Oleh:
Preseptor :
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Case report Session ini
dengan judul “Corpus Alienum Esofagus” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan
klinik senior. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada dr.
Elfahmi, Sp. THT-KL, dr. Jenny Tri Yuspita Sari, Sp. THT-KL, dr. Nadya Dwi Karsa, SP.
THT-KL selaku pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Case
report Session ini tepat waktu demi memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu
Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan – Kepala dan Leher.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk
penyempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
LAPORAN KASUS ....................................................................................................................22
3.1 Identitas Pasien ...................................................................................................................... 22
3.2 Anamnesis .............................................................................................................................. 22
3.3 Pemeriksaan Fisik .................................................................................................................. 23
3.4 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................................... 29
3.5 Diagnosis ................................................................................................................................29
3.6 Diferensial Diagnosa ..............................................................................................................30
3.7 Pemeriksaan Anjuran ............................................................................................................. 30
3.8 Penatalaksanaan ..................................................................................................................... 30
3.9 Komplikasi ............................................................................................................................. 30
3.10 Prognosis .............................................................................................................................. 30
3.11 Follow up ............................................................................................................................. 30
BAB IV ........................................................................................................................................ 34
DISKUSI KASUS .......................................................................................................................34
3.1 Diskusi ................................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................37
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benda asing di dalam suatu organ benda yang seharusnya tidak terdapat pada organ
tersebut. Benda asing di esofagus dapat berupa benda, bagian makanan atau lainnya dengan
sengaja maupun tidak sengaja yang dapat menyebabkan perlukaan pada mukosa esofagus.1
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama pada anak-
anak dan dapat terjadi pada semua umur, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun
patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal yaitu perforasi, morbiditas dan mortalitas
yang tinggi tergantung pada komplikasi yang terjadi. Benda asing yang tersangkut di esofagus
biasanya ditemukan pada empat tempat penyempitan fisiologi pada esofagus yaitu cincin
krikofaringeal, persilangan antara esofagus dan arkus aorta, persilangan esofagus dengan
bronkus utama sinistra, dan sfingter bawah. Gejala yang biasanya timbul seperti, disfagia, pirosis,
Faktor predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan
baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada balita umur
neurologik lain yang mendasarinya. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh
pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari
palatum, pada pasien gangguan mental dan psikosis, selain itu juga, kebiasaan misalkan
“memegang” dengan gigi benda-benda seperti uang logam, mainan dan lain-lain.2
