OFTALMOPHATI GRAVES
Oleh :
SITI HALIMAH 21100707360803055
Pembimbing :
dr. Romi Yusardi, Sp.M
SMF MATA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “Oftalmopati
Graves” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik dari Bagian mata.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada dr. Romi
makalah ini tepat waktu demi memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena
itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan laporan
Penulis
ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................7
2.1.1 defenisi................................................................................................................7
2.1.4 Klasifikasi............................................................................................................9
2.1.6 Penatalaksanaan.................................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................17
LAPORAN KASUS.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
hipertrofi dari otot ekstraokuler dan lemak orbita.1,2,3,4 Oftalmopati Graves dapat
terjadi secara bilateral maupun unilateral.5,6 Dan oftalmopati Graves dapat ditemukan
pada pasien dengan hipertiroid (90%), eutiroid (6%), tiroiditis hashimoto (3%) dan
berupa edem palpebra, retraksi palpebra, proptosis, gangguan gerak bola mata, defek
pada kornea dan neuropati optik.1,5,7,10 Mayoritas pasien oftalmopati Graves memiliki
sekitar 3-7% pasien oftalmopati Graves menunjukkan gejala klinis dengan penurunan
visus akibat defek pada korna ataupun neuropati optik. Neuropati optik terjadi karena
Amerika Serikat sebuah studi epidemiologi tahun 1996 pada pasien kulit putih
perempuan dan 3 pada laki-laki per 100.000 populasi. Insiden tertinggi terjadi pada 2
kelompok usia 40-44 tahun dan 60-64 tahun pada perempuan serta 45-49 tahun dan
(RSCM) pada tahun 2011 adalah 37 % dari penyakit Graves.12 Sirmalinda (2012)
4
melakukan penelitian di RSUP DR. M Djamil Padang mendapatkan kasus oftalmopati
penyakit Graves yang berasal dari poliklinik dan bangsal Penyakit Dalam RSUP DR.
tersebut akan memicu terjadinya perubahan seluler. 2,10,17 Perubahan seluler pada orbita
orbita pada oftalmopati Graves. Hormon TSAb akan muncul pada penyakit Graves,
jika sel limfosit T gagal dalam mentoleransi TSHR. Dan adanya hormon TSAb pada
reseptor tirotropin.10,18
Thyroid stimulating antibody (TSAb) merupakan salah satu bagian dari sifat
thyroid receptor antibody (TRAb) yang menstimulasi aktivitas reseptor tiroid dan
pemeriksaan TSAb dianjurkan sebagai tes yang berguna untuk menegakkan diagnosa,
follow up, memprediksi kekambuhan setelah terapi dengan obat anti tiroid dan
5
2. Sebagai proses pembelajaran untuk mahasiswa yang sedang menjalankan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 defenisi
oftalmopati Graves, merupakan bagian dari proses autoimun yang dapat mengenai
jaringan orbital dan periorbital, kelenjar tiroid, dan, lebih jarang, kulit pretibial atau
digiti.21
Graves oftalmopati lebih sering terjadi pada wanita umumnya kulit putih (rasio
5:1) antara usia 30 sampai 50 tahun. Exophtalmus berat dan neuropati optik kompresif
agak lebih sering terjadi pada pria berusia lanjut. Hal ini menunjukkan penyakit tiroid
pada perokok relatif lebih beresiko mengalami graves oftalmopati dua kali lebih
tinggi dibandingkan bukan perokok. Alasan untuk perbedaan ini tidak diketahui,
sistemik dari distiroidisme. Manifestasi okular dari orbitopati tiroid termasuk retraksi
pergerakan okular. Dari pasien yang terkena, 20% menunjukkan morbiditas okular
distiroidisme.23
7
Oftalmopati adalah kelainan ekstratiroid pada penyakit graves yang paling sering,
mulai dari yang ringan (40-50%) hingga sedang-berat (3-5%). Pasien penyakit graves
mengalami oftalmopati dalam berbagai bentuk seperti mata pedih, terasa ada pasir,
spiritual.5 Mengingat modalitas terapi pada OG terbatas dan hasil terapinya belum
sel-sel folikular tiroid. Pengenalan antigen ini pada fifibroblast tibial dan pretibial
(dan mungkin myosit ekstraokular). Bagaimana lymfosit ini datang secara langsung
melawan self antigen. Penghapusannya oleh sistem imun tidak diketahui secara pasti.
• Kemudian sel T menginfasi orbita dan kulit pretibial. Interaksi antar CD4 T sel yang
• Sitokin-sitokin ini atau yang lainnya kemudian merangsang ekspresi dari protei-
protein immunomodulatory (72 kd heat shock protein molekul adhesi interseluler dan
8
oleh fifibroblast kemudian merangsang proliferasi dan fifibroblast atau keduanya,
ikat orbita. Reseptor tyrotropin atau antibosy yang lain mempunyai hubungan
klinis oftalmopaty. Proses yang sama juga terjadi di kulit pretibial akibat
2.1.4 Klasifikasi
Oftalmopati pada penyakit graves adalah bagian dari proses autoimun yang
kompleks dan melibatkan jaringan orbita serta periorbital. Faktor risiko oftalmopati
sekaligus berperan sebagai faktor risiko yang berpengaruh pada progresifitas OG.
Faktor tersebut dibagi dua, yaitu kelompok yang tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis
kelamin, genetik) dan yang dapat dimodifikasi (faktor lingkungan, disfungsi tiroid
Usia, jenis kelamin, dan genetik merupakan faktor risiko yang tidak dapat
mengalami OG lebih berat dan pada usia lebih tua. Faktor yang menyebabkan
9
(ICAM-1), TSH receptor gene, interleukin (IL)-23 receptor, IL-3 dan IL-5, namun
2. Dapat dimodifikasi
Terdapat dua f Terdapat dua faktor yang dapat dimodifikasi, yaitu faktor
lingkungan dan faktor biokimia. Faktor lingkungan penting yang berperan pada
perkembangan dan progresifitas OG, yaitu merokok dan terapi yodium radioaktif
yang tidak merokok 51,7% mengalami OG, sedangkan pada pasien perokok aktif
68,2% mengalami OG, dan pasien mantan perokok 64% mengalami OG. Perokok
aktif lebih sering mengalami proptosis (49%) atau diplopia (27,9%) dibandingkan
16% dan 16%. Risiko OG terkait merokok aktif sebanding dengan jumlah rokok per
hari dan mantan perokok memiliki risiko lebih rendah daripada perokok aktif.
species (ROS) dan hipoksia yang dapat menstimulasi fibroblas orbita untuk
Masalah yang dihadapi di Indonesia ialah jumlah perokok aktif tergolong tinggi.
Berdasarkan data Bank Dunia,19 jumlah perokok di Indonesia 39,4%, lebih tinggi
dari Laos 28,9%, Mongolia 25,6%, China 25,6%, Filipina 24,3% dan Korea Selatan
10
23,3%. Menurut data Riskesdas Kementerian Kesehatan RI 2018, penduduk Indonesia
berusia lebih dari 15 tahun yang merokok, berkurang sedikit, dari 36,3% tahun 2013,
menjadi 33,8% tahun 2018.2 Dengan jumlah perokok aktif yang masih tinggi maka
akan berdampak pada timbulnya OG baik sebagai perokok aktif maupun pasif.
Graves. Penelitian kohort retrospektif dan uji klinis acak telah mengidentifikasi
dalam Pengelolaan Tiroid di Indonesia eJKI Vol. 7, No. 3, Desember 2019 39%. Pada
kelompok yang diberi yodium radioaktif risiko tersebut 23/150 (15%) dibandingkan
pasca-RAI. Tallstedt et al21 melakukan studi pada 168 pasien hipertiroidisme graves
yang dibagi menjadi dua kelompok usia yaitu grup I (usia 20-34 tahun, 54 pasien) dan
grup II (usia 35-55 tahun, 114 pasien). Grup I diberikan terapi metimazol selama 18
bulan atau tiroidektomi subtotal secara acak sedangkan grup II mendapat opsi
tambahan I131 selain kedua terapi sebelumnya. Pada saat follow up, frekuensi
kejadian atau perburukan oftalmopati mirip antara kelompok obat antitiroid dan bedah
pada grup sedangkan pada grup II, oftalmopati memburuk pada 4 dari 38 pasien
(10%) yang diberi obat antitiroid, 6 dari 37 pasien (16%) yang dilakukan
pembedahan, dan 13 dari 39 pasien (33%) pada pasien yang diberikan I131 (p = 0,02).
Faktor risiko perburukan OG terkait terapi yodium radioaktif adalah OG yang sudah
ada dan aktif, merokok, hipertiroidisme berat, titer TRAb yang tinggi, dan
hiportiroidisme akibat terapi yodium radioaktif yang tidak dikoreksi dengan baik.
Hasil studi cukup konsisten dalam mendukung hipotesis bahwa terapi yodium
radioaktif untuk hipertiroidisme graves dapat berdampak negatif pada mata. Apakah
11
hanya sebagian dari pasien graves yang rentan belum dapat ditentukan, meskipun
studi terbaru menyatakan merokok adalah faktor risiko tambahan kejadian OG.29
Faktor Biokimia
timbulnya atau memburuknya OG.9 Studi kohort yang dilakukan terhadap 264 pasien,
diperoleh OR 2,8 untuk timbulnya atau perburukan OG pada pasien yang memerlukan
lebih dari 1 dosis RAI untuk mengontrol hipertiroid dibandingkan dengan pasien yang
OR 2,8 (95% IK:1,2-6,8) untuk pasien OG berat yang mengalami disfungsi tiroid
awal levotiroksin (2 minggu setelah terapi) untuk menghindari hipotiroid dengan grup
Risiko relatif untuk terbentuknya atau memburuknya OG adalah 1,64 (95% IK: 1,1-
2,6) pada grup hipotiroid permisif dibandingkan grup yang diterapi lebih
berdasarkan banyaknya pasien yang memerlukan terapi spesifik untuk kelainan mata
(RR 2,3 dengan 95% IK: 1,2- 4,6. Hipotiroid pascaterapi yodium radioaktif untuk
reseptor TSH oleh TRAb dan TSH, yang meningkatkan ekspresi antigen tiroid dan
dan mata. Oleh karena itu, pada setiap kasus penyakit graves dan OG, upaya
12
Receptor Antibody. Patofisiologi PG diawali dengan stimulasi reseptor TSH (TSH
receptor = TSHR) oleh autoantibodi TRAb di sel folikular tiroid yang menyebabkan
Khoo et al30 melaporkan, pada 100 pasien graves bukan perokok, secara
menstimulasi sintesis hialuronan oleh fibroblas orbita yang tidak terdiferensiasi dan
fibroblas orbita pasien OG melalui cyclic adenosin monophosphat (cAMP) dan non-
Sampai saat ini belum ditemukan petunjuk bagaimana memblok sintesis TRAb,
namun terapi obat antitiroid jangka panjang berasosiasi dengan penurunan kadar
TRAb yang secara tidak langsung bermanfaat untuk OG .26 Baru ada satu studi
(aktivitas klinis, TRAb, lama gejala penyakit Graves dan merokok) untuk
13
2.1.5 Pencegahan Oftalmophati Graves
14
2.1.6 Penatalaksanaan
penyinaran. 1;2;5;6
1. Medika mentosa
Pada keadaan ringan bisa menunggu sampai keadaan eutiroid tercapai, dimana
pada sebagian besar penderita akan mengalami perbaikan, walaupun tidak merupakan
perbaikan total.
o Artifificial tears
o Artifificial tears
pergerakan bola mata terhambat dan adanya ancaman ulkus kornea dan gangguan
visus
o Prednison 40-80 mg/hari atau 1-1,5 mg/kgBB, dosis ini dipertahankan selama 2
hingga 4 minggu sampai respon klinis dirasakan. Dosis kemudian dikurangi sesuai
2. Radiasi
Seperti kortikosteroid terapi radiasi paling efektif dalam tahun pertama ketika
perubahan fifibrotik yang signififikan belum terjadi. Iradiasi retrobulber (tidak boleh
pada penderita diabetes melitus) sering diakukan pada penderita oftalmopati Graves
yang aktif dengan protrusis yang berat. Secara keseluruhan 60% hinggan 70% pasien
15
memiliki respon yang baik dengan radiasi, walaupun rekuren terjadi lebih dari 25%
pasien. Perbaikan diharapkan selama 2 minggu hingga 3 bulan setelah terapi radiasi
tindakan pencegahan perlu dilakukan agar oftalmopati tidak menjadi lebih berat.
• Pasien dengan proptosis sebaiknya harus diproteksi misalnya dengan kacamata, atau
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Keluhan utama :
mata sering berair sejak 6 bln. pasien juga menderita tyroid, pasien merasakan jantung
berdebar debar, lapar yang terus menerus, lemah, penurunan BB secara drastis.
17
3.3 Status Oftalmologis
Visus
OD : 20/150
OS : 20/100f1
Koreksi Kacamata
OD : S +0,25
OS : S +0,25
C -0,25
A 73
Kemajuan Visus
OD : 20/20
OS : 20/20
OD OS
Palpebra superior Edema (-) hiperemis (-) Edema (-) hiperemis (-)
Palpebra inferior Edema (-) hiperemis (-) Edema (-) hiperemi (-)
Silia Secret (-) Secret (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
Kedudukan bola mata Normal Normal
Iris Normal Normal
Pupil Reflek cahaya (+) Reflek cahaya (+)
Lensa jernih jenih
18
Palpasi OD OS
Tonometri
OD : 16 mmHg
OS : 16 mmHg
3.4 Diagnosis
OD : - Hypermetropia simplex
- Oftalmophaty graves
OS : - Mixed Astigmat
- Oftalmophathy graves
3.5 Medikamentosa
- pemakaia kacamata
- Pednisolon 5 mg 2x1
19
3.6 Prognosis
20
BAB IV
KESIMPULAN
oftalmopati Graves, merupakan bagian dari proses autoimun yang dapat mengenai
jaringan orbital dan periorbital, kelenjar tiroid, dan, lebih jarang, kulit pretibial atau
digiti.Graves oftalmopati lebih sering terjadi pada wanita umumnya kulit putih (rasio
5:1) antara usia 30 sampai 50 tahun. Exophtalmus berat dan neuropati optik kompresif
agak lebih sering terjadi pada pria berusia lanjut. Hal ini menunjukkan penyakit tiroid
pada perokok relatif lebih beresiko mengalami graves oftalmopati dua kali lebih
tinggi dibandingkan bukan perokok. Alasan untuk perbedaan ini tidak diketahui,
DAFTAR PUSTAKA
21
3. Stan MN, Bahn RS. Risk factors for development or deterioration of Graves’
ophthalmopathy. Dalam: Bahn R, editor. Graves’ disease. Edisi ke-1. New York:
5. Huljev D, Pandak T. Holistic and team approach in health care. Signa Vitae.
2016;11(Suppl 2):66–9.
2008.h.30–5.
thyroid blocking antibody dengan aktivitas klinis dan derajat keparahan oftalmopati
1996;45:477–81.
22
13. Bartalena L, Marcocci C, Bogazzi F, Manetti L, Tanda ML, Dell’Unto E, et al.
ophthalmopathy. N Engl J Med. 1998;338:73–8. 168 Imam Subekti eJKI Vol. 7, No. 3,
Desember 2019
14. Roos JCP, Paulpandian V, Murthy R. Serial TSHreceptor antibody levels to guide
1997;65:311–6.
16. Görtz G-E, Horstmann M, Aniol B, Reyes BD, Fandrey J, Eckstein A, et al.
2016;101:4834–42.
1998;49:21–8.
19. DataBank. Smoking prevalence. The World Bank. 2016. Diunduh dari
https://data.worldbank.org/indicator/SH.PRV.SMOK.MA?
contextual=region&end=2016&locations=ID&
name_desc=false&start=2016&type=points&view=bar
23
20. Träisk F, Tallstedt L, Abraham-Nordling M, Andersson T, Berg G, Calissendorff
2009;94:3700–7.
Med. 1992;326:1733–8.
22. Prummel MF, Wiersinga WM, Mourits MP, Koornneef L, Berghout A, van der
25. Khoo D, H0 S, Seah L, Fong K, Tai E, Chee S, et al. The combination of absent
Thyroid. 1999;9:1175–80.
2008;158:69–75.
24
27. Prabhakar BS, Bahn RS, Smith TJ. Current perspective on the pathogenesis of
28. Martins JRM, Furlanetto RP, Oliveira LM, Mendes A, Passerotti CC, Chiamolera
MI, et al. Comparison of practical methods for urinary glycosaminoglycans and serum
hyaluronan with clinical activity scores in patients with Graves’ ophthalmopathy. Clin
30. Bahn R. Current insights into the pathogenesis of Graves’ ophthalmopathy. Horm
25