Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

OBAT INDUKSI

Disusun Oleh

NURFADILLAH

213037

Preseptor

dr. Ikhsan Amran, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ANESTESI RSI SITI RAHMAH PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2021

I
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul “Obat
Induksi”. Referat ini disusun untuk memenuhi  tugas Kepaniteraan Klinik Senior
pada bagian Anestesi di RSI Siti Rahmah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ikhsan Amran, Sp.An selaku
pembimbing, karena telah meluangkan waktu dan ilmu pengetahuannya kepada
penulis. Dalam penyusunan referat ini penulis mengalami beberapa hambatan dan
kesulitan, namun atas bantuan dan bimbingan yang telah beliau berikan, maka referat
ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan baik dalam segi penyusunan,
pengolahan, pemilihan kata, dan proses pengetikan karena masih dalam tahap
pembelajaran. Saran dan kritik yang membangun tentu sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan dan perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga referat
ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya dalam
memahami Obat- obat Induksi.

Padang, Januari 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan Umum....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
2.1 Henti Jantung (Cardiac Arrrest)........................................................................4
2.2 Henti Napas/Apnue (Respiratory Arrest)..........................................................5
2.3 Basic Life Support (BLS)..................................................................................6
2.4 Advanced Life Support (ALS)...........................................................................8
2.4.1 Obat dan Alat yang digunakan pada ALS................................................9
2.4.2 Algoritma Henti Jantung Dewasa..........................................................15
2.5 Perawatan Pasca Resusitasi.................................................................................16
BAB III KESIMPULAN..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit atau nyeri ketika

melakukan tindakan pembedahan dan berbagai prosedur lainya yang menimbulkan

rasa sakit pada tubuh Anestesi dibagi menjadi dua, anestesi umum dan anestesi lokal.

Anestesi umum adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya persepsi

terhadap semua sensasi akibat induksi obat, dalam hal ini selain hilangnya rasa nyeri

dan kesadaran juga hilang. Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini

masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang tinggi. Anestesi umum

disebut juga sebagai narkose atau bius. Tiga pilar anestesi umum meliputi hipnotik

atau sedatif, yaitu membuat pasien tertidur atau mengantuk/ tenang, analgesia atau

tidak merasa sakit, rileksasi otot, yaitu kelumpuhan otot skelet, dan stabilitas otonom

antara saraf simpatis dan parasimpatis. Teknik anestesi umum dapat dilakukan

dengan 3 teknik, yaitu 1) Anestesi umum inhalasi Salah satu teknik anestesi umum

yang dilakukan dengan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa

gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat/ mesin anestesi langsung ke

udara inspirasi. 2) Anestesi umum intravena Salah satu teknik anestesi umum yang

dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke dalam

pembuluh darah vena. 3) Anestesi imbang Teknik anestesi dengan menggunakan

kombinasi obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi

atau kombinasi teknik anestesi umum dengan analgesia regional untuk mencapai

trias anestesi secara optimal dan berimbang.

4
Anestesi lokal merupakan hilangnya sensasi rasa sakit dengan cara aplikasi

atau injeksi obat anestesi yang dapat menghambat konduksi saraf (terutama nyeri)

secara sementara pada daerah tertentu di bagian tubuh tanpa disertai dengan

hilangnya kesadaran). Obat anestesi lidokain menghambat konduksi saraf sampai

obat terdifusi ke dalam sirkulasi. Klien akan kehilangan rasa nyeri dan sentuhan,

aktivitas motorik, dan otonom (misalnya, penggosongan kandung kemih). Anestesi

lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari. Untuk

menghilangkan rasa nyeri pascaoperatif, dokter dapat memberi anestesi lokal pada

area pembedahan

Obat yang digunakan untuk menimbulkan anestesia disebut sebagai anestetik.

Kelompok obat ini dibedakan dalam anastetik umum dan anestetik lokal. Obat-obat

anestesi dapat diberikan melalui oral, transdermal, intravena, inhalasi,

intramuskular, dan rektal dengan tujuan untuk menghasilkan atau meningkatkan

tahapan anestesi. Anestetik umum bekerja di sistem saraf pusat dengan memberikan

efek analgesia (hilangnya sensasi nyeri) atau efek anestesia (analgesia yang disertai

hilangnya kesadaran), sedangkan anestetik lokal bekerja di sistem saraf perifer

dengan memberikan efek analgesia saja

5
1.2 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar pemaca
mengetahui obat-obat anestesi umum dan lokal.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memahami mengenai Obat – obat
Induksi Anestesi

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Induksi Anestesi

Induksi anestesi adalah tindakan menghilangkan kesadaran yang bersifat meniadakan

nyeri, yang ditandai dengan hilangnya kesadaran (sedasi/hipnotik), persepsi nyeri (analgesi),

hilangnya memori (amnesi) dan relaksasi. Tahap peralihan dari keadaan sadar dengan reflek

perlindungan utuh hingga hilangnya reflek bulu mata akibat pemberian obat anestesi

Secara umum, obat-obatan anestesi terdiri dari obat pre-medikasi obat induksi anestesi, obat

anestesi inhalasi, obat anestesi intravena, obat anestesi local/regional, obat  pelumpuh otot,

analgesia opioid dan  pelumpuh otot, analgesia opioid dan analgesia non-opioid.

2.1.1 Pre-medikasi

Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi dengan tujuan
untuk melancarkan induksi
A. Obat-obat premedikasi
1.Analgesik Narkotik
Morfin dan petidin adalah narkotik yang paling sering digunakan untuk premedikasi.
Keuntungan penggunaan obat ini adalah memudahkan induksi, mengurangi kebutuhan obat
anestesi, dan menghasilkan anelgesia pra dan pasca bedah. Morfin diberikan dengan dosis 0,1
– 0,2 mg/kg BB, sedangkan petidin dengan dosis 1-2 mg/kg BB. Efek samping dari
penggunaan analgesik narkotik adalah hipotensi ortostatik dan mual muntah.
2.Barbiturat
Golongan barbiturat digunakan untuk premedikasi meliputi pentobarbital dan
sekobarbital. Keuntungan penggunaan obat ini ialah menimbulkan sedasi, efek terhadap
depresi pernapasan rendah, depresi sirkulasi minimal, dan tidak menimbulkan efek mual dan
muntah. Pentobarbital dan sekobarbital digunakan secara oral atau IM dengan dosis 100-150
2
mg pada orang dewasa dan 1 mg/kg BB pada anak di atas 6 bulan. Efek samping adalah tidak
adanya efek analgesia
3.Benzodiazepin
Golongan benzodiazepin spesifik untuk menghilangkan rasa cemas, amnesia dan tidak
menimbulkan sedasi yang berlebihan, depresi nafas, atau mual dan muntah. Golongan
benzodiazepin yang sering digunakan untuk premedikasi adalah diazepam, lorazepam, dan
midazolam.
4.Antikholinergik
Golongan obat ini digunakan untuk mengatasi hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus
yang ditimbulkan oleh anestetik yang dapat mengganggu pernapasan selama anestesi. Atropin
merupakan obat yang memiliki efek kompetitif inhibitor terhadap efek muskarinik dari
asetilkolin. Dosis dari atropin adalah 0,4-0,6 mg IM.

3
4
2.1.2 Obat Induksi intravena

Obat ini biasa digunakan sendiri untuk prosedur pembedahan singkat dan kebanyakan
obat anestetik intravena dipergunakan untuk induksi. Kombinasi beberapa obat mungkin akan
saling berpotensi atau efek salah satu obat dapat menutupi pengaruh obat yang lain. Termasuk
golongan obat ini adalah:
1) Barbiturat
Barbiturat menghilangkan kesadaran dengan blockade system sirkulasi (perangsangan) di
formasio retikularis. Pada pemberian barbiturate dosis kecil terjadi penghambatan sistem
penghambat ekstra lemnikus, tetapi bila dosis ditingkatkan sistem perangsang juga dihambat
sehingga respons korteks menurun. Pada penyuntikan thiopental, Barbiturat menghambat
pusat pernafasan di medulla oblongata. Tidal volume menurun dan kecepatan nafas meninggi
dihambat oleh barbiturate tetapi tonus vascular meninggi dan kebutuhan oksigen badan
berkurang, curah jantung sedikit menurun. Barbiturat tidak menimbulkan sensitisasi jantung
terhadap katekolamin.

Barbiturat yang digunakan untuk anestesi adalah:


a) Natrium thiopental
Dosis yang dibutuhkan untuk induksi dan mempertahankan anestesi tergantung dari berat
badan, keadaan fisik dan penyakit yang diderita. Untuk induksi pada orang dewasa diberikan
2-4 ml larutan 2,5% secara intermitten setiap 30-60 detik sampai tercapai efek yang
diinginkan.
b) Natrium tiamilal
Dosis untuk induksi pada orang dewasa adalah 2-4 ml larutan 2,5%, diberikan intravena
secara intermiten setiap 30-60 detik sampai efek yang diinginkan tercapai, dosis penunjang
0,5-2 ml larutan 2,5% a tau digunakan larutan 0,3% yang diberikan secara terus menerus
(drip)
c) Natrium metoheksital
Dosis induksi pada orang dewasa adalah 5-12 ml larutan 1% diberikan secara intravena
dengan kecepatan 1 ml/5 detik, dosis penunjang 2-4 ml larutan 1% atau bila akan diberikan
secara terus menerus dapat digunakan larutan larutan 0,2%.
2) Ketamin

5
Merupakan larutan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif aman.
Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestetik dan kataleptik dengan kerja singkat. Sifat
analgesiknya sangat kuat untuk system somatik, tetapi lemah untuk sistem visceral. Tidak
menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.
Ketamin akan meningkatkan tekanan darah, frekuensi nadi dan curah jantung sampai ± 20%.
Ketamin menyebabkan reflek faring dan laring tetap normal. Ketamin sering menimbulkan
halusinasi terutama pada orang dewasa. Sebagian besar ketamin mengalami dealkilasi dan
dihidrolisis dalam hati, kemudian diekskresi terutama dalam bentuk utuh. Untuk induksi
ketamin secara intravena dengan dosis 2 mm/kgBB dalam waktu 60 detik, stadium operasi
dicapai dalam 5-10 menit. Untuk mempertahankan anestesi dapat diberikan dosis ulangan
setengah dari semula. Ketamin intramuscular untuk induksi diberikan 10 mg/kgBB, stadium
operasi terjadi dalam 12-25 menit.
3) Droperidol dan fentanil
Tersedia dalam kombinasi tetap, dan tidak diperguna-kan untuk menimbulkan analgesia
neuroleptik. Induksi dengan dosis 1 mm/9-15 kg BB diberikan perlahan-lahan secara
intravena (1 ml setiap 1-2 menit) diikuti pemberian N2O atau O2 bila sudah timbul kantuk.
Sebagai dosis penunjang digunakan N2O atau fentanil saja (0,05-0,1 mg tiap 30-60 menit)
bila anesthesia kurang dalam. Droperidol dan fentanil dapat diberikan dengan aman pada
penderita yang dengan anestesi umum lainnya mengalami hiperpireksia maligna.
4) Diazepam
Menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai nistagmus dan bicara lambat,
tetapi tidak berefek analgesik. Juga tidak menimbulkan potensiasi terhadap efek penghambat
neuromuscular dan efek analgesik obat narkotik. Diazepam digunakan untuk menimbulkan
sedasi basal pada anesthesia regional, endoskopi dan prosedur dental, juga untuk induksi
anestesia terutama pada penderita dengan penyakit kardiovascular. Dibandingkan dengan
ultra short acting barbiturate, efek anestesi diazepam kurang memuaskan karena mula
kerjanya lambat dan masa pemulihannya lama. Diazepam juga digunakan untuk medikasi
preanestetik dan untuk mengatasi konvulsi yang disebabkan obat anestesi lokal.

6
5) Etomidat
Merupakan anestetik non barbiturat yang digunakan untuk induksi anestesi. Obat ini
tidak berefek analgesic tetapi dapat digunakan untuk anestesi dengan teknik infuse terus
menerus bersama fentanil atau secara intermiten. Dosis induksi eto-midat menurunkan curah
jantung , isi sekuncup dan tekanan arteri serta meningkat-kan frekuensi denyut jantung akibat
kompensasi. Etomidat menurunkn aliran darah otak (35-50%), kecepatan metabolism otak,
dan tekanan intracranial, sehingga anestetik ini mungkin berguna pada bedah saraf.Etomidat
menyebabkan rasa nyeri ditempat nyeri di tempat suntik yang dapat diatasi dengan
menyuntikkan cepat pada vena besar, atau diberikan bersama medikasi preanestetik seperti
meperidin.
6) Propofol
Secara kimia tak ada hubungannya dengan anestetik intravena lain. Zat ini berupa
minyak pada suhu kamar dan disediakan sebagai emulsi 1%. Efek pemberian anestesi umum
intravena propofol (2 mg/kg) menginduksi secara cepat seperti tiopental. Rasa nyeri kadang
terjadi ditempat suntikan, tetapi jarang disertai dengan thrombosis. Propofol menurunkan
tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini lebih disebabkan karena vasodilatasi
perifer daripada penurunan curah jantung. Tekanan sistemik kembali normal dengan intubasi
trakea. Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak, metabolism otak,
dan tekanan intracranial akan menurun. Biasanya terdapat kejang.

2.1.3 . Obat Anestesi inhalasi

Pada umumnya anestetik gas berpotensi rendah, sehingga hanya digunakan untuk induksi
dan operasi ringan. Anestetik gas tidak mudah larut dalam darah sehingga tekanan parsial
dalam darah cepat meningkat. Batas keamanan antara efek anestesi dan efek letal cukup lebar.
Obat anestesi inhalasi ini dihirup bersama udara pernafasan ke dalam paru-paru, masuk ke
darah dan sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose.

Contoh obat anestesik inhalasi yaitu :


1)
Dinitrogen Monoksida (N2O)
Dinitrogen Monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
dan lebih berat daripada udara. N2O biasanya tersimpan dalam bentuk cairan bertekanan

7
tinggi dalam baja, tekanan penguapan pada suhu kamar ± 50 atmosfir. N2O mempunyai efek
analgesik yang baik, dengan inhalasi 20% N2O dalam oksigen efeknya seperti efek 15 mg
morfin. Kadar optimum untuk mendapatkan efek analgesik maksimum ± 35% . Gas ini sering
digunakan pada partus yaitu diberikan 100% N2O pada waktu kontraksi uterus sehingga rasa
sakit hilang tanpa mengurangi kekuatan kontraksi dan 100% O2 pada waktu relaksasi untuk
mencegah terjadinya hipoksia. Anestetik tunggal N2O digunakan secara intermiten untuk
mendapatkan analgesik pada saat proses persalinan dan pencabutan gigi.

b. Obat Anestesi yang Menguap


Anestetik yang menguap (volatile anesthetic) mempunyai 3 sifat dasar yang sama yaitu
berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai sfat anestetik kuat pada kadar rendah dan
relatif mudah larut dalam lemak, darah dan jaringan. Kelarutan yang baik dalam darah dan
jaringan dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan terlawatinya induksi, untuk
mengatasi hal ini diberikan kadar lebih tinggi dari kadar yang dibutuhkan. Bila stadium yang
diinginkan sudah tercapai kadar disesuaikan untuk mempertahankan stadium tersebut. Untuk
mempercepat induksi dapat diberika zat anestetik lain yang kerjanya cepat kemudian baru
diberikan anestetik yang menguap.Umumnya anestetik yang menguap dibagi menjadi dua
golongan yaitu golongan eter misalnya eter (dietileter) dan golongan hidrokarbon halogen
misalnya halotan, metoksifluran, etil klorida, dan trikloretilen.
Contoh obat anestesik yang menguap yaitu :
1) Eter
Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau mudah terbakar,
mengiritasi saluran nafas dan mudah meledak. Sifat analgesik kuat sekali, dengan kadar dalam
darah arteri 10-15 mg % sudah terjadi analgesik tetapi penderita masih sadar. Eter pada kadar
tinggi dan sedang menimbulkan relaksasi otot karena efek sentral dan hambatan
neuromuscular yang berbeda dengan hambatan oleh kurare, sebab tidak dapat dilawan oleh
neostigmin. Zat ini meningkatkan hambatan neuromuscular oleh antibiotik seperti neomisin,
streptomisin, polimiksin dan kanamisin. Eter dapat merangsang sekresi kelenjar bronkus. Eter
diabsorpsi dan disekresi melalui paru dan sebagian kecil diekskresi juga melalui urin, air susu,
keringat dan difusi melalui kulit utuh.