Diagnosis adanya benda asing ditegakkan berdasarkan anamnesis yang baik dan lengkap,
pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan penunjang. Untuk pemeriksaan penunjang
1
yang seharusnya dikerjakan adalah biplane radiographs. Untuk benda asing yang radiolusen
dapat dilakukan pemeriksaan CT scan atau radiografi dengan kontras. Benda asing yang tertelan
sejatinya dapat melewati saluran cerna dengan spontan, hanya sebagian kasus dari benda asing
yang masuk saluran cerna memerlukan tindakan endoskopi dan sebagian kecil dan jarang yang
RSUD M.Natsir
1.3 Manfaat
Adapun manfaat penulisan referat ini agar menambah ilmu pengetahuan pembaca khususnya
yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umumnya dapat lebih megetahui dan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Esofagus
dengan lambung, kira-kira 23 cm dibawah diafragma. Dimulai dari batas bawah tulang
rawan krikoid atau setinggi vertebra C6, berjalan sepanjang leher, mediastinum superior
dan posterior, didepan vertebra servikal dan torakal dan berakhir pada orificium kardia
lambung setinggi vertebra torakal 11. Esofagus terletak di posterior jantung dan trakea,
di anterior vertebra dan menembus hiatus diafragma tepat di anterior aorta. Introitus
setinggi torakal 10 dan 11. Panjang esophagus pada bayi adalah 7cm-14cm, dewasa
3
Dinding esophagus terdiri dari empat lapisan yaitu:3,4
1. Mukosa
Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanut ke faring bagian
atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung
2. Submukosa
3. Muskularis
Otot bagian esophagus merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh
bagian bawah merupakan otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari campuran
penyebaran sel-sel tumor lebih cepat (bila ada kanker esophagus) dan kemungkinan
Dinding otot esophagus (kecuali tidak adanya serosa) mengikuti pola dasar
bagian saluran pencernaan lain. Ia terdiri dari tunika adventitia atau fibrosa sertatunika
muskularis, submukosa dan tunika mukosa. Lapisan eksterna suatu tunikaadventitia dari
jaringan ikat tidak teratur dan saraf. Lapisan otot esophagus terdiri dari stratum
longitudinal luar dan sikular dalam. Otot rangka dominan dalam sepertiga atas,
4
sedangkan otot polos menutupi sepertiga distal. Tunika muskularis longitudinal
Setinggi itu, lapisan luar membentuk dua pita longitudinal menyebar, yang melekat ke
dalam tunika muskularis circularis lebih tipis daripada longitudinal serta bersambung
dengan musculus constrictor pharynx inerior di atas dan fibril obliqua lambung
bawah.3,4
vagus yang dianggap merupakan saraf motorik. Selain persarafan ekstrinsik tersebut,
terdapat juga jala-jala longitudinal (pleksus Allerbach) dan berperan untuk mengatur
Distribusi darah esofagus mengikuti pola segmental, bagian atas disuplai oleh cabang-
cabang arteri tiroidalis inferior dan subklavia. Bagian tengah disuplai oleh cabang-cabang
segmental aorta dan arteri bronkialis, sedangkan bagian sub diafragmatika disuplai oleh arteri
gastrika sinistra dan frenika inferior. Drainase vena-vena melibatkan pembuluh darah kecil yenag
bermuara ke vena azygos, dan rami esophageal vena gastrica sinistra di abdomen.3,4
5
Gambar 2. Vaskularisasi Esofagus4
lambung. Pada kedua hujung esofagus terdapat otot sfingter. Otot krikofaringeus
membentuk sfingter esofagus bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut otot rangka.
Bagian esofagus ini secara normal berada dalam keadaan tonik atau kontraksi kecuali
pada waktu menelan. Sfingter esofagus bagian bawah, walaupun secara anatomis
tidak nyata, bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi
lambung ke dalam esofagus. Dalam keadaan normal, sfingter ini menutup, kecuali
Esofagus abdominal pars diafragmatika 1-1,5 cm, dalam rongga abdomen 2-3 cm,
setinggi T11
6
Terdapat beberapa penyempitan fisiologis di esofagus, yaitu:3,4
ini disebut juga Bab el Mandeb/Gate of tear, merupakan bagian yang paling sempit,
Makanan yang telah masuk ke dalam mulut dan dikunyah oleh gigi, masuk ke
7
Esophagus merupakan saluran panjang dan tipis sebagai jalan makanan yang telah
dikunyah dari mulut ke lambung. Pada esophagus tidak terjadi proses pencernaan.
Panjang esophagus kurang lebih 20 cm dan lebarnya 2 cm. Bagian dalam esophagus
selalu dibasahi cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar mukosa sehingga makanan
menjadi basah dan licin. Pada dinding esophagus terdapat otot-otot yang dapat
mengatur gerakan kembang kempis pada saat mendorong makanan yang berbentuk
lambung secara peristaltik (5-15 detik). Pada bagian atas dan bawah esofagus terdapat
spingter dimana yg berperan sbg barier terhadap refluk isi lambung ke esofagus dan
dalam keadaan normal berada dalam kondisi tonik atau berkontriksi kecuali waktu
menelan. Mukosa esofagus bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang
sektar 5 — 15 detik.3,4
2.3.1 Definisi
Benda asing esofagus adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh
yang dalam keadaan normal tidak ada pada esofagus. benda dapat berupa tajam maupun tumpul
atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara di sengaja
8
2.3.2 Epidemiologi
Tingginya morbiditas dan mortalitas tergantung pada komplikasi yang terjadi. Benda
asing di esophagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis esophagus. Benda asing
yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di servikal esophagus, biasanya di otot krikofaring
atau arkus aorta, kadang-kadang di daerah penyilangan esophagus dengan bronkus utama kiri
pada sfingter kardio esophagus. 70% dari 2394 kasus benda asing esophagus ditemukan di
daerah servikal, dibawah sfingter krikofaring, 12 % didaerah hipofaring dan 7,7% didaerah
esophagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang tersangkut di daerah esofagogaster
menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal. Pada orang dewasa benda asing yang
tersangkut dapat berupa makanan atau bahan yang tidak dapat dicerna seperti biji buah-buahan,
gigi palsu, tulang ikan, atau potongan daging yang melekat pada tulang.5
2.3.3 Etiologi
Pada anak penyebabnya antara lain anomali kongenital, termasuk stenosis kongenital,
fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah, tetapi yang tersering pada anak yaitu koin
atau batrai mainan anak-anak. Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi
palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental, psikosis, dan yang tersering
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran cerna,
1) Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.
9
2) Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain: keadaan tidur, kesadaran menurun,
3) Faktor fisik dan penyakit: kelainan esophagus yang menimbulkan gejala disfagia kronik yaitu
esophagitis refluks, striktur pasca esophagitis korosif, achalasia, karsinoma esofagus, dan dapat
4) Proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada anak.
5) Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum
8) Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang
kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambal bermain, memberikan kacang atau
2.3.5 Patogenesis
Esofagus normal memiliki tiga area utama penyempitan fisiologis: upper esophageal
sphincter (UES) yang meliputi otot cricopharyngeus, esofagus tengah di mana esofagus melintasi
lengkungan aorta, dan sfingter esofagus bagian bawah (LES). Pada anak-anak, sekitar 74%
benda asing terperangkap di tingkat UES. Pada orang dewasa, sekitar 68% obstruksi terjadi pada
Kemungkinan komplikasi termasuk cedera lokal pada mukosa, seperti abrasi, laserasi,
nekrosis, dan pembentukan striktur. Komplikasi serius lainnya termasuk cedera di luar esofagus,
10
seperti obstruksi jalan napas, perforasi esofagus, fistula trakeoesofageal, cedera vaskular
(misalnya, fistula aortoesofageal), abses retrofaring, mediastinitis, perikarditis, atau cedera pita
suara.5,8
Tiga jenis khusus menelan benda asing dengan risiko komplikasi yang lebih tinggi adalah
baterai kancing (juga disebut baterai "disk" atau "koin"), beberapa magnet, dan benda berujung
tajam. Jika baterai terkena dampak di kerongkongan, arus listrik dibuat antara kutub positif dan
negatif. Arus ini dapat menyebabkan cedera termal plus menghasilkan ion hidroksida dengan
kenaikan pH lokal yang cepat yang mengakibatkan cedera alkali kaustik. Cedera dimulai dalam
waktu 15 menit dan dapat menyebabkan perforasi dalam beberapa jam. Komplikasi dapat
mencakup nekrosis mukosa esofagus lokal dan pembentukan striktur kronis. Komplikasi yang
lebih serius melibatkan perforasi esofagus dan erosi ke dalam struktur yang berdekatan seperti
mediastinum, trakea, atau struktur vaskular. Absorbs bahan metal dalam darah menimbulkan
toksisitas sistemik.5,8
Sementara magnet halus biasanya akan lewat tanpa komplikasi, beberapa magnet
Benda berujung tajam yang tersangkut di kerongkongan juga memiliki risiko perforasi
yang lebih tinggi. Sehingga benda- benda yag dapat menimbulkan komplikasi yang berat perlu
segera diangkat.5
2.3.6 Diagnosis
Faktor kunci yang perlu dipertimbangkan dalam menilai pasien dengan benda asing yang
tertelan meliputi jenis dan jumlah benda, lokasi, waktu sejak menelan, dan tanda dan gejala yang
11
muncul. Faktor-faktor ini akan membantu menentukan apakah objek perlu diambil secara darurat,
mendesak atau apakah pasien dapat dikelola dengan aman dengan observasi dan tindak lanjut.8
berupa gambaran klinis dengan gejala dan tanda, dan pemeriksaan penunjang berupa radiologic
Diagnosis tertelan benda asing, harus dipertimbangkan pada setiap anak dengan rasa
tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gargling), batuk, muntah. Gejala ini diikuti
dengan disfagia, berat badan menurun, demam, gangguan pernafasan. Harus diketahui dengan
baik ukuran, bentuk dan jenis benda asing, dan apakah mempunyai bagian yang tajam.5
Gejala sumbatan akibat benda asing esophagus tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis
dari benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing (apakah berada didaerah penyempitan
esophagus yang normal atau patologis), komplikasi yang timbul akibat benda asing tersebut dan
lama benda asing tersebut tertelan. Gejala permulaan benda asing esophagus adalah rasa nyeri
didaerah leher bila benda asing tersangkut didaerah servikal. Bila benda asing tersangkut di
esophagus bagian distal timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri dipunggung. Juga
ada rasa tercekik atau rasa tersumbat dan tidak nyaman di tenggorok.5,6,8
Gejala disfasia bervariasi tergantung, pada ukuran dan benda. Disfagia lebih berat bila
telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul rasa sumbatan
esophagus yang persisten. Gejala lain ialah odinofagia yaitu nyeri menelan makanan atau ludah,
hipersalivasi, regurgitasi, batuk, tersedak, cegukan dan muntah, kadang-kadang ludah berdarah.
Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediastinitis, apabila telah terjadi
12
peradangan didapatkan juga keluhan demam pada pasien. Gangguan nafas dengan gejala dispneu,
stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan trakea oleh benda asing. Jika pasien melaporkan
nyeri menelan (odynophagia), ini mungkin menunjukkan masalah yang lebih serius seperti
Pemeriksaan fisik awalnya harus fokus pada patensi jalan napas, tanda-tanda vital,
kemampuan pasien untuk menangani sekresi, dan mencari tanda-tanda komplikasi seperti
hematemesis, suara napas abnormal, nyeri tekan di leher, dada, atau perut, atau udara subkutan.5,8
Pada pemeriksaan fisik terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat
edema yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut, didapatkan
tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi terdengar suara getaran
Pada anak-anak gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi ludah atau
minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi, mengi (wheezing), demam, abses leher
atau tanda emfisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan.5,8
Benda asing yang berada didaerah servikal esophagus dan dibagian distal krikofaring,
dapat menimbulkan gejala obstruksi saluran nafas dengan stridor, karena menekan dinding trakea
bagian posterior (tracheo-esophageal party wall), radang dan edema periesofagus. Gejala aspirasi
rekuren akibat obstruksi esophagus sekunder dapat menimbulkan pneumonia, bronkiektasis dan
abses paru.5
13
Pada pemeriksaan, pasien mungkin tampak cemas dan tidak nyaman saat menelan. Jika
pasien tidak dapat menelan air liur, ini menunjukkan obstruksi total yang membutuhkan
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologis dan
laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat radioopak
dapat dibuat:6,8
Rontgen
Pada foto rontgen benda asing dapat terlihat bentuk dan ukuran dan terlihat
radiolusen/opaq tergantung jenisnya. Ini akan membantu menentukan objek, lokasi, dan
kemungkinan komplikasi. Foto rontgen dilakukan dengan posisi Antero posterior dan
Pada pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada penyakit
setempat yang menyebabkan kelainan dan telah terjadi komplikasi seperti perforasi.
pada benda asing radiopak karena densitas benda asing biasanya sama dengan zat
kontras, sehingga akan menyulitkan penilaian ada tidaknya benda asing. Resiko
lain adalah terjadinya aspirasi bahan kontras. Bahan kontras Barium lebih baik
karena sifatnya kurang toksis terhadap saluran napas bila terjadi aspirasi kontras.
14
CT- Scan dan MRI
CT-Scan memiliki sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi benda asing plus
berguna untuk mendeteksi komplikasi seperti perforasi. Makanan, plastik, kayu, dan
aluminium tidak radioopak, sehingga tidak terlihat pada rontgen rutin. Tulang dan kaca
mungkin atau mungkin tidak terlihat pada x-ray. Jika tidak ada yang terlihat pada rontgen
rutin, tetapi kecurigaan adanya benda asing tetap tinggi, maka CT scan dapat
esofagus.
Video fluoroskopi
mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi parsial.Pemeriksaan
Endoskopi diagnostic
Prosedur medis yang dilakukan dengan memasukkan alat khusus ke dalam organ
internal Anda. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk mendiagnosis masalah pada
2.3.10 Komplikasi
1. Respiratory obstruction, ini disebabkan oleh kompresi trakea oleh benda asing di
15
3. Perforation, benda tajam dapat melubangi dinding esofagus, bisa jugamenyebabkan
mediastinitis, perikarditis, atau empiema. Benda asing bulat atau tumpul dapat
menimbulkan perforasi sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan erosi.
Jaringan granulasi disekitar benda asing timbul bila benda asing berada di seofagus
dalam waktu yang lama. Gejala dan tanda perforasi esophagus servikal dan torakal oleh
karena benda asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi
di daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil,
gelisah, nadi dan pernapasan cepat,nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal dan
5. Ulceration and stricture, benda asing yang terlewatkan dapat menyebabkan ulserasi
Diagnosa banding bisa dilihat daripada gambaran klinis yang ada seperti
disphagia, stridor , odinofagia dan lainnya. Berdasarkan gambaran klinis yang ada
2.3.12 Prognosis
setelah pengangkatan benda asing jarang menyebabkan masalah jangka panjang kecuali
16
ada komplikasi seperti perforasi esofagus. Tertelan benda kaustik atau konsumsi kaustik
berhubungan langsung dengan tingkat cedera esofagus yang ada. Cederaesofagus yang
komplikasi.8
2.3.13 Penatalaksanaan
lokasi anatomi, bentuk dan ukuran benda asing, durasi impaksi, keahlian dokter bedah
dan ketersediaan instrumen yang tepat. Apabila suatu benda asing tertelan, biasanya benda
tersebut akan melewati sistem pencernaan secara spontan. Tetapi beberapa benda dapat
tersangkut di esofagus. Apabila benda asing tersangkut di esofagus, maka benda tersebut harus
Benda asing yang runcing, harus dikeluarkan sesegera mungkin untuk mencegah
Baterai jam tangan atau kalkulator, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
1. Emergency
17
Benda kerongkongan yang tidak runcing
Beberapa magnet (atau magnet tunggal ditambah objek feromagnetik lain dalam
jangkauan endoskopi)
Koin di kerongkongan
3. Non-urgent
menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing telah berhasil
esofagus yang telah ada sebelumnya. Penatalaksanaan dengan cara esophagoscopy kaku
untuk menghilangkan benda asing tetap merupakan metode yang terbaik. Namun, ada
juga mode pengobatan lain yang dilaporkan dalam literature seperti penggunaan
bersama fluoroscopic.5
seperti mengambil benda asing, mengangkat tumor jinak, hemostatis, pemberian obat
sklerosing untuk varises dan dilatasi stiktur. Selain itu juga untuk menilai keadaan bagian
18
proksimal osefagus, yaitu daerah pharyngoeosophageal junction. Alat ini juga digunakan
untuk menilai kelainan esofagus pada bayi dan anak kecil, serta untuk mengambil foto
memeriksa esofagus thorakal dan sfingter bagian bawah, serta ukuran 20-30 cm untuk
memeriksa pasien dengan kelainan tulang vetebra, terutama di daerah servikal dan
thorakal. Untuk kelainan esofagus yang disertai dengan adanya kecurigaan kelainan
Esofagoskop lentur memiliki panjang yang bervariasi mulai dari 100-110 cm dan
diameter mulai dari 7,8 sampai 12 mm. Masing-masing alat tersebut juga dilengkapi
Karena esofagoskopi relatif invasif dan mahal, terdapat dua metode lain yang telah diteliti
dapat dilakukan untuk mengeluarkan benda asing dari esofagus dan mungkin lebih hemat biaya
bila dilakukan dengan tepat. Kedua metode tersebut umumnya dilakukan pada anak-anak yang
Benda asing tumpul dapat dikeluarkan dengan menggunakan kateter foley. Pasien
dibaringkan pada meja fluoroskopi dengan posisi kepala direndahkan (head-down position),
kemudian kateter dimasukkan sampai ke bagian distal benda asing. Kateter kemudian
digembungkan dan ditarik secara perlahan, lalu ambil dan tarik benda asing dengan kateter
tersebut. Pada beberapa kasus, benda asing lepas dan masuk ke lambung. Proses ini
sebaiknya dilakukan dengan pantauan fluoroskopi. Metode ini memiliki keuntungan yaitu
19
menghindari anestesi umum dan jauh lebih murah daripada ekstraksi esophagoscopic.
Kerugiannya adalah bahwa benda tidak dilihat langsung, Kerusakan pada esofagus dari
benda asing atau prosedur ekstraksi mungkin tidak terdeteksi awalnya, jalan nafas tidak
terlindungi, dan anak mungkin mengalami kesulitan. Meskipun demikian, ini sangat
efektif dari segi biaya lebih hemat dan waktu lebih efisien.
Benda asing yang tumpul dapat diteruskan ke lambung dengan menggunakan sebuah
busi (bougie). Anak tidak dalam posisi duduk tegak, dan instrumen yang telah diberi
pelumas dimasukkan perlahan ke dalam esofagus, dan menyebabkan benda asing terlepas.
Benda asing tersebut diharapkan dapat melewati sisa saluran pencernaan. Metode ini tidak
dapat dilakukan pada anak-anak yang memiliki abnormalitas pada saluran pencernaannya.
Tetapi ada kriteria-kriteria tertentu. Benda asing itu harus halus; saattertelan ada orang yang
melihat, kurang dari 24 jam, keberadaan benda di esofagus harus dikonfirmasi dengan
radiografi; tidak ada riwayat penyakit esofagus sebelumnya, operasi, atau penyempitan;
anak tidak memiliki masalah paru; dan orang terlatih yang mampu melakukan resusitasi
Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera
1. Esofagotomi servikal, dilakukan dengan cara membuat insisi eksternal pada leher
(setinggi perkiraan letak benda asing) untuk mengidentifikasi esofagus servikal ataupun
hipofaring.8
2. Esofagotomi thorakal, dilakukan dengan membuat insisi pada thoraks apabila benda
20
asing mengobstruksi esofagus bagian kaudal.8
Bila dicurigai adanya perforasi yang kecil segera dipasang pipa nasogaster agar pasien
tidak menelan, baik makanan maupun ludah, dan diberikan antibiotik berspektrum luas selama
7-10 hari untuk mencegah timbulnya sepsis. Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam
lambung dapat menyebabkan perforasi di pilorus. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi
dengan sebaik-baiknya, untuk mendapatkan tanda perforasi sedini mungkin dengan melakukan
pemeriksaan radiologik untuk mengetahui posisi dan perubahan letak benda asing. Bila letak
benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secra
pembedahan (laparatomi).5,6
Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun pengeluaran
uang logam tersebut harus dilakukan sesegera mungkin dengan persiapan tindakan
Benda asing baterai bundar (disk/button battery) di esofagus merupakan benda yang harus
segera dikeluarkan karena risiko perforasi esofagus yang terjadi dengan cepat dalam waktu ± 4
21
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. D
No. RM : 5158820
3.2 Anamnesis
Autoanamnesis : Pasien Sendiri
a. Keluhan Utama
Seorang pasien laki-laki berusia 57 tahun datang ke RSMN dengan keluhan sulit menelan
sejak 2 hari SMRS.
Pasien mengeluhkan tertelan benda asing sejak 2 hari SMRS, pasien sebelumnya makan sup
ayam tiba-tiba pasien merasa tidak nyaman ditenggorokan seperti mengganjal.
Pasien mengeluhkan pasien sulit makan dan minum sejak 2 hari SMRS.
Sudah dibawa berobat sebelumnya ke klinik terdekat namun tidak diberi obat.
22
Riwayat Bell’s Palsy dari 7 tahun yang lalu dan kontrol teratur.
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan pasien.
- Nafas : 20 kali/menit
- Suhu : 36,0o c
TELINGA
23
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Membran Tympani
Reflek Cahaya + +
24
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
HIDUNG
Pemeriksaan Kelaianan
Rhinoskopi Anterior
25
Lapang
26
Warna Merah muda Merah muda
Rhiniskopi Posterior
Trismus
Ukuran T2 T2
Tonsil
Warna Merah muda Merah muda
27
Permukaan Rata Rata
Laringoskopi Indirek
28
Edema Tidak ada Tidak ada
Ht : 44,8 %
PT : 10,90 s
APTT : 27 s
HASIL : Leukopenia
3.5 Diagnosis
Benda asing Esofagus
29
Corpus Alieum et Esofagus
3.8 Penatalaksanaan
a. Tindakan
b. Non Farmakologi
Diet MC post op
c. Farmakologi
IVFD RL 12 jam/kolf
3.9 Komplikasi
Disfagia
Perforasi esophagus
Laserasi mukosa esofagus
3.10 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
3.11 Follow up
Selasa, 18 Oktober 2022
S/ Subjeck
30
Telah dilakukan endoscopy ekstraksi ai benda asing esofagus
O/ Objectif
Kesadaran : composmentis
HR : 81 x/m
RR : 20 x/m
Suhu : 36,2 °c
TELINGA
Kanan : Liang telinga lapang, membran timpani utuh, refleks cahaya (+).
Kiri : Liang telinga lapang, membran timpani utuh, refleks cahaya (+).
HIDUNG
Kanan : kavum nasi cukup lapang, septum cukup lurus, konka inferior dan media
eutrofi dan tidak hiperemis
Kiri : kavum nasi cukup lapang, septum cukup lurus, konka inferior dan media
eutrofi dan tidak hiperemis
TENGGOROK
Arkus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T2-T2 tenang, dinding faring Hiperemis (+)
A/ Diangnosis
P/ Penatalaksanaan
31
Diet MC post op
IVFD RL 8 jam/kolf
S/ Subjeck
Demam (-)
O/ Objectif
HR : 84 x/m
RR : 20 x/m
Suhu :36,5 °c
TELINGA
Kanan : Liang telinga lapang, membran timpani utuh, refleks cahaya (+).
Kiri : Liang telinga lapang, membran timpani utuh, refleks cahaya (+).
HIDUNG
32
Kanan : kavum nasi cukup lapang, septum cukup lurus, konka inferior dan media
eutrofi dan tidak hiperemis
Kiri : kavum nasi cukup lapang, septum cukup lurus, konka inferior dan media
eutrofi dan tidak hiperemis
TENGGOROK
Arkus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T2-T2 tenang, dinding faring hiperemis (-)
A/ Diangnosis
P/ Penatalaksanaan
Rencana Pulang
33
BAB IV
DISKUSI KASUS
3.1 Diskusi
Seorang laki-laki berusia 57 tahun datang ke IGD RSUD M. Natsir Solok dengan keluhan
nyeri menelan 2 hari yang lalu sejak masuk Rumah Sakit. Setelah dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis dengan corpus alienum
esophagus. Corpus alienum esofagus adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
Sesuai dengan literature menyatakan bahwa penyebab dari corpus alienum esophagus
yaitu koin, baterai mainan anak, gigi palsu, kehilangan sensasi, gangguan mental, dan tulang.
Benda juga dapat bersifat tajam maupun tumpul yang masuk secara disengaja ataupun tidak.
Pada kasus pasien ini didapatkan bahwa penyebab dari corpus alienum esophagus pada pasien
adalah tulang ayam yang bersifat tumpul dan masuk secara tidak disengaja pada saat pasien
sedang makan.
Factor predisposisi corpus alienum esophagus sesuai dengan literature dapat disebabkan
1) Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.
4) Proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada anak.
34
6) Belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.
7) Faktor kejiwaan
8) Faktor kecerobohan
Pada kasus pasien factor predisposisi berupa factor individual yakni dari usia pasien yang
sudah lanjut karena pada usia lanjut rasa sensasi pada lidah mulai berkurang, selanjutnya factor
dental yang mana didapatkan pada pasien gigi-gigi pasien sudah banyak yang tidak utuh,
selanjutnya factor ukuran, bentuk dan sifat benda asing. Dimana didapatkan ukuran benda asing
yang tidak terlalu besar, dan berbentuk pipih memanjang serta sifatnya licin, hal ini
menyebabkan benda asing berupa tulang tersebut mudah masuk kedalam saluran cerna dan
tersangkut di esophagus.
Sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa nyeri menelan merupakan salah satu
gejala utama corpus alienum pada esofagus. Gejala pada corpus alienum esophagus ini juga
timbul rasa tidak nyaman didaerah substernal, juga ada rasa tersumbat di tenggorok. Gejala lain
ialah hipersalivasi, kadang-kadang ludah berdarah. Pasien pada kasus ini juga mengeluhkan
nyeri saat menelan, sulit makan dan minum, rasa tidak nyaman di tenggorok serta hipersalivasi.
Tetapi pada pasien tidak ditemukan gejala ludah berdarah, ini dikarenakan jenis benda asing
Sesuai literature kasus corpus alienum esophagus dapat kita lakukan pemeriksaan
penunjang radiologis berupa: Rontgen, radiografi dengan kontras, CT-Scan dan MRI, video
fluoroskopi. Pada pasien kasus ini dilakukan pemeriksaan rontgen leher cervical dengan posisi
35
lateral biplane radiographs dan tampak kesan radiologis berupa gambaran benda asing setinggi
1. Esofagoskopi kaku
2. Esofagoskopi lentur
4. Metode businasi
5. Esofagostomi cervical
6. Esofagostomi thoracal
Pada pasien kasus ini dilakukan esofagoskopi kaku untuk terapeutik dan diagnostic dan
ditemukan benda asing berupa tulang ayam di kedalaman cunam 25 cm. adapun tidak dilakukan
dengan metode esofagoskopi lentur karena pasien tidak memiliki gangguan kekakuan pada
tulang vertebrae.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumertini, S., & Sucipta, I. (2017). Karakteristik Penderita Dengan Benda Asing Dalam
Esofagus di RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2012- Desember 2013. Medicina ,
Vol. 48(1), 27–31.
2. Marasabessy, S., Mengko, S., & Palandeng, O. (2015). Benda Asing Esofagus di
Bagian/SMF THT-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari
2010- Desember 2014. Jurnal E-Clinic, volume 3(1), 376–380.
3. Drake RL, Vogi W, Mitchell AWM. Gray’s Basic Anatomy. Philadelphia Churchill
livingstone; 2012.
4. Hansen JT, Netter FH. Netter Clinical Anatomy Fourth Edition. Philadelphia Churchill
livingstone; 2019.
5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-
KL FK UI. Dalam: Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Edisi ketujuh. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2012. Hal. 264
6. Ludman H, Bradley PJ. ABC Telinga, Hidung dan Tenggorok. Edisi kelima. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC; 2011. Hal. 85
7. Adams GL. Penyakit Jalan Nafas Bagian Bawah, Esofagus dan Mediastinum: Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 1997.
8. Timothy, J., Schaefer, & Trocinski, D. (2022). Esophageal Foreign Body. National
Library of Medicine.
37