Anda di halaman 1dari 25

Case Report Session

PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) KONTRASEPSI


MANTAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAPAI TAHUN 2020

Oleh:
Haldan Aerastama
1940312015

Preseptor:
Dr. dr. Hafni Bachtiar, MPH

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berupa Case Report Session ini dengan judul
“Program Keluarga Berencana (KB) Kontrasepsi Mantap di Wilayah Kerja Puskesmas
Lapai tahun 2019”.
Case Report Session ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik
di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Dr. dr. Hafni
Bachtiar, MPH selaku preseptor. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada
Puskesmas Lapai dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... 6
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 7
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 7
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 8
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 8
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................ 8
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 8
1.4 Metode Penulisan .............................................................................................. 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 9


2.1 Keluarga Berencana.......................................................................................... 9
2.1.1 Definisi ....................................................................................................... 9
2.1.2 Tujuan Program KB ................................................................................... 9
2.1.3 Ruang Lingkup Program KB ..................................................................... 9
2.1.4 Program Layanan KB................................................................................. 9
2.1.5 Alur Pelayanan KB .................................................................................... 10
2.2 Kontrasepsi ........................................................................................................ 12
2.2.1 Definisi ....................................................................................................... 12
2.2.2 Jenis Kontrasepsi ........................................................................................ 12
2.3 Kontrasepsi Mantap ......................................................................................... 13
2.3.1 Tubektomi/Metode Operasi Wanita (MOW) ............................................. 13
2.3.2 Vasektomi/Metode Operasi Pria (MOP) .................................................... 14

BAB 3 ANALISIS SITUASI ........................................................................................ 17


3.1 Kondisi Geografis Puskesmas Lapai ............................................................... 17
3.2 Kondisi Demografis Puskesmas Lapai ............................................................ 18
3.3 Program Keluarga Berencana Puskesmas Lapai .......................................... 18
3.4 Pencapaian Program Keluarga Berencana Puskesmas Lapai ...................... 18

BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................................ 23


BAB 5 PENUTUP ......................................................................................................... 24
3
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 24
5.2 Saran .................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 25

4
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan Tahun 2020 di Kec. Lapai .................. 18
Tabel 3.2 Peserta KB Baru Puskesmas Lapai 2020 ......................................................... 18
Tabel 3.3 Peserta KB Pasca Salin Puskesmas Lapai 2020 ............................................... 19
Tabel 3.4 Peserta KB Aktif Puskesmas Lapai 2020......................................................... 19

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Pelayanan KB di Jaringan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas


Pelayanan Kesehatan ................................................................................... 11
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lapai ......................................................... 17
Gambar 3.1 Persentase peserta KB baru ......................................................................... 20
Gambar 3.2 Persentase peserta KB pasca persalinan ...................................................... 20
Gambar 3.3 Persentase peserta KB aktif ......................................................................... 21
Gambar 3.4 Cakupan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Puskesmas Lapai Tahun
2019 ............................................................................................................. 22

6
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga berencana adalah usaha yang memungkinkan pasangan dan individu untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah anak dan jarak umur antar anak
(spacing) yang mereka inginkan, cara untuk mencapainya, serta menjamin tersedianya
informasi dan berbagai metode yang aman dan efektif.1 Maka dari itu, Pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan
Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program keluarga berencana (KB) adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas. Dalam pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan
program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS).
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu
dengan kondisi 4T yaitu Terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), Terlalu sering
melahirkan, Terlalu dekat jarak melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas usia 35
tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar
dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.12
Berdasarkan Profil Kesehatan RI Tahun 2017, 63,22% PUS telah menjadi peserta KB
aktif. Angka tersebut masih belum mencapai target renstra BKKBN sebesar 65,6%.
Pencapaian peserta KB aktif di Padang tahun 2019 adalah 74% dari PUS, jumlah ini
meningkat dari cakupan tahun 2018 dan 2017 (69,17% dan 64,24%). Peserta KB aktif
menunjukkkan adanya trend peningkatan setiap tahunnya karna koordinasi yang baik
antara DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian
Penduduk Keluarga Berencana.
Melalui Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
menyatakan bahwa pelayanan KB termasuk dalam manfaat pelayanan promotif dan
preventif. Manfaat pelayanan KB yang dijamin meliputi konseling, kontrasepsi dasar,
vasektomi dan tubektomi. Berbagai macam Kontrasepsi diantaranya: Kontrasepsi tanpa
menggunakan alat-alat/obat-obatan, kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun
wanita, kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida, kontrasepsi Hormonal (oral, suntik,
implant), kontrasepsi dengan AKDR, kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi).3,4
Melalui makalah ini, yang akan lebih dibahas mengenai Kontrasepsi mantap (Kontap) di
Puskesmas Lapai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Program Keluarga Berencana (KB) di Puskesmas Lapai ?
2. Bagaimana Penggunaan Kontrasepsi Mantap (Kontap) di Puskesmas Lapai?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai Program


Keluarga Berencana (KB)
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Program Keluarga Berencana (KB) di Puskesmas Lapai

2. Mengetahui Penggunaan Kontrasepsi Mantap (Kontap) di Puskesmas


Lapai

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literatur, laporan tahunan Puskesmas Lapai, dan diskusi dengan pemegang Program
Keluarga Berencana (KB) di puskesmas.

8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana


2.1.1 Definisi
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran
anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk
mencegah dan menunda kehamilan.5

2.1.2 Tujuan Program KB


Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak
agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang
bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan
dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan
tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak
kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua.5,6
2.1.3 Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana

b. Kesehatan reproduksi remaja

c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

e. Keserasian kebijakan kependudukan

f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.


2.1.4 Program Pelayanan KB
Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu melalui:
1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan

9
2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami
komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama kehamilan, persalinan dan
nifas.
3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan yang
mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Pelayanan keberlanjutan (Continuum of Care) dalam pelayanan KB, meliputi


pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja, konseling WUS/ calon pengantin,
konseling KB pada ibu hamil/ promosi KB pasca persalinan, pelayanan KB pasca
persalinan, dan pelayanan KB interval.2
Mengacu pada Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung oleh jaringan
pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Jaringan pelayanan
Puskesmas terdiri atas Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa.
Sementara Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas klinik, rumah sakit, apotek,
laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.5,6

2.1.5. Alur Pelayanan KB


Calon klien atau klien KB datang ke jaringan Puskemas dan jejaring pelayanan
kesehatan mendaftar ke petugas dengan menunjukkan kartu kepesertaan BPJS (jika sudah
menjadi peserta JKN) dan mendapatK/I/KB.2 Dokter dan atau Bidan memberikan
konseling kepada klien untuk memilih pelayanan KB yang dikehendaki. Apabila Dokter
dan atau Bidan menemukan kontraindikasi pelayanan KB yang dikehendaki klien pada
saat penapisan maka perlu konseling pemilihan metodesi khusus untuk pelayanan suntik,
IUD, implan perlu persetujuan secara tertulis dengan menandatangani formulir informed
consent, apabila klien tidak setuju perlu diberikan konseling ulang.

Setelah pelayanan KB, bidan memantau hasil pelayanan KB dan memberikan nasehat
pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang dan kontrol kembali dengan
membawa KI/KB atau kartu kunjungan.2

10
Gambar 2.1 Alur Pelayanan KB di Jaringan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

11
2.2 Kontrasepsi

2.2.1 Definisi

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim.7
2.2.2 Jenis Kontrasepsi

a. Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana


tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain:
Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode
Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara
suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu
kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida.9

b. Metode Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi


(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada
pil, suntik dan implant.9

c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung
hormon. AKDR yang mengandung hormone Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu
Progestasert.9

d. Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena
prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga

12
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan
nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga
.
cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi 9

2.3 KONTRASEPSI MANTAP


2. 3.1. Tubektomi/Metode Operasi Wanita (MOW)

Metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak
ingin hamil lagi.
a. Keuntungan

• Tidak mempengaruhi produksi ASI

• Tidak ada efek samping dalam jangka panjang dan tidak ada perubahan
dalam fungsi seksual.

• Berkurangnya risiko mengalami kanker indung telur.

b. Keterbatasan.

• Perlu pertimbangan yang matang sebelum dilakukan karena bersifat


permanen kecuali bila dilakukan rekanalisasi.
• Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam beberapa hari setelah tindakan.

• Dilakukan oleh dokter terlatih/kompeten (dokter umum untuk minilap,


dokter spesialis ginekologi dan dokter bedah untuk proses laparoskop).
• Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual (IMS) termasuk
hepatitis B, HIV dan AIDS.
c. Kriteria peserta Tubektomi.

• Yakin telah mempunyai jumlah anak sesuai dengan harapan keluarga.


• Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

• Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

• Pasca persalinan dan pasca keguguran. Wajib menandatangani

informed concent.

d. Ibu yang tidak diperbolehkan melakukan Tubektomi.

13
• Hamil positif (sudah terdeteksi atau dicurigai).

• Perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya.

• Ada infeksi sistemik atau penyakit radang panggul


(Pelvic Inflamatory Disease/PID)
• Kurang pasti mengenai keinginannya untuk menambah anak di masa
depan.
• Tidak ada informed concent.

e. Kapan Tubektomi dilakukan.

• Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional


klien tidak hamil.
• Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus mentruasi.

• Pasca persalinan : Hanya dilakukan cara minilap dalam waktu 2 hari atau
setelah 6 minggu atau 12 minggu.
• Pasca keguguran :

▪ Triwulan I : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada buki infeksi panggul
(minilap atau laparoskopi)
▪ Triwulan II : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi panggul
(minilap).
2. 3. 2. Vasektomi/Metode Operasi Pria (MOP)

MOP adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran sperma (vas
deferens) pria. MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor yang
aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan
tidak memerlukan anastesi umum
a. Keuntungan MOP

• Efektif, karena tingkat kegagalannya kecil dan merupakan metode


kontrasepsi yang permanen.
• Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada
mortalitas
(kesakitan).

14
• Sederhana, sehingga pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.

• Cepat, hanya memerlukan waktu 5 - 10 menit.

• Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal


saja.

• Biaya rendah, yang paling penting adalah persetujuan pasangan.

b. Kerugian MOP

• Diperlukan suatu tindakan operatif minor, dan harus menunggu


sampai sel mani menjadi negative
• Kadang - kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau
infeksi.
• Kontrasepsi mantap pria belum memberikan perlindungan total
sampai semua spermatozoa yang sudah ada di dalam sistem
reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens dikeluarkan.

• Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual


mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang
menyangkut sistem reproduksi pria
c. Indikasi MOP

MOP merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana


fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap
kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan
kualitas keluarga
d. Kontraindikasi MOP

• Infeksi kulit lokal, misalnya scabies.

• Infeksi traktus genetalia.

• Kelainan skrotum dan sekitarnya :

- Varicocele, yaitu pembesaran vena di dalam skrotum

- Hydrocele besar (penumpukan cairan)

15
- Hernia inguinalis, yaitu prolaps sebagian usus ke dalam anulus
inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau
kegagalan menutup yang bersifat kongenital.
- Orchiopexy, yaitu fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum.

- Luka parut bekas operasi hernia.

- Skrotum yang sangat tebal.

16
BAB 3
ANALISIS SITUASI

3.1 Kondisi Geografis Puskesmas Lapai


Puskesmas Lapai terletak di Kecamatan Nanggalo, dengan luas wilayah 303

Ha, meliputi tiga kelurahan wilayah kerja, yaitu:

1. Kelurahan Kampung Lapai : 2,85 km2

2. Kelurahan Kampung Olo : 0,57 km2

3. Kelurahan Tabing Banda Gadang : 0,91 km2

Batas-batas wilayah Puskesmas Lapai yaitu:

1. Sebelah Utara dengan Kelurahan Kurao Pagang dan Kelurahan Surau

Gadang Kecamatan Nanggalo.

2. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Padang Utara.

3. Sebelah Timur dengan Kelurahan Gurun Lawas dan Kelurahan Surau

Gadang Kecamatan Nanggalo.

4. Sebelah Barat dengan Kematan Padang Utara..

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lapai

17
3.2 Kondisi Demografi Puskesmas Lapai

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Lapai pada tahun 2020 yaitu
24.725 jiwa dengan distribusi kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan Tahun 2020 di Kec. Lapai

No. Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Jumlah RT

1. Kampung Lapai 2,85 km2 10.986 2.267

2. Kampung Olo 0,57 km2 7.573 1.741

3. Tabing Banda Gadang 0,91 km2 5.860 1.352

Jumlah 4,33 km2 24.725 5.359

3.3 Program Keluarga Berencana Puskesmas Lapai

Tujuan : Mendukung terwujudnya Kecamatan Lapai Sehat


Sasaran : Meningkatkan program keluarga berencana
Strategi : Tersedianya pelayanan KB di puskesmas, jejaring, dan jaringan
kesehatan.
Kebijakan : 1. Meningkatnya cakupan akseptor KB aktif
2. Meningkatnya penyelenggaraan KB pascapersalinan
3. Meningkatnya Pendidikan KESPRO/KB di SLTA dan
perguruan tinggi.

3.4 Pencapaian Program Keluarga Berencana Puskesmas Lapai


Peserta akseptor baru menurut kontrasepsi yang digunakan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3.2 Peserta KB Baru Puskesmas Lapai 2020
No Kelurahan PUS IUD MOW MOP IMP STK PIL KDM JLH
1 Kp. Lapai 2276 11 1 0 8 58 47 7 132
2 Kp. Olo 1568 10 1 0 5 43 33 1 93
3 Tb. Gadang 1214 8 2 0 1 31 19 1 62
JUMLAH 5058 29 4 0 14 132 99 9 287

18
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 257 orang adalah peserta
KB aktif baru di wilayah kerja Puskesmas Lapai dan metode kontrasepsi yang paling
banyak digunakan adalah suntik yaitu 132 orang. Selain itu diketahui juga bahwa tidak
ada peserta kKB baru yang memilih metode operasi pria (MOP).

Tabel 3.3 Peserta KB Pasca Salin Puskesmas Lapai 2020


No Kelurahan Bulin IUD MOW MOP IMP STK PIL KDM JLH
1 Kp. Lapai 219 8 1 0 2 35 20 34 100
2 Kp. Olo 151 8 1 0 3 21 14 2 49
3 Tb. Gadang 118 7 2 0 0 20 13 0 42
JUMLAH 488 23 4 0 5 76 47 36 191

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 2 676 orang adalah peserta
KB pasca salin di wilayah kerja Puskesmas Lapai dan metode KB yang paling banyak
digunakan adalah suntik yaitu sebanyak 76 orang. Tidak ada peserta KB pasca salin yang
memilih metode operasi pria (MOP).

Tabel 3.4 Peserta KB Aktif Puskesmas Lapai 2020


No Kelurahan PUS IUD MOW MOP IMP STK PIL KDM JLH
1 Kp. Lapai 2276 172 44 5 65 638 262 55 1241
2 Kp. Olo 1568 61 21 4 49 425 181 21 762
3 Tb. Gadang 1214 52 24 3 32 356 171 38 676
JUMLAH 5058 285 89 12 146 1419 614 114 2679

Dari tabel 3.4 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 2 679 orang adalah peserta KB
aktif di wilayah kerja PuskesmasLapai dan metode KB yang paling banyak digunakan
adalah suntik yaitu sebanyak 1419 orang.

19
CAKUPAN DAN PROPORSI PESERTA KB BARU PER
KELURAHAN PUSKESMAS LAPAI TAHUN 2020
15,00%

13,00%

11,00%

9,00%

7,00% 5,79% 5,93% 5,67%


5,10%
5,00%

3,00%

1,00%

Lapai Olo TB Gadang Puskesmas

Gambar 3.1 Persentase peserta KB baru

Dari gambar di atas terlihat cakupan dan proporsi peserta KB baru Puskesmas
Lapai tahun 2020 belum mencapai target yaitu 5,67% dari 15%. Dari 3 kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas Lapai tidak ada yang mencapai target KB baru.

CAKUPAN DAN PROPORSI PESERTA KB PASCA SALIN PER


KELURAHAN PUSKESMAS LAPAI TAHUN 2020
80,00%

70,00%

60,00%

50,00% 45,66%
39,13%
40,00% 35,59%
32,45%
30,00%

20,00%

10,00%

0,00%

Lapai Olo TB Gadang Puskesmas

Gambar 3.2 Persentase peserta KB pasca persalinan

20
Dari gambar di atas terlihat cakupan dan proporsi peserta KB pasca persalinan
Puskesmas Lapai tahun 2020 belum mencapai target yaitu 39,13% dari 80%. Dari 3
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Lapai tidak ada yang mencapai target KB pasca
persalinan

CAKUPAN DAN PROPORSI PESERTA KB AKTIF


PER KELURAHAN PUSKESMAS LAPAI TAHUN 2020
75,00%

65,00%
54,52% 55,68%
52,96%
55,00%
48,59%
45,00%

35,00%

25,00%

15,00%

5,00%

Lapai Olo TB Gadang Puskesmas

Gambar 3.3 Persentase peserta KB aktif

Dari gambar di atas terlihat cakupan dan proporsi peserta KB pasca persalinan
Puskesmas Lapai tahun 2020 belum mencapai target yaitu 52,96% dari 75%. Dari 3
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Lapai tidak ada yang mencapai target KB pasca
persalinan

21
CAKUPAN KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI
PUSKESMAS LAPAI TAHUN 2020
60,00%
52,96%
50,00%

40,00%

30,00%
22,91%
20,00%
10,63%
10,00% 5,44%
3,32% 4,25%
0,44%
0,00%

IUD MOW MOP IMP STK PIL KDM

Gambar 3.4 Cakupan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Puskesmas Lapai


Tahun 2019

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa cakupan dan proporsi peserta KB pasca
persalinan menurut jenis kontrasepsi yang paling tinggi adalah suntik sebesar 52,96%

22
BAB 4
PEMBAHASAN

Puskesmas merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang


bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerja masing-masing pada satu
atau bagian wilayah kecamatan.1 Dalam menyelenggarakan program kesehatan
perorangan dan masyarakat, Puskesmas memiliki program-program kegiatan pelayanan
kesehatan. Puskesmas Lapai memiliki 5 program pokok dan program pengembangan.
Salah satu program yaitu keluarga berencana (KB).

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau
cara untuk mencegah dan menunda kehamilan.5

Program KB di Puskesmas Lapai pada tahun 2020 tidak berjalan baik terlihat dari
pencapaian angka akseptor KB baru, pasca salin, dan peserta aktif di Wilayah kerja
puskesmas yang tidak ada mencapai target. Hal ini terutama disebabkan kondisi pandemi
COVID-19 sehingga masyarakat takut untuk pergi ke fasilitas kesehatan.

Peserta aktif KB di Puskesmas Lapai yang dilihat pada tahun 2019, cukup ada
pesertanya cukup merata di tiga kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lapai.
Data pengguna alat kontrasepsi di Puskesmas Lapai tertinggi berada di Kelurahan
Kampung Lapai dengan jumlah peserta aktif pada tahun 2020 berjumlah 1241 orang,
Dibandingkan dengan kontrasepsi secara suntik, pil mau pun implan, metode
kontrasepsi mantap (Kontap) mempunyai peserta yang paling sedikit yaitu 89 peserta
aktif pada Metode Operatif Wanita (MOW), dan 12 peserta pada Metode Operatif Pria
(MOP) pada tahun 2020, hal ini disebabkan metode Kontrasepsi Mantap (Kontap) bersifat
semi permanen, komplikasi minor seperti infeksi, perdarahan, dan rasa
sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan, serta harus dilakukan oleh
dokter yang sudah terlatih.1 Karena keterbatasan yang sudah disebutkan menyebabkan
orang lebih memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi lain yang lebih mudah
dalam aplikasinya. Tetapi untuk keuntungannya efektivitas dari Metode ini tinggi tingkat
rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan kontrasepsi1

23
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Target peserta akseptor baru pada tahun 2020 tidak tercapai.
2. Target peserta KB pasca salin pada tahun 2020 tidak tercapai.
3. Target peserta KB aktif pada tahun 2020 tidak tercapai.
4. Penyebab tidak tercapainya target program KB terutama disebabkan kondisi
pandemi COVID-19.
5. Daerah dengan penduduk paling banyak terdaftar dalam peserta KB yaitu
berasal dari Kelurahan Kampung Lapai.
6. Metode Kontrasepsi yang paling banyak digunakan yaitu kontrasepsi secara
suntik dan pemakaian yang paling sedikit yaitu pada metode Kontrasepsi
Mantap (Kontap)

5.2 Saran

1. Membuat kerjasama antar program yaitu dengan bagian KIA KB dan Promkes,
dilakukannya promosi mengenai berbagai macam metode kontrasepsi khususnya
metode Kontrasepsi Mantap (Kontap)

2. Bagian KIA KB memberikan penyuluhan dan edukasi yang lebih aktif kepada
pasangan usia subur dan ibu bersalin tentang pelaksanaan program KB di mas
pandemi

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan


Akses ke Pelayanan Keluarga berencana dan Kesehatan Reproduksi yang
Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Indonesia. UNFPA. 2019
2. Menteri Kesehatan. Permenkes no. 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual. 2014.
3. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2014.
4. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-25.Volume 1. Jakarta;
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2018
5. Ardiana I, Sekarpuri AD, Yudhistira. Peran bkkbn di balik gerakan penanggulangan
Stunting. Jurnal Keluarga. Edisi kesatu. 2018.
6. Sulistyawati, A. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta:
Salemba Medika.2013.
7. Hartanto, H. Keluarga Berencana Dan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.2012.
8. Nugroho T dan Utama I B. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2014.
9. World Health Organization (WHO). 2018. Planning Family or
Contraseption.
10. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Cetakan ke-3; 2018.

25

Anda mungkin juga menyukai