8
2) Halotan
Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan tidak mudah
meledak meskipun dicampur dengan oksigen. Halotan bereaksi dengan perak, tembaga, baja,
magnesium, aluminium, brom, karet dan plastik. Karet larut dalam halotan, sedangkan nikel,
titanium dan polietilen tidak sehingga pemberian obat ini harus dengan alat khusus yang
disebut fluotec. Efek analgesic halotan lemah tetapi relaksasi otot yang ditimbulkannya baik.
Dengan kadar yang aman waktu 10 menit untuk induksi sehingga mempercepat digunakan
kadar tinggi (3-4 volume %). Kadar minimal untuk anestesi adalah 0,76% volume.
3) Metoksifluran
Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, bau manis seperti buah, tidak mudah meledak,
tidak mudah terbakar di udara atau dalam oksigen. Pada kadar anestetik, metoksifluran mudah
larut dalam darah. Anestetik yang kuat dengan kadar minimal 0,16 volume % sudah dapat
menyebabkan anestesi dalam tanpa hipoksia. Metoksifluran tidak menyebabkan iritasi dan
stimulasi kelenjar bronkus, tidak menyebabkan spasme laring dan bronkus sehingga dapat
digunakan pada penderita asma. Metoksifluran menyebabkan sensitisasi jantung terhadap
ketokolamin tetapi tidak sekuat kloroform, siklopropan, halotan atau trikloretilan.
Metoksifluran bersifat hepatoksik sehingga sebaiknya tidak diberikan pada penderita kelainan
hati.
4) Etilklorida
Merupakan cairan tak berwarna, sangat mudah menguap, mudah terbakar dan mempunyai
titik didih 12-13°C. Bila disemprotkan pada kulit akan segera menguap dan menimbulkan
pembekuan sehingga rasa sakit hilang. Anesthesia dengan etilklorida cepat terjadi tetapi cepat
pula hilangnya. Induksi dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit
sesudah pemberian anesthesia dihentikan. Karena itu etilkloretilen sudah tidak dianjurkan lagi
untuk anestetik umum, tetapi hanya digunakan untuk induksi dengan memberikan 20-30 tetes
pada masker selama 30 detik. Etilkloroda digunakan juga sebagai anestetik lokal dengan cara
menyemprotkannya pada kulit sampai beku. Kerugiannya, kulit yang beku sukar dipotong dan
mudah kena infeksi karena penurunan resistensi sel dan melambatnya penyembuhan.
5) Trikloretilen

Merupakan cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas seperti
kloroform, tidak mudah terbakardan tidak mudah meledak. Induksi dan waktu pemulihan
terjadi lambat karena trikloretilen sangat larut dalam darah. Efek analgesic trikloretilen cukup
kuat tetapi relaksasi otot rangka yang ditimbulkannya kurang baik , maka sering digunakan
pada operasi ringan dalam kombinasi dengan N2O. untuk anestesi umum, kadar trikloretilen
9
tidak boleh lebih dari 1% dalam campuran 2:1 dengan N2O dan oksigen. Trikloretilen
menimbulkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin dan sensitisasi pernafasan pada stretch
receptor. Sifat lain trikloretilen tidak mengiritasi saluran nafas.

10
2.1.4 Anestesi Lokal

1. Anestesi Lokal
Anestesi lokal atau zat penghilang rasa setempat merupakan obat yang pada penggunaan
lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke Sistem Saraf Pusat dan dengan
demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal, rasa panas atau dingin.
Anestesi lokal adalah teknik untuk menghilangkan atau mengurangi sensasi di bagian tubuh
tertentu. Ada kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk pembiusan di
bagian kecil tubuh seperti gigi atau area kulit. Namun, banyak juga yang menyebut anestesi
lokal untuk anestesi apa pun selain yang menimbulkan ketidaksadaran umum (anestesi umum).
Secara kimia, anestesi lokal digolongkan sebagai berikut:
1. Senyawa Ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan
inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester
umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida.
Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai prototip.
2. Senyawa Amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain.
3. Lainnya
Contohnya fenol, benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran.

Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak digunakan adalah:
a) Anestesi permukaan
Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk
mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan kecil seperti menjahit luka di
kulit. Sediaan ini aman dan pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu proses
penyembuhan luka.
b) Anestesi Infiltrasi
Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar
jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan jaringan
yang terletak lebih dalam, misalnya daerah kecil di kulit atau gusi (pada pencabutan gigi).
c) Anestesi Blok

11
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan diagnostik dan
terapi.
d) Anestesi Spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai tulang
dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini bermanfaat untuk operasi perut bagian
bawah, perineum atau tungkai bawah.

12
2.2 Mekanisme Kerja Anestesi Umum

Mekanisme terjadinya anestesia disebabkan adanya pengaruh perubahan neurotransmisi

di berbagai lokasi di dalam sel, tetapi fokus utama mempengaruhi sinaps. Suatu efek

prasinaps dapat merubah pelepasan dari neurotransmiter, sedangkan efek pascasinaps dapat
13
mengubah frekuensi atau amplitudo impuls keluar sinaps. Di tingkat organ, efek obat

anestetik mungkin terjadi karena penguatan inhibisi atau berkurangnya eksitasi di dalam SSP

(Sistem Saraf Pusat). Studi-studi pada isolat jaringan korda spinalis memperlihatkan bahwa

obat anestetik lebih menimbulkan gangguan pada transmisi eksitatorik daripada menguatkan

efek inhibitorik. Saluran klorida (reseptor asam γaminobutirat-A (GABAA) dan glisin) dan

saluran kalium merupakan saluran ion inhibitorik utama yang dianggap sebagai kandidat efek

anestetik. Saluran ion eksitatorik yang merupakan sasaran mencakup saluran yang diaktifkan

oleh asetilkolin (reseptor nikotinik dan muskarinik), oleh asam amino eksitatorik (reseptor

asam amino-3- hidroksi-5-metil-4-isoksazol-propionat (AMPA), kainat, dan N-metil-

Daspartat (NMDA), atau oleh serotonin (reseptor 5-HT2 dan 5-HT3). Efek dari anestesi

sendiri dapat mengakibatkan memperkuat penghambatan atau mengurangi eksitasi dalam SSP

2.3 Mekanisme Kerja Anestesi Lokal

Anestesik lokal bekerja bila disuntikkan kedalam akson saraf. Anestesi lokal

melakukan penetrasi kedalam akson dalm bentuk basa larut lemak. Anestesi lokal bersifat

tergantung pemakaian artinya derajat blok porsional terhadap stimulasi saraf. Hal ini

menunjukkan bahwa makin banyak molekul obat memasuki kanal Na+ ketika kanal-kanal

terbuka menyebabkan lebih banyak inaktivasi. Anestesi lokal menekan jaringan lain seperti

miokard bila konsentrasinya dalam darah cukup tinggi namun efek sistemik utamanya

mencakup sistem saraf pusat. Adapun mekanisme kerja meliputi :

1. Cegah konduksi dan timbulnya impuls saraf

2. Tempat kerja terutama di membran sel

14
3. Hambat permeabilitas membran ion Na+ akibat depolarisasi menjadikan ambang rangsang

membran meningkat

4. Eksitabilitas & kelancaran hambatan terhambat

5. Berikatan dg reseptor yg tdpt p d ion kanal Na, terjadi blokade sehingga hambat gerak ion via

membran.

15
BAB III

KESIMPULAN

Anastesi umum adalah obat yang menimbulkan keadaan yangbersifat reversibel dimana

seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan. Obat anestesi umum dibagi menurut bentuk

fisiknya dibagi terdiri dari tiga golongan yaitu obat anestesi gas (inhalasi), obat anestesi yang

menguap dan obat anestesi yang diberikan secara intravena. Anestesi umum yang ideal akan

bekerja secara tepat dan baik serta mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah

pemberian dihentikan.

Anestesi lokal atau zat penghilang rasa setempat merupakan obat yang pada

penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke sistem saraf pusat

dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal, rasa panas atau

dingin. Obat anestesi lokal dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri dari tiga golongan

yaitu senyawa ester, senyawa amida dan senyawa lainnya. Anestesi lokal adalah teknik untuk

menghilangkan atau mengurangi sensasi di bagian tubuh tertentu. Ada kalangan medis yang

membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk pembiusan di bagian kecil tubuh seperti gigi atau

area kulit.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA, Suryadi KA, Dahlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua.
Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI;2002
2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penerjemah:
Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007.

3. Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit Universitas


Indonesia.

4. Syamsuni, H.A,Drs.2006.ilmu Resep.EGC.Jakarta

5. Olson, James. 2004. Belajar Mudah Farmakologi. EGC: Jakarta

6. Drs Tan Hoan Tjay, Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat – Obat Penting. Elexmedia
Komputindo:Jakarta.

7. Katzung, Bertram. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Salemba


Medika:Jakarta.

8. MIMS Petunjuk Konsultasi edisi 9 2009/2010. BIP Kelompok Gramedia: Jakarta.

9. ISO Indonesia Vol. 42. 2007. Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia: Jakarta

17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai