Anda di halaman 1dari 58

PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PAKU TAHUN 2020

Disusun Oleh:

Carolus 16100701000

Indi Kurniati 1610070100096

Oktaria Putri D 16100701000

Pembimbing:

dr. Venny Novi Yersi

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

BAGIAN PUBLIC HEALTH RSUD SOLOK

2021
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPANGAN

PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS

DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PAKU TAHUN 2020

Solok, 22 April 2021

Telah disetujui oleh,

PEMBIMBING LAPANGAN

dr. Venny Novi Yersi


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penemuan Kasus
Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2020”

. Penulisan makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu


persyaratan tugas akhir Keterampilan Klinik Senior pada stase Kesehatan Masyarakat
I. Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih
kepada dr.Venny Novi Yersi yang telah memimbing dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, tentunya masih terdapat kekurangan dalam


penulisannya karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis. Oleh karena itu, penulis berharap agar dapat diberikan masukan yang dapat
membangun kesempurnaan penulisan ini.

Solok, 22 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUJUAN 2
1.2.1 TUJUAN UMUM 2
1.2.2 TUJUAN KHUSUS 2
1.3 MANFAAT 3
1.3.1 Manfaat Teoritis 3
1.3.2 Manfaat Praktis 3
1.3.3 Manfaat Bagi Masyarakat 3
1.4 RUANG LINGKUP 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 PUSKESMAS 4
2.2 MANAJEMEN PUSKESMAS 6
2.2.1 Perencanaan 7
2.2.2 Pengorganisasian 7
2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan 8
2.2.4 Pengawasan dan pengendalian 9
2.3 Tuberkulosis 10
2.3.1 Definisi 10
2.3.2 Epidemilogi 10
2.3.3 Patogenesis 10
2.3.4 Klasifikasi 12
2.3.5 Diagnosis 14
2.3.6 Pengobatan Tuberkulosis 18
2.3.7 Komplikasi 20
2.3.8 Pencegahan 20
2.4 DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE (DOTS) 20
BAB III HASIL KEGIATAN 23

ii
3.1 PROFIL PUSKESMAS TANJUNG PAKU 23
3.1.1. Peta Wilayah 23
3.1.2. Kondisi Geografis 23
3.1.3 Kondisi Demografis dan Kependudukan 24
3.1.4 Sosial Budaya 24
3.1.5 Sumber Daya Kesehatan 25
3.1.6 Visi, Misi, Motto dan Janji Pelayanan 27
3.2 GAMBARAN UMUM PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT 28
3.2.1 Upaya Kesehatan Wajib 28
3.2.2 Program Pengembangan 32
3.3 FOKUS KAJIAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT DI PUSKESMAS TANJUNG PAKU 33
3.3.1 Kegiatan Program dan Pelayanan 33
3.3.2 Indikator Dan Pencapaian Kegiatan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2017 35
3.4 HASIL KEGIATAN PUSKESMAS 40
3.5 FOKUS KAJIAN PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT 41
3.5.1 Identifikasi Masalah 41
3.6 PENETAPAN PRIORITAS MASALAH 42
3.7 PENILAIAN PRIORITAS MASALAH DI PUSKESMAS TANJUNG
PAKU 42
3.8 ANALISIS SEBAB AKIBAT MASALAH 46
3.9 PLAN OF ACTION 47
BAB IV PENUTUP 49
4.1 KESIMPULAN 49
4.2 SARAN 49
DAFTAR PUSTAKA 50

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya ( Depkes, 2011). Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi
menular yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.Penyakit ini apabila tidak
diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga
kematian (Kemenkes RI, 2016).
Tuberculosis merupakan masalah kesehatan baik dari sisi angka kematian
(mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas) maupun diagnosis dan terapinya. Dengan
penduduk lebih dari 200 juta orang.Indonesia adalah negara yang berada di kawasan Asia
Tenggara dengan jumlah kasus TB ke-2 terbanyak di dunia setelah India (WHO 2015).
Berdasarkan laporan WHO tahun 2015, diperkirakan pada tahun 2014 kasus TB di India dan
Indonesia berturut-turut yaitu 23% dan 10% kasus.
Berdasarkan laporan WHO tahun 2015, pada tahun 2014 terdapat 9,6 jutakasus TB
paru didunia, 58% kasus TB berada di Asia Tenggara dan kawasan Pasifik Barat serta 28%
kasus berada di Afrika. Pada tahun 2014, 1,5 juta orang di dunia meninggal karena TB.
Tuberkulosis menduduki urutan kedua setelah Human Imunodeficiency Virus (HIV) sebagai
penyakit infeksi yang menyebabkan kematian terbanyak pada penduduk dunia (WHO, 2015).
Pada tahun 1995, progam nasional penanggulangan TB mulai menerapkan
strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi
DOTS dilakukan secara nasional di UPK terutama puskesmas yang diintegrasikan dalam
pelayanan kesehatan dasar. Fakta menunjukkan bahwa TB masih merupakan masalah
utama kesehatan masyarakat antara lain:
1. Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 di dunia setelah India
dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah
pasien TB di dunia.
2. Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa
penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskular

1
dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok usia dan nomor 1 dari
golongan penyakit infeksi.
3. Hasil survei prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan angka prevalensi
TB BTA positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk.
4. Sampai tahun 2005, progam penanggulangan TB dengan strategi DOTS menjangkau
98% puskesmas, sementara Rumah Sakit dan BP4/RSP baru sekitar 30%.

Indonesia sebagai negara ketiga terbesar di dunia dalam jumlah penderita TB


setelah India dan Cina, telah berkomitmen mencapai target dunia dalam penanggulangan
TB. Strategi DOTS yang direkomendasikan WHO telah diimplementasikan dan
diekspansi secara bertahap kemajuan telah dicapai. Namun, tantangan progam di masa
depan tidaklah lebih ringan. Meningkatnya kasus HIV dan MDR serta besarnya
komitmen akan menjadikan progam yang saat ini sedang dilakukan ekspansi akan
menghadapi masalah dalam hal pencapaian target global. Ditinjau dari sistem kesehatan
nasional Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan.Salah satu
upaya kesehatan wajib adalah upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
yang termasuk didalamnnya penyakit TB paru.
Penanggulangan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang dikelola
dengan menggunakan strategi DOTS.Untuk menilai kemajuan dan keberhasilan TB
digunakan beberapa indikator.Salah satu indikator tersebut adalah angka penemuan
kasus TB BTA positif (Case Detection Rate - CDR).secara nasional CDR 2010 triwulan
1 baru mencapi 18,2%. Provinsi dengan CDR tertinggi adalah Sulawesi Utara 20,7% dan
yang terendah provinsi Lampung 3,2%. Sementara itu CDR provinsi Sumatera Barat
baru mencapai 11,6%.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
1. Melengkapi syarat kepaniteraan klinik senior (KKS) di Puskesmas Tanjung Paku
2. Melengkapai syarat stase public health
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil
4. Mengetahui Rendahnya Penemuan Kasus Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Paku Tahun 2020

2
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang Tuberkulosis
2. Mengetahui tentang DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE
(DOTS)

1.3 MANFAAT

1.3.1 Manfaat Teoritis


Menambah ilmu dan wawasan pengetahuan di bidang kesehatan mengenai
tuberkulosis.

1.3.2 Manfaat Praktis


Sebagai sumber informasi untuk melakukan tindakan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitative terhadapa tuberkulosis dengan strategi Directly Observed Treatment
Short Course (DOTS).
1.3.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis.

1.4 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini mengenai penyakit tuberkulosis
dan rendahnya penemuan kasus tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PUSKESMAS
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014, Puskesmas merupakan
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas merupakan organisasi struktural dan sebagai unit pelaksana teknis dinas,
aspek fungsional bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang merupakan unit pelaksana
pelayanan kesehatan masyarakat tingkat 1 yang dibina oleh DKK, bertanggungjawab untuk
melaksanakan identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta
fasilitas pelayanan kesehatan meliputi cakupan, mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber
daya manusia dan provider,serta menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsinya
yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) tingakat pertama di wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.Upaya Kesehatan Masyarakat tingkat
pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan.UKM esensial upaya kesehatan ini merupakan upaya kesehatan wajib yang
upaya berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta punya daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta wajib diselenggarakan puskesmas di
wilayah Indonesia. UKM essensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi
4
dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit
dan memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan pengembangan merupakan yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk


mewujudkan masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat.
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.
3. Hidup dalam lingkungan sehat.
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai


tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan Komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan.
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait.
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

5
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan pelayanan kesehatan.
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggualangan
penyakit.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan
dankeselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis.
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkat kompetensi tenaga kesehatan.
i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya.
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.

2.2 MANAJEMEN PUSKESMAS


Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik
untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan
sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas akan membentuk fungsi-fungsi
manajeman.
Manajemen juga merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
6
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini manajemen mengandung tiga prinsip pokok
yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya,
efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional
dalam pengambilan keputusan manajerial.

2.2.1 Perencanaan
2.2.1.1 Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan
strategi, kebiijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk
menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik terhadap
pengenalan siklus perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan fungsi terpenting
dalam manajemen karena fungsi ini akan menetukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap
semua pekerjaan yang dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian terhadap tujuan secra
efektif dan efisien.

2.2.1.2 Langkah-langkah perencanaan


Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu
sebagai berikut:
a. Analisa situasi
b. Mengidentifikasi masalah prioritas
c. Menentukan tujuan program
d. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
e. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

2.2.2 Pengorganisasian
2.2.2.1 Pengertian
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya yang dimiliki

7
oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur pengguanaannya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai tujuan organisasi.

2.2.2.2 Manfaat pengorganisasian


Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan
mengetahui:
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b. Hubungan organisasi antar manusia yang akan terjadi antar anggota atau staf
organisasi
c. Pendelegasian wewenang
Manajer atau pimpinan akan melimpahkan wewenang kepada staf sesuai dengan tugas
pokok yang diberikan kepadanya
d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi

2.2.2.3 Langkah-langkah pengorganisasian


Ada lima langkah pentng dalam pengorganisasian yaitu sebagai berikut:
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
b. Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis
d. Menetapkan kewajiban yang dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya
e. Mendelegasikan wewenang

2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan


2.2.3.1 Pengertian
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program
(ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan program (yang dirumuskan
dalam fungsi perencanaan). Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana manajer
mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya (manusia dan yang bukan manusia)
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.

8
2.2.3.2 Tujuan dan fungsi pelaksanaan
Tujuan pelaksanaan yaitu:
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis

2.2.4 Pengawasan dan pengendalian


2.2.4.1 Prinsip Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi perencanaan.Melalui
fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan program yang dituangkan dalam
bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang
dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf.Jika ada kesenjangan dan penyimngan yang
terjadi harus segera diatasi.Penyimpangan ini harus dapat dideteksi secara dini dicegah,
dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan.Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan
agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefesiensikan dan tugas-tugas staf untuk mencapai
tujuan program dapat lebih diefektif.

2.2.4.2 Standar Pengawasan


Standar pengawasan mencakup :
a. Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan
kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan dalam situasi yang sama di
masa lalu.
b. Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh petugas
yang sudah mendapat pelatihan. Satandar ini berkaitan dengan tingkat
profesionalisme staf.

2.2.4.3 Manfaat Pengawasan


9
Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat, organisasi yang
akan memperoleh manfaatnya, yaitu :
a. Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh
staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumberdayanya
sudah digunakan seusai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi
pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efesiensi kegiatan
program
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf melaksanakan
tugas-tugasnya.
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan
dan telah dimanfaatkan secara efisien
d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau
diberikan pelatihan lanjutan

2.2.4.4 Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering dilakukan
untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaannya terletak pada
sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya dan waktu pelaksanaannya.
Antara evaluasi dengan fungsi pengawasan juga mempunyai kesamaan tujuan yaitu
untuk memperbaiki efesiensi dan efektifitas pelaksanaan program dengan memperbaiki
fungsi perencanaan.

2.3 TUBERKULOSIS
2.3.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex.

2.3.2 Epidemilogi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
dunia ini. Pada tahun 1992 WorldHealth Organization (WHO) telah mencanangkan
tuberkulosissebagai “Global Emergency”. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan
bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah
kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi
10
tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh
kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk, terdapat 182 kasus per
100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per
100.000 penduduk.
Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
didapatkan bahwa penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian
kedua setelah sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB
merupakan penyebab kematian kedua, sementara SKRT 2001 menyebutkan bahwa
tuberkulosis adalah penyebab kematian pertama pada golongan penyakit infeksi.

2.3.3 Patogenesis
Untuk lebih memahami berbagai aspek tuberkulosis, perlu diketahui proses
patologik yang terjadi. Batuk yang merupakan salah satu gejala tuberkulosis paru, terjadi
karena kelainan patologik pada saluran pernapasan akibat kuman M.tuberculosis. Kuman
tersebut bersifat sangat aerobik, sehingga mudah tumbuh di dalam paru, terlebih di

daerah apeks karena pO2 alveolus paling tinggi.


Kelainan jaringan terjadi sebagai respons tubuh terhadap kuman. Reaksi jaringan
yang karakteristik ialah terbentuknya granuloma, kumpulan padat sel makrofag. Respons
awal pada jaringan yang belum pernah terinfeksi ialah berupa sebukan sel radang, baik
sel leukosit polimorfonukleus (PMN) maupun sel fagosit mononukleus. Kuman
berproliferasi dalam sel, dan akhirnya mematikan sel fagosit. Sementara itu sel
mononukleus bertambah banyak dan membentuk agregat. Kuman berproliferasi terus,
dan sementara makrofag (yang berisi kuman) mati, sel fagosit mononukleus masuk
dalam jaringan dan menelan kuman yang baru terlepas.Jadi terdapat pertukaran sel
fagosit mononukleus yang intensif dan berkesinambungan.Sel monosit semakin
membesar, intinya menjadi eksentrik, sitoplasmanya bertambah banyak dan tampak
pucat, disebut sel epiteloid. Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa
jaringan diantaranya, namun tidak ada ikatan interseluler dan bentuknya pun tidak sama
dengan sel epitel.
Sebagian sel epiteloid ini membentuk sel datia berinti banyak, dan sebagian sel
datia ini berbentuk sel datia Langhans (inti terletak melingkar di tepi) dan sebagian
berupa sel datia benda asing (inti tersebar dalam sitoplasma). Lama kelamaan
11
granuloma ini dikelilingi oleh sel limfosit, sel plasma, kapiler dan fibroblas. Di bagian
tengah mulai terjadi nekrosis yang disebut perkijuan, dan jaringan di sekitarnya menjadi
sembab dan jumlah mikroba berkurang. Granuloma dapat mengalami beberapa
perkembangan, bila jumlah mikroba terus berkurang akan terbentuk simpai jaringan ikat
mengelilingi reaksi peradangan. Lama kelamaan terjadi penimbunan garam kalsium pada
bahan perkijuan. Bila garam kalsium berbentuk konsentrik maka disebut cincin
Liesegang. Bila mikroba virulen atau resistensi jaringan rendah, granuloma membesar
sentrifugal, terbentuk pula granuloma satelit yang dapat berpadu sehingga granuloma
membesar. Sel epiteloid dan makrofag menghasilkan protease dan hidrolase yang dapat
mencairkan bahan kaseosa.Pada saat isi granuloma mencair, kuman tumbuh cepat
ekstrasel dan terjadi perluasan penyakit.
Reaksi jaringan yang terjadi berbeda antara individu yang belum pernah
terinfeksi dan yang sudah pernah terinfeksi. Pada individu yang telah terinfeksi
sebelumnya reaksi jaringan terjadi lebih cepat dan keras dengan disertai nekrosis
jaringan.Akan tetapi pertumbuhan kuman tretahan dan penyebaran infeksi terhalang. Ini
merupakan manifestasi reaksi hipersensitiviti dan sekaligus imuniti.

2.3.4 Klasifikasi
2.3.4.1 Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru).
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
• Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)

12
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik
dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons
dengan pemberian antibiotik spektrum luas
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.tuberculosis positif
• Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa

2. Berdasarkan Tipe Penderita


Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe penderita yaitu :
a. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik sehingga dicurigai lesi
aktif kembali, harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
 Infeksi sekunder
 Infeksi jamur
 TB paru kambuh
c. Kasus pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah.
d. Kasus lalai berobat
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut
kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
e. Kasus Gagal
 Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan).

13
 Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif
menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran
radiologik ulang hasilnya perburukan.
f. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
g. Kasus bekas TB
 Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif dan
gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif,terlebih gambaran
radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan
OAT yang adekuat akan lebih mendukung.
 Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif, namun
setelah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada
perubahan gambaran radiologik.

2.3.4.2 Tuberkulosis Extra Paru


a. TB di luar paru ringan
Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
b. TB diluar paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.

2.3.5 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan
fisik / jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang
lainnya.
2.3.5.1 Gambaran Klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan:
a. Gejala respiratorik
• Batuk ≥ 3 minggu
• Batuk darah
• Sesak napas
• Nyeri dada
14
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat
medical checkup. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, makapenderita
mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan
selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada
pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
b. Gejala sistemik
 Demam
 Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun

2.3.5.2 Pemeriksaan Fisik


Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur
paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)
menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah apex lobus inferior. Pada
pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara
napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya
cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di
daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”.

2.3.5.3 Pemeriksaan Bakteriologik


a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai
arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan
bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan

15
bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL),
urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau dengan cara:
• Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
• Dahak Pagi (keesokan harinya)
• Sewaktu/spot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara :

Tabel 2.1 Pemeriksaan mikroskopik


Mikroskopik biasa Mikroskopik fluoresens

Pewarnaan Ziehl-Nielsen Pewarnaan auramin-rhodamin


pewarnaan Kinyoun Gabbett (khususnya untuk screening)

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dahak dipekatkan lebih dahulu dengan
cara sebagai berikut :
• Masukkan dahak sebanyak 2 – 4 ml ke dalam tabung sentrifuge dan
tambahkan sama banyaknya larutan NaOH 4%
• Kocoklah tabung tersebut selam 5 – 10 menit atau sampai dahak mencair
sempurna
• Putarlah tabung tersebut selama 15 – 30 menit pada 3000 rpm
• Buanglah cairan atasnya dan tambahkan 1 tetes indicator fenol-merahpada
sediment yang ada dalam tabung tersebut, warnanya menjadi merah
• Netralkan reaksi sedimen itu dengan berhati-hati meneteskan larutan HCl 2n
ke dalam tabung sampai tercapainya warna merah jambu ke kuning-kuningan
• Sedimen ini selanjutnya dipakai untuk membuat sediaan pulasan (boleh juga
dipakai untuk M.tuberculosis )

lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :


 2 kali positif, 1 kali negatif → Mikroskopik positif
16
 1 kali positif, 2 kali negatif → ulang BTA 3 kali , kemudian bila 1 kali positif,
2 kali negatif → Mikroskopik positif bila 3 kali negatf → Mikroskopik
negative
 Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala bronkhorst atau
IUATLD

Catatan :
Bila terdapat fasilitas radiologik dan gambaran radiologik menunjukkan
tuberkulosis aktif, maka hasil pemeriksaan dahak 1 kali positif, 2 kali negatif tidak perlu
diulang.
Pemeriksaan biakan kuman
Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara :
• Egg base media (Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh)
• Agar base media : Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat


mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga Mycobacterium other than
tuberculosis (MOTT). Untukmendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik
dengan melihat cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun
pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul.

d. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada
pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam
bentuk (multiform).

Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :


• Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah
• Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
• Bayangan bercak milier
• Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

17
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif:
• Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
• Kalsifikasi atau fibrotic
• Kompleks ranke
• Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
• Luluh Paru (Destroyed Lung ) : gambaran radiologik yang menunjukkan
kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru .
Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis
parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya
berdasarkan gambaran radiologik tersebut.Perlu dilakukan pemeriksaan
bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses penyakit.

Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan
sbb (terutama pada kasus BTA dahak negatif) :
• Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas
tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga
kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra
torakalis 5 (sela iga 2) dan tidak dijumpai kaviti
• Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.

e. Pemeriksaan Penunjang
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional.Dalam
perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang dapat mengidentifikasi kuman
tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Polymerase chain reaction (PCR):
2. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda :
 Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
 Mycodot
 Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
 ICT
3. Pemeriksaan BACTEC

18
4. Pemeriksaan Cairan Pleura
5. Pemeriksaan histopatologi jaringan
6. Pemeriksaan darah
7. Uji tuberculin

2.3.6 Pengobatan Tuberkulosis


Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama
dan tambahan.
2.3.6.1 Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang dipakai:
a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
• Rifampisin
• INH
• Pirazinamid
• Streptomisin
• Etambutol
b. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri
dari :
• Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
• Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid. 400 mg
c. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
• Kanamisin
• Kuinolon
• Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat
• Derivat rifampisin dan INH

2.3.6.2 Panduan OAT


Tabel 2.2 Panduan Obat
Kategori Kasus Paduan Obat yang Dianjurkan Keterangan

I ● TB paru BTA +, ◆ 2RHZE / 4RH atau


BTA -, lesi luas ◆ 2RHZE / 6HE atau
19
● TB di luar paru
◆ 2RHZE / 4R3H3
kasus berat
Bila
◆ 3RHZE / 6RH streptomisin
II ● Kambuh ◆ 2RHZES lalu sesuai hasil uji alergi, dapat
● Gagal pengobatan resistensi atau diganti
◆ 2RHZES / 1RHZE/ 5R3H3E3 kanamisin

◆ Sesuai lama pengobatan


sebelumnya, lama berhenti

II TB paru lalai berobat minum obat dan keadaan


klinik, bakteriologik dan
radiologik saat ini atau
◆ 2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3
● TB paru BTA – lesi

III minimal ◆ 2RHZ / 4 RH atau 6RHE atau


● TB di luar paru ◆ 2RHZ / 4R3H3
kasus ringan
Sesuai hasil resistensi atau H
IV Kronik
seumur hidup

Sesuai uji resistensi + kuinolon


IV MDR TB
atau H seumur hidup

2.3.7 Komplikasi

 Batuk darah
 Pneumotoraks
 Luluh paru
 Gagal napas
 Gagal jantung
 Efusi pleura

2.3.8 Pencegahan

20
Pencegahan dapat dilakuka dengan cara :
 Terapi pencegahan
 Diagnosis dan pengobatan TB paru BTA positif untuk mencegah penularan
Terapi pencegahan :
Kemoprofilaksis diberikan kepada penderita HIV atau AIDS. Obat yang
digunakan pada kemoprofilaksis adalah Isoniazid (INH) dengan dosis 5 mg / kg BB
(tidak lebih dari 300 mg) sehari selama minimal 6 bulan.

2.4 DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE (DOTS)


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci keberhasilan
program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan menerapkan strategi DOTS, yang
juga telah dianut oleh negara kita. Oleh karena itu pemahaman tentang DOTS merupakan
hal yang sangat penting agar TB dapat ditanggulangi dengan baik.

DOTS mengandung lima komponen, yaitu :


 Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional
 Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopik
 Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung, dikenal dengan
istilah DOT (Directly Observed Therapy)
 Pengadaan OAT secara berkesinambungan
 Monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang (baku/standar) baik
Istilah DOT diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat jangka pendek
setiap hari oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).

Pengawasan dilakukan oleh :


Penderita berobat jalan
 Langsung di depan dokter
 Petugas kesehatan
 Orang lain (kader, tokoh masyarakat dll)
 Suami/Istri/Keluarga/Orang serumah

Penderita dirawat
Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO adalah petugas
RS, selesai perawatan untuk pengobatan selanjutnya sesuai dengan berobat jalan.
21
Tujuan :
 Mencapai angka kesembuhan yang tinggi
 Mencegah putus berobat
 Mengatasi efek samping obat
 Mencegah resistensi

Dalam melaksanakan DOT, sebelum pengobatan pertama kali dimulai harus diingat:
 Tentukan seorang PMO
 Berikan penjelasan kepada penderita bahwa harus ada seorang PMO dan PMO
tersebut harus ikut hadir di poliklinik untuk mendapat penjelasan tentang DOT

Persyaratan PMO:
PMO bersedia dengan sukarela membantu penderita TB sampai sembuh selama 6
bulan. PMO dapat berasal dari kader dasawisma, kader PPTI, PKK, atau anggota keluarga
yang disegani penderita.

Tugas PMO:
Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik, memberikan pengawasan kepada
penderita dalam hal minum obat, mengingatkan penderita untuk pemeriksaan ulang
dahak sesuai jadwal, memberitahukan / mengantar penderita untuk kontrol bila ada efek
samping obat, bersedia antar jemput OAT jika penderita tidak bisa datang ke RS
/poliklinik.

● Petugas PPTI atau Petugas Sosial


Untuk pengaturan/penentuan PMO, dilakukan oleh PKMRS (Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit), oleh PERKESMAS (Perawatan Kesehatan
Masyarakat) atau PHN (Public Health Nurse), paramedis atau petugas sosial.
● Petugas sosial
Ialah volunteer yang mau dan mampu bekerja sukarela, mau dilatih DOT.
Penunjukan oleh RS atau dibantu PPTI, jika mungkin diberi penghargaan atau uang
transport.

Penyuluhan tentang TB merupakan hal yang sangat penting, penyuluhan dapat dilakukan
secara :

22
 Perorangan/Individu : Penyuluhan terhadap perorangan (penderita maupun
keluarga) dapat dilakukan di unit rawat jalan,di apotik saat mengambil obat dll
 Kelompok : Penyuluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok penderita,
kelompok keluarga penderita, masyarakat pengunjung RS dll.

Cara Memberikan Penyuluhan


 Sesuaikan dengan program kesehatan yang sudah ada
 Materi yang disampaikan perlu diuji ulang untuk diketahui tingkat
penerimaannya sebagai bahan untuk penatalaksanaan selanjutnya
 Beri kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, terutama hal yang belum
jelasGunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang mudah dimengerti, kalau
perlu dengan alat peraga (brosur, leaflet dll)

DOTS PLUS
 Merupakan strategi pengobatan dengan menggunakan 5 komponen DOTS
 Plus adalah menggunakan obat antituberkulosis lini 2
 DOTS Plus tidak mungkin dilakukan pada daerah yang tidak menggunakan
strategi DOTS
 Strategi DOTS Plus merupakan inovasi pada pengobatan MDR-TB

23
BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1 PROFIL PUSKESMAS TANJUNG PAKU


3.1.1 Peta Wilayah

Gambar 3.1 Peta Wilayah


Sumber: Data dasar puskesmas Tanjung Paku

3.1.2 Kondisi Geografis


Puskesmas Tanjung Paku merupakan satu dari Puskesmas yang ada di Kota
Solok.Berdiri pada tahun 1983 dengan luas tanah 1050 M2, merupakan Puskesmas Rawat
Jalan. Puskesmas Tanjung Paku terletak di wilayah kerja Kecamatan Tanjung Harapan
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan VI Suku Kota Solok
b. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Saok Laweh Kabupaten Solok
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Simpang Rumbio Kota Solok

Jarak antara Puskesmas Tanjung Paku dengan Ibukota Provinsi Sumatera Barat
65 Km, dengan luas wilayah kerja 22,64 Km yang berbagi atas 4 (empat) kelurahan,
yaitu :
a. Kelurahan Koto Panjang
b. Kelurahan PPA
c. Kelurahan Tanjung Paku
d. Kelurahan Kampung Jawa
24
3.1.3 Kondisi Demografis dan Kependudukan
Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk 20.765 jiwa, dengan jumlah penduduk
perkelurahan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2019
Kelurahan Luas (KM2) Jumlah Penduduk Kepadatan
(Jiwa) (Jiwa) per KM2

Kampung Jawa 3.65 6.927 1897.81

PPA 0.69 6.020 8724.64

Tanjung Paku 2.35 6.230 2651.06

Koto Panjang 0.21 2.514 11971.43

Puskesmas 6.9 21.691 3142.36

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2019

3.1.4 Sosial Budaya


a. Agama
Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk mayoritas beragama islam
b. Suku
Sebagian besar masyarakatnya Suku Minang
c. Mata Pencarian
Masyarakat Puskesmas Tanjung Paku bermata pencarian sebagai pegawai, pedagang dan
petani.
d. Sarana Kependidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Puskesmas Tanjung Paku cukup lengkap, yaitu
16 TK/PAUD, 18 SD/MI, 3 SLTP, 3 SLTA dan 2 PT. Pada tabel berikut dapat dilihat
fasilitas pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku menurut Kelurahan

Tabel 3.2 Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2019
No Kelurahan TK/Paud SD/MIN SLTP SLTA/SMK PT

1 Kota Panjang 1 1 0 1 0

2 PPA 3 5 0 2 1

3 Tanjung Paku 5 4 1 0 1

4 Kampung Jawa 9 8 2 0 0

25
Jumlah 18 18 3 3 2

Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2018

3.1.5 Sumber Daya Kesehatan


a. Tenaga Kesehatan
Tabel 3.3 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Tanjung Paku tahun 2019
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
No. Jenis Tenaga yang ada
pegawai PNS Kontrak Sukarela
1. DokterUmum 3 3 - -
2. Dokter Gigi 2 1 1 -
3. DokterSpisialis - - - -
4. SPK 3 3 - -
5. Perawat S1 5 3 2 -
6. Ka. Tata Usaha 1 1 - -
7. Perawat D3 9 3 6 -
8. Perawat Gigi 2 1 1 -
9. Bidan D4 1 1 - -
10. Bidan D3 16 12 4 -
11 TenagaGizi 2 2 - -
12. Tenaga Gizi DIII 1 1 - -
13. DIII Pranata Labor 1 1 - -
15. DIII Farmasi 1 1 - -
16. SMF Farmasi 2 2 - -
17. Loket 2 2 - -
18. Bendahara 1 1 - -
19. Rekam Medis 2 1 1 -
20 Refraksi Optisien 1 1 -
21. Kesehatan Lingkungan 1 1 - -
22. Promkes 1 1 - -
23 Kesehatan Kerja 1 1 - -
24 Cleaning Servis 2 2
25. Sopir 1 - 1
26. Penjaga Malam 1 1
Jumlah

b. Sarana dan Prasarana


Tabel 3.4 Sarana dan prasana puskesmas Tanjung Paku tahun 2019
No Nama Ruang No Nama Ruang
1. GEDUNG I Mushalla
LANTAI I Ruang ATK
Ruang Pendaftaran dan Rekam Gudang Alat

26
Medik
Ruang Tunggu Ruang Klinik Sanitasi
Ruang Dokter Surveilance
Poli Gizi Promkes
Gudang Obat Toilet
Ruang PKPR
Labor 2. GEDUNG 2
Apotik Ruang Tindakan
Ruang Konsultasi Konsultasi TB Paru
Ruang Laktasi
Imunisasi Ruang Bersalin IVA/KB
Poli KIA Ruang Dokter Referal
Poli Gigi Ruang VCT
Toilet Wanita Toilet
Toilet Pria RUMAH PARAMEDIS 3
3.
UNIT
LANTAI 2 4. Parkir Ambulance
Ruang Kepala Puskesmas Promkes

Ruang Bimbingan Mahasiswa

Aula

Tata Usaha

Ruang Admin

Tabel 3.5 Jenis Sarana dan Prasarana


No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Puskesmas Induk 1

2 Puskesmas Pembantu 5

3 Poskeskel 4

4 Posyandu Balita 32

5 Posyandu Lansia 11

6 Apotik 4
27
7 Optikal 4

8 Toko Obat Berizin 4

9 RSUD/RST 1

10 Rumah Sakit Swasta 1

11 Labor 2

12 Sarana Transportasi Kendaraan Roda 4 Puskesmas Tanjung 2


Paku

13 Sarana Transportasi Kendaraan Roda 2 Puskesmas Tanjung 22


Paku

Jumlah 93

3.1.6 Visi, Misi, Motto dan Janji Pelayanan


Visi dan Misi Puskesmas Tanjung Paku berpedoman pada visi Dinas Kesehatan
Kota Solok yaitu Masyarakat Kota Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan, dan
berdasarkan permasalahan yang ada dan sumber daya yang dimiliki, Puskesmas Tanjung
Paku menetapkan Visi, Misi, Motto dan Janji Pelayanan.
● Visi:
Visi Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok adalah “Terwujudnya Pelayanan Prima
Menuju Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat”

● Misi :
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkanlah misi yaitu :
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber PHBS
b. Meningkatkan kemitraan dengan Stake Holder bidang kesehatan
c. Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
d. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan
e. Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistem informasi
f. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
g. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya
kesehatan masyarakat (UKM) beserta kesehatan lingkungan

● Motto:

28
UPT Puskesmas Tanjung Paku menuju Puskesmas “Berprestasi” ( Bersih,
Prestise, Takwa, Santun dan Inovatif)

● Janji Pelayanan
Puskesmas Tanjung Paku siap mewujudkan Pelayanan Puskesmas “
SIMPATIK”
a. Senyum
Senyum, salam dan sapa selalu di utamakan.
b. Ikhlas
Ikhlas dalam memberikan pelayanan
c. Mudah
Mudah dalam proses pelayanan.
d. Peduli
Peduli terhadap keluhan pasien.
e. Adil
Pelayanan yang diberikan adil dan merata.
f. Terpadu
Terpadu dalam memberikan pelayanan.
g. Inovatif
Inovasi dalam pelayanan selalu dikembangkan
h. Komitmen
Melaksanakan tugas sesuai dengan komitmen

3.2 GAMBARAN UMUM PROGRAM-PROGRAM KESEHATAN


MASYARAKAT
Upaya kesehatan layanan dasar yang diselenggarakan puskesmas meliputi 6 Upaya
Kesehatan wajib ditambah dengan Upaya Kesehatan Pengembangan ditambah Inovasi.
Adapaun hasil kegiatan dari upaya kesehatan tersebut adalah sebagai berikut:
3.2.1 Upaya Kesehatan Wajib
3.2.1.1 Promosi Kesehatan
Kegiatan yang dilakukan
 Penyuluhan ke sekolah
 Penyuluhan di posyandu
 Penyuluhan keliling
 Survey PHBS
29
3.2.1.2 KIA dan KB
a. Kegiatan yang dilakukan
 Kelas ibu hamil
 Pelayanan ANC
 Kunjungan bumil resti
 Kunjungan nifas
 Pemantauan stiker P4K/ANC berkualitas
 Otopsi verbal
b. Kegiatan program kesehatan anak
 DDTK
 Kelas ibu balita
 Kunjungan rumah balita bermasalah
c. Keluarga berencana
 Pelayanan dan konseling
 Penanganan komplikasi ringan
3.2.1.3 Gizi Masyarakat
Kegiatan yang dilakukan
 Penimbangan masal & pemebiran vitamin A
 Pengukuran status gizi murid TK/PAUD
 Pengukuran status gizi siswa SLTP & SLTA
 Pemantauan status gizi sekolah yang mendapat PMT-AS
 Kunjungan rumah balita gizi kurang dan buruk serta bumil KEK
 Pemantauan posyandu
 Pemberian PMT pemulihan
 TFC
 Pendataan kadarzi
 Pengambilan sampel garam RT dan pemeriksan gondok anak SD
 Kelas ASI eksklusif
 Kelas MP-ASI
 Kelas gizi
 Kegiatan rutin seperti:
- Pemberian vitamin A
30
- Pemberian tablet Fe
- Pemantauan pertumbuhan balita

3.2.1.4 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Kegiatan yang dilakukan
a. Program imunisasi
 Pelayanan imunisasi
 BIAS
 TT WUS
 Sweeping
 Pelacakan KIPI
b. Program P2P
 Sosialisasi P2P dan surveylans
 Survey dan pemetaan wilayah TB
 Penyegaran kader TB
 Penyuluhan HIV-AIDS, IMS & TB untuk pemuda
 Survey epidemiologi
 PTM
 Posbindu
c. Kegiatan Program TB
 Penyuluhan TB pada pemuda dan masyarakat lainnya
 Penjaringan suspek dan penemuan epnderita TB BTA positif
 Penyuluahn TB pada penderita dan pasien yang diduga TB
 Survey dan pemetaan TB
 Pelacakan kasus kontak
 Pelaksanaan PMO
 Pemantauan gizi penderita TB
d. Program Rabies
 Penyuluhan bahaya penyakit rabies dan penanggulangan dini kasus gigitan
hewan tersangka rabies bagi petugas dan tokoh masyarakat.
31
 Pemberian vaksin anti rabies (VAR) dan serum anti rabies (SAR) pada kasus
sesuai indikasi.
 Melakukan monitoring dan evaluasi pada apsien yang mendapat VAR dan
SAR.

e. Program Penyakit Tidak Menular (PPTM)


 Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus yang tergolong penyakit tidak menular di
poli.
 Melakukan pemeriksaan dan pembinaan calon jemaah haji.
 Melakuakn sosialisasi tentang deteksi dini penyakit kanker leher rahim dan kanker
payudara kepada masyarakat.
 Melakuakn pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara wanita
yang sudah pernah berhubungan seksual terutama yang berumur 30 sampai 50 tahun.
 Melakukan konseling pra IVA dan pra krioterapi.
 Melakukan tindakan krioterapi pada apsien IVA positif yang kandidat krioterapi.
 Melakukan rujukan kasus tumor atau benjolan payudara.
 Melakukan rujukan kasus curiga kanker leher rahim atau IVA positif lesi luas (bukan
kandidat krioterapi).
 Melakukan pembinaan kegiatan posbindu di kelurahan.
f. Demam Berdarah Dengue
 Penyuluhan penyakit, pencegahan dan pemberantasan DBD kepada masyarakat.
 Pemantauan jentik oleh kader jumantik.
 Pemberian bubuk abate pada masyarakat yang dimonitoring oleh petugas surveilans
puskesmas.
 Melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) pada kasus positif DBD.
 Melakukan fogging pada kasus yang dianggap perlu.
g. Penemuan dan penanggulangan kasus ISPA dan Pneumonia
 Melakukan penyuluhan ISPA dan pneumonia pada pasien yang tersangka pneumonia.
 Pencatatan dan pelaporan kasus ISPA dan pneumonia berkunjung ke puskesmas.
 Melakukan kunjungan rumah pada pasien tersangka pneumonia.
 Melakukan rujukan kasus pada pneumonia sedang-berat.
h. Penemuan dan penanggulangan diare

32
 Penyuluhan diare dan penanggulangan diare di rumah sebelum dan sesudah dibawa ke
pelayanan kesehatan kepada tokoh masyarakat dan kader posyandu.
 Penemuan dan penatalaksanaan kasus diare.
 Melakukan rujukan kasus diare dengan dehidrasi sedang sampai dengan berat.
 Melakukan penyelidikan epidemiologi pada kasus diare berdampak KLB.
i. Pelaksanaan program VCT dan IMS
 Melakukan penyuluhan VCT dan IMS pada masyrakat.
 Melakukan kerjasama dengan LSM dan penjaringan masyarakat beresiko.
 Melakukan pemeriksaan VCT dan IMS pada klien yang datang sendiri atau diantar
oleh penjangkauannya (LSM) ke puskesmas.
 Melakukan pemeriksaan VCT dan HIV pada ibu hamil.
 Melakukan mobile VCT dan IMS di kampus dan instansi yang berminat.
 Melakukan tindak lanjut pada kasus-kasus positif VCