung,

kulit dingin, anorexia, kadang-kadang muntah.

f. Pusing, Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik dan Penglihatan Kabur

Pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas. Pusing

bisa disebabkan oleh tekanan darah tinggi (Sistol ≥140 mmHg dan

distolnya ≥90 mmHg). Pusing yang berlebihan juga perlu

diwaspadai adanya keadaan preeklampsi/eklampsi postpartum,

atau keadaan hipertensi esensial. Pusing dan lemas yang

berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar

haemoglobin <10 gr%. Lemas yang berlebihan juga merupakan


89

tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas dapat disebabkan oleh

kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu

kelihatan pucat, tekanan darah rendah. Upaya penatalaksanaan

pada keadaan ini dengan cara sebagai berikut:

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

4) Minum suplemen zat besi untuk menambah zat besi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin.

5) Minum suplemen kapsul vitamin A (200.000 IU), untuk

meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah infeksi, membantu

pemulihan keadaan ibu serta mentransmisi vitamin A kepada

bayinya melalui proses menyusui.

6) Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan. Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI

dan memperlambat proses involusi uterus.

g. Suhu Tubuh Ibu >38 ֯ C

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu

sedikit meningkat antara 37,2 ֯ C-37,8 ֯ C oleh karena reabsorbsi

proses perlukaan dalam uterus, proses autolisis, proses iskemic

serta mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal

ini adalah peristiwa fisiologis apabila tidak diserta tanda-tanda

infeksi yang lain. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 38 ֯ C

berturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas


90

adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat

genetalia dalam masa nifas. Penanganan umum bila terjadi demam

adalah sebagai berikut.

1) Istirahat baring

2) Rehidrasi peroral atau infus

3) Kompres hangat untuk menurunkan suhu d

4) Jika ada syok, segera berikan pertolongan kegawatdaruratan

maternal, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus waspada

untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk

dengan keadaan ibu cepat

h. Payudara Merah, Panas dan terasa Sakit

Keadaan ini dapat disebabkan oleh payudara yang tidak

disusu secara adekuat, puting susu yang lecet, BH yang terlalu

ketat, ibu dengan diet yang kurang baik, kurang istirahat, serta

anemia. Keadaan ini juga dapat merupakan tanda dan gejala

adanya komplikasi dan penyulit pada proses laktasi, misalnya

pembengkakan payudara, bendungan ASI, mastitis dan abses

payudara.

i. Kehilangan Nafsu Makan

Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat

mempengaruhi nafsu makan,sehingga terkadang ibu tidak ingin

makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin

berikan ibu minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula

untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan

yang sifatnya ringan, karena alat pencernaan perlu proses guna


91

memulihkan keadaanya kembali pada masa postpartum.

j. Rasa Sakit, Merah, Lunak dan Pembengkakan si Wajah maupun

Ekstremitas

Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara

pada vena-vena di pelvis maupun tungkai yang mengalami dilatasi.

Keadaan ini secara klinis dapat menyebabkan peradangan pada

vena-vena pelvis maupun tungkai yang disebut tromboplebitis

pelvica (pada panggul) dan tromboplebitis femoralis (pada tungkai).

Pembengkakan ini juga dapat terjadi karena keadaan udema yang

merupakan tanda klinis adanya preeklampsi/eklampsi.

k. Demam, muntah, dan Rasa Sakit Waktu Berkemih

Pada masa nifas awal sensitifitas kandung kemih terhadap

tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma

persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi

peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa

tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi,

hematom dinding vagina (Wahyuningsih, 2018).

2.2.4 Bayi Baru Lahir

2.2.4.1 Pengertian Bayi baru lahir (BBL)

Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuain fisiologi

berupa maturasi, adaptasi (menyusuaikan diri dari kehidupan intrauteri

ke kehidupan ekstraurine) dan tolerasi BBL untuk dapat hidup dengan

baik (Herman, 2020).


92

2.2.4.2 Kunjungan Bayi Baru Lahir

Tabel 2.9 Jadwal Pelaksanaan Kunjungan Kunjungan Neonatus (KN)

No Kunjungan Neonatus (KN)

1 KN 1 (6 jam-48 jam)
2 KN 2 (3 hari-7 hari)
3 KN 3 (8 hari-28 hari)
Sumber : (Buku KIA, 2020)

Tabel 2.10 Kunjungan Ulang Bayi Baru Lahir


Kunjungan Asuhan y ang Diberikan
KN 1 ( 6 – 48 JAM ) a. Menjaga bayi tetap hangat
b. Insiasi menyusu dini
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
d. Pemberian suntikan vitamin K
e. Pemberian salep mata
f. Pemberian imunisasi hepatitis B0
g. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
h. Pemberian tanda identitas diri,
i. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu
KN 2 ( 3 – 7 HARI ) a. Menjaga bayi tetap hangat
b. Perawatan tali pusat
c. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
d. Perawatan dengan metode kanguru pada
Bayi berat lahir rendah
e. Pemeriksaan status imunisasi
f. Penanganan Bayi baru Lahir sakit dan
kelainan bawaan
g. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu
KN 3 (8 – 28 HARI) a. Menjaga bayi tetap hangat
b. Perawatan tali pusat
c. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
d. Perawatan dengan metode kanguru pada
Bayi berat lahir rendah
e. Pemeriksaan status imunisasi
f. Penanganan Bayi baru Lahir sakit dan
kelainan bawaan
g. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu
93

Sumber : (Buku KIA, 2020)

2.2.4.3 Fisiologi Bayi Lahir

a. Sistem Pernapasan

Masa yang paling kritis neonatus adalah ketika harus

mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan janin atau bayi

pertama. Pada saat persalinan kepala bayi menyebabkan badan

khususnya toraks berada di jalan lahir sehingga terjadi kompresi dan

cairan yang terdapat dalam percabangan trakheobronkial keluar

sebanyak 10-28 cc. Setelah torak lahir terjadi mekanisme balik yang

menyebabkan terjadinya beberapa hal sebagai berikut yaitu:

1) Inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir

2) Perluasan permukaan paru yang mengakibatkan perubahan

penting: Pembuluh darah kapiler paru makin terbuka untuk

persiapan pertukaran oksigen dan karbondioksida, surfaktan

menyebar sehingga memudahkan untuk menggelembungnya

alveoli, resistensi pembuluh darah paru makin menurun sehingga

dapat meningkatkan aliran darah menuju paru, pelebaran toraks

secara pasif yang cukup tinggi untuk menggelembungkan seluruh

alveoli yang memerlukan tekanan sekitar 25 mm air.

3) Saat toraks bebas dan terjadi inspirasi pasif selanjutnya terjadi

dengan ekspirasi yang berlangsung lebih panjang untuk

meningkatkan pengeluaran lender

Diketahui pula bahwa intrauteri, alveoli terbuka dan diisi oleh

cairan yang akan dikeluarkan saat toraks masuk jalan lahir.

Sekalipun ekspirasi lebih panjang dari inspirasi, tidak seluruh cairan


94

dapat keluar dari dalam paru. Cairan lendir dikeluarka dengan

mekanisme berikut yaitu perasan dinding toraks, sekresi menurun,

dan resorbsi oleh jaringan paru melalui pembuluh limfe (Lusiana et

al., 2019)

b. Sistem Kardiovaskular

Terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan bayi

karena paru mulai berkurang dan sirkulasi tali pusat putus.

Perubahan ini menyebabkan berbagai bentuk perubahan

hemodinamik yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Darah vena umbilikalis mempunyai tekanan 30-35 mmHg

dengan saturasi oksigen sebesar 80-90% karena hemoglobin

janin mempunayi afinitas yang tinggi terhadap oksigen.

2) Darah dari vena cava inferior yang kaya oksigen dan nutrisi

langsung masuk oramen ovale dari atrium kanan menuju atrium

kiri. Atrium kanan menerima aliran darah yang berasal dari

vena pulmonalis.

3) Aliran darah dari vena cava superior yang berasal dari sirkulasi

darah ekstremitas bagian atas, otak, dan jantung, akan

langsung masuk atrium kanan dan selanjutnya langsung

menuju ventrikel kanan.

4) Curah jantung janin pada saat mendekati aterm adalah sekitar

450 cc/kg/menit dari kedua ventrikel jantung janin.

5) Aliran dari ventrikel kiri dengan tekanan 25-28 mmHg dengan

saturasi 60% sksn menuju ke arteri koroner jantung,

eketremitas bagian atas, dan 10% menuju aorta desenden.


95

6) Aliran dari ventrikel kanan, dengan tekanan oksigen 20-23

mmHg dengan saturasi 55% akan menujuk ke aorta desenden

yang selanjutnya menuju ke sirkulasi abdomen dan ekstremitas

bagian bawah.

Pada saat lahir terjadi pengembangan alveoli paru sehingga

tahanan pembuluh darah paru semakin menurun karena:

1) Endothelium relaxing factor menyebabkan relaksasi pembuluh

darah dan menurunkan tahanan pembuluh darah paru.

2) Pembuluh darah paru melebar sehingga tahanan pembuluh

darah makin menurun. Dampak hemodinamik dari

berkembangnya paru bayi adalah aliran darah menuju paru dari

ventrikel kanan bertambah sehingga tekanan darah pada

atrium kanan menurun karena tersedot oleh ventrikel kanan

yang akhirnya mengakibatkan tekanan darah pada atrium kiri

meningkat dan menutup foramen ovale, shunt aliran darah

atrium kanan kekiri masih dapat dijumpai selama 12 jam dan

total menghilang pada hari ke 7-12 (Lusiana et al., 2019).

c. Sistem Ginjal

Ginjal bayi belum matur sehingga menyebabkan laju filtrasi

glomerulus rendah dan kemampuan reabsorbsi tubular terbatas. Urin

pertama keluar dalam 24 jam pertama dan dengan frekuensi yang

semakin sering sesuai intake.

d. Sistem Pencernaan

Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna, mukosa

mulut lembab dan pink. Lapisan keratin berwarna pink, kapasitas


96

lambung sekitar 15-30 ml, feses pertama berwarna hijau kehitaman

(Lusiana et al., 2019).

e. Pengaturan Suhu

Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:

1) Konveksi: pendinginan melaui aliran udara di sekitar bayi. Suhu

udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan

sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela

yang terbka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh

dari area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk

meminimalkan konveksi ke udara sekitar bayi.

2) Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit

bayi yang basah. Bayi baru lahiryang dalam keadaan basah

kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu, bayi

harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut,

sesegera mungkin setelah dilahirkan.

3) Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak

secara langsung dengan kulit bayi. Panas dapat hilang secara

radiasi ke benda padat yang terdekat, misalnya jendela pada

musim dingin. Karena itu , bayi harus diselimuti, termasuk

kpalanya, idealnya dengan handuk hangat.

4) Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontak dengan

kulit bayi (Lusiana et al., 2019).

2.2.4.4 Refleks Bayi Baru Lahir

a. Reflek Moro

Bayi akan mengembangkan tangan lebar dan melebarkan jari,


97

lalu membalikkan dengan tangan yang cepat seakan-akan memeluk

seseorang. Diperoleh dengan memukul permukaan yang rata dimana

dekat bayi dibaringkan dengan posisi telentang.

b. Reflek rooting

Timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan

memutar kepala seakan mencari putting susu. Refleks ini menghilang

pada usia 7 bulan.

c. Reflek sucking

Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk mengisap

putting susu dan menelan ASI.

d. Reflek batuk dan bersin untuk melindungi bayi dan obsmuksi

pernafasan.

e. Reflek graps

Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu

bayi akan menutup telapak tangannya atau ketika telapak kaki

digores dekat ujung jari kaki, jari kaki menekuk.

f. Reflek walking dan stapping

Reflek ini timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan

spontan kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum

bisa berjalan. Menghilang pada usia 4 bulan.

g. Reflek tonic neck

Reflek ini timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh

kekanan atau kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini bisa diamati

saat bayi berusia 3-4 bulan.

h. Reflek Babinsky
98

Muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan

bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka, menghilang pada

usia 1 tahun.

i. Reflek Galant

Ketika bayi tengkurap, gerakan bayi pada punggung

menyebabkan pelvis membengkok ke samping. Berkurang pada

usia 2-3 bulan (Lusiana et al., 2019).

2.2.4.5 Perawatan Bayi Baru Lahir

a. Melakukan penilaian

1) Apakah bayi cukup bulan/tidak

2) Apakah air ketuban bercampur mekonium/tidak

3) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan

4) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas Jika bayi tidak

bernapas atau bernapas megap-megap atau lemah maka segera

lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir

b. Pencegahan Kehilangan Panas

1) Keringkan bayi dengan seksama Mengeringkan dengan cara

menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangantaktil untuk

membantu bayi memulai pernapasannya

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat Ganti

handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan

selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)

3) Selimuti bagian kepala bayi Bagian kepala bayi memiliki luas

permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat

kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup


99

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Pelukan ibu

pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan

mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus

dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran

5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas

tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu

selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat

badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat

berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut.

Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir

(Lusiana et al., 2019).

c. Membebaskan Jalan Nafas

Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis

spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis,

penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai

berikut:

1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat.

2) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga

leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala

diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan

jari tangan yang dibungkus kassa steril.

4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
100

bayi dengan kain kering dan kasar. · Alat penghisap lendir mulut

(De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen

dengan selangnya harus sudah ditempat · Segera lakukan usaha

menghisap mulut dan hidung · Memantau dan mencatat usaha

bernapas yang pertama (Apgar Score) · Warna kulit, adanya

cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus

diperhatikan (Lusiana et al., 2019).

d. Merawat Tali Pusat

1) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat

atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.

2) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke

dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan

sekresi tubuh lainnya.

3) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.

4) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk

atau kain bersih dan kering.

5) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan

menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik

tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril).

6) Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali

pusat tertentu. · Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan

benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan

kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang

berlawanan.

7) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan


101

klonin 0,5% · Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering,

pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik.

e. Pencegahan infeksi

1) Memberikan vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan

karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau

cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3

hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan

dosis 0,5–1 mg IM.

2) Memberikan obat tetes atau salep mata Untuk pencegahan

penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu

diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu

pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %,

sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi

lahir. Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini

dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali

pusat. Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau

neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera

setelah lahir.

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk

melakukan tindakanpencegahan infeksi berikut ini:

1) Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan

kontak dengan bayi.

2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan

3) Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan


102

benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika

menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.

4) Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang

digunakan.

5) Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer,

stetoskop dan benda- benda lainnya yang akan bersentuhan

dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci

setiap setelah digunakan) (Lusiana et al., 2019).

2.2.4.6 Imunisasi Pada Bayi

a. Definisi imunisasi

Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem

pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan

virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme

tersebut memiliki kesempatan unuk menyerang tubuh kita. Dengan

imunisasi, tubuh kita akan terlindung dari infeksi begitu pula orang lain

karena tidak tertular dari kita (Setiyani et al., 2016).

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi

dan anak dengan emasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh

membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (IDAI,

2020).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga

bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau

hanya mengalami sakit ringan (IBI, 2021)

b. Jenis-janis imunisasi:
103

1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmatte Guerin)

Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit TBC yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis. Vaksin BCG dapat diberikan pada usia

3 bulan, optimal 2 bulan, dapat juga pada usia 0-12 bulan, dosis

yang diberikan yaitu 0,5 ml. Apabila diberikan pasa usia >3 bulan,

maka lakukan uji tuberculin dahulu. Vaksin ini disimpan pasa suhu

2-8ºC, efek proteksnya timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan dan

vaksin yang sudah dilarutkan tidak bisa digunakan setelah 3 jam.

Vaksin ini dikatakan berhasil jika timbul benjolan seperti bisul

(Heryani, 2019).

2) Imunisasi hepatitis B

Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

Hepatitis B (penyakit peradangan hati) salah satunya karena virus

hepatitis B. Dosis yang diberikan yaitu 0,5 mI, imunisasi ini

dilakukan secara IM (intra musvular) segera setelah bayi lahir dan

kurang dari 12 jam setelah bayi lahir. Apabila diberikan HB

kombinasi dengan DTP, maka jadwal pemberiannya pada usia 2, 3,

dan 4 bulan (Heryani, 2019).

3) Imunisasi polio

Imunisasi polio diberikan untuk memberi kekebalan terhadap

penyakit poliomielitis yang disebabkan virus polio yang menyerang

sususan saraf pusat. Jenis vaksin polio:

a) Oral Polio Vaccine (OPV)


104

Imunisasi ini diberika 4 kali, yaitu Polio 1 pada usia 0-1

bulan, Polio 2 usia 2 bulan, polio 3 usia 3 bulan, Polio 4 usia 4

bulan. Pemberian diberikan secara oral sebanyak 2 tetes (0,1

ml). Penyimpanan dilakukan pada suhu 2-8ºC (Heryani Reni.

2019). ASI dapat diberikan sebelum atau segera setelah bayi

mendapatkan imunisasi. Jika bayi muntah <10 menit maka

imunisasi diulang, jika >10 menit tidak diulang, jika muntah

berulang maka imunisasi diulang besoknya (Kemenkes RI,

2015).

b) Inactivated Polio Vaccine (IPV)

Imunisasi ini dilakukan ketika bayi usia 4 bulan dibarengi

dengan imunisasi DPT-HB-HIB 3 dan Polio oral 4. Biasanya

imunisasi ini dilakukan 1 minggu kemudian satelah imunisasi

DPT-HB-HIV 3 (Heryani Reni. 2019).

4) Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi ini diberikan untuk mencegah bayi dari penyakit

difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin ini diberikan pada bayi usia 2, 3,

dan 4 bulan. Vaksin ini diberikan pada otot lengan atau paha secara

(IM) dengan dosis 0,5 cc. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8ºC

(Heryani reni, 2019).

5) Imunisasi campak

Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus

campak. Vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan dengan dosis

0,5 ml, jika pada usia 12 bulan belum mendapatkan campak maka
105

harus diimunisasi MMR(Measles Munp Rubella). Namun bayi yang

memiliki alergi pada telur harus mengkonsultasikan terlebih dahulu

kepada dokter (Heryani reni, 2019).

2.2.5 Keluarga Berencana

2.2.5.1 Konsep Keluarga Berencana

KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat

perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. KB

merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran

yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB

adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah

dan jarak anak serta waktu kelahiran.

Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan

anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera

melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan

penduduk Indonesia. Di samping itu KB diharapkan dapat menghasilkan

penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan

meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program KB,

meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan

untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan

kontrasepsi secara berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung yang

terdiri dari pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan

tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan


106

terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga

sejahtera (Matahari et al., 2018)

2.2.5.2 Kontrasepsi

a. Pengertian Kontrasepsi

Menurut Rusmini dkk (2017), kontrasepsi adalah menghindari

atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

Kontrasepsi berawal dari kata kontra, berarti “mencegah” atau

“melawan” dan konsepsi yang berarti pertemuan sel telur yang

matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi

adalah menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur

matang dan sel sperma (BKKBN, 2013).

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel

sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang

telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat bebrapa metode yang

digunakan dalam kontrasepsi. Efektivitas metode kontrasepsi yang

digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi

(Mulyani & Rinawati, 2013).

Syarat kontrasepsi Menurut Handayani (2010), syarat

kontrasepsi adalah :

1) Aman pemakaiannya dan dipercaya.

2) Tidak ada efek samping yang merugikan.

3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.

4) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.

5) Tidak memerlukan bantuan medis atau control yang ketat selama


107

pemakaian.

6) Cara penggunaan sederhana atau tidak rumit.

7) Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.

8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

b. Efektifitas kontrasepsi

Efektifitas kontrasepsi yang digunakan bergantung pada

kesesuaian pengguna dengan intruksi. Perbedaan keberhasilan juga

tergantung pada tipikal penggunaan (yang terkadang tidak konsisten)

dan penggunaan sempurna yang mengikuti semua intruksi dengan

benar dan tepat (Nugraha dan Utama, 2014).

c. Macam-Macam Kontrasepsi

1) Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu

metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode

kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara

lain: Metode Amenorhea Laktasi (MAL), Coitus Interaptus,

metode kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode Suhu

Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu

basal dan lendiri serviks. Sedangkan metode kontrasepsi

sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks,

dan spermisida.

2) Metode Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi

menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesterondan

estrogen sintetik) dan hormon (hanya berisi progesteron saja).


108

Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan

suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi

progesteron terdapat pada pil, suntik, dan implant.

3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR)

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagai menjadi

2 yaitu AKDR yang mengandung hormon (sintetik dan

progesterone) dan yang tidak mengandung hormon.

4) Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu

Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP).

MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini

adalah memotong atau mengikat saluran tuba falopii sehingga

mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan

MOP sering dikenal dengan Vasektomi yaitu memotong atau

mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak

diejakulasikan.

5) Metode Kontrasepsi Darurat

Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat

yaitu ada dua macam yaitu pil dan AKDR (Handayani, 2010).

c. Pemilihan Kontrasepsi yang Rasional

Pola pemilihan cara KB yang rasional ini, disusun sesuai

dengan pola perencanaan keluarga, ciri-ciri dari masing-masing cara

KB serta mengacu pada pola kehidupan reproduksi wanita / istri, yang

dibagi atas 3 (tiga) periode yaitu:


109

1) Fase Menunda Kehamilan

Yaitu bagi wanita yang berusia di bawah 20 tahun. Bila

belum kawin untuk menunda perkawinannya serta bila telah kawin

untuk jangan hamil sebelum berusia 20 tahun.

2) Fase Menjarangkan Anak

Yaitu bagi istri yang berusia antara 20 - 35 tahun untuk

mengatur kehamilannya dengan jarak kelahiran antara anak

pertama dan kedua adalah 3 sampai 4 tahun dengan jumlah anak

ideal dua orang saja.

3) Fase Mengakhiri Kesuburan

Yaitu bagi istri yang telah berusia di atas 35 tahun atau

sudah mempunyai dua anak atau lebih untuk tidak melahirkan

(tidak hamil) lagi.Biasanya fase mengakhiri kehamilan dimulai

pada PUS umur 35 tahun ke atas (Kusumaredi, 2016).

d. Kegagalan Alat Kontrasepsi

Hingga saat ini tidak ada metode kontrasepsi yang terbukti

100% efektif. WHO memperkirakan 8-30 juta kehamilan setiap

tahunnya merupakan hasil dari kegagalan kontrasepsi yang tidak

konsisten atau tidak benar dalam penggunaan metode kontrasepsi

atau justru karena kegagalan metode itu sendiri.Berikut ini beberapa

alasan mengenai kegagalan kontrasepsi yang sering terjadi:

1) Tidak mengikuti petunjuk penggunaan kontrasepsi secara

benar

2) Penggunaan kontrasespsi yang tidak konsisten


110

3) Kondom bocor saat berhubungan seks

4) Menggunakan antibiotik atau obat-obatan lain atau jamu

bersamaan dengan pil kontrasepsi.

5) Mempercayai bahwa pada periode ketidaksuburan tidak bisa

hamil atau tidak merasa berisiko karena hanya hubungan seks

satu kali tanpa mengggunakan jenis kontrasepsi apapun.

(Diasanti & Sutiawan, 2014)

2.2 Standar Asuhan Kebidanan dan Kewenangan Bidan

Wewenang Bidan Sesuai Permenkes 320 Tahun 2020 Bidan dalam

menjalankan praktik profesinya berwenang untuk memberikan pelayanan

yang meliputi, pelayanan kebidanan kepada ibu pada masa pranikah, masa

kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui. Meliputi:

1. Penyuluhan dan konseling

2. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:

a. Penyuluhan konseling

b. Pemeriksaan fisik

c. Pelayanan antenatal pada kehamilan abnormal

d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup abortus

imminens, hiperemesisi gravidarum tingkat 1, preeclamsia dan anemia

ringan

e. Pertolongan persalinan normal

f. Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang,

partut macet

g. Pelayanan ibu nifas normal


111

h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mengcakup retensio plasenta dan

infeksi

i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan genekologi yang mengalami

keputihan perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2017 Tentang Izin Dan Pelayanan Praktik Bidan :

Pasal 18

Dalam penyelenggara Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan

untuk memberikan:

1. Pelayanan kesehatan ibu

2. Pelayanan kesehatan anak dan

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana

Pasal 19

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 18

huruf a diberikan pada masa sebelu mhamil, masa hamil,masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan

2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi pelayanan: Konseling pada masa sebelum hamil

a. Antenatal pada kehamilan normal

b. Persalinan normal

c. Ibu nifas normal

d. Ibu menyusui dan

e. Konseling pada masa dua kehamilan


112

3. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana

dimaksud pad ayat (2), Bidan berwenang melakukan:

a. Episiotomi

b. Pertolongan persalinan normal

c. Penjahitan luka jalan lahir derajat II

d. Penanganan kegawadaruratan, dilanjtkan dengan perujukan

e. Pemberian tablet penambha darah pada ib hamil

f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

g. Fasilitasi/bimbingan inisiai menyusu dini dan promosi air susu ibu

eksklusif

h. Pemberian aterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum

i. Penyuluhan dan konseling

j. Bimbingan pada kelompok bu hamil dan

k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran


112

2.3 Kerangka Konsep Asuhan COC

Filosofi
Bidan

Kompetensi
Edukasi Regulasi Asosiasi Penelitian Model Gender
bidan Kepemimpinan Lingkungan
praktik

 Proses reproduksi perempuan 


proses alamiah dan normal MLCC Model Kesinambungan
 Perempuan bersifat unik
 Fungsi profesi dan manfaat  informasi
kesejahteraan ibu&janin Layanan
 Pemberdayaan perempuan primer,
 Tujuan utama asuhan Kesinambungan relasi/
sekunder Asuhan Kebidanan
 Kolaborasi dan hubungan
Berkelanjutan
kemitraanperempuan partner
 Holistik (bio psiko sosial kultural
Mandiri, Kesinambungan
spiritual)
 Pelayanan aman klaborasi, manajemen
 Individu sehat pelayanan rujukan
berkualitas Asuhan kebidanan
 Pengalaman
 Satu kesatuan  interaksi Melibatkan
keluarga

Pengumpulan data

Diagnosa Masalah
aktual Evaluasi

Manajemen
Diagnosa masalah Varney/ alur
potensial berfikir
Implementasi

Tindakan segera

Rencana asuhan

Asuhan Hamil Asuhan Persalinan Asuhan Nifas Asuhan BBL Asuhan Pel. KB

Keluhan ketidaknyamanan sakit  Kelas ibu hamil: senam hamil


pinggang  Body mekanik
 Kompres/ berendam/ mandi air
hangat
113
123

BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1 Kerangka Asuhan Kasus (Mind Map)


KEHAMILAN

Fisiologis Patologis

Penerapan asuhan kehamilan : Rujuk


TM I : 2x kunjungan ( UK<14 minggu) PERSALINAN
TM II : 1x kunjungan (UK 18-28 minggu)
ANC terintegrasi, Pemeriksaan Triple eliminasi
TM III : 3x kunjungan (UK 28-36 minggu)
Kunjungan 1x/ minggu ((UK 37-38, 39-40 minggu) Fisiologis Patologis

Penerapan asuhan persalinan


1. Pemantauan kemajuan persalinan kala
1-IV dengan partograf BAYI BARU LAHIR Patologis
2. Pertolongan persalinan APN

Penerapan Asuhan BBL


Fisiologis
KN I (umur 6-48 jam)
NIFAS KN II (umur 3-7 hari)
KN III (umur 8-28 hari)

Fisiologis Patologis

KB Jenis KB Post Partum :


Penerapan Asuhan Nifas MAL, IUD, Implant, Pil
KF 1 (6-48 jam) Progestin, Suntik 3 bulan
KF 2 (3-7 hari )
KF 3 (8-28 hari) Penerapan Asuhan KB
KF 4 (29-42 hari) Kunjungan 1 (4-7 hari PP)
Kunjungan II (8-14 hari PP)
124

3.2 Pendekatan/ Desain Studi Kasus (Case Satudy)

Pada kasus Ny. S penulis melakukan pendekatan desain studi kasus

(case study) dengan pendekatan manajemen 7 langkah Varney. Dalam

pengkajian ini mengunakan metode asuhan komprehensif dengan

menguraikan secara deskriptif dari hasil pengumpulan data yang diperoleh

dari data primer yaitu hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik mulai dari

asuhan kehamilan Trimester III, persalinan, KF 1-4 dan Kn 1-3 serta

pelayanan KB. Data sekunder diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium

dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti hasil USG dan buku KIA.

Pengkaji mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan

berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah

ditentukan.

3.3 Tempat dan Waktu

Study kasus ini dilakukan di Klinik si Kembar beralamat di Kabupaten

Bandung Barat pada periode pengambilan kasus Bulan Februari – Maret

2023.

3.4 Objek/ Partisipan

Objek/ partisipan studi kasus ini adalah Ny.S berusia 20 tahun

bertempat tinggal di Kp babakan jati dalam masa kehamilan, persalinan,

nifas, BBL dan KB.

3.5 Etika Studi Kasus/ Informed Consent

Etika pemberian asuhan merupakan suatu sistem yang harus dipenuhi


125

oleh pengkaji saat melakukan asuhan kebidanan yang melibatkan klien

sebagai subjek dalam studi kasus ini. Dalam memberikan asuhan pada klien

asuhan berkelanjutan ini juga menerapkan kode etik Kebidanan. Kategori

etika tersebut menurut Notoatmodjo (2014) meliputi :

1. Right to self determination/Inform consent

Pengkaji memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan

tujuan serta asuhan yang dilakukan dengan persetujuan/diketahui klien.

2. Right to privacy anf dignity

Pengkajian dilakukan dengan menjungjung tinggi harkat dan martabat

manusia yang dijadikan sebagai subjek studi kasus.

3. Right to anonimity and confidentially

Menjaga kerahasiaan responden. Kerahasiaan informasi responden akan

dijamin oleh pengkaji, hanya yang diperlukan saja yang akan disajikan

atau dilaporkan sebagai hasil pengkajian.

4. Right to protection from discomfort and harm

Pengkaji ini dilakukan dengan memperhatikan kenyamanan klien dan

tidak melakukan tindakan yang membahayakan klien. Bidan senantiasa

menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan

tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan

derajat kesehatannya secara optimal.

5. Beneficence

Pengkaji melaksanakan asuhan sesuai dengan prosedur guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi klien dan

dapat digeneralisasikan di masyarakat. Bidan dalam menjalankan

tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan


126

masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan

berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

6. Justice

Pengkaji tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap klien, diperlakukan

sama dengan klien yang lain sesuai dengan Standart Operasioanal

Prosedur (SOP). Memberikan pelayanan paripurna kepada klien,

keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang

dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.


127

3.6 Metode Pengumulan Data (SOAP)

3.6.1 Asuhan Kehamilan

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. S G1P0A0 USIA KEHAMILAN

34 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP DI KLINIK SI KEMBAR

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Nama pengkaji : Nining Nurhayati


Tanggal Pengkajian : 05 Februari 2023
Jam Pengkajian : 09.30 WIB
Tempat : Klinik si Kembar

I. DATA SUBJEKTIF

A. Identitas / Biodata

Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. R

Umur : 20 Tahun Umur : 23 tahun

Suku/Kebangsaan : Sunda Suku/Kebangsaan : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat rumah : Kp Babakan Jati

B. Status Kesehatan

1 Datang pada tanggal : 05 Februari 2023 Pukul : 09.35

. WIB

2 Alasan Kunjungan ini : Ibu datang ingin memeriksakan

. kehamilannya dan ini merupakan


128

kunjungan rutin ibu

3 Keluhan – keluhan : Ibu mengatakan hamil 8 bulan lebih

. dengan keluhan pinggangmya sering

terasa nyeri sudah dari 2 hari yang lalu.

Ibu mengatakan kurang tidur karena

sering terbangun akibat tidak nyaman

dengan sakit pada pinggangnya,

gerakan janin dirasakan aktif oleh ibu.

4. Riwayat Menstruasi :

a. Haid pertama : 14 Tahun

b. Siklus : 28 hari

c. Banyaknya : 3x ganti pembalut / hari

d. Dismenorrhoe : Tidak ada

e. Teratur/tidak : Teratur

f. Lamanya : 7 hari

g. Sifat darah : Encer dengan sedikit gumpalan

h. Keputihan : Tidak ada

5. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :

Tempat Anak
N Tgl/ Tahun Jenis Usia Penyulit
pertolonga Penolong Nifas J TB/ Umur
o Persalinan persalinan Kehamilan P/persalinan
n K BB Saat ini
1 Hamil ini

6. Riwayat Kehamilan ini :

a. Hari pertama haid terakhir : 06-06-2022

usia kehamilan :

b. Kehamilan yang Ke : 1 (Satu)


129

c. Taksiran persalinan : 16-03-2023

d. Keluhan – keluhan pada :

Trimester 1 : Mual dan pusing

Trimester 2 : Tidak ada

Trimester 3 : Nyeri Pinggang

e. Pergerakan anak pertama kali : Usia 4 bulan

f. Pergerakan anak dalam 24 jam terakhir : ±10 kali

g. Keluhan yang dirasakan ( bila ada jelaskan ) :

Rasa Lelah : Tidak ada

Mual dan muntah yang lama : Tidak ada

Nyeri perut : Tidak ada

Panas, menggigil : Tidak ada

Sakit kepala berat/ terus menerus : Tidak ada

Penglihatan kabur : Tidak ada

Rasa nyeri/ panas waktu BAK : Tidak ada

Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : Tidak ada

Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada

Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada

Oedem : Tidak ada

h. Riwayat ANC :ini merupakan kunjungan ANC yang ke 5 ,sampai

saat ini total ANC ibu 5x di Bidan yaitu 1x trimester 1,2x trimester 2

dan 2x trimester 3 ibu sudah melakukan pemeriksaan triple

eliminasi di TM 2
130

i. Pola Sehari- hari

No Pola Sehari – hari Sebelum Hamil Saat Hamil


1 Pola Nutrisi
a. Makan
frekwensi : 3 x/hari 3 x/hari
Jenis makanan : Nasi, telur, sayur Nasi, daging, sayur
Makanan pantangan : Tidak ada Tidak ada

b. Minum
Jenis minum : Air putih Air putih, susu
Frekwensi : 7-8 gelas/hari >10 gelas/hari
2. Pola Eliminasi
a. BAK
Frekwensi : 4x/hari 5-6 x/hari
Warna : Jernih Jernih
b. BAB
Frekwensi : 1x/hari 1x/hari
Konsistensi : Padat Padat
Warna : Kuning kecoklatan Hitam kecoklatan
3. Pola istirahat dan tidur
Siang : Kadang- kadang Kadang- kadang
Malam : 7-8 jam 6-7 jam namun
sering terbangun
4. Personal Hygiene
Mandi : 2x/hari 2 x/hari
Gosok gigi : 2x/hari 2 x/hari
Keramas : 3 hari sekali 3 hari sekali
Perawatan payudara : Tidak pernah Setelah mandi
Perawatan Vulva : Setiap BAK/BAB Setiap BAK/BAB
5. Pola aktivitas Mengerjakan Mengerjakan
pekerjaan rumah pekerjaan rumah
6. Pola seksual 3x dalam seminggu 1x dalam seminggu

k. Imunisasi TT 1 Tanggal : 12-05-2022

Imunisasi TT 2 Tanggal : 15-06-2023

l. Kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada

m. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :

Jantung : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

Asma/TBC : Tidak ada


131

Hepatitis : Tidak ada

D.M . : Tidak ada

Hipertensi : Tidak ada

Epilepsi : Tidak ada

Lain – lain : Tidak ada

n. Riwayat penyakit keluarga.

Jantung : Tidak ada

Hipertensi : Tidak ada

D. M. : Tidak ada

n. Riwayat Sosial.

Perkawinan :

Kehamilan ini : Direncanakan dan diterima

Perasaan tentang kehamilan ini : Ibu merasa senang

Status perkawinan : Sah

Kawin : 1 Kali

Umur Kawin : 19 th, suami umur : 21 th

Lamanya : 1 Tahun

Anak : -

o. Data Sosial

Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan : Kurang tahu

Persiapan perlengkapan persalinan : Sudah siap

Persiapan komplikasi persalinan : Sudah siap

Siapa penolong persalinan : Bidan

Dimana tempat melahirkan : Klinik sikembar

Pengambilan keputusan :
132

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Kesadaran : Compos mentis

Tanda- tanda vital :

T/D : 120/80 mmHg N : 80 x / menit

R : 22 x / menit S : 36,6 ◦C

Tinggi Badan : 155 Cm

Berat badan : 58 Kg Berat badan sebelum hamil : 50 Kg

IMT :

: 51 (Kg) = 21,7

1,52 2 (m2)

IMT ibu termasuk berat badan normal dengan

penambahan

2. Kepala

Rambut : Panjang, bersih, dan hitam berkilau

Muka : Tidak ada oedema

Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih

Telinga : Tidak ada pengeluaran, bersih pendengaran baik

Hidung : Tidak ada pengeluaran, bersih penciuman baik

Mulut & gigi : Bersih, tidak ada caries, mulut dan bibir merah
3. Leher

JVP : Tidak ada peningkatan

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembembesaran


133

Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan

4. Dada dan Payudara.

a. Dada

Jantung : Bunyi jantung reguler, frekuensi 82 x/menit

Paru : Bentuk dan gerak pernafasan simetris, tidak terdengar

nafas tambahan seperti wheezing dan ronchi

b. Payudara.

Bentuk : Simetris

Puting susu : Menonjol

Pengeluaran : Sudah ada pengeluaran asi

Rasa Nyeri : Tidak ada

Benjolan : Tidak ada

Striae : Ada

Keadaan : Bersih

5. Pemeriksaan Kebidanan

a. Abdomen

Inspeksi : Membesar : Ya

Strie : Ada

Bekas Luka : Tidak ada

Oedem : Tidak ada

Acites : Tidak ada

Kelainan lain : Tidak ada

Palpasi :

TFU : 30 cm
Leopold I : Pada fundus teraba bagian bulat,
lunak, tidak.melenting (bokong)
134

Leopold II : Sebelah kiri perut ibu teraba


tahanan, keras dan memanjang
(punggung), sebelah.kanan perut
ibu teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas)
Leopold III : Bagian terendah teraba bulat, keras,
sudah tidak bisa digoyangkan .
Leopold IV : Divergen

Perlimaan : 3/5

Taksiran Berat badan Anak : (30 -12) x 155 = 2.790 gram

HIS : Frekwensi : Tidak ada

Auskultasi :

DJA : Punctum Maximum ( PM ) : kuadran kiri bawah

Tempat : 3 jari di bawah pusat

Frekwensi : 148 x/menit, teratur

6. Punggung dan Pinggang.

Posisi tulang belakang lordosis, terasa nyeri saat dilakukan

pemeriksaan pada pinggang, dari ekspresi wajah menunjukkan

perasaan nyeri dengan ekspresi seperti meringis

7. Ekstremitas Atas dan Bawah

a. Atas

Kebersihan : Bersih

Reflek bisep/ trisep : Normal

b. Bawah

Oedem : Tidak ada

Reflek patella : Positif/ positif

8. Genetalia
135

a. Vulva / Vagina

Oedem : tidak ada

Keadaan : bersih

Pengeluaran pervaginam : tidak ada

b. Kelenjar Bartholini

Pembengkakan : tidak ada

Rasa nyeri : tidak ada

c. Perineum

Luka Parut (keadaan) : tidak ada

d. Kelainan lain : tidak ada

9. Anus

Haemoroid : tidak ada

B. Data Penunjang

Hb : 14 gr%

Glukosa : Negatif

Protein Urine : Negatif

HBSAG : Negatif

HIV : Negatif

SIFILIS : Negatif

III ANALISA

1. Diagnosa : G1P0A0 hamil 34 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala

2. Masalah : Ketidaknyamanan TM III (Nyeri pinggang)

3. Kebutuhan: Konseling ketidaknyamanan di TM III


136

IV. PENATALAKSANAAN Pkl. 15.40

1. Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga atas tindakan yang

akan diberikan serta ibu akan diberikan asuhan berkelanjutan mulai dari

kehamilan hingga asuhan KB. Ibu menyetujui tindakan yang diberikan

serta bersedia diberikan asuhan berkelanjutan.

2. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu

saat ini dalam keadaan baik namun mengalami ketidaknyamanan pada

kehamilan Trimester III. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

3. Memberitahu ibu bahwa nyeri pinggang yang dirasakan ibu merupakan

hal yang wajar. Penyebab utama nyeri pinggang pada saat hamil dapat

diakibatkan beberapa faktor diantaranya karena makin bertambah usia

kehamilan, perubahan postur tubuh, dan teknik body mekanik yang

kurang benar. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan

4. Memberitahu ibu untuk mengatasi nyeri pinggang dengan body mekanik

atau sikap tubuh yang baik dengan cara mengajarkan teknik berdiri,

duduk, menganggkat benda, tidur dan berbaring yang benar sesuai

postur tubuh ibu. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan

melaksanakan anjuran yang diberikan.

5. Menganjurkan pada ibu untuk meredakan otot-otot yang terasa sakit

dengan mandi/ berendam air hangat. Jika merasakan sakit yang luar

biasa dan tidak tertahankan, perlu konsultasi dengan dokter, ibu

mengerti dengan penjelasan bidan dan akan melakukan anjuran yang

diberikan
137

6. Mengajarkan kepada ibu gerakan senam hamil untuk mengurangi rasa

sakit dan ketegangan otot pada pinggang. Menganjurkan pada ibu untuk

mengulang gerakan senam hamil di rumah. Ibu mengerti dan akan

melaksanakan dirumah

7. Menganjurkan ibu lebih banyak istirahat dan kurangi aktifitas berlebihan

yaitu dengan usahakan istirahat tidur siang minimal 1-2 jam dan tidur

malam 6-8 jam, serta tidak melakukan aktifitas yang berat seperti

mengangkat beban yang berlebihan. Ibu telah mengerti dan memahami

tentang istirahat yang cukup dan bersedia untuk tidak melakukan

aktifitas yang berat.

8. Menganjurkan ibu untuk minum air putih minimal 2 liter atau 8 gelas per

hari serta konsumsi makanan yang bergizi dan mengandung protein. Ibu

mengerti penjelasan yang diberikan

9. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada hamil trimester

III yaitu penglihatan terasa kabur, bengkak pada bagian wajah dan

tangan, terjadi perdarahan pervaginam, keluar cairan pervaginam, sakit

kepala hebat, gerakan janin berkurang, dll apabila mengalami salah satu

tanda sebaiknya agar segera ke bidan.

10. Menganjurkan ibu untuk meminum Tablet Fe dan Kalk serta

mengingatkan kembali dosis meminumnya. Ibu bersedia menghabiskan

tablet tersebut.

11. Menjelaskan pada ibu mengenai persiapan persalinan seperti

perlengkapan ibu dan bayi, biaya persalinan, kendaraan, rencana

tempat persalinan, dan pendonor bila terjadi kegawat daruratan. Ibu

akan mempersiapkannya
138

12. Memberitahukan Ibu untuk kunjungan ulang yaitu dua minggu kemudian

tanggal 19-02-2023 untuk evaluasi penerapan senam hamil dan body

mekanik pada pemeriksaan berikutnya atau segera ating jika terdapat

keluhan atau salah satu tanda bahaya kehamilan. Ibu mengerti dan

bersedia melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal.

13. Melakukan pendokumentasian. Pendokumentasian telah dilakukan

dalam bentuk SOAP.


139

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. S G1P0A0 USIA KEHAMILAN

36 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP DI KLINIK SI KEMBAR

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Nama pengkaji : Nining Nurhayati


Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2023
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat : Klinik si Kembar

Kunjungan/ Pemeriksaan Lanjutan

TT /
NO TANGGAL / JAM CATATAN BIDAN
PARAF
1 19 -02-2023/ S : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
09.00 WIB Ibu menyatakan telah menerapkan gerakan senam hamil
dan body mekanik yang sudah diajarkan dan nyeri
pinggang yang dirasakan telah berkurang. Gerakan janin
aktif dirasakan oleh ibu.
O:
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,60֯C
4. Wajah dan mata normal tidak ada oedema, tidak
pucat/ anemis dan tidak ikterik
5. Leher normal tidak ada peningkatan/ pembengkakan
KGB, tiroid dan vena jugularis
6. Payudara normal/ simetris, tidak ada retraksi, puting
140

susu menonjol, tidak ada pengeluaran


7. Pemeriksaan Abdomen
Palpasi
TFU : 32 cm
Leopold I : Pada fundus teraba bulat, lunak
tidak.melenting (bokong)
Leopold II : Sebelah kiri perut ibu teraba
tahanan, keras dan memanjang
(punggung), sebelah.kanan perut
ibu teraba bagian-bagian kecil
janin (ekstremitas)
Leopold III : Bagian terendah teraba bulat,
keras, melenting (kepala). Bagian
terbawah janin sudah masuk PAP.
Leopold IV : Divergen
TBBA : (32-12) x 155 = 3.100 gram
Auskultasi :
DJA : Punctum Maximum (PM) : kuadran kiri
bawah
Tempat : 2 jari di bawah pusat
Frekwensi : 140 x/menit, teratur
8. Punggung dan pinggang : Pinggang lordosis,
dilakukan pemeriksaan pada pinggang dilihat dari
ekspresi wajah yaitu dirasakan nyeri ringan dan
berkurang dari kunjungan pertama.
9. Ekstremitas atas dan bawah tidak oedema, ating
patella : positif kanan dan kiri.
10. Genetalia tidak dilakukan
A:
G1P-A0 hamil 36 minggu janin tunggal hidup presentasi
kepala
P:
1. Melakukan penjelasan kepada ibu tentang hasil
141

pemeriksaan kondisi ibu dan janin dalam keadaan


sehat. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menjelaskan pada ibu bahwa nyeri pinggang yang
dirasakan ibu berkurang setelah menerapkan gerakan
senam hamil dan melaksanakan body mekanik yang
benar. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
3. Memberi apresiasi terhadap ibu yang telah belajar
melaksanakan gerakan senam hamil yang telah
diajarkan dan dapat menerapkan body mekanik
dengan benar. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap
melanjutkan anjuran pada kegiatan sehari-hari. Ibu
mengerti dan akan melaksanakan anjuran.
4. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak minum air
putih minimal 2 liter atau 8 gelas per hari dan makan
makanan yang bergizi seimbang. Ibu mengerti dan
akan melaksanakan anjuran.
5. Mengevaluasi mengenai tanda bahaya kehamilan
trimester III dan Menyarankan ibu untuk selalu
memantau pergerakan janin dirumah. Ibu mengerti
dan akan melaksanakan anjuran.
6. Memberikan informasi kembali kepada ibu tentang
persiapan persalinan. Ibu mengerti dan akan
melaksanakan anjuran.
7. Menganjurkan ibu kembali untuk meminum obat Fe
dan Kalk. Obat sudah diberikan dan ibu akan
meminum sesuai anjuran
8. Memberitahukan pada ibu untuk melakukan
pemeriksaan USG oleh dokter kandungan untuk
melihat keadaan kehamilan dan bayinya. Ibu bersedia
USG pada tanggal 26 februari 2023.
9. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1
minggu kemudian yaitu pada tanggal 26 Februari
2023 jika ada keluhan terhadap ibu dan janin agar
142

segera ating ke klnik .


10. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan. Hasil
pemeriksaan telah didokumentasikan dengn SOAP.
143

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. S G1P0A0 USIA

KEHAMILAN 37 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP DI KLINIK SI KEMBAR

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Nama pengkaji : Nining Nurhayati


Tanggal Pengkajian : 26 Februari 2023
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat : Klinil si Kembar

Kunjungan/ Pemeriksaan Lanjutan

TT /
NO TANGGAL / JAM CATATAN BIDAN
PARAF
1 26-02-2023/ S : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
09.00 WIB Ibu menyatakan saat ini merasa sehat tidak ada keluhan,
tidak ada tanda bahaya kehamilan yang mengancam.
Gerakan janin aktif dirasakan oleh ibu.
O:
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,60֯C
4. Wajah dan mata normal tidak ada oedema, tidak
pucat/ anemis dan tidak ikterik
5. Leher normal tidak ada peningkatan/ pembengkakan
KGB, tiroid dan vena jugularis
6. Payudara normal/ simetris, tidak ada retraksi, puting
susu menonjol, tidak ada pengeluaran
144

7. Pemeriksaan Abdomen
Palpasi
TFU : 33 cm
Leopold I : Pada fundus teraba bulat, lunak
tidak.melenting (bokong)
Leopold II : Sebelah kiri perut ibu teraba
tahanan, keras dan memanjang
(punggung), sebelah.kanan perut
ibu teraba bagian-bagian kecil
janin (ekstremitas)
Leopold III : Bagian terendah teraba bulat,
keras, melenting (kepala). Bagian
terbawah janin sudah masuk PAP.
Leopold IV : Divergen
Perlimaan 3/5
TBBA : (33-12) x 155 = 3.255 gram
Auskultasi :
DJA : Punctum Maximum (PM) : kuadran kiri
bawah
Tempat : 2 jari di bawah pusat
Frekwensi : 144 x/menit, teratur
8. Punggung dan pinggang : Pinggang lordosis, tidak
ada nyeri
9. Ekstremitas atas dan bawah tidak oedema, refleks
patella : positif kanan dan kiri.
10. Genetalia tidak dilakukan
A:
G1P-A0 hamil 37 minggu janin tunggal hidup presentasi
kepala
P:
1. Melakukan penjelasan kepada ibu tentang hasil
pemeriksaan kondisi ibu dan janin dalam keadaan
sehat. ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
145

2. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak minum air


putih minimal 2 liter atau 8 gelas per hari dan makan
makanan yang bergizi seimbang. Ibu akan melakukan
anjuran yang diberikan.
3. Mengevaluasi mengenai tanda bahaya kehamilan
trimester III. Ibu mengerti dan tidak ada tanda bahaya
kehamilan TM III.
4. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan, seperti
keluar lendir bercampur darah (bloody show),
pecahnya air ketuban, kontraksi yang adekuat dan tak
tertahankan, maka ibu harus segera datang ke
petugas kesehatan terdekat. Ibu akan melakukan
anjuran yang diberikan.
5. Menanyakan sejauh mana persiapan ibu dalam
menghadapi persalinan seperti persiapan dana,
perlengkapan ibu dan bayi, tempat bersalin dan
transportasi. Evaluasi : Ibu memilih bersalin ditolong
oleh bidan, ditemani oleh suami
6. Menganjurkan ibu kembali untuk meminum obat Fe
dan Kalk. Obat sudah diberikan dan ibu akan
meminum sesuai anjuran
7. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1
minggu kemudian yaitu pada tanggal 05 Maret 2023
jika ada keluhan terhadap ibu dan janin agar segera
datang ke Klinik.
8. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan. Hasil
pemeriksaan telah didokumentasikan dengn SOAP.
146

3.6.2 Asuhan Persalinan

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. S G1P1A0

DI DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal Pengkajian : 06 Maret 2023

Waktu Pengkajian : 16.00 WIB

Pengkaji : Nining Nurhayati

I. SUBJEKTIF

A. ANAMNESA

1. Keluhan Utama

Ibu mengeluh mules-mules semakin lama semakin sering, dalam 10

menit dirasakan 2x lamanya kurang dari 20 detik. Mules dirasakan

sejak tadi pagi pukul 07.00 WIB, ibu mengaku sudah ada pengeluaran

lendir bercampur darah namun belum keluar air-air dan ibu masih

merasakan gerak janin aktif.

2. Penapisan

Hasil penapisan persalinan pada ibu tidak ditemukan masalah dan ibu

dapat bersalin di bidan.

3. Pola Kebutuhan Sehari- hari

a. Makan terakhir : Ibu makan pukul 08.00 WIB dengan menu nasi,

lauk dan sayur


147

b. Minum terakhir : Ibu minum pukul 15.00 WIB serta segelas air

putih.

4. Pola Eliminasi

Ibu mengatakan terakhir BAB kemarin pukul 06.00 WIB dan BAK

pukul 15.00 WIB.

5. Pola istirahat dan tidur :

a. Siang : kadang-kadang

b. Malam : 6-7 jam

6. Pola seksulitas : normal (2 kali/mg)

7. Riwayat Sosial

a. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah bersama- sama

antara ibu dan suami

b. Rencana persalinan adalah tempat praktik bidan W

c. Ibu sudah menyiapkan perlengkapan persalinan untuk ibu dan

bayinya

d. Ibu sudah menyiapkan kemungkinan adanya komplikasi dan

kegawatdaruratan saat persalinan.

II. OBJEKTIF

A. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Kesadaran : Baik

Emosional : Gelisah

Tanda – tanda vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg


148

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5°C

2. Kepala

Muka : Tidak ada oedema

Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih

Hidung : Tidak ada pengeluaran

Mulut : Tidak ada caries gigi

3. Leher

KGB : Tidak ada pembengkakan

Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran

4. Dada dan payudara

a. Dada

Jantung : Irama jantung reguler, frekuensi 84 x/menit

Paru : Bentuk dan gerak pernafasan simetris, tidak terdengar

nafas tambahan seperti wheezing dan ronchi

b. Payudara (kanan dan kiri)

Bentuk : Simetris

Keadaan : Normal

Puting susu : Menonjol kiri/kanan

Pengeluaran : Sudah ada pengeluaran ASI

Rasa nyeri : Tidak ada

Benjolan : Tidak ada kiri/kanan

5. Abdomen

a. Palpasi
149

TFU : 33 cm

Leopold I : Pada fundus Teraba bagian bulat, lunak,

tidak melenting yaitu bokong.

Leopold II : Sebelah kiri perut ibu teraba bagian

besar, keras dan memanjang seperti

papan yaitu .punggung, sebelah kanan

perut ibu.teraba bagian-bagian kecil janin

(ekstremitas)

Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat,

keras dan melenting yaitu kepala. Bagian

terbawah janin sudah masuk pintu atas

panggul (tidak bisa digoyangkan).

Leopold IV : Divergen

Perlimaan : 2/5

b. Auskultasi

DJJ : Frekuensi 142x/menit, teratur, kuadran kiri bawah

His : 3x10menit lamanya 35 detik

6. Ekstremitas

Atas dan bawah : Simetris, tidak ada oedema, refleks patella positif

7. Genetalia

Keadaan : Baik

Oedema : Tidak ada

Varices : Tidak ada

Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan

Kelenjar Skene : Tidak ada pembengkakan


150

Perineum : Tidak ada bekas luka parut

Pemeriksaan Dalam

Vulva/ vagina : Tidak ada kelainan

Portio : Tipis lunak

Pembukaan : 6 cm

Ketuban : Utuh

Persentasi : Belakang kepala

Penurunan Kepala : Hodge II, stasion 0

Molase : Tidak ada

Bagian Menumbung : Tidak ada

8. Anus

Haemoroid : Tidak ada

III. ANALISA

G1P0A0 inpartu 39 minggu kala I fase aktif janin tunggal hidup presentasi

kepala.

IV. PENATALAKSANAAN (Pkl. 16.00 WIB)

1. Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga atas tindakan

yang akan diberikan. Ibu menyetujui tindakan yang diberikan

2. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan bahwa

ibu saat ini dalam keadaan baik dan sudah mulai memasuki masa
151

persalinan dengan pembukaan 6 cm, keadaan bayi sehat dan ibu

mengetahui hasil pemeriksaan

3. Memberitahu ibu jangan dulu mengedan sebelum pembuakaan

lengkap serta memberikan dukungan dan motivasi serta menjelaskan

kepada ibu bahwa persalinan adalah proses yang alamiah, jadi ibu

jangan merasa takut dan cemas. Ibu mengerti dan terlihat tenang.

4. Menganjurkan ibu untuk tidur posisi miring kiri atau jalan-jalan untuk

mempercepat penurunan kepala. Ibu mengerti serta mau melakukan

apa yang dianjurkan.

5. Memberikan asuhan sayang ibu

a. Membantu ibu melakukan perubahan posisi sesuai dengan

keinginan ibu.

b. Menganjurkan dan mengingatkan ibu teknik relaksasi, ibu diminta

untuk menarik nafas panjang, menahan nafas sebentar kemudian

dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu merasa

kontraksi.

c. Menjaga privasi ibu dalam persalinan.

d. Membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan asupan

cairan. Asuhan sayang ibu telah dilakukan dan ibu makan roti da

teh manis.

6. Mengajarkan pada ibu teknik gymball untuk mengurangi rasa nyeri

persalinan. Ibu mampu mempraktikan teknik gymball dibantu suami

dan merasa nyeri berkurang.


152

7. Meletakan aroma terapi lavender saat ibu melalukan teknik gymball

agar ibu semakin relaks dan tenang dalam menghadapi proses

persalinan. Ibu merasa nyaman dan tenang.

8. Menyiapkan alat partus set, mempersiapkan peralatan dan

perlengkapan untuk menolong persalinan, hacting set, resusitasi,

perlengkapan bayi dan perlengkapan ibu. Semua perlengkapan

persalinan dan perlengkapan pasien telah siap.

9. Memantau kemajuan persalinan, mengobservasi kesejahteraan ibu

dan janin yaitu DJJ, nadi, his setiap 30 menit. Tekanan darah,

pemeriksaan dalam setiap 4 jam. Suhu, urin setiap 2 jam dan

mencatat semua hasil pemeriksaan ke dalam partograf. Observasi

dilakukan dan dicatat dalam partograf.

Tabel 3.1 Hasil Observasi Kala I


Jam TD N R S Pembukaan Djj His Ketuban

16.00 120/80 80x/menit 20x/menit 36,50c 6 cm 140x/m 4x10’/35” Positif


16.30 80x/menit 22x/menit 140x/m 4x10’/42”
17.00 82x/menit 20x/menit 148x/m 4x10’/45”
17.30 82x/menit 24x/menit 148x/m 5x10’/45”
18.00 80x/menit 20x/menit 142x/m 5x10’/50”
18.30 110/80 80x/menit 22x/menit 10cm 142x/m 5x10’/50’’ Pecah,
spontan
warna
ketuban
jernih
153

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA II

DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal/ Pukul : 06 Maret 2023/ 19.00 WIB

Nama Pasien : Ny. S Umur : 20 tahun

Tanggal/ TT /
No Catatan Pemeriksaan
Jam PARAF
1 06-03-2023/ S:
19.00 WIB Ibu mengatakan seperti ingin BAB, merasa mulas semakin
sering dan kuat yang menjalar sampai ke punggung. Ibu
mengatakan merasa keluar air-air dari jalan lahir.
2 O:
1. KU : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TD : 110/80 mmHg, N : 80x/menit, R : 22x/menit, S :
36,5oC
4. DJJ : 142x/menit, teratur
5. His :5x10’45”
6. Pemeriksaan Dalam :
a. Vulva/vagina : tidak ada kelainan
b. Portio : tidak teraba
c. Pembukaan : 10 cm
e. Ketuban : Negatif (pecah spontan), sisa air ketuban
warna jernih
f. Presentasi : Belakang kepala
g. Posisi : Ubun-ubun kecil kiri depan
h. Penurunan : Station +2, Hodge IV
154

i. Molase : Tidak ada


j. Bagian menumbung : tidak ada
k. Perineum menonjol, anus membuka dan tampak ada
tekanan pada anus
3 A:
G1P0A0 inpartu 39 minggu kala II janin tunggal hidup
presentasi kepala.
4 Pkl. 19.00 P :
WIB 1. Memberitahukan mengenai hasil pemeriksaan kepada ibu
dan keluarga bahwa pembukaannya sudah lengkap.
2. Memberikan dukungan kepada ibu bahwa ibu pasti bisa
melewati proses persalinan yang aman dan lancar. Ibu
merasa tenang.
3. Menganjurkan ibu menarik napas panjang ketika mules
untuk mengurangi rasa sakit saat kontraksi. Ibu mengerti
dan langsung mempraktekannya
4. Meminta suami atau salah satu anggota keluarga untuk
mendampingi ibu saat persalinan dan memberikan support
serta makan atau minum ketika ibu membutuhkan. Suami
mendampingi
5. Mengatur posisi ibu saat mengedan yaitu setengah duduk
dengan kaki ditarik kearah dada dan meneran seperti ingin
BAB. Ibu siap untuk melahirkan.
6. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-
obatan esensial untuk menolong persalinan dan
penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Alat
sudah siap.
7. Memposisikan ibu dengan posisi dorsal recumbent,
mendekatkan alat dan bahan persalinan, memakai alat
perlindungan diri untuk pencegahan infeksi. Ibu bersedia
diposisikan dan mengatakan nyaman dengan posisinya.
8. Memimpin ibu meneran saat ada kontraksi. Saat tidak ada
kontraksi ibu dianjurkan istirahat untuk mengambil nafas
panjang dan diberikan air minum. Ibu dan pendamping
155

persalinan paham juga bersedia mengikuti sesuai anjuran


9. Melakukan pimpinan meneran (memberikan pujian jika ibu
meneran dengan baik dan menganjurkan ibu istirahat jika
tidak ada his dan memberikan ibu minum). Ibu mengiuti
intruksi bidan dengan baik
10. Mengecek DJJ setiap selesai his. DJJ dalam batas
normal
11. Melakukan pertolongan persalinan dan menganjurkan ibu
untuk mengedan disaat puncak kontraksi. Ibu dapat
mengedan dengan baik dan bayi lahir spontan pervaginam
pukul 20.05 WIB langsung menangis, warna kulit bayi
kemerahan, gerak aktif, jenis kelamin Perempuan.
12. Melakukan asuhan pada bayi baru lahir dengan bayi di
keringkan menggunakan kain yang lembut, bersih dan
kering kemudian kain diganti kembali dengan yang baru
supaya bayi tidak kedinginan.
156

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA III

DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal/ Pukul : 06 Maret 2023/ 20.05WIB

Nama Pasien : Ny. S Umur : 20 tahun

No Tanggal/ jam Catatan pemeriksaan TT /


PARAF
06-03-2022/ S : ibu mengeluh lemas dan perutnya masih terasa mules
20.05 WIB
O:
1. KU : baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Uterus : Globuler
4. TFU : Sepusat
5. Abdomen : Tidak ada bayi ke-dua
6. Kontraksi uterus : Keras
7. Kandung kemih : Kosong
8. Vulva : Terlihat tali pusat di depan vulva
A:
P1A0 inpartu kala III

Pkl. 20.06WIB P
1. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin di 1/3
paha atas kanan bagian luar/distal lateral agar
rahimnya berkontraksi dengan baik. Ibu bersedia
dilakukan penyuntikan.
2. Menjepit tali pusat dengan klem lalu melakukan
pemotongan dan pengikatan tali pusat dengan jarak 2-
3 cm dari perut bayi. Tali pusat sudah terpotong dan
157

diikat.
3. Melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) selama 1 jam.
Bayi sudah diatas perut ibu untuk dilakukan IMD
4. Melakukan bounding attachment yaitu dengan
membantu ibu untuk segera memeluk dan menyusui
bayinya yang di bantu oleh suaminya. Ibu bersedia
melakukan.
5. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan
merupakan hal yang biasa yang berguna untuk
pelepasan dan kelahiran plasenta. Ibu mengerti
penjelasan bidan.
6. Menganjurkan pada keluarga untuk memberi makan
dan minum pada ibu. Ibu minum teh manis.
7. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan
hati -hati secara dorso kranial. PTT sudah dilakukan
dan terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta seperti
ada semburan darah, tali pusat memanjang, uterus
Pkl. 20.15 WIB membundar kemudian melahirkan plasenta. Plasenta
lahir spontan pukul 20.15 WIB
8. Memeriksa kelengkapan plasenta. Kesan plasenta
lengkap
9. Melakukan massase uterus. Kontraksi uterus keras
158

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KALA IV

DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal/ Pukul : 06 Maret 2023/ 20.10 WIB

Nama Pasien : Ny. S Umur : 20 tahun

No Tanggal/ Catatan Pemeriksaan TT/


jam Paraf
1 06-03-2022/ S : ibu mengatakan senang dan bahagia karena bayi
20.10 WIB sudah lahir dengan selamat dan sehat namun ibu
merasa lelah dan lemas.
O:
2 1. KU : tampak lelah
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV :
TD : 110/70 mmHg,
N : 82x/menit
S : 36.50C
4. TFU : 2 jari dibawah pusat
5. Kontraksi uterus : Baik
6. Kandung kemih : Kosong
7. Genitalia
V/v tidak ada kelainan, derajat II, perdarahan ±20 cc
3 A:
P1A0 kala IV
4 20.15 WIB P:
1. Memberitahu ibu bahwa plasenta telah dilahirkan
secara spontan dan plasenta lengkap. Ibu telah
159

mengetahui.
2. Memberitahu ibu bahwa terdapat luka jahitan pada
jalan lahir ibu dan melakukan informed consent untuk
penjahitan luka tersebut. Ibu mengetahui dan
bersedia dilakukan penjahitan.
3. Melakukan penjahitan luka perineum derajat II
dengan memberikan anastesi terlebih dahulu. Luka
perineum ibu telah dijahit dengan teknik jelujur.
4. Membersihkan alat-alat dan menempatkan pada
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit dan membuang
bahan yang sudah tidak dipakai. Alat sudah
dibersihkan.
5. Membersihkan ibu dan tempat bersalin dari sisa
darah dan air ketuban dengan air DTT serta
memberikan kenyamanan dengan menggantikan
pakaian ibu yang bersih dan kering. Ibu sudah dalam
keadaan bersih dan nyaman.
6. Melihat keberhasilan proses IMD pada bayi, ibu
dianjurkan meneruskan memberikan ASI kepada
bayinya. Bayi berhasil IMD pada 1 jam pertama.
7. Mengajari ibu dan keluarga cara melakukan
massase uterus. Ibu dan keluarga mengerti dan
bersedia melakukannya.
8. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum teh
manis agar ibu tidak merasa lelah dan tenaga ibu
bisa pulih kembali. Ibu makan 1 bungkus roti dan
minum air putih 1 gelas
9. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan buang air
kecil dan menganjarkan ibu untuk membersihkan
bagian genitalianya dengan air bersih dan mengalir.
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
10.Menganjurkan ibu untuk beristirahat agar tenaga ibu
pulih kembali. Ibu bersedia istirahat.
11.Melakukan pengukuran antropometri pada bayi dan
160

menyuntikan vit K dan salep mata. Ibu mengetahui


tindakan tersebut, BB 3400 gr, PB 50 cm dan bayi
telah disuntik.
12.Memberikan tablet FE 1x1 dan Vitamin A 2 kapsul
setelah lahir 1 kapsul dan 24 jam setelah pemberian
kapsul pertama. Ibu akan mengkonsumsi obat
setelah makan dan Vit A pertama sudah dikonsumsi.
13.Memberitahu ibu akan dilakukan pemantauan kala IV
setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua. Hasil observasi di partograf
14.Melakukan pendokumentasian. Pendokumentasian
telah dilkukan

Tabel 3.1 Lembar Observasi Kala IV


Jam Waktu TD N S TFU Kontraksi Kandung Perdarahan
Ke Uterus Kemih
1 20.20 110/70 mmHg 80x/mnt 36,50C 1jari di bawah pusat Keras Kosong ± 20cc
20.35 110/70 mmHg 80x/mnt 1 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 10cc
20.50 110/70 mmHg 80x/mnt 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 10cc
21.05 110/70 mmHg 80x/mnt 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 10cc
2 21.45 110/70 mmHg 80x/mnt 36,60C 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 20cc
22.15 110/70 mmHg 80x/mnt 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 10cc
161

3.6.3 Asuhan Nifas

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S P1A0 NIFAS 6 JAM

DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal Pengkajian : 07 Maret 2023

Waktu Pengkajian : 02.00 WIB

Pengkaji : Nining Nurhayati

I. DATA SUBYEKTIF

A. Anamnesa

Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dan saat ini merasa tidak

ada keluhan dan hanya ingin istirahat karena lelah akibat proses

persalinan.

B. Riwayat Persalinan

1. Ibu

a. Waktu Persalinan : 06 Maret 2023

b. Tempat melahirkan : PMB

c. Penolong persalinan : Bidan

d. Persalinan Ke :1

e. Jenis persalinan : Spontan, belakang kepala

f. Komplikasi / kelainan dalam persalinan dan setelah melahirkan :


162

1) Persalinan: Kala I : tidak ada

Kala II : tidak ada

Kala III : tidak ada

Kala IV : tidak ada

2) Setelah melahirkan : tidak ada

g. Plasenta: lahir spontan, kesan lengkap

Ukuran : nomal

Berat : 3400 gram

Kelainan : tidak ada

Sisa plasenta : tidak ada

h. Tali pusat : panjang : 56 Cm.

Kelainan : tidak ada

i. Perineum : ada robekan, derajat II

j. Perdarahan : 150cc

k. Tindakan lain : : tidak ada

l. Catatan waktu :

Kala I : 12 jam

Kala II : 1 jam 5 menit

Kala III : 10 menit

Kala IV : 2 jam

Ketuban pecah : 19.00 WIB, pecah spontan, ±450 cc

2. Bayi.

a. Lahir tgl : 06 Maret 2023 Pukul : 20.05 WIB

b. BB : 3400 gr PB : 50 cm

c. Catat Bawaan : tidak ada


163

d. Masa Gestasi : 39 minggu

C. Riwayat Nifas saat ini :

1 Pola sehari-hari

a. Pola Nutrisi

1) Makan

Ibu sudah makan pukul 07.00 WIB dengan nasi dan sayur

2) Minum

Ibu minum terakhir pukul 07. 10 WIB dengan air putih

b. Pola Eliminasi

1) BAK

Ibu sudah dapat turun ke kamar mandi 2 jam postpartum

2) BAB

Ibu belum BAB sejak kemarin, BAB terkahir pkl 05.00 WIB

c. Pola Istirahat dan Tidur

Ibu belum cukup istirahat pada malam tadi, ibu hanya tidur 3 jam

d. Personal Hygiene

Ibu sudah mandi dan gosok gigi pkl 08.00 WIB, melakukan perawatan

payudara dan vulva saat mandi denga cebok dari depan ke belakang

2 Konsumsi obat : Fe dosis 60 mg dan Vitamin A 200.000 IU

3 Riwayat Ambulasi

a. Sejak kapan : bertahap setelah bayi lahir

b. Seberapa Sering : sering

c. Mengalami Pusing saat ambulasi : tidak

d. Mandiri/ bantuan orang lain : mandiri


164

4 Pengeluaran Lochea

a. Lochea : rubra

b. Warna : merah

c. Konsistensi : baik

d. Perdarahan : 50 cc

5 Proses Menyusui

a. Kapan : 1 jam setelah lahir

b. Frekuensi : atas kemauan bayi

c. Mengalami Kesulitan/ Tidak : tidak

6 Tanda-Tanda bahaya Postnatal (bila ada jelaskan):

Tidak ada tanda- tanda bahaya postnatal seperti mudah lelah/ sulit

tidur, demam, nyeri atau terasa panas waktu buang air kecil. sembelit/

hemoroid, sakit kepala terus menerus, nyeri, bengkak dan nyeri abdomen

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Kesadaran : Compos mentis

Tanda- tanda vital : TD : 110/70 mmHg , N : 82x/menit ,

R : 24x/menit, S : 36,5 oC

2. Kepala

Rambut : bersih

Muka : tidak oedem

Mata : Konjungtiva : merah muda , Sklera mata : putih


165

3. Leher

JVP : tidak ada peningkatan

Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakam

Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran

4. Dada dan Payudara.

a. Dada

Jantung : Bunyi jantung reguler, frekuensi 84 x/menit

Paru : Bentuk dan gerak pernafasan simetris, tidak terdengar

nafas tambahan seperti wheezing dan ronchi

b. Payudara.

Bentuk, ukuran, kesimetrisan : bersih, simetris

Putting susu : menonjol

Pengeluaran : Ada, kolostrum

Dimpling ada/ tidak : tidak ada

Rasa Nyeri : tidak ada

Benjolan : tidak ada

Jaringan Parut ada/tidak : tidak ada

5. Abdomen

a. Uterus

TFU / Involusi uteri : 2 jari dibawah pusat

Kontraksi uterus : keras

Kandung kencing : kosong

b. Bising Usus (frekuensi) : ada

6 Ekstremitas Atas dan Bawah

Kebersihan : bersih
166

Varices : tidak ada

Kemerahan : tidak ada

Edema : tidak ada

Reflek patella : positif/positif

Homman Sign : tidak ada

7. Genetalia

a. Lochea

Warna : rubra

Konsistensi : encer dan sedikit menggumpal

Bau/ Tidak : tidak, khas

Jumlah Pengeluaran : 50 cc

b. Vulva/Vagina

Haematoma : tidak ada

Edema : tidak ada

Varices : tidak ada

c. Perineum

Keadaan Perineum : Bersih

Laserasi : ada luka jahitan

8. Anus

Haemoroid : tidak ada

B. Data Penunjang

Laboratorium. : tidak dilakukan

III. ANALISA
167

P1A0 Nifas 6 jam

IV. PENATALAKSANAAN Jam : 02.15 WIB

1. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang didapatkan

bahwa keadaan umum ibu secara keseluruhan baik. Ibu mengetahui

kondisinya saat ini

2. Memberitahukan dan menjelaskan tanda-tanda bahaya post partum

seperti demam tinggi, perdarahan yang banyak, sakit kepala yang

hebat, bendungan pada ASI/bengkak pada payudara, bila ibu

menemukan salah satu tanda dan gejala yang sudah disebutkan, ibu

atau suami harus segera memberitahu atau menghubungi petugas

kesehatan. Ibu mengerti akan penjelasan bidan dan akan segera

datang ke petugas kesehatan bila menemukan tanda bahaya

postpartum.

3. Mengajarkan teknik menyusui yang baik dan benar yaitu: keluarkan

ASI sedikit, oleskan pada puting susu untuk melembabkan puting agar

tidak lecet, kemudian tempelkan puting susu pada pipi bayi, biarkan

bayi mencari puting dan masukkan seluruh puting sampai di daerah

hitam/aerola di sekitar puting. Kalau sudah kenyang bayi akan

melepaskannya sendiri. Dan beritahu pada ibu bahwa ASI yang keluar

pertama kali yang berwarna kekuningan itu adalah kolostrum yang

baik bagi daya tahan tubuh bayi, dan kecerdasan otak bayi. Kolostrum

keluar 1-2 hari pasca melahirkan dan tidak boleh dibuang. Ibu

mengerti akan penjelasan bidan


168

4. Menganjurkan ibu untuk merawat dan menjaga kebersihan vulva yaitu

dengan selalu mencuci tangan sebelum atau sesudah membersihkan

daerah genital, membasuh daerah kemaluan dari arah depan ke

belakang dibilas dengan air dingin dan dikeringkan setiap habis

BAB/BAK serta mengganti pembalut secara teratur 2-4 jam sekali. Ibu

akan melakukan perawatan vulva seperti yang telah dianjurkan.

5. Memberitahukan ibu tentang makanan yang harus dikonsumsi, hal ini

penting untuk pemulihan ibu. Seperti sayuran, ikan, buah-buahan, dan

beritahu ibu agar jangan ada pantrangan makanan. Ibu mengerti akan

penjelasan bidan dan akan melaksanakan sesuai anjuran yang

diberikan

6. Mengingatkan kembali ibu untuk melanjutkan konsumsi tablet FE dan

Vitamin A . Ibu mengatakan akan mengkonsumsi obatnya.

7. Menjadwalkan untuk pemeriksaan ulang ibu dan bayi 1 minggu

kemudian, tanggal 14 Maret 2023. Ibu bersedia melakukan kunjungan

ulang

8. Melakukan Pendokumentasian. Pendokumentasian sudah dilakukan

dalam bentuk SOAP


169

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S P1A0 NIFAS 6 HARI

DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal/ Pukul : 14 Maret 2023/ 15.30 WIB

Nama Pasien : Ny. S Umur : 20 tahun

No Tanggal/ jam Catatan Pemeriksaan Nama /


Paraf
Pemeriksa
1 14-03-2023/ S:
15.30 WIB 1. Ibu mengatakan dapat merawat bayinya namun bayi
sering terbangun di malam hari.
2. Ibu mengatakan tidur malam ± 5 jam dan jarang tidur
siang.
3. Pola nutrisi : ibu biasa makan 2-3 kali/ hari dengan
nasi, lauk dan sayuran. Ibu minum air putih ±10
gelas/ hari.
4. Pola eliminasi : ibu BAK ±4x/ hari dan rutin setiap
pagi BAB 1x/ hari.
5. Ibu mengatakan masih terdapat pengeluaran darah
berwarna merah kecoklatan, dan biasa mengganti
pembalut 2-3x/ hari.
6. Pola menyusui : ibu menyusui bayinya setiap 2-3
jam sekali .
2 O:
1. KU : baik
2. Kesadaran : composmentis
170

3. TTV :
T : 110/70 mmHg,
N : 84x/menit
P : 22x/menit
S : 36,7oC
4. Kepala
a. Muka : Tidak oedem.
b. Mata : Konjungtiva: merah muda
Sklera : Putih.
c. Mulut : Bersih, tidak ada caries gigi.
5. Leher
Leher normal tidak ada peningkatan/
pembengkakan KGB, tiroid dan vena jugularis
6. Payudara : Bersih, tidak ada benjolan, terdapat
pengeluaran ASI.
7. Abdomen
a. TFU : pertengahan pusat dan
simfisis.
b. Kontraksi : keras
c. Kandung kemih : kosong.
8. Genitalia
a. Varices : tidak ada
b. Oedema : tidak ada
c. Pengeluaran :
lochea sanguinolenta, tidakberbau, konsistensi
encer, ibu ganti pembalut 2-3x/hari.
d. Perineum : terdapat luka jahitan, keadaan bersih
9. Anus : tidak hemoroid
10. Ekstremitas
a. Atas : bersih, kuku tidak pucat.
b. Bawah : bersih, tidak ada varices dan oedema
11. Homan sign : Negatif.
171

3 A:
P2A1 Nifas 6 hari

4 15.40 WIB P:
1. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan yang didapatkan bahwa kondisi
umum ibu baik
2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
dengan payudara secara bergantian. Ibu mengerti
dengan apa yang disampaikan dan akan
berusaha untuk memberikan ASInya secara
bergantian.
3. Mengingatkan kembali teknik dan posisi menyusui
yang baik pada ibu. Ibu akan melakukan saat
menyusui bayinya.
4. Mengingatkan ibu kembali untuk merawat dan
menjaga kebersihan vulva. Ibu mengerti dengan
apa yang disampaikan dan akan melakukan apa
yang disarankan.
5. Menjelaskan kembali pada ibu tentang tanda-
tanda bahaya post partum. Ibu mengerti dengan
apa yang disampaikan.
6. Memberitahukan macam- macam kontrasepsi dan
mendiskusikan mengenai metode kontrasepsi
bersama ibu. Ibu akan berdiskusi kembali dengan
suaminya untuk metode KB yang akan
digunakannya nanti.
7. Mengajarkan pada ibu beberapa gerakan senam
nifas untuk mempecepat pemulihan ibu dalam
masa nifas. Ibu akan rutim melakukan gerakan
senam nifas secara mandiri.
8. Menjadwalkan untuk pemeriksaan kunjungan 2
minggu kemudian yaitu tanggal 21-03-2023 dan
apabila ada keluhan yang dirasakan ibu harus
172

segera datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.


Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan
ulang sesuai jadwal.
9. Melakukan Pendokumentasian. Sudah dilakukan
dalam bentuk SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S P1A0 NIFAS 14 HARI

DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal/ Pukul : 21 Maret 2023/ 15.30 WIB

Nama Pasien : Ny. S Umur : 20 tahun

NO TANGGA CATATAN BIDAN TT / PARAF


L / JAM
1 21 Maret Subjektif :
2023/ 1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan
15.30 WIB mampu merawat bayinya
2. Ibu mengatakan tidur malam ± 5 jam dan
dapat tidur siang ± 1 jam.
3. Pola nutrisi : ibu makan 3 kali/ hari
dengan nasi, sayuran. Ibu minum air
putih ±10 gelas/ hari.
4. Pola eliminasi : ibu BAK ±5x/ hari dan
rutin setiap pagi BAB 1x/ hari.
5. Ibu mengatakan sudah tidak ada
pengeluaran dari vagina dan sudah tidak
menggunakan pembalut
6. Pola aktivitas : ibu rumah tangga dan
pekerjaan rumah dibantu oleh suami
7. Pola menyusui : ibu biasa menyusui
bayinya setiap 2-3 jam sekali dan tidak
173

ada kesulitan.

Objektif :
1. KU : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV :
TD : 110/70 mmHg,
N : 80x/menit
P : 22x/menit
S : 36,8oC
4. Kepala
a. Muka : Tidak oedem.
b. Mata : Konjungtiva: merah muda
Sklera : Putih.
c. Mulut : Bersih, bibir merah
5. Leher
Leher normal tidak ada peningkatan/
pembengkakan KGB, tiroid dan vena
jugularis
6. Payudara : Bersih, tidak ada benjolan,
tidak ada rasa nyeri, terdapat
pengeluaran ASI.
7. Abdomen
a. TFU : tidak teraba
b. Kandung kemih : kosong.
8. Genitalia
a. Varices : tidak ada
b. Oedema: tidak ada
c. Pengeluaran : tidak ada
d. Perineum : luka jahitan
perineum sudah kering
9. Anus : tidak hemoroid
10. Ekstremitas
174

a. Atas : bersih, kuku tidak pucat.


b. Bawah : bersih, tidak ada varices
dan oedema
11. Homan sign : Negatif.

Analisa:
P1A0 Nifas 14 hari
(P) Nama/ Paraf
Penatalaksanaan Pemeriksa

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan yang didapatkan


bahwa keadaan umum ibu secara keseluruhan baik.
ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu merasa
senang.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan
personal hygiene. Ibu mengetahui cara personal
hygiene.
3. Menanyakan kembali kepada ibu mengenai
kontrasepsi yang akan digunakan serta menjelaskan
kembali kepada ibu mengenai macam-macam alat
kontrasepsi dan mengingatkan ibu untuk
menggunakan KB setelah masa nifas berakhir. Ibu
berencana menjarangkan kehamilannya dan
mendiskusikan dengan suami mengenai kontrasepsi
yang akan digunakan.
4. Mengingatkan kembali kepada ibu tanda-tanda
bahaya dari masa nifas dan memberitahu ibu untuk
segera pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila
ada tanda-tanda yang dirasakan. Ibu dapat
mengulang kembali.
5. Menjadwalkan untuk pemeriksaan ulang tanggal 18-
04-2023 dan memberitahu ibu untuk datang ke
fasilitas layanan kesehatan jika ibu mengalami
175

keluhan. Ibu akan datang untuk kunjungan berikutnya


dan akan datang ke fasilitas layanan kesehatan jika
ada keluhan.
6. Melakukan pendokumentasian dan
pendokumentasian SOAP telah dilakukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S P1A0 NIFAS 42 HARI

DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal/ Pukul : 18 April 2023/ 16.00 WIB

Nama Pasien : Ny. S Umur : 20 tahun

NO TANGGA CATATAN BIDAN TT /


L / JAM PARAF
1 18 April Subjektif :
2023/ 1. Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan
16.00 WIB dapat merawat bayinya. Saat ini Ibu berencana
menggunakan KB jangka panjang Implant serta
tidak mengganggu proses menyusui
2. Pola nutrisi : Makan : 3 kali sehari, Minum : ±12
gelas sehari, air putih dan teh manis.
3. Pola eliminasi : Ibu BAK 5-6x/ hari dan rutin
setiap pagi BAB 1x/ hari.
4. Data Sosial : Ibu sudah mengetahui tentang alat
kontrasepsi
Objektif :
1. KU : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV :
TD : 120/80 mmHg,
176

N : 82x/menit
P : 22x/menit
S : 36,0oC
4. Kepala
a. Muka : Tidak oedem.
b. Mata : Konjungtiva: merah muda
Sklera : Putih.
c. Mulut : Bersih, bibir merah
5. Leher
Leher normal tidak ada pembengkakan KGB,
tiroid dan vena jugularis
6. Payudara : Bersih, tidak ada benjolan, tidak
ada rasa nyeri, terdapat pengeluaran ASI.
7. Abdomen
a. TFU : tidak teraba
b. Kandung kemih : kosong.
8. Genitalia
a. Varices : tidak ada
b. Oedema : tidak ada
c. Pengeluaran : tidak terdapat pengeluaran.
d. Perineum : tidak terdapat luka robekan.
9. Anus : tidak hemoroid
10. Ekstremitas
a. Atas : bersih, kuku tidak pucat.
b. Bawah : bersih, tidak ada varices dan
oedema
11. Homan sign : Negatif

Analisa:
P1A0 Nifas 42 hari

Nama /
(P) Paraf
177

Penatalaksanaan Pemeriksa

1. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang


didapatkan bahwa kondisi umum ibu baik. Ibu mengerti
dengan kondisinya saat ini
2. Menganjurkan ibu kembali untuk menyusui bayi secara
Eklusif yaitu selama 6 bulan dan menganjurkan ibu untuk
menyusui bayinya sesering mungkin. Ibu akan memberikan
ASInya selama 6 bulan
3. Memberitahu ibu untuk terus menjaga pola nutrisi dengan
makan bergizi dan seimbang. Ibu mengerti dan akan
melakukannya.
4. Menanyakan kembali kepada ibu mengenai kontrasepsi yang
akan digunakan. Ibu mengatakan akan menggunakan KB
implant agar proses menyusui tidak terganggu dan suami
menyetujui dilakukan pemasangan pada 42 hari postpartum.
5. Memberitahu ibu untuk datang ke fasilitas layanan kesehatan
jika ibu mengalami keluhan. Ibu mengerti dan akan datang ke
fasilitas layanan kesehatan jika ada keluhan.
6. Melakukan pendokumentasian. Pendokumentasian SOAP
telah dilakukan
178

3.6.4 Asuhan Bayi Baru Lahir

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS NY. S USIA 2 JAM

DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Nama Pengkaji : Nining Nurhayati

Tanggal pengkajian: 06 Maret 2023

Jam : 22.05 WIB

I. DATA SUBYEKTIF

A. Identitas / Biodata

Nama Bayi : By. Ny. S

Tgl/Jam Lahir : 06 Maret 2023 / Jam 20.05 WIB

Jenis Kelamin : Perempuan

Berat Badan lahir : 3400 gram

Panjang Badan lahir : 50 cm

B. Status Kesehatan

1. Riwayat Faktor Lingkungan:

a. Suhu udara : normal

b. Pencahayaan : baik

c. Ventilasi : baik
179

d. Hygienitas : baik

e. Daerah tempat tinggal : pemukiman padat

f. Paparan Polusi : rendah

g. Riwayat penyakit menular keluarga : tidak ada

2. Riwayat faktor genetik : tidak ada

3. Riwayat faktor ibu dan perinatal

a. Riwayat kehamilan (ibu dan janin)

Kehamilan pertama, tidak pernah keguguran, usia kehamilan saat

persalinan 39 minggu, keluhan selama kehamilan, yaitu TMT I tidak

ada keluhan, TMT II tidak ada keluhan, TMT III nyeri pinggang,

Imunisasi TT 2 kali, tidak ada tanda bahaya selama kehamilan.

b. Riwayat persalinan

Tempat melahirkan di bidan, BB 3400 gram, PB 50 cm, persalinan

spontan, tidak ada penyulit.

4. Riwayat Faktor neonatal dan bayi

a. Asphixia : bayi tidak mengalami asfiksia

b. Kelainan kongenital : tidak ada

c. Trauma persalinan : tidak ada

d. Pola nutrisi : ASI, IMD berhasil 1 jam pertama

e. Eliminasi : Bayi sudah BAK dan BAB dalam 2 jam

f. Pemberian obat-obatan: Bayi sudah diberikan vit K dan salep mata

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum:
180

a. Ukuran tubuh : normal

b. Kesadaran : composmentis

c. Tangisan : kuat

d. Tonus otot dan keaktifan gerakan: bergerak aktif

e. Warna Kulit : kemerahan

f. Suhu : 36,7 oC

2. Ukuran Berat Badan : 3400 Gram

3. Ukuran Panjang Badan : 50 Cm

4. Kepala :

a. Ukuran dan Kesimetrisan : normal, simetris

b. Rambut : bersih

c. Pembengkakan : tidak ada

d. Fontanel : datar

e. Sutura : terpisah

f. Lingkar kepala : 34 cm

5. Mata :

a. Bentuk mata dan kesimetrisan : normal, simetris

b. Jarak kantus dalam mata : ±2,4 cm

c. Sklera : sklera putih

d. Konjungtiva : merah muda

e. Pengeluaran : tidak ada

f. Refleks Mengedip : positif

g. Reflek glabella : positif

h. Reflek pupil : positif

6. Telinga :
181

a. Kesimetrisan : simteris

b. Daun telinga : simetris

c. Pengeluaran : tidak ada

d. Hubungan kantus luar mata : sejajar dengan puncak daun telinga

7. Hidung : tidak ada kelainan

8. Mulut :

a. Kesimetrisan dan warna bibir : simetris, warna merah

b. Bibir dan Langit – langit : Tidak ada labioskizis, palatoskizis, dan

labiopalatoskizis.

c. Refleks Rooting : positif, terlihat saat menyusu

d. Refleks Sucking : positif, terlihat saat menyusu

e. Refleks Swallowing : positif, terlihat saat menyusu

9. Leher :

a. Gerakan leher : Tidak menunjukan rasa nyeri.

b. Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan maupun benjolan.

c. Refleks Tonic neck : positif

10. Dada :

a. Bentuk dan kesimetrisan : bentuk normal, simetris

b. Retraksi dinding dada : tidak ada

c. Payudara : simetris, tidak ada pembengkakan dan

pengeluaran

d. Bunyi dan Frekuensi dan nafas : vesikuler, 44 x/mnt

e. Bunyi dan Frekuensi dan Jantung : reguler, 124 x/mnt

f. Lingkar dada : 31 cm

11. Bahu, Lengan dan Tangan :


182

a. Kesimetrisan : simetris

b. Gerakan : aktif

c. Jumlah Jari : 10

d. Refleks Grasping : positif

12. Sistem Saraf :

a. Refleks Moro : positif

13. Abdomen :

a. Bentuk : normal

b. Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis : tidak ada

c. Perdarahan tali pusat : tidak ada

d. Bising usus : positif

e. Benjolan : tidak ada

14. Genitali :

Perempuan

- Kebersihan : bersih

- Vulva vagina : tidak ada kelainan

- Uretra berlobang : ya

15. Tungkai dan kaki

a. Bentuk : normal

b. Pergerakan : normal, tidak menunjukan rasa nyeri.

c. Kesimetrisan : simetris

d. Jumlah jari : 10/10

e. Garis pada telapak kaki : terlihat jelas

f. Gerakan panggul : normal

g. Reflek tonik labirin : positif


183

h. Reflek plantar : positif

i. Refleks Babinski : positif

16. Punggung dan Anus :

a. Bentuk : simetris

b. Pembengkakan atau cekungan : tidak ada

c. Anus : berlubang

d. Reflek crawling : positif

e. Reflek galant : positif

17. Kulit :

a. Warna : kemerahan

b. Verniks : terdapat pada lipatan paha dan ketiak.

c. tanda Lahir : tidak ada

d. Lanugo : terdapat sedikit pada wajah dan punggung.

B. Data Penunjang

Laboratorium : tidak dilakukan

III. ANALISA.

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 2 jam

IV. PENATALAKSANAAN (JAM 22.05 WIB)

1. Memberitahukan ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan.

Bahwa pada saat ini bayinya dalam keadaan baik dan normal. Ibu

dan keluarga mengetahui dan merasa senang.

2. Memberitahukan pada ibu untuk tetap menjaga kehangatan dan

kebersihan bayi dengan membungkus bayi dan bayi tetap hangat.


184

3. Menjelaskan bahwa bayi boleh dimandikan minimal 6 jam setelah

kelahiran bayi dan bayi akan di mandikan pagi.

4. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa jika baju bayi

basah, baik terkena BAK/BAB ataupun terkena tumpahan air, maka

baju tersebut harus segera diganti dan ibu mngerti serta akan

menjaga kehangatan bayi.

5. Memberitahukan cara-cara perawatan tali pusat dan ibu mengetahui

cara perawatan tali pusat

6. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya pada bayi

dan selalu memantau keadaan bayi. Ibu mengetahui tanda bahaya

bayi.

7. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya minimal 2 jam sekali. Dan

ibu mengetahui bahwa bayi harus sering menyusu, minimal 2 jam

sekali.

8. Melakukan Pendokumentasian dan telah dibuat dalam bentuk

SOAP
185

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.S USIA 6 JAM


DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal/ Pukul : 07 Maret 2022/ 02.05 WIB


Nama Pasien : By. Ny. S
Umur : 6 jam
NO TANGGAL / CATATAN BIDAN TT /
JAM PARAF
1 07 Maret Subjektif :
2023/ 02.05 1. Ibu mengatakan bahwa bayinya dalam
WIB keadaan baik.
2. Ibu menyusui bayinya setiap 2-3 jam
sekali.
3. Ibu mengatakan bayinya sudah BAK.
Objektif :
1. KU : baik
2. Kesadaran : composmentis
a. Suhu : 36,8⁰C
b. Berat badan : 3400 gram
c. Warna kulit : Kemerahan
3. Mata
a. Tanda infeksi : Tidak ada.
b. Konjungtiva : Merah muda
c. Sklera : Putih.
4. Dada
a. Frekwensi nafas : 48x/ menit
b. Frekwensi jantung : 132x/ menit
5. Abdomen : Tali pusat bersih, tidak
ada tanda infeksi.
6. Genitalia : Bersih
186

Anus : Bersih

Analisa:
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa
Kehamilan Usia 6 jam
Jam (P) Nama /
Penatalaksanaan Paraf
02.05
WIB 1. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil
pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan baik dan
normal. Ibu dan keluarga merasa senang.
2. Memberikan imunisasi HB0 kepada bayi Ny.S untuk
mencegah penyakit hepatitis B. Ibu menyetujuinya,
imunisasi HB0 telah dilakukan
3. Memandikan bayi serta mengganti pakaian yang
bersih. Bayi sudah dimandikan.
4. Menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti dan
memakaikan topi bayi serta mengingatkan kembali
pada ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya.
Ibu mengerti serta akan menjaga kehangatan bayinya.
5. Mengajarkan pada ibu dan keuarga untuk selalu
melakukan pemantauan keadaan bayi dengan melihat
keadaan umum dan suhu bayi. Ibu dan keluarga akan
melakukan anjuran yang diberikan.
6. Memberitahu ibu kembali tentang tanda bahaya pada
bayi dan segera bawa ke fasilitas kesehatan jika bayi
mengalami tanda bahaya tersebut dan Ibu mengerti.
7. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu kemudian
pada tanggal 14-03-2023 atau jika terjadi keluhan
segera datang ke fasilitas layanan kesehatan dan ibu
mengerti dan akan datang sesuai jadwal atau terjadi
keluhan.
8. Melakukan Pendokumentasian dan telah dibuat dalam
187

bentuk SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.S USIA 7 HARI


DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal/ Pukul : 14 Maret / 15.30 WIB


Nama Pasien : By. Ny. S
Umur : 7 hari
NO TANGGA CATATAN BIDAN TT /
L / JAM PARAF
1 14 Maret Subjektif :
2023/ 1. Ibu mengatakan bahwa bayinya dalam
15.30 keadaan baik, tidak ada tanda bahaya bayi
WIB dan pola tidur bayi normal 7-8 jam perhari
2. Ibu menyusui bayinya setiap 2-3 jam sekali.
3. Ibu mengatakan bayinya BAB 2x/ hari dan
BAK 7x/ hari.
4. Ibu mengatakan tali pusat bayi sudah puput
sejak hari ke-5
Objektif :
1. KU : baik
2. Kesadaran : composmentis
a. Suhu : 36,5⁰C
b. Berat badan : 3400 gram
c. Warna kulit : Kemerahan
3. Mata
a. Tanda infeksi : Tidak ada
b. Konjungtiva : Merah muda
c. Sklera : Putih
4. Dada
a. Frekwensi nafas : 42x/ menit
b. Frekwensi jantung : 128x/ menit
188

5. Abdomen : Bekas pelepasan tali pusat


kering, bersih, tidak ada tanda infeksi.
6. Genitalia : Bersih
Anus : Bersih
Analisa:
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan
Usia 7 hari
jam (P) Nama /
Penatalaksanaan Paraf
02.10 1. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil
WIB pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan baik dan
normal. Ibu serta keluarga merasa senang.
2. Memberitahu ibu mengenai pentingnya ASI Ekskluif
sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberi tambahan
apapun atau diganti dengan susu formula. Ibu mengerti
serta akan berusaha memberi bayinya ASI Eksklusif.
3. Mengingatkan kembali pada ibu untuk selalu menjaga
kehangatan bayinya. Ibu mengerti serta akan menjaga
kehangatan bayinya.
4. Memberitahu ibu kembali tentang tanda bahaya pada bayi
dan segera bawa ke fasilitas kesehatan jika bayi
mengalami tanda bahaya. Ibu mengerti.
5. Memberitahu ibu mengenai manfaat dan macam-macam
imunisasi dasar bayi serta memberitahu mengenai jadwal
pemberian imunisasi. Ibu mengerti dan akan membawa
bayi imunisasi sesuai jadwal.
6. Menjadwalkan kunjungan berikutnya pada tanggal 21-03-
2023 atau jika terjadi keluhan segera datang ke fasilitas
layanan kesehatan. Ibu mengerti dan akan datang sesuai
jadwal atau terjadi keluhan.
7. Melakukan Pendokumentasian dan telah dibuat dalam
bentuk SOAP
189

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.S USIA 28 HARI


DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal/ Pukul : 04 April 2023/ 15.00 WIB


Nama Pasien : By. Ny. S
Umur : 28 hari
NO TANGGA CATATAN BIDAN TT /
L / JAM PARAF
1 04 April Subjektif :
2023/ 1. Ibu mengatakan bahwa bayinya dalam
15.00 keadaan baik.
WIB 2. Ibu menyusui bayinya setiap 2-3 jam sekali.
3. Ibu mengatakan bayinya BAB 2x/ hari dan
BAK 7x/ hari
4. Ibu mengatakan ingin melakukan imunisasi
bayinya
Objektif :
1. KU : baik
2. Kesadaran : composmentis
a. Suhu : 36,5⁰C
b. Berat badan : 3900 gram
c. Warna kulit : Kemerahan
3. Kepala
a. Mata : Tidak ada tanda infeksi
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
b. LK : 35cm
4. Dada
a. Frekwensi nafas : 48x/ menit
b. Frekwensi jantung : 130x/ menit
c. LD : 34cm
190

5. Abdomen : Tali pusat bersih


6. Ekstremitas : simetris, gerak aktif
7. Genitalia : Bersih
8. Anus : Bersih
Analisa:
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan
Usia 28 hari
jam (P) Nama /
Penatalaksanaan Para
15.0 1. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil
0 pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan baik dan normal
WIB dan Ibu merasa senang.
2. Mengingatkan kembali pada ibu mengenai pentingnya ASI
Ekskluif dan Ibu mengerti serta akan berusaha memberi
bayinya ASI Eksklusif.
3. Melakukan informed consent pada ibu bahwa bayi akan
dibeikan imunisasi BCG. Ibu menyetujui.
4. Memberikan imunisasi BCG di tangan kanan bayi,
Imunisasi telah diberikan.
5. Memberitahukan efek samping yang terjadi setelah
diberikan imunisasi BCG pada bayinya. Ibu mengerti dan
mengetahui efek sampingnya.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk melengkapi imunisasi
dasar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan Ibu
mengerti serta bersedia bayinya di imunisasi sesuai
jadwal.
7. Memberitahu kepada ibu untuk membawa anaknya ke
fasilitas kesehatan/posyandu setiap bulan agar terpantau
tumbuh kembang nya dan Ibu bersedia membawa
bayinya.
8. Memberitahu ibu kembali tentang tanda bahaya pada bayi
dan segera bawa ke fasilitas kesehatan jika bayi
mengalami tanda-tanda berikut dan Ibu dapat
191

menyebutkan kembali tanda bahaya bayi.


9. Memberitahu ibu jika terjadi keluhan segera datang ke
fasilitas layanan kesehatan. Ibu akan datang membawa
bayinya.
10. Melakukan pendokumentasian dan telah dibuat dalam
bentuk SOAP
192

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S CALON AKSEPTOR KB IMPLANT

DI KLINIK SI KEMBAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tanggal : 18 April 2023/ 16.00 WIB

Tempat : Klinik Si Kembar

Pengkaji : Nining Nurhayati

I. DATA SUBYEKTIF

1. Alasan Kunjungan ini :

Ibu datang kunjungan rutin nifas. Ibu mengatakan tidak ada keluhan

dan dapat merawat bayinya Ibu berencana menggunakan KB Implant

dan sudah sepakat dengan suami. Ibu telah mendapatkan informasi

mengenai KB Implant sebelumnya.

2. Keluhan – keluhan :

Rasa Lelah : tidak ada

Mual dan muntah yang lama : tidak ada

Nyeri perut : tidak ada

Panas, menggigil : tidak ada

Sakit kepala berat/ terus menerus : tidak ada

Penglihatan kabur : tidak ada

Rasa nyeri/ panas waktu BAK : tidak ada

Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : tidak ada

Pengeluaran cairan pervaginam : tidak ada

Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada


193

Oedem : tidak ada

Anemia : tidak ada

Infeksi sistem genital, PMS atau infeksi panggul: tidak ada

Kanker Serviks : tidak ada

Perdarahan saat berhubungan : tidak ada

3. Riwayat menstruasi :

a. Haid pertama : 14 Tahun

b. Siklus : 28 hari

c. Banyaknya : 3x ganti pembalut / hari

d. Dismenorrhoe : Tidak ada

e. Teratur/tidak : Teratur

f. Lamanya : 7 hari

g. Sifat darah : Encer dengan sedikit gumpalan

h. Keputihan : Tidak ada

Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :

No Tgl/ Tahun Tempat Jenis Usia Penolong Penyulit Nifas Anak


Persalinan pertolongan persalinan Kehamilan P/persalinan
J TB/ Um
K BB ur
1. 06-03-2017 Klinik Normal 9 bulan Bidan Tidak ada Norm P 3400 42
al grm/ hari
50 cm

4. Riwayat Penyakit :

a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :

Jantung : tidak ada

Ginjal : tidak ada

Asma/TBC : tidak ada

Hepatitis : tidak ada


194

D . M. : tidak ada

Hipertensi : tidak ada

Epilepsi : tidak ada

Lain – lain : tidak ada

b. Riwayat penyakit keluarga.

Jantung : tidak ada

Hipertensi : tidak ada

D. M. : tidak ada

c. Riwayat Sosial.

Perkawinan : menikah

Status perkawinan : menikah Kawin : 1 Kali

Umur Kawin : 19 th, suami umur : 21 th

Lamanya : 1 Tahun

Anak : -

5. Data Sosial

Pengetahuan tentang :

a. Metode kontrasepsi sebelumnya : Tidak ada

b. Pengetahuan yang lain : ibu sudah mengetahui

imformasi mengenai KB implant

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Kesadaran : composmetis

Tanda- tanda vital :


195

T/D : 110/76 mmHg N : 77 x/m R : 20 x/m

T : 36,60C

Tinggi Badan : 155 cm

Berat badan : 55 Kg

2. Kepala

Muka : Oedem : Tidak ada

Mata : Konjungtiva : merah muda, Sklera mata : putih

3. Leher

JVP : tidak ada peningkatan

Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran

Kelenjar tiroid : tidak ada pembengkakan

Lainnya : tidak ada

4. Dada dan Payudara

a. Dada

Jantung : tidak ada kelainan

b. Payudara.

Bentuk : normal

Rasa Nyeri : tidak ada

Benjolan : tidak ada

Lainnya : tidak ada keluhan

5. Pemeriksaan Abdomen

a. Hepar, Terdapat pembengkakan : tidak ada

b. Supra Pubik, terdapat benjolan : tidak ada

c. Daerah perut :

Nyeri : tidak ada


196

Benjolan : tidak ada

d. Kandung kemih , penuh/tidak : tidak

e. Lainnya : tidak ada keluhan

6. Ekstremitas Bawah

a. Varises : tidak ada

b. Lainnya : tidak ada keluhan

7. Genetalia dan Panggul (dilakukan hanya pada akseptor KB AKDR)

a. Vulva / Vagina

Oedem :-

Keadaan :-

Pengeluaran pervaginam :-

Varises di daerah labia minora :-

b. Kelenjar Skene dan Bartholini

Pembengkakan : -

Rasa nyeri :-

c. Serviks

Pengeluaran :-

Inflamasi/lesi/luka merah :-

Tanda Chadwick :-

Polip :-

Nyeri Fornik posterior : -

d. Uterus

Pembesaran :-

Letak :-

Tumor :-
197

e. Kelainan lain : -

8. Anus

Tumor pada cavum douglasi : -

Nyeri pada permukaan posterior antara uterus dan rectum : -

(indikasi endometriosis)

Lainnya : -

B. Data Penunjang

Laboratorium : PP Test : -

III. ANALISA

P2A0 Nifas 42 hari calon akseptor KB implant

IV. PENATALAKSANAAN (Jam 16.30)

1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu. Ibu

mengerti keadaannya saat ini

2. Melakukan penapisan untuk pemakaian KB implant pada ibu.

Penapisan KB implant telah dilakukan dan hasilnya ibu dapat berKB

impant 2 fin

3. Memberikan informed consent pada ibu bahwa akan dilakukan

pemasangan KB implant sebagai bukti bahwa ibu dan suami setuju

dengan tindakan yang dilakukan. Ibu sudah menandatangani

informed consetn.

4. Mempersiapkan alat-alat dan bahan habis pakai untuk pemasangan

KB Implant. Alat dan bahan sudah disiapkan.


198

5. Melakukan pemasang KB implant 2 fin pada lengan kiri ibu. KB

implant telah terpasang.

6. Membereskan dan merendam alat serta membuang bahan habis

pakai. Alat sudah dibereskan.

7. Meminta klien menunggu selama 15-30 menit untuk observasi

setelah pemasangan implant. Ibu bersedia menunggu sesuai

perintah bidan

8. Memberikan konseling pasca pemasangan serta perawatan luka

pada daerah pemasangan KB Implant. Ibu mengerti penjelasan

yang diberikan

9. Memberitahu ibu untuk terus menjaga pola nutrisi dengan memakan

makanan yang beragam seperti sayuran, protein hewani, buah-

buahan dan menganjurkan ibu untuk minum 14 gelas/ hari. Ibu

mengerti dan akan melakukannya.

10. Menganjurkan ibu untuk Kontrol 2 minggu kemudian atau bila ada

keluhan. Ibu akan datang sesuai jadwal kontrol berikutnya dan akan

datang ke fasilitas layanan kesehatan jika ada keluhan.

11. Mendokumentasikan hasil tindakan kedalam SOAP dan kartu

kunjungan KB. Pendokumentasian telah dilakukan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

4.1.1 Kehamilan

Setelah melakukan asuhan kebidanan secara berkelanjutan

(Continuity of care) pada Ny. S umur 20 tahun primipara di Klinik Si

Kembar dari kehamilan trimester III tepatnya usia kehamilan 34, 36 dan

37 minggu. Adapun selama melakukan pengkajian/ asuhan penulis

menerapkan manajemen Kebidanan, sesuai kode etik, serta pendekatan

yang terfokus pada ibu sebagai klien sesuai kondisi dan kebutuhan klien,

diuraikan sebagai berikut:

1. Pada kunjungan pertama Ny. S datang ke klinik tanggal 05 Februari

2023 usia kehamilan 34 minggu Ibu. Keluhan nyeri pinggang dan

kurang tidur. Asuhan komplementer yang diberikan adalah latihan fisik/

senam hamil, body mekanik dan rendam air hangat.

2. Kunjungan ke dua pada tanggal 19 Februari 2023, Ny S datang ke

klinik untuk melakukan kunjungan ANC ke-7 yaitu di usia kehamian 36

minggu. Evaluasi nyeri pinggang kunjungan sebelumnya

3. Pada kunjungan berikutnya tanggal 26 Februari 2023 usia kehamilan

menginjak 37 minggu, Ibu merasa sehat tidak ada keluhan yang

berarti, gerakan janin aktiif.

199
200

4.1.2 Persalinan

Asuhan persalinan pada Ny. S dilakukan mulai dari kala I fase

aktif, ibu datang dengan keluhan mules-mules semakin lama semakin

sering, dalam 10 menit dirasakan 2x lamanya kurang dari 20 detik. Mules

dirasakan sejak tadi pagi pukul 07.00 WIB, ibu mengaku sudah ada

pengeluaran lendir bercampur darah namun belum keluar air-air dan ibu

masih merasakan gerak janin aktif. Hasil pemeriksaan Ny. S sudah

masuk pada tahap persalinan dengan pembukaan 6 cm. Selain itu Ny. S

mengeluh nyeri his persalinan maka di informasikan untuk melakukan

teknik gymball dibantu suami untuk mengurangi nyeri dan penurunan

kepala bayi lebih cepat serta diberika aromaterapi agar ibu merasa

nyaman dan tenang.

4.1.3 Nifas

Asuhan nifas dilakukan sebanyak 4x kunjungan dari kf 1 hingga kf

4. Asuhan nifas pertama dilakukan sebelum ibu pulang yaitu pada 6 jam

postpartum dan tidak ditemukan masalah. Pada asuhan kf 2 Ny. S

dilakukan di 6 hari postpartum tidak ada keluhan atau masalah, ibu dapat

merawat bayinya dengan baik dan proses menyusui lancar. Asuhan kf 3

pada 14 hari postpartum ibu datang ke PMB dengan tidak ada keluhan

apapun. Asuhan kf 4 yaitu 42 hari postpartum memotivasi ibu untuk

menyusui bayinya secara eksklusif selama 6 bulan, menjaga pola istirahat

dan nutrisi serta ibu dan suami telah setuju untuk menggunakan KB

jangka panjang yaitu implant.


201

4.1.4 Neonatus dan Bayi Baru Lahir

Asuhan Neonatus dan Bayi Baru Lahir dilakukan sebanyak 3x

kunjungan dari kn 1 hingga kn 3. Asuhan bayi pertama dilakukan pada

bayi baru lahir usia 2 jam postpartum. Asuhan kn 1 yaitu usia 6 jam dan

tidak ditemukan masalah. Pada kunjungan kn 2 yaitu 7 hari usia bayi, ibu

diberikan konseling mengenai jaga kehangatan dan menganjurkan untuk

melengkapi imunisasi untuk bayinya, tidak terdapat masalah pada

kunjungan ke dua. Asuhan kn 3 usia bayi 28 hari tidak ada keluhan

apapun dan perkembangan bayi sesuai, memotivasi ibu untuk menyusui

bayinya secara eksklusif serta bayi diberikan imunisasi BCG.

4.1.5 Kontrasepsi Berencana (KB)

Kunjungan kf 4 pada 42 hari postpartum ibu telah yakin memilih

KB jangka panjang yaitu implant dan suami telah menyetujuinya. Ibu

diberikan informasi tentang KB pada pertemuan sebelumnya yaitu di KF 2

dan 3 sehingga pada saat masa nifas berakhir di KF 4 ibu sudah mantap

menggunakan KB implant, tidak ada keluhan dan masalah pasca

pemasangan KB.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Asuhan Masa Kehamilan

Berdasarkan hasil pengkajian pada riwayat kehamilan yang

diperoleh dari buku KIA ibu, dapat diketahui Ny.S rutin memeriksakan

kehamilannyayaitu sebanyak 8 kali kunjungan ke fasilitas kesehatan

terdekat yaitu Klinik SI Kembar. Menurut Tyastuti (2017) sudah seharusnya


202

ibu yang diketahui sedang hamil disarankan untuk segera memeriksakan

kehamilannya agar terpantau kemajuan proses kehamilan demi

memastikan kesehatan ibu serta tumbuh kembang janinnya. Frekuensi

pemeriksaan pada Ny. S dilihat dari riwayat buku KIA telah memenuhi

standar sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa sedikitnya ibu hamil

melakukan pemeriksaan hamil sesuai dengan anjuran Kemenkes RI tahun

2020, pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan normal

minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di

Trimester 3 serta minimal 2x diperiksa oleh dokter (Kemenkes RI, 2020).

Menurut Penulis, tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek

dikarenakan Ny. S telah memenuhi standar kunjungan Antanatal Care.

Menurut Febyanti dan Susilawati (2012), ibu yang rajin melakukan

kunjungan ulang bisa terbilang bahwa ibu tersebut sangat memperhatikan

kehamilannya dengan mencari tahu mengenai kondisi kehamilannya saat

ini, sehingga saat dirasa ada keluhan maka ibu langsung

memeriksakannyake fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Hal demikian

sesuai dengan tujuan diharuskannya ibu hamil melakukan kunjungan pada

masa kehamilan menurut Widatiningsih (2017), yaitu untuk menentukan

usia kehamilan ibu, taksiran persalinan ibu, memelihara dan meningkatkan

status kesehatan ibu baik secara fisik, mental dan sosialnya kemudian

mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakn ibu dan

janin, mencegah masalah pada masa kehamilan seperti tetanus neonatal,

anemia, kebiasaan tradisional yang ekstrim dan bisa membahayakan

selama hamil, mendorong perilaku sehat pada pola nutrisi, kebersihan,

istirahat dan pola aktivitas sehari-hari, mempersiapkan kehamilan dan


203

persalinan selamat dengan meminimalisir komplikasi dan trauma,

mempersiapkan peran ibu dan keluarga serta membangun hubungan

saling percaya.

Pelayanan Asuhan Antenatal Care pada Ny. S terdiri dari 10 T,

yaitu Ukur Berat Badan dan Tinggi Badan, Ukur Lingkar Lengan Atas

(LILA), Ukur Tekanan Darah, Ukur Tinggi Fundus Uteri, Pemberian Tablet

Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan, Pemberian Imunisasi TT,

Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), Pemeriksaan

Laboratorium (rutin dan khusus), Temu wicara / konseling, Tatalaksana

kasus sesuai indikasi (Kemenkes RI, 2020). Asuhan pada Ny. S adalah

sebagai berikut :

1. Kunjungan 1 (34 Minggu)

Pada kunjungan pertama Ny. S datang ke TPMB tanggal 07

Februari 2023 untuk memeriksakan kehamilannya. ibu mengatakan

hamil 8 bulan lebih merasa sehat tidak ada keluhan atau tanda bahaya

yang mengancam kehamilannya. Gerakan janin dirasakan aktif oleh

ibu.

Hasil pemeriksaan objektif didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi

80x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 36,6oC. Bidan melakukan

pemeriksaan abdomen dengan hasil usia kehamilan 34 minggu, TFU

30 cm, letak kepala, TBBA 2.790 gram, DJJ 148x/menit. Dilakukan

pemeriksaan laboratorium pada ibu dengan HB 14gr%mmHg,,

pemeriksaan glukosa dan protein urine negatif serta pemeriksaan HIV,

HbsAg dan Shypilis dengan hasil non reaktif. Pemeriksaan

laboratorium berupa tes PMS tidak dilakukan pada Ny. S karena tidak
204

ada keluhan ataupun tanda gejala yang mengarah pada hal tersebut.

Pemeriksaan khusus seperti test PMS dapat dilakukan apabila ada

indikasi dan pada daerah yang rawan. Jadi tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik (Kemenkes RI, 2020).

Berdasarkan data subjektif dan objektif dapat ditegakan analisa

data pada kunjungan kedua Ny S yaitu G1P1A0 hamil 34 minggu, janin

tunggal hidup intrauterine presentasi kepala. Diagnosa tersebut

ditegakkan oleh penulis berdasarkan hasil pemeriksaan penambahan

berat badan, TFU, DJJ dan pemeriksaan fisik lengkap telah dilakukan

sehinggan didapatkan hasil bahwa Ny. S tidak memiliki faktor resiko

dan termasuk dalam kehamilan normal.

Asuhan yang diberikan pada Ny. S adalah melakukan informed

consent pada ibu dan keluarga atas tindakan yang akan diberikan

serta ibu akan diberikan asuhan berkelanjutan mulai dari kehamilan

hingga asuhan KB. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil

pemeriksaan bahwa ibu saat ini dalam keadaan baik namun

mengalami ketidaknyamanan pada kehamilan Trimester III.

Memberitahu penyebab utama nyeri pinggang. Memberitahu ibu untuk

mengatasi nyeri pinggang dengan body mekanik atau sikap tubuh

yang baik, meredakan otot-otot yang terasa sakit dengan mandi/

berendam air hangat, mengajarkan kepada ibu gerakan senam hamil

untuk mengurangi rasa sakit dan ketegangan otot. Istirahat dan

kurangi aktifitas berlebihan. Konsumsi air putih minimal 2 liter atau 8

gelas per hari serta konsumsi makanan yang bergizi dan mengandung

protein. Tanda-tanda bahaya pada hamil trimester III. Konsumsi


205

Tablet Fe dan Kalk. Persiapan persalinan/ birth plan dan Kunjungan

ulang.

Ny. S pada kunjungan pertama 34 minggu ini mengalami

keluhan sakit pinggang, keluhan yang dialami Ny. S adalah keluhan

fisiologis yaitu sakit pinggang. Keluhan ini sesuai dengan teori yaitu

adanya perubahan pada muskuloskeletal akibat semakin beratnya dan

membesarnya ukuran janin dan uterus, perubahan gravitasi, dinding

abdomen, postur saat berjalan, ketidakstabilan ligamen tulang

belakang menyebabkan terjadinya nyeri pinggang bawah pada saat

kehamilan. Penulis berpendapat bahwa tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek.

Hasil dari semua pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan

bahwa tidak terdapat indikasi yang memerlukan rujukan pada

kehamilan Ny.S hanya terdapat keluhankan sakit pinggang pada usia

kehamilan 34 minggu. Penelitian Umah (2012) menunjukkan bahwa

pada ibu hamil multigravida lebih tinggi mengalami nyeri pinggang

bawah dibandingkan pada ibu primigravida, dari 172 sampel yang

mengalami nyeri pinggang bawah terdapat sebanyak 67,6% ibu

multigravida dan 49,3% primigravida. Nyeri pinggang, dalam masa

kehamilan merupakan salah satu problem yang banyak dikeluhkan

oleh para calon ibu. Berdasarkan penelitian Mayer dan rekan sekitar

50% ibu hamil sering mengeluhkan sakit pinggang saat menjalani

proses kehamilan. Sementara menurut Kusmaryadi (2011), sekitar 50-

70% dari wanita hamil pada umumnya mengeluh nyeri pinggang


206

yang bisa dirasakan disemua tingkat usia kehamilan. Namun, nyeri

ini paling banyak dirasakan saat kehamilan tua

Menurut Prawirohardjo (2008), rencana persalinan, skrinning

pemeriksaan laboratorium termasuk mengetahui golongan darah

sebaiknya sudah dilakukan sejak awal, karena sangat penting untuk

mengetahui secara dini agar dapat mengantisipasi kegawatdaruratan

yang mungkin akan terjadi, serta dapat merencanakan tindakan lebih

awal untuk melakukan asuhan untuk tindakan segera. Dari hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa pengkajian, Analisa data serta

penatalaksanaan yang telah dilakukan pada Ny. S sudah seuai dengan

kebutuhan dan tidak ada kesenjangan dengan teori.

2. Kunjungan 2 (36 Minggu)

Pada kunjungan ANC kedua Ny. S tanggal 19 Februari 2023,

tepatnya di usia kehamilan 36 minggu. Ibu mengatakan ingin

memeriksakan kehamilannya Ibu menyatakan telah menerapkan

gerakan senam hamil dan body mekanik yang sudah diajarkan dan

nyeri pinggang yang dirasakan telah berkurang. Gerakan janin aktif

dirasakan oleh ibu.

Berdasarkan data objektif didapatkan hasil keadaan umum ibu

baik, TD120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, Respirasi 22x/menit dan Suhu

36,60֯C, Pemerikssan abdomen bagian kepala janin sudah masuk

dengan TFU 32 cm, TBBA 3.100 dan DJJ 140x/mnt, pemeriksaan fisik

lainnya dalam batas normal. Pinggang lordosis, dilakukan pemeriksaan

pada pinggang dilihat dari ekspresi wajah yaitu dirasakan nyeri ringan

dan berkurang dari kunjungan pertama.


207

Asuhan yang diberikan pada Ny. S adalah apresiasi pada ibu

telah mampu belajar melaksanakan gerakan senam hamil yang telah

diajarkan dan dapat menerapkan body mekanik dengan benar.

Menganjurkan kepada ibu untuk tetap melanjutkan anjuran pada

kegiatan sehari-hari. Konsumsi air putih minimal 2 liter atau 8 gelas per

hari serta konsumsi makanan yang bergizi dan mengandung protein.

Evaluasi tanda bahaya hamil, informasi kembali persiapan persalinan /

birth plan, konsumsi Fe dan kalk. Ibu duanjurkan melakukan

pemeriksaan USG oleh dokter kandungan untuk melihat keadaan

kehamilan dan bayinya

Pada kunjungan ke dua ini bidan beserta ibu dan suami

merencanakan persalinan meliputi perlengkapan ibu dan bayi, biaya

persalinan, kendaraan, rencana tempat persalinan, dan pendonor bila

terjadi kegawat daruratan. Ibu dan suami akan mempersiapkan birth

plan tersebut.

Semua penatalaksanaan dan hasil pemeriksaan Ny. S sesuai

buku KIA dan dicatatkan dalam buku KIA, hal ini seseuai dengan teori

Mufdillah (2012), yang menyatakan bahwa semua catatan buku KIA,

wajib diisi dengan lengkap, karena semua data yang ada pada buku

KIA saling berhubungan serta memiliki makna medis dan data tersebut

sudah sangat informatif sehingga dapat membantu deteksi sedini

mungkin adanya penyulit dalam kehamilan.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengkajian, Analisa

data serta penatalaksanaan yang telah dilakukan pada Ny. S sudah

seuai dengan kebutuhan dan tidak ada kesenjangan dengan teori.


208

3. Kunjungan ketiga (37 minggu)

Pada kunjungan berikutnya tanggal 26 Februari 2023 usia

kehamilan menginjak 37 minggu. Ibu mengatakan ingin memeriksakan

kehamilannya Ibu menyatakan saat ini merasa sehat tidak ada

keluhan, tidak ada tanda bahaya kehamilan yang mengancam.

Gerakan janin aktif dirasakan oleh ibu.

Berdasarkan pemeriksaan objektif didapatkan hasil

pemeriksaan fisik dalam keadaan normal, TD dalam batas normal

serta pemeriksaan abdomen posisi bayi sudah sesuai yaitu kepala dan

sudah masuk PAP, TBBA 3.255 gram, DJJ 144 x/menit, teratur.

Tekanan darah terakhir ibu pada kunjungan ketiga adalah 120/80

mmHg, selama kehamilan ibu tidak mengalami tekanan darah tinggi

maupun tekanan darah rendah. Tekanan darah normal pada ibu hamil

berkisar dari 100/60 sampai 140/90 mmHg (Irianti, dkk, 2014),

sehingga selama kehamilannya tekanan darah Ny. S dalam batas

normal. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebagai deteksi adanya

hipertensi atau preeklamsi dalam kehamilan. Penulis berpendapat,

dengan adanya pemeriksaan tekanan darah pada setiap kunjungan,

dapat diketahui pula ibu beresiko atau tidak adanya hipertensi dalam

kehamilannya dan menurut penulis tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktek dikarenakan tekanan darah Ny. S normal karena setiap

kunjungan antenatal tekanan darah ibu tidak pernah melebihi 140/90

mmHg.

Selama kehamilan ini Ny. S dianjurkan meminum tablet tambah

darah. Dosis yang digunakan pada terapi pencegahan adalah 1 tablet


209

tambah darah per hari selama kehamilan dengan minimal 90 tablet

dimulai sedini mungkin dan dilanjutkan hingga masa nifas. Pemberian

tablet Fe sangat penting untuk menghindari terjadinya anemia dalam

kehamilan. Ny. S rutin mengkonsumsi tablet Fe, hal ini sejalan dengan

pendapat Irianti (2014) bahwa pemberian tablet Fe atau zat besi pada

ibu hamil minimal 90 butir, dikuatkan pula dengan penelitian bahwa

penyebab utama anemia saat kehamilan adalah kurangnya asupan

tablet Fe (World Health Organization, 2016). Ny. S patuh dalam

mengkonsumsi tablet Fe sehingga dapat mencegah resiko anemia

dengan hasil pemeriksaan HB adalah 12,5 gr%.

Presentasi janin Ny. S adalah kepala dan DJJ terakhir yaitu

140x/ menit. Sejak memasuki Trimester III hingga akhir kehamilan,

presentasi janin pada Ny. S sudah normal yaitu presentasi kepala.

Letak dan presentasi janin dalam rahim merupakan salah satu faktor

penting yang berpengaruh terhadap proses persalinan (Irianti, 2014).

Penentuan presentasi janin dapat dimulai pada akhir trimester II dan

setiap kali kunjungan ANC, pemeriksaan ini dimaksudkan untuk

mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin

bukan kepala, atau kepala janin belum masuk PAP berarti ada

kelainan posisi janin, atau kelainan panggul sempit. Penulis

berpendapat dengan dilakukannya asuhan tersebut, dapat menjadi

acuan tenaga kesehatan dalam mendiagnosa klien, sehingga dapat

dilakukan asuhan selanjutnya berdasarkan diagnosa yang telah

ditentukan. Posisi janin Ny. S tidak mengalami kelainan letak dan DJJ

normal karena tidak melebihi 160 x/menit.


210

TFU terakhir ibu pada usia kehamilan 37 minggu yaitu 33 cm..

Penambahan TFU ibu 2 cm dari usia kehamilan 34 minggu sampai 37

minggu sedangkan pada minggu terakhir dibandingkan dengan minggu

sebelumnya hanya bertambah 2 cm. Hasil pengukuran TFU dikatakan

normal apabila sesuai dengan usia kehamilan dalam setiap minggunya

mencapai kenaikan ±2cm. Menurut Irianti (2014), umur kehamilan 37

minggu TFU normalnya berada pada pertengahan P.X-pusat, tinggi

fundus berpengaruh dalam pengukuran taksiran berat janin. Pada

Ny.S pengukuran TFU dan taksiran berat badan janin sesuai dengan

usia kehamilan.

Dari pemeriksaan data subjektif dan objektif pada kunjungan

ketiga Ny. S didapatkan analisa asuhan kebidanan yaitu G1P0A0

hamil 37minggu, janin tunggal hidup presentasi kepala. Tidak ada

masalah atau keluhan yang berarti pada kunjungan ketiga ini. Ibu

merasa sehat dan janin dirasakan aktif oleh ibu.

Penatalaksanaan yang dilakukan bidan adalah

memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa

pada umumnya keadaan ibu dan janin sehat, konsumsi air putih dan

makanan bergizi, evaluasi tanda bahaya kehamilan, memberitahu

tabda persalinan, evaluasi birth plan (dana, perlengkapan ibu, tempat

bersalin, transportasi), konsumsi Fe dan kalk serta kunjungan ulang 1

minggukemudian.

Saat pelaksanaan kunjungan ANC ke tiga ini juga telah

dilakukan evaluasi perencanaan persalinan yang meliputi rencana

tempat bersalin, penolong persalinan, transportasi, biaya, serta


211

keperluan ibu dan bayi. Ibu diberikan edukasi mengenai tanda gejala

awal menjelang persalinan dan diharapkan agar segera datang ke

klinik bila mendapati salah satunya. Secara keseluruhan penulis tidak

mengalami kesulitan pada saat temu wicara dengan Ny. S, hal ini

dikarenakan Ny. S kooperatif dan mau bekerjasama sehingga

konseling berjalan lancar. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik.

Asuhan antenatal care Ny. S secara berkesinambungan baik

pada kunjungan pertama, kedua maupun ketiga sudah sesuai dengan

teori, bidan telah melaksanakan standar pelayanan Antenatal care 10T

dan frekuensi kunjungan antenatal care sudah sesuai dengan teori.

Ketidaknyaman yang dirasakan Ny.S selama hamil juga termasuk ke

dalam ketidaknyamanan fisiologis sehingga intervensi yang dilakukan

adalah melakukan konseling cara mengatasi keluhan yang dapat

dilakukan ibu dirumah untuk dapat mengurangi ketidaknyamanan

tersebut.

4.2.2 Persalinan

Kala I : Ibu datang ke Klinik Si Kembar tanggal 06 Maret 2023

pukul 16.00 WIB, mengeluh mengeluh Ibu mules-mules semakin lama

semakin sering, dalam 10 menit dirasakan 2x lamanya kurang dari 20

detik. Mules dirasakan sejak tadi pagi pukul 07.00 WIB, ibu mengaku

sudah ada pengeluaran lendir bercampur darah namun belum keluar air-air

dan ibu masih merasakan gerak janin aktif. Asuhan yang diberikan kepada

Ny. S adalah memberikan asuhan sayang ibu seperti : membantu ibu


212

melakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, menganjurkan

dan mengingatkan ibu teknik relaksasi, menjaga privasi ibu dalam

persalinan. membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan

asupan cairan, mengajarkan ibu tekhnik gymball untuk mengurangi rasa

sakit dan pemberian aromaterapi lavender, memberitahu kepada ibu dan

keluarga bahwa saat ini ibu sudah mulai memasuki masa persalinan

dengan pembukaan 6 cm. Kemudian ,emantau kemajuan persalinan,

mengobservasi kesejahteraan ibu dan janin yaitu DJJ, nadi, his setiap 30

menit. Tekanan darah, pemeriksaan dalam setiap 4 jam. Suhu, urin setiap

2 jam dan mencatat semua hasil pemeriksaan ke dalam partograf dan

mempersiapkan alat partus set.

Kala II : Ibu mengeluh mulesnya semakin sering dan ibu tidak

tahan lagi untuk mengedan seperti ingin BAB dan merasa keluar air-air.

Setelah dipimpin persalinan secara APN bayi lahir spontan pada pkl

20.05 WIB. Asuhan yang di berikan kepada Ny. S adalah memberikan

asuhan sayang ibu seperti memberikan ibu minum di sela-sela kontraksi,

mengajarkan dan membimbing ibu cara mengedan yang baik, membantu

ibu mengambil posisi yang sesuai dengan pilihan ibu yang mempermudah

proses persalinan, dan menganjurkan ibu untuk istirahat diantara

kontraksi. Melihat ada tanda gejala kala II, melakukan pertolongan

persalinan sesuai dengan APN dengan bersih dan aman, membantu

kelahiran kepala bayi, mengecek lilitan tali pusat dan memotong segera tali

pusat. Melakukan penanganan bayi baru lahir dan mengganti handuk yang

basah dengan kain yang kering.


213

Kala III : Ibu merasa senang karena bayinya sudah lahir dan

mengeluh masih lemas dan merasa lelah. Tidak ada janin kedua dan

plasenta lahir spontan pukul 20.10 WIB. Asuhan kebidanan yang diberikan

kepada Ny. S adalah melakukan manajemen aktif kala III, yaitu

memberikan oxytosin 10 UI secara IM di 1/3 paha atas bagian distal.

Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi, mendorong

sisi tali pusat kearah distal dan jepit kembali 2 cm distal dari klem pertama.

Melakukan pengguntingan tali pusat diantara klem tersebut, dan menjepit

tali pusat dengan umbilical klem, meletakan bayi tengkurap di dada ibu dan

dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD), melakukan bounding attachment

yaitu dengan membantu ibu untuk segera memeluk dan menyusui bayinya

yang dibantu oleh suaminya memindahkan klem berjarak 5-10 cm dari

vulva, melakukan penegangan tali pusat terkendali, massase fundus uteri

selama 15 detik, menganjurkan keluarga untuk memberi makan dan

minum, mengecek kelengkapan plasenta dan melihat jumlah perdarahan.

Kala IV : ibu mengatakan senang dan bahagia karena bayi sudah

lahir dengan selamat dan sehat namun ibu merasa lelah dan lemas.

Asuhan kebidanan yang di berikan kepada Ny. S adalah mengecek luka

laserasi, melakukan penjahitan pada luka perineum ibu, mengajarkan

kepada ibu cara massase fundus uteri bila terasa lembek, membersihkan

ibu, membersihkan tempat tidur, membantu ibu mengenakan pakaian

yang bersih, menganjurkan ibu untuk mendapatkan asupan nutrisi, cairan

agar ibu tidak merasa lelah supaya tenaga ibu kembali pulih serta

melakukan pemantauan pemantauan kala IV setiap 15 menit pada jam


214

pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua dengan mecatat hasil

observasi di partograf

Asuhan persalinan pada kala I Ny. S diajarkan teknik gymball

untuk mempercepat persalinan. Saat proses persalinan rasa nyeri akan

semakin meningkat ketika ibu mengalami stress dan kelelahan akibat

persalinan lama (Christin Hiyana, 2019). Nyeri persalinan perlu

mendapatkan penanganan yang baik dan tidak menimbulkan komplikasi

yang dapat mengganggu persalinan (Tetti, 2018). Upaya dalam mencegah

persalinan lama salah satunya dengan bimbingan gymball yang menunjang

persalinan agar berjalan secara fisiologis.

Penelitian Siregar pada tahun 2020 yang berjudul pengaruh

pelaksanaan teknik gymball/ birth ball kemajuan persalinan yang

mengungkapkan bahwa rata-rata kemajuan persalinan untuk status birth

ball dilaksanakan dan tidak dilaksanakan adalah berbeda dimana status

birth ball dilaksanakan lebih cepat dibandingkan dengan status birth ball

tidak dilaksanakan. Dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-

value 0,0000 < 0,05 yang berarti ada pengaruh yang bermakna dengan

pelaksanaan tehnik birth ball kepada kemajuan persalinan (Siregar et al.,

2020).

Birth ball adalah sebuah bola terapi fisik yang membantu

kemajuan persalinan dan dapat digunakan dalam berbagai cara. Salah

satu gerakan latihan birth ball berupa duduk di atas bola dengan

menggoyangkan panggul dinilai mampu memberikan kenyamanan dan

mempercepat waktu persalinan (Mutoharoh & Indrayani, 2019). Asuhan

persalinan pada Ny. S dalam mengatasi nyeri persalinan dan


215

mempercepat kepala janin turun adalah dengan diberikan intervensi teknik

gymball dan setelah dilakukan evaluasi ternyata keluhan yang dirasakan

berkurang disertai pembukan bertambah, sehingga dapat disimpulkan

bahwa teknik akupresur gymball pada Ny. S efektif dalam mengurangi

nyeri dan mempercepat proses persalinan.

Selain diajarkan teknik gymball dalam mengurangi nyeri

persalinan diberikan pula terapi dengan aromaterapy lavender

menggunakan diffuser selama 10- 15 menit pada kala I fase aktif dan

memberi dukungan psikologis kepada Ny S. Selama pelaksanaan proses

kala I, ibu dapat di ajak bekerja sama dengan baik sehingga proses kala I

berjalan dengan baik lebih kurang lamanya proses kala I dari pembukaan 6

cm ke pembukaan lengkap adalah 3 jam. Dalam tindakan tatalaksana

kasus telah diberikan sesuai dengan keluhan ibu dan ibu telah menerima

dan memahami serta ibu melaksanakan anjuran yang telah diberikan. Ibu

merasa nyaman dan tenang setelah diberikan aromaterapi

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Restiana (2015), tentang

efek lilin aromaterapi lavender terhadap perubahan intensitas nyeri

persalinan kala I fase aktif pada 8 responden. Didapatkan hasil bahwa ibu

bersalin di wilayah kerja Puskesmas Bergas Semarang yang telah

diberikan lilin aromaterapi mengalami penurunan nyeri persalinan yang

signifikan, (p value = 0,000 dan nilai mean menurun dari 5,58 menjadi

3,63).

Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal

memiliki efek menenangkan. Penelitian yang dilakukan terhadap manusia

mengenai efek aromaterapi lavender untuk relaksasi, kecemasan, mood,


216

dan kewaspadaan menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan dan

perbaikan mood. (Yamada, et al, 2015). Penerapan aromaterapi lavender

pada proses persalinan berpengaruh terhadap tingkat nyeri persalinan. Ibu

yang diberikan aromaterapi lavender pada proses persalinan mengalami

tingkat nyeri persalinan yang rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak

diberikan aromaterapi pada proses persalinan. Aromaterapi lavender dapat

mengurangi rasa cemas serta ketakutan menjelang persalinan yang dapat

menyebabkan ketegangan, rasa nyeri, dan sakit saat persalinan serta

mampu mengontrol sensai rasa sakit pada saat kontraksi rahim,

meningkatkan kadar endorfin dan epinerfin dalam tubuh untuk mengurangi

rasa nyeri pada saat kontraksi dalam persalinan.

Pada saat persalinan berlangsung, masalah yang di alami oleh

Ny.S adalah nyeri dan cemas dalam menghadapi persalinan, maka asuhan

yang di berikan adalah memberikan asuhan sayang ibu dan integrasi

asuhan komplementer berupa teknik gymball dan aromaterapi lavender

untuk mengurangi keluhan yang dirasakan ibu. Berdasarkan asuhan yang

di berikan terhadap Ny.S tidak terdapat kesenjangan atau ketidaksesuaian

antara asuhan yang diberikan dengan asuhan yang terdapat dalam teori,

keluhanpun berkurang saat dilakukan asuhan yang sesuai kebutuhan ibu..

4.2.3 Nifas

Pada masa nifas 6 jam pertama Ny. S mengatakan kondisinya

saat ini sudah merasa baik dan tidak ada keluhan. Asuhan kf 2 yaitu pada

nifas 6 hari ibu mengatakan tidak ada keluhan dan dapat merawat bayinya

dengan baik. Asuhan kf 3 yaitu 14 hari postpartum ibu mengatakan


217

keadaannya baik tidak ada keluhan, ASI keluar lancar, ibu biasa menyusui

bayinya setiap 2-3 jam sekali dan tidak ada kesulitan. Asuhan kf 4

dilakukan pada 42 hai postpartum Ny. S tidak mengeluh apapun dan tidak

terdapat masalah. Ibu berencana menggunakan KB implant dan suami

telah menyetujui.

Asuhan yang diberikan pada Ny. S setelah melahirkan adalah

memastikan tidak terjadi perdarahan, memberitahu tanda bahaya nifas,

mengajarkan teknik menyusui yang baik dan benar, menganjurkan ibu

untuk merawat dan menjaga kebersihan vulva, menganjurkan pada ibu

untuk istirahat, memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dan

nutrisi, cairan dan nutrisi yang dibutukan ibu nifas adalah mengkonsumsii

tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk

mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya

3 liter air setiap hari, pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,

setidaknya selama ± 40 hari postpartum, minum kapsul vit A 200.000 unit

agar dapat memberikan vit A kepada bayinya melalui ASI, memberitahu

ibu tentang ambulasi secara dini yaitu duduk hingga bisa turun dari tempat

tidur dan berjalan sendiri ke kamar mandi untuk BAK sudah merupakan

ambulasi dini.

Asuhan yang diberikan pada Ny. S setelah 6 hari melahirkan

adalah memastikan uterus dibawah umbilikus yaitu pertengahan simfisis

dan pusat. Mengingatkan kembali pada ibu dan keluarga tentang pola

istirahat yaitu selama 8 jam pada malam hari dan 2 jam pada siang

hari, nutrisi yaitu terpenuhi protein, mineral, dan vitamin, mengingatkan

tentang personal hygiene pada masa nifas dan mengingatkan tanda


218

bahaya masa nifas. Mengajarkan pada ibu beberapa gerakan senam nifas

untuk mempecepat pemulihan ibu

Asuhan yang diberikan pada Ny. S Nifas 14 hari adalah

memastikan uterus tidak teraba di atas simpisis, mengingatkan tentang

personal hygiene pada masa nifas, vulva higiene seperti mengganti celana

dalam ketika basah, cebok dari atas ke bawah agar kotoran dari anus tidak

terbawa ke atas. Mengingatkan tanda bahaya masa nifas, pola istirahat

selama masa nifas, mengingatkan kembali macam- macam alat

kontrasepsi dan menanyakan mengenai kontrasepsi yang akan digunakan

Asuhan nifas 42 hari pada Ny. S adalah menganjurkan kembali

untuk menyusui bayi secara Eklusif yaitu selama 6 bulan dan menyusui

bayinya sesering mungkin. Memberitahu ibu untuk terus menjaga pola

nutrisi dengan makan bergizi dan seimbang serta memastikan kontrasepsi

yang akan digunakan. Ibu dan suami memutuskan akan menggunakan KB

jangka panjang Implant serta tidak mengganggu proses menyusui dan

akan dilakukan pemasangan pada 42 hari postpartum.

Berdasarkan asuhan yang diberikan di terhadap Ny. S tidak

terdapat kesenjangan atau ketidaksesuaian antara asuhan yang diberikan

dengan asuhan yang terdapat dalam teori. Masa nifas Ny. S berjalan

lancar tanpa ada kendala.

4.2.4 Neonatus dan Bayi Baru Lahir

Asuhan yang diberikan setelah bayi lahir 6 jam adalah

menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesuai kebutuhan dan

memotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan tanpa


219

makanan pendamping kepada bayinya, memberitahu ibu tanda-tanda

bahaya pada bayi baru lahir seperti sulit bernafas, isapan lemah, tali pusat

basah dan berbau, adanya demam atau kejang, dan apabila hal ini terjadi

segera membawa bayi ke petugas kesehatan bila terdapat tanda bahaya

tersebut, menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi agar

bayi tidak hipotermi, memandikan bayi setelah 6 jam. Pada saat bayi lahir

diberikan vit K, tetes mata profilaksis, dan imunisasi Hepatitis B0.

Asuhan yang diberikan setelah bayi lahir 6 hari adalah menjaga

kehangatan bayi, mengingatkan tanda bahaya pada BBL dan apabila hal

ini terjadi segera membawa bayi ke petugas kesehatan bila terdapat tanda

bahaya tersebut. Memberitahu ibu jenis dan jadwal imunisasi yaitu pada

saat bayi berumur 1 bulan harus mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1,

Asuhan yang diberikan setelah bayi lahir 28 hari pada By Ny. S

adalah mengingatkan kembali tanda bahaya pada BBL seperti sulit

bernafas, isapan lemah, adanya demam atau kejang, dan apabila hal ini

terjadi segera membawa bayi ke petugas kesehatan bila terdapat tanda

bahaya tersebut. Mengingatkan kembali pada ibu mengenai pentingnya

ASI Ekskluif dan Ibu mengerti serta akan berusaha memberi bayinya ASI

Eksklusif. Menberikan imunisasi BCG di tangan kanan bayi serta

memberitahukan efek samping yang terjadi setelah diberikan imunisasi

BCG pada bayinya. Menganjurkan kepada ibu untuk melengkapi imunisasi

dasar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Memberitahu kepada

ibu untuk membawa anaknya ke fasilitas kesehatan/posyandu setiap bulan

agar terpantau tumbuh kembang nya dan Ibu bersedia membawa bayinya.
220

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir memerlukan penyesuaian

fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan

intrauterine ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat

hidup dengan baik. Penanganan bayi baru lahir diantaranya,

membersihkan jalan nafas, memotong dan merawat tali pusat,

mempertahankan suhu tubuh bayi, memberikan vitamin K parenteral

dengan dosis 0,5 mg IM, memberi obat tetes/ salep mata eritromosin,

mengidentifikasi bayi dan melakukan pemantauan bayi baru lahir.

Menangani tali pusat jangan membungkus tali pusat atau perut bayi

ataupun mengoleskan cairan atau bahan atau apapun ke tali pusat,

nasehati yang sama bagi ibu dan keluarganya, lihat popok dibawah tali

pusat, nasehati yang sama bagi ibu dan keluarganya, lihat popok dibawah

tali pusat, jika tali pusat pusat kotor bersihkan dengan hati-hati

menggunakan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama

dengan menggunakan kain bersih, jelaskan pada ibu bahwa ia harus

segera meminta bantuan petugas kesehatan jika tali pusat menjadi merah,

bernanah, berdarah atau berbau, dan jika pangkal tali pusat menjadi

merah, mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi ke fasilitas

yang dilengkapi perawatan untuk bayi bau lahir.

Cara mempertahankan kehangatan suhu tubuh bayi antara lain

sebagai berikut : Mengeringkan bayi dengan seksama, selimuti tubuh bayi,

dan tutup kepala bayi, Menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui

bayi, Menimbang bayi, apabila sudah memakai baju dan menunda


221

memandikan bayi 6 jam setelah lahir, Menempatkan bayi diruangan yang

bersih dan hangat.

Asuhan yang diberikan setelah bayi lahir pada By Ny. S yaitu

menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya, menyusui

bayinya sesuai kebutuhan dan memotivasi untuk memberikan ASI ekslusif

kepada bayinya, memberitahu ibu tanda- tanda bahaya pada bayi baru

lahir, memberitahu bayinya untuk dijemur pada pagi hari, memberitahu ibu

untuk mengimunisasi bayinya, membersihkan feces, mengganti popok

bayi, dan melakukan perawatan tali pusat dengan prinsip bersih dan kering

telah sesuai dengan teori. Pada saat lahir hanya diberikan Vitamin K, salep

mata serta HB0.

Berdasarkan asuhan yang diberikan terhadap bayi Ny. S tidak

terdapat kesenjangan atau ketidaksesuaian antara asuhan yang diberikan

dengan asuhan yang terdapat dalam teori.

4.2.5 Kontrasepsi Berencana (KB)

Asuhan kebidanan asuhan keidanan pada Ny. S dengan akseptor

Implant dilakukan pada asuhan postpartum 42 hari bersama dengan

asuhan kf 4. Tujuan Keluarga Berencana (KB) memungkinkan pasangan

usia subur untuk mengantisipasi kelahiran, mencapai jumlah anak yang

mereka inginkan dan mengatur jarak waktu kelahiran mereka. Hal ini dapat

dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan infertilitas.

Ny. S merencanakan menggunakan alat kontrasepsi KB Implant karena ibu

berencana ingin menunda keinginan mempunyai anak lagi. Metode implant

ini efektif dan cocok untuk ibu, serta ada dukungan dari suami.
222

Menurut asumsi penulis, Ny. S menjadi akseptor KB Implant

karena ibu ingin menunda dahulu mempunyai anak, tidak menggangu

proses menyusui dan menginginkan kontrasepsi yang efektif serta lebih

hemat karena pemasangan KB Implant relatif terjangkau untuk 3 tahun

kedepan.

Sebelum melakukan tindakan, untuk memudahkan pemasangan

penulis melakukan pengkajian yang terdiri dari data objektif dan subjektif.

Hal ini dilakukan untuk menggali informasi pasien dan mencari apakah

terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Setelah dilakukan pengkajian

secara lengkap, penulis melakukan identifikasi masalah atau diagnosa,

kemudian kebutuhan segera dan dilanjutkan pengembangan rencana atau

intervensi, dan implementasi. Secara teori dan praktek dalam pemasangan

Implant pada Ny. S ini tidak terdapat kesenjangan.

Berdasarkan hasil anamnesa, ibu mengatakan telah memutuskan

untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan ibu yaitu menggunakan

KB jangka panjang Implant 2 fin, dan keputusan tersebut merupakan hasil

diskusi antara ibu dan suaminya. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan

penapisan didapatkan bahwa TTV ibu normal dan kondisi ibu layak untuk

mendapatkan KB Implant sehingga analisa klien adalah P2A0 Nifas 42 hari

calon Akseptor KB Implant.

Penatalaksanaan pada asuhan kebidanan pada Ny. S adalah

pada KF 2 dan 3 ibu telah diberitahukan tentang alat kontrasepsi, ibu

diberikan konseling mengenai macam- macam KB, efektifitas, efek

samping dan lama penggunaan. Sehingga pada kunjungan kf 4 yaitu 42

hari postpartum, ibu sudah mantap memilih kontrasepsi jangka panjang


223

yaitu Implant. Ibu menginginkan kontrasepsi yang tidak mengganggu ASI

dan berencana menjarangkan kehamilan sampai usia bayi 5 tahun.

Penatalaksanaan pada Ny. S diberikan penjelasan atau KIE

seputar KB Implant serta penapisan untuk pemakaian KB implant pada ibu.

Penapisan KB implant telah dilakukan dan hasilnya ibu dapat berKB impant

2 fin, memberikan informed consent pada ibu bahwa akan dilakukan

pemasangan KB, mempersiapkan alat-alat dan bahan habis pakai untuk

pemasangan KB Implant, melakukan pemasang KB implant 2 fin pada

lengan kiri ibu, membereskan dan merendam alat serta membuang bahan

habis pakai. Alat sudah dibereskan. memberikan konseling pasca

pemasangan serta perawatan luka pada daerah pemasangan KB Implant,

konseling pola nutrisi dengan memakan makanan yang beragam seperti

sayuran, protein hewani, buah-buahan dan menganjurkan ibu untuk minum

14 gelas/ hari. Ibu mengerti dan akan melakukannya serta menganjurkan

ibu untuk Kontrol 2 minggu kemudian atau bila ada keluhan.

Berdasarkan asuhan yang diberikan terhadap bayi Ny. S tidak

terdapat kesenjangan atau ketidaksesuaian antara asuhan yang diberikan

dengan asuhan yang terdapat dalam teori.


DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S. (2017) Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan. Jakarta: Erlangga.

Bappeda. (2019). Laporan Kematian Ibu dan Anak.

Buckle J. 2018. Aromatherapy and Diabetes. Diabetes Spectrum. 4(3): 124-126

Dewi, IGA. 2013. Aromaterapi Lavender Sebagai Media Relaksasi. Farmasi


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2(1): 21-53

Dewi, Vivian Nanny Lia dan Sunarsih, Tri. (2016). Asuhan Kehamilan Untuk
Kebidanan, Jakara: Salemba Medika.

Dinkes Provinsi Jawa Barat (2021) Buku Profil Kesehatan di Jawa Barat Tahun
2021. Bandung: Dinkes Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat. (2021). Profil Kesehatan Tahun


2020. Kabupaten Bandung Barat: Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
Barat. 2021

Homer, Caroline SE. (2016). Models of maternity care: evidence for midwifery
continuity of care. Medical Journal of Australia, 205(8), 370-374. ICM.
(2014). Philosophy and Model of Midwifery Care. from
https://www.internationalmidwives.org/

Karlina, Reksohusodo, Widayati. 2015. Pengaruh Pemberian Aromaterapi


Lavender secara Inhalasi terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan
Fisiologis pada Primipara Inpartu Kala Satu Fase Aktif di BPM “Fetty
Fathiyah” Kota Mataram. Universitas Brawijaya. 2(2): 108-119

Kemenkes RI (2013) Buku Saku Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar


Dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes Kemenkes RI (2016) Asuhan
Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Kemenkes RI. RI

Kemenkes RI (2020) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Jakarta:


Kemenkes RI.

Kemenkes RI (2020) Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI (2020) Pedoman Keseahatan Ibu dan Anak Revisi Terbaru.


Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI (2020) Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta:


Kemenkes RI.

Kemenkes. (2016). Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia
Kemenkes. (2020). Laporan Kinerja Kementrian Keseatan Tahun 2020. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar profesi Bidan (2020).

Kewenangan bidan dalam Undang- Undang RI No 4 Tahun 2019 tentang


Kebidanan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan
(938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan).

Kuriyama, H. et al. (2015) ‘Immunological and psychological benefits of


aromatherapy massage’, Evidence-based Complementary and Alternative
Medicine, 2(2), pp. 179–184. doi: 10.1093/ecam/neh087

Lestari, Winny Putri, & Nawangsih, Umu Hani Edi. (2015). Pengaruh Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Respon Adaptasi Nyeri Pada Ibu
Inpartu Kala I Fase Aktif Di BPM Bidan P Kota Yogyakarta.
STIKES'Aisyiyah Yogyakarta. Manuaba. (2012). Ilmu Kebidanan
Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
EGC.

Manuaba (2019) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Nurasiah, dkk, (2012). Faktor yang Mempengaruhi Persalinan. Bandung : Reflika


Salemba
Nurhayati, N. (2022) Laporan Bulanan Klinik Si Kembar Tahun 2022. Kabupaten
Bandung Barat: Klinik Si Kembar

Panuluh, Sekar, & Fitri, Meila Riskia. (2016). Perkembangan pelaksanaan


sustainable development goals (SDGs) di Indonesia. Biefing Paper, 2,
125.

PMK No. 28 ttg Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

Prawirohardjo, S. (2016) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Rina Astikawati. (2016). Asuhan ibu dalam masa kehamilan Bandung: Erlangga

Rukiyah, A. et al. (2013) Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Jakarta: TIM

RPJMN. (2020). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional


(20202024).

Rohani, dkk. (2014). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta :


Salema Medika.

Roumali, dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta: nuha medica
Rukiyah, d. (2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.

Saifuddin, AB. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Sulistyawati ari. 2009. Asuhan Kehamilan pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika: 155-162.

Susilarini, dkk. 2017. Pengaruh Pemberian Aromatherapi Lavender Terhadap


Pengendalian Nyeri Persalinan Kala I Pada Ibu Bersalin. Jurnal
Kebidanan. 6(12): 47-54

Sri Astusi, Ari Indra Susanti, Rani Nurparidah, Ariyati Mandiri, Evie kumala sari,
Varney, H. 2008. Ilmu Kebidanan (Varney’s Midwifery 3rd.Ed.).
Bandung:Sekeloa Publisher. Hal. 302.

Sulistyawati, A. (2011) Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.

Walyani and Elisabeth, S. (2015) Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.


Yogyakarta: Pustaka Baru Pres

Wulandari, C. L., Risyati, L., Maharahi, Kaltsum, U., & Kristin, D. (2021). Asuhan
Kebidanan kehamilan. Media Sains Indonesia.

World Health Organization (2016) WHO Recommendations On Antenatal Care


For A Positive Pregnancy Experience. 20 Avenue Appia, 1211 Geneva
27, Switzerland: World Health Organization,. Available at:
http://www.who.int.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent

LEMBAR INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi klien dalam Asuhan


Berkelanjutan dan telah mendapatkan penjelasan bahwa diberikan asuhan
masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi sampai 6 minggu pasca persalinan
serta asuhan KB.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.

Bandung Barat, 05 Februari 2023


Yang Menyatakan
Klien

(Ny. S)

Saksi
1. Bidan : ( )
2. Keluarga Klien : ( )
Sebagai : dari klien
Lampiran 2 Lembar Konsultasi
Lampiran 3. Buku KIA
Lampiran 4. Patograf
Lampiran 5. Dokumentasi
Lampiran 4. Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nining Nurhayati

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Mei 1968

Alamat : Jl. Raya Rancapanggung No. 6 RT 03 RW 04

Kec. Cililin Kab. Bandung Barat

Agama : Islam

Tempat bekerja : Puskesmas Cicangkanggirang

Alamat Bekerja : cicangkang

Riwayat Pendidikan : SDN Tahun 1978

SMPN Tahun 1984

SPK Tahun 1987

D1 Kebidanan Tahun 1990

D3 Kebidanan Tahun 2008

S1 Kebidanan Tahun 2022

Riwayat Pekerjaan Tahun 1990 sd sekarang

Anda mungkin juga menyukai