Disusun Oleh:
Reza Afriyan Indra 1610070100147
Putri Rahmadini 1610070100013
Pepis Darsipa 1610070100065
Maulina Triqustia 1610070100039
Pembimbing:
dr. Venny Novi Yersi
PEMBIMBING LAPANGAN
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rendahnya
Cakupan Imunisasi Hb0 di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2019”
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan..................................................................................................... 1
1.2.2 Tujuan Khusus........................................................................................ 2
1.3 Manfaat................................................................................................... 2
1.3.1 Manfaat Teoritis...................................................................................... 2
1.3.2 Manfaat Praktis....................................................................................... 2
1.3.3 Manfaat Bagi Masyarakat....................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas............................................................................................... 4
2.2 Manajemen Puskesmas........................................................................... 7
2.2.2 Pengorganisasian.................................................................................... 8
2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan................................................................ 10
2.2.4 Pengawasan dan pengendalia................................................................. 10
2.3 Hepatitis.................................................................................................. 11
2.3.1 Definisi................................................................................................... 11
2.3.2 Epidemilogi............................................................................................. 11
2.3.3 Patogenesis............................................................................................. 12
BAB III HASIL KEGIATAN
3.1 Profil Puskesmas Tanjung Paku............................................................. 24
3.1.1 Peta Wilayah........................................................................................... 24
3.1.2 Kondisi Geografis................................................................................... 24
3.1.3 Kondisi Demografis dan Kependudukan................................................ 24
3.1.4 Sosial Budaya......................................................................................... 25
3.1.5 Sumber Daya Kesehatan......................................................................... 25
ii
3.1.6 Visi, Misi, Motto dan Janji Pelayanan.................................................... 28
3.2 Gambaran Umum Program-program Kesehatan Masyarakat................. 29
3.2.1 Upaya Kesehatan Wajib......................................................................... 29
3.2.2 Program Pengembangan......................................................................... 32
3.3 Fokus Kajian Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas
Tanjung Paku.................................................................................................... 33
3.3.1 Kegiatan Program dan Pelayanan........................................................... 33
3.3.2 Indikator Dan Pencapaian Kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat Tahun
2019.................................................................................................................. 40
3.4 Hasil Kegiatan Puskesmas...................................................................... 46
3.6 Penetapan Prioritas Masalah................................................................... 47
3.7 Penilaian Prioritas Masalah Di Puskesmas Tanjung Paku..................... 48
3.8 Analisa Sebab Akibat Masalah............................................................... 57
3.9 Plan of Action......................................................................................... 58
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................. 62
4.2 Saran....................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 63
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
hepatitis B maka diberikan secepatnya.Indonesia merupakan negara dengan
endemis tinggi Hepatitis B, terbesar kedua di Negara SEAR (South East
Asian Region)setelah Myanmar.Sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi
pengidap hepatitis kronik, sedangkan untuk penderita hepatitis C diperkirakan
sebesar 170 juta orang. Sebanyak 1,5 juta penduduk di dunia meninggal
karena penyakit Hepatitis. Infeksi kronik virus hepatitis B (HBV) merupakan
masalah yang serius karena penyebarannya di seluruh dunia dan
kemungkinan terjadinya gejala sisa, khususnya di wilayah Asia Pasifik yang
prevalensinya tinggi .
Himbauan dari WHO bahwa sejak tahun 1997, semua negara yang
berpotensi sebagai endemis virus Hepatitis memasukan imunisasi hepatitis B
dalam imunisasi rutin. Seiring berjalannya waktu, sejak tahun 2002, pemerintah
mencanangkan program pemberian Imunisasi HB.0 pada bayi baru lahir 0-7 hari
yang diberikan langsung pada tempat pelayanan ibu bersalin dengan
menggunakan vaksin Hepatitis Uni-ject oleh petugas yang melakukan kunjungan
rumah (KNI). Setelah bayi diberi imunisasi Hb0 maka akan dilanjutkan dengan
pemberian imunisasi lainya sesuai jadwal imunisasi ditempat pelayanan
kesehatan.
2
penting. Dilain pihak terdapat perbedaan natural history antara infeksi hepatitis B
yang terjadi pada awal kehidupan dengan infeksi hepatitis B yang terjadi pada
masa dewasa. Infeksi yang terjadi sejak awal kehidupan atau bahkan sejak dalam
kandunagan, membawa resiko kronisitas sebesar 80-90%. Infeksi pada masa
dewasa yang disebabkan oleh transmisi horizontal, mempunyai resiko kronisitas
hanya sebesar 5%.
3
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
4
1.4 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini mengenai penyakit hepatitis B dan
rendahnya cakupan imunisasi Hb0 di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PUSKESMAS
6
wajib yang upaya berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta punya
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta wajib
diselenggarakan puskesmas di wilayah Indonesia. UKM essensial meliputi
pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan ibu,anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi dan pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderita akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan.Upaya kesehatan
pengembangan merupakan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan
yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan
Puskesmas.
7
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
8
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi,
2.2.1 Perencanaan
2.2.1.1 Pengertian
9
terhadap pengenalan siklus perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan
fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menetukan fungsi-
fungsi manajemen lainnya. Perencanaan manajerial akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang dijalankan, siapa
yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan
tuntutan terhadap proses pencapaian terhadap tujuan secra efektif dan efisien.
a. Analisa situasi
2.2.2 Pengorganisasian
2.2.2.1 Pengertian
10
2.2.2.2 Manfaat Pengorganisasian
b. Hubungan organisasi antar manusia yang akan terjadi antar anggota atau staf
organisasi
c. Pendelegasian wewenang
e. Mendelegasikan wewenang
2.2.3.1 Pengertian
11
2.2.3.2 Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan
12
b. Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh
petugas yang sudah mendapat pelatihan. Satandar ini berkaitan dengan
tingkat profesionalisme staf.
2.2.4.4 Evaluasi
13
2.3 Hepatitis B
2.3.1 Definisi
2.3.2 Epidemiologi
14
angka pengidap hepatitis B pada populasi sehat diperkirakan mencapai 4.0-20.3%,
dengan proporsi pengidap di luar Pulau Jawa lebih tinggi daripada di Pulau Jawa.
Secara genotip, virus hepatitis B di Indonesia kebanyakan merupakan virus
dengan genotip B (66%), diikuti oleh C (26%), D (7%) dan A (0.8%).
2.3.3 Patogenesis
Penularan pada bayi didapat dari ibu pembawa hepatitis B kronik, yang
disebut sebagai transmisi vertical. Transmisi vertical dapat terjadi saat
intrauterine, intrapartum atau setelah lahir, tetapi sebagian besar transmisi vertical
tersebut terjadi intrapartum.
Infeksi VHB dapat terjadi apabila partikel utuh VHB berhasil masuk ke dalam
hepatosit, kemudian kode genetik VHB akan masuk ke dalam inti sel hati dan
kode genetik tersebut akan “memerintahkan” sel hati untuk membentuk protein-
protein komponen VHB. Patogenesis penyakit ini dimulai dengan masuknya VHB
ke dalam tubuh secara parenteral. Terdapat 6 tahap dalam siklus replikasi VHB
dalam hati, yaitu:
Attachment
Penetration
Uncoating
15
dahulu, dan membentuk covalently closed circular DNA (cccDNA). cccDNA
inilah yang akan menjadi template transkripsi untuk empat mRNA.
Replication
Pregenom RNA dan mRNA akan keluar dari nukleus. Translasi akan
menggunakan mRNA yang terbesar sebagai kopi material genetik dan
menghasilkan protein core, HBeAg, dan enzim polimerase. Translasi mRNA
lainnya akan membentuk komponen protein HBsAg.
Assembly
Enkapsidasi pregenom RNA, HBcAg dan enzim polimerase menjadi partikel core
di sitoplasma. Dengan proses tersebut, virion-virion akan terbentuk dan masuk
kembali ke dalam nukleus.
Release
Patofisiologi hepatitis B
16
Faktor virus
Faktor pejamu
Genetik
Hepatitis B akut
natural killer sel T (sel NK-T) yang kemudian memicu teraktivasinya sel-
sel tersebut dan menginduksi sitokin-sitokin antivirus, termasuk diantaranya
interferon (terutama IFN-α). Kenaikan kadar IFN-α menyebabkan gejala panas
17
badan dan malaise. Proses eliminasi innate ini terjadi tanpa restriksi HLA,
melainkan dengan memanfaatkan sel-sel NK dan NK-T yang terangsang oleh
adanya IFN-α. 4,5,8
Untuk proses eradikasi lebih lanjut, dibutuhkan respon imun spesifik yaitu
aktivasi sel limfosit T dan B. Aktivasi sel T CD8+ terjadi setelah kontak reseptor
sel T dengan kompleks peptida VHB-MHC kelas I yang ada pada permukaan
dinding sel hati dan pada permukaan dinding Antigen Presenting Cell (APC)
dengan dibantu rangsangan sel T CD4+ yang sebelumnya sudah mengalami
kontak dengan kompleks peptida VHB-MHC kelas II pada dinding APC. Sel T
CD8+ selanjutnya akan mengeliminasi virus dalam sel hati yang terinfeksi. Proses
eliminasi tersebut bisa berupa nekrosis sel hati yang dapat meningkatkan kadar
ALT. Respon imun yang pertama terjadi sekitar 10 hari sebelum terjadi kerusakan
sel hati. Respon imun tersebut muncul terhadap antigen pre-S, disusul respon
terhadap HBcAg sekitar 10 hari kemudian. Respon yang terkuat adalah respon
terhadap antigen S yang terjadi 10 hari sebelum kerusakan sel hati. 8
HBsAg (+) 6 minggu setelah infeksi dan (-) 3 bulan setelah awal gejala.
Bila (+) lebih dari 6 bulan, infeksi VHB akan menetap.
18
Anti HBs (+) 3 bulan setelah awal gejala dan menetap.
HBeAg (+) dalam waktu pendek, kalau (+) lebih dari 10 minggu akan
terjadi kronisitas
IgM anti-HBc (+) titer tinggi pada hepatitis akut, namun bila (+) dalam
waktu lama bisa terjadi hepatitis kronik
Pada infeksi akut hepatitis B dapat terjadi peningkatan respon imun seluler
yang spesifik dan signifikan, sedangkan pada infeksi kronis individu yang
terinfeksi memiliki respon anti-HBV yang rendah. Sel efektor yang predominan
menginfiltrasi hepatoseluler adalah makrofag. Imunitas cell-mediated dapat
mencetuskan peningkatan respon imun yang bertujuan menghilangkan virus,
namun di satu sisi respon imun yang tidak adekuat dapat menyebabkan jejas
hepatoseluler yang kronis. Limfosit T sitotoksik akan berinteraksi dengan target
utama melalui reseptor HBV-specific T-cell dan molekul antigen presenting HLA
class I pada hepatosit dan menyebabkan apoptosis hepatosit. Dengan mensekresi
sitokin (termasuk diantaranya interferon), limfosit T sitotoksik akan menginduksi
berbagai sel antigen-nonspecific inflammatory ke dalam liver, dan menghasilkan
jejas nekroinflamasi pada liver.
Mempunyai hubungan kelamin yang tidak aman dengan orang yang sudah
terinfeksi hepatitis B
19
Orang yang pernah mendapat transfusi darah sebelum dilakukan
pemilahan terhadap donor
2.3.5 Diagnosis
Hepatitis B akut adalah diagnosis klinik yang diidentifikasi dari deteksi HBsAg,
gejala, dan peningkatan serum aminotransferase. Biasanya, anti-HBc IgM dan
HBV DNA dapat dideteksi. HBeAg juga dapat diidentifikasi pada fase akut.
Diagnosis dari hepatitis B kronik berdasarkan pada HBsAg positif dalam waktu
lebih dari 6 bulan. Langkah-langkah evaluasi pre-terapi pada infeksi hepatitis
B kronik bertujuan untuk: (1) menemukan hubungan kausal infeksi kronik VHB
dengan penyakit hati, (2) melakukan penilaian derajat kerusakan sel hati, (3)
menemukan adanya penyakit komorbid atau koinfeksi dan (4) menentukan
waktu dimulainya terapi .
a. Hepatitis B kronik
b. Pengidap infaktif
20
4. DNA VHB < 2000-20.000 IU/ml
2. HBsAg negative
Konjungtiva ikterik
Tirah baring
Pengobatan simptomatik
21
1. Nilai DNA VHB serum
2. Status HBeAg
3. Nilai ALT
22
Gambar 2.2 Algoritma Penatalaksanaan Hepatitis B dengan HBeAg negative
(Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B, 2012)
23
2.3.6.1 Terapi pada Populasi Khusus (Wanita Hamil)
Bila pasien menjadi hamil pada saat menjalani terapi VHB, maka
pengobatan perlu dievaluasi. Pasien disarankan untuk menghentikan pengobatan,
kecuali pada pasien dengan sirosis dan fibrosis lanjut di mana penghentian
pengobatan akan meningkatkan risiko dekompensasi. Pasien dalam terapi Peg-
IFN yang kemudian hamil, harus mengganti terapinya dengan obat yang lebih
aman (pregnancy safety class B atau C). Wanita hamil yang terapinya dihentikan
berisiko untuk mengalami hepatitis flare, dan disarankan untuk menjalani
pemantauan ketat.
24
Tidak ada bukti yang menyatakan adanya transmisi virus hepatitis B
melalui ASI. Pada studi pemantauan 147 bayi dengan ibu pengidap HBsAg, tidak
ada perbedaan jumlah bayi yang medapatkan HBsAg dan anti-HBs pada
kelompok ASI dengan kelompok susu formula. Maka, ibu dengan HBsAg positif
masih disarankan untuk menyusui bayinya.
Algoritmik Tindakan
Berikut ini adalah panduan teknis baik terhadap ibu maupun terhadap bayinya,
sebagai berikut:
4. Pada saat ibu in partu, dokter spesialis anak mendampingi dokter spesialis
kebidanan.
Tindakan segera setelah bayi lahir (dalam waktu kurang dari 12 jam) adalah;
b. Pada saat yang bersamaan, di sisi tubuh yang lain diberikan imunisasi
pasif hepatitis B dalam bentuk hepatitis B imunoglobulin HBIg secara IM,
dengan dosis 0.5 ml.
25
HBIg tersebut tidak dipaksakan. Dengan catatan, imunisasi aktif hepatitis
B tetap diberikan secepatnya.
a. Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HBsAg berkala pada usia 7 bulan (satu
bulan setelah penyuntikan vaksin hepatitis B ketiga), 1, 3, 5 tahun dan
selanjutnya setiap 1 tahun.
(1) Bila pada usia 7 bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan
ulang anti HBs dan HBsAg pada usia 1, 3, 5 dan 10 tahun.
(2) Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis
vaksinasi dan satu bulan kemudian diulang pemeriksaan anti HBs. Bila anti HBs
positif, dilakukan pemeriksaan yang sama pada usia 1, 3, dan 5 tahun, seperti pada
butir a.
(3) Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap negatif,
bayi dinyatakan sebagai non responders dan memerlukan pemeriksaan lanjutan
yang tidak akan dibahas pada makalah ini karena terlalu teknis.
(4) Bila pada usia 7 bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif, dilakukan
pemeriksaan HBsAg ulangan 6 bulan kemudian. Bila masih positif, dianggap
sebagai hepatitis kronis dan dilakukan pemeriksaan SGOT/PT, USG hati, alfa feto
protein, dan HBsAg, idealnya disertai dengan pemeriksaan HBV-DNA setiap 1-2
tahun.
2.3.7 Komplikasi
Sirosis hepatis
26
Hepatoma
2.3.8 Pencegahan
Pada fase akut, keluarga ikut menjaga asupan kalori dan cairan
yang adekuat, dan membatasi aktivitas fisik pasien
27
Vaksin hepatitis B mengandung antigen permukaan virus hepatitis B yang
diinaktifkan (HBsAg) dan dijerap pada adjuvant aluminium hidroksida. Dibuat
secara biosintesis menggunakan teknologi DNA rekombinan.
28
BAB III
HASIL KEGIATAN
Puskesmas Tanjung Paku merupakan satu dari Puskesmas yang ada di Kota
Solok.Berdiri pada tahun 1983 dengan luas tanah 1050 M2, merupakan Puskesmas
Rawat Jalan. Puskesmas Tanjung Paku terletak di wilayah kerja Kecamatan
Tanjung Harapan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
29
Jarak antara Puskesmas Tanjung Paku dengan Ibukota Provinsi Sumatera Barat 65
Km, dengan luas wilayah kerja 22,64 Km yang berbagi atas 4 (empat) kelurahan,
yaitu :
b. Kelurahan PPA
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2019
a. Agama
b. Suku
30
c. Mata Pencarian
d. Sarana Kependidikan
1 Kota Panjang 1 1 0 1 0
2 PPA 3 5 0 2 1
3 Tanjung Paku 5 4 1 0 1
4 Kampung Jawa 9 8 2 0 0
Jumlah 18 18 3 3 2
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2018
a. Tenaga Kesehatan
Tabel 3.3 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Tanjung Paku tahun 2019
1. DokterUmum 3 3 - -
2. Dokter Gigi 2 1 1 -
3. DokterSpisialis - - - -
31
4. SPK 3 3 - -
5. Perawat S1 5 3 2 -
7. Perawat D3 9 3 6 -
8. Perawat Gigi 2 1 1 -
9. Bidan D4 1 1 - -
10. Bidan D3 16 12 4 -
11 TenagaGizi 2 2 - -
17. Loket 2 2 - -
18. Bendahara 1 1 - -
20 Refraksi Optisien 1 1 -
22. Promkes 1 1 - -
23 Kesehatan Kerja 1 1 - -
24 Cleaning Servis 2 2
25. Sopir 1 - 1
32
Jumlah
Tabel 3.4 Sarana dan prasana puskesmas Tanjung Paku tahun 2019
1. GEDUNG I Mushalla
Ruang PKPR
Labor 2. GEDUNG 2
Ruang Laktasi
33
UNIT
Aula
Tata Usaha
Ruang Admin
1 Puskesmas Induk 1
2 Puskesmas Pembantu 5
3 Poskeskel 4
4 Posyandu Balita 32
5 Posyandu Lansia 11
6 Apotik 4
7 Optikal 4
9 RSUD/RST 1
11 Labor 2
34
Tanjung Paku
Jumlah 93
Visi dan Misi Puskesmas Tanjung Paku berpedoman pada visi Dinas Kesehatan
Kota Solok yaitu Masyarakat Kota Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan, dan
berdasarkan permasalahan yang ada dan sumber daya yang dimiliki, Puskesmas
Tanjung Paku menetapkan Visi, Misi, Motto dan Janji Pelayanan.
● Visi:
Visi Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok adalah “Terwujudnya Pelayanan Prima
Menuju Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat”
● Misi :
● Motto:
35
● Janji Pelayanan
a. Senyum
b. Ikhlas
c. Mudah
d. Peduli
e. Adil
f. Terpadu
g. Inovatif
h. Komitmen
36
Upaya kesehatan layanan dasar yang diselenggarakan puskesmas meliputi
6 Upaya Kesehatan wajib ditambah dengan Upaya Kesehatan Pengembangan
ditambah Inovasi. Adapaun hasil kegiatan dari upaya kesehatan tersebut adalah
sebagai berikut:
Penyuluhan ke sekolah
Penyuluhan di posyandu
Penyuluhan keliling
Survey PHBS
Pelayanan ANC
Kunjungan nifas
Otopsi verbal
DDTK
c. Keluarga berencana
37
Pelayanan dan konseling
Kunjungan rumah balita gizi kurang dan buruk serta bumil KEK
Pemantauan posyandu
TFC
Pendataan kadarzi
Kelas MP-ASI
Kelas gizi
- Pemberian vitamin A
- Pemberian tablet Fe
38
a. Program imunisasi
Pelayanan imunisasi
BIAS
TT WUS
Sweeping
Pelacakan KIPI
b. Program P2P
Penyegaran kader TB
Survey epidemiologi
PTM
Posbindu
c. Kegiatan Program TB
Pelaksanaan PMO
d. Program Rabies
39
Penyuluhan bahaya penyakit rabies dan penanggulangan dini kasus gigitan
hewan tersangka rabies bagi petugas dan tokoh masyarakat.
Pemberian vaksin anti rabies (VAR) dan serum anti rabies (SAR) pada
kasus sesuai indikasi.
Melakukan monitoring dan evaluasi pada apsien yang mendapat VAR dan
SAR.
Melakukan rujukan kasus curiga kanker leher rahim atau IVA positif lesi
luas (bukan kandidat krioterapi).
40
Pemberian bubuk abate pada masyarakat yang dimonitoring oleh petugas
surveilans puskesmas.
Melakukan pemeriksaan VCT dan IMS pada klien yang datang sendiri
atau diantar oleh penjangkauannya (LSM) ke puskesmas.
41
Melakukan mobile VCT dan IMS di kampus dan instansi yang berminat.
Rumah sehat.
Pemeriksaan TTU-TPM.
STBM.
3.2.2.1 UKS
Pembinaan SD
3.2.2.2 Perkesmas
42
Kegiatan yang dilakukan:
Senam lansia
3.2.2.6 PKPR
a. Dalam gedung
43
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar
b. Luar gedung
UKGS
UKGM
Dalam Permenkes No. 43 tahun 2019 juga dijelaskan ada 2 fungsi Puskesmas
yaitu:
44
Upaya kesehatan Masyarakat di Puskesmas Tanjung Paku juga telah mengacu
kepada permenkes No 43 tahun 2019 yaitu meliputi upaya kesehatan masyarakat
essensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan
masyarakat essensial yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional
dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, yaitu :
d. Pelayanan Gizi
d. Pembinaan UKS/UKGS
f. Kesehatan Jiwa
g. Kesehatan Haji
45
h. PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
Dalam menyusun kegiatan selain mengacu kepada pedoman dan acuan yang
sudah ada ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi,
maupun Dinas Kesehatan Kota, Puskesmas Tanjung Paku juga memperhatikan
kebutuhan dan harapan masyarakat terutama sasaran program. Kebutuhan dan
harapan masyarakat maupun sasaran program dapat di identifikasi melalui survei,
kotak saran, maupun temu muka dengan tokoh masyarakat.
a. Rawat Jalan
46
3.3.2 Indikator Dan Pencapaian Kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat
Tahun 2019
Tabel 3.7 Indikator dan pencapaian kegiatan upaya kesehatan masyarakat
Puskesmas Tanjung Paku tahun 2019
TA
UPAYA PENCAP
N RG
KESEHAT KEGIATAN SATUAN AIAN
O ET
AN
2019 2019
I PROGRAM PROMKES
1 Cakupan % 100 75
Kelurahan
siaga aktif
2 Cakupan % 100 75
posyandu
aktif
II PROGRAM KESLING
1 Akses air % 98 98
bersih
2 Akses % 90 100
jamban
keluarga
3 Pembuangan % 78 80
air limbah
RT
47
4 Pengelola % 88 88
sampah RT
5 Pengawasan % 62 50
TPM
6 Pengawasan % 61 62
TTU
7 Rumah sehat % 89 89
2 Cakupan K4 % 95 89,9
5 Neonatus % 90 88,2
7 KF1 % 90 89.5
8 KF2 % 90 88.9
9 KF3 % 90 88.75
1 Cakupan peserta
0 kb aktif % 73 74,5
48
B KIA-ANAK 1 Bayi lahir hidup % 90 92.0
2 KN 1 % 90 90,4
3 KN 2 % 90 90,4
4 KN lengkap % 90 90,4
6 Kunjungan bayi
lengkap % 85 99,0
7 Bayi DDTK
kontak I % 90 99,0
8 Bayi DDTK
kontak IV % 90 88,6
9 Anak balita
DDTK kontak I % 90 88,6
1 Anak balita
0 DDTK kontak II % 90 90,0
1 DDTK Apras
1 kontak I dan II % 90 90,0
1 Anak Balita
2 Standar % 90 90,0
PROGRAM GIZI
I
V
49
3 BGM/D % 0.4 0,1
4 Fe BUMIL % 95 90,78
7 Asi Ekslusif % 47 94
12 Cakupan % 95 98,3
rumah tangga
50
konsumsi
garam
beryodium
13 Cakupan % 80 91,7
bumil KEK
mendapat
makanan
tambahan
15 Cakupan % 85 100,0
balita kurus
mendapat
makanan
tambahan
16 Cakupan % 25 54,55
remaja putri
mendapat
TTD
18 Cakupan % 20 9,59
bumil anemia
51
V PROGRAM P2M
2 BCG, % 95 96,2
3 DPTHB1 , % 95 99,2
4 DPTHB 2 , % 95 96,9
5 DPTHB 3 , % 92 96,9
6 Polio 1 % 95 96,2
7 Polio 2 % 95 99,2
8 Polio 3 % 95 96,9
9 Polio 4 % 92 96,9
10 Campak % 92 82
12 Boster % 50 50,4
campak
2 Kesembuhan % 90 60
3 Konversi % 90 55,5
52
S kasus DBD
V PROGRAM PENGEMBANGAN
I
53
kesehatan
remaja
54
UKK
55
pelayanan
kesehatan
dasar
3 Pelayanan % 100 85
kesehatan
gangguan
jiwa berat
56
AD Toga
2 kelompok 6,0 0
Sosialisasi
akupresure
V
PROGRAM PENGOBATAN
II
57
3.4 HASIL KEGIATAN PUSKESMAS
Kegiatan kepaniteraan klinik senior kedokteran Baiturrahmah dilakukan
selama 5 minggu di beberapa puskesmas, salah satunya Puskesmas Tanjung Paku
Kota Solok. Kegiatan dari puskesmas ini di mulai dengan adanya pengarahan dari
dinas kesehatan berupa materi terkait program- program yang menjelaskan
tentang kegiatan puskesmas. Kepaniteraan klinik senior melakukan kegiatan di
dalam gedung berupa pembelajaran mengenai program –program serta di
lapangan untuk melaksanakan program-program tersebut.
58
3.6 Penetapan Prioritas Masalah
Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Nan Balimo harus
ditentukan prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
puskesmas.
Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah
menggunakan teknik skoring sebagai berikut:
a. Urgency (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)
Nilai 1 : Tidak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : Sangat penting
b. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)
Nilai 1 : Tidak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : Sangat penting
c. Growth (tingkat perkembangan masalah)
Nilai 1 : Tidak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : Sangat penting
No Program U S G Total
1 Jamban Keluarga 4 3 3 10
2 Cakupan D/S balita 4 3 3 10
59
3 Cakupan imunisasi HB0 5 5 2 12
4 Perkiraan Suspek TB 5 5 1 11
5 Kesehatan ibu dan anak 4 4 3 11
60
MAN
-Kurangnya tingkat pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang Material
penyakit hepatitis dan imunisasi -Kurang tersedianya media /
Hepatitis B sarana penyuluhan
-Kurang aktifnya kader posyandu
-Beban kerja ganda pemegang
program Imunisasi Rendahnya
Cakupan
Imunisasi
HB0
61
Paku
METHODE
-Kurangnya penjaringan
pasangan atau ibu Environment
penderita hepatitis B MONEY
-Kurangnya dana -Masih adanya stigma
-Belum adanya jadwal negatif terhadap
yang tepat untuk untuk melakukan
promosi pentingnya imunisasi pada
penyuluhan pentingnya masyarakat
vaksin HB0 pada imunisasi Hb0
-Rendahnya ekonomi -Kurangnya dukungan
Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa (Fishbone)
masyarakat keluarga
orangtua
Rendahnya Cakupan Imunisasi HB0 di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
3.8 Analisa Sebab Akibat Masalah
Berdasarkan Daigram Sebab Akinbat dari Ishikawa (Fishbone) maka dapat
dilakukan analisis sebab akibat masalah tersebut selanjutnya diambil tindakan
perbaikannya. Dari berbagai penyebab yang ditemukan maka selanjutnya dicari
alternatif pemecahan masalah tersebut.
62
penyuluhan masyarakat
pentingnya imunisasi
Hb0 pada masyarakat
63
Tabel 3.12 Plan of Action
Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Volume Pelaksana
Kegiatan
64
3. Memberikan Agar ibu yang Penderita Puskesmas 1 kaliDokter,
target suspek dicurigai yang sebulan bidan dan
untuk masing- menderita mempunyai petugas
masing Pembina Hepatitis B factor yang
wilayah dan dapat resiko mendapat
mengoptimalkan memahami Hepatitis B pelatihan
penjaringan dampak tentang
suspek terhadap anak penyakit
yang Hepatitis B
dilahrkan
65
program imunisasi Hb0 tanjung
imunisasi diwilayah paku
kerja
puskesmas
tanjung paku
66
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 SARAN
67
DAFTAR PUSTAKA
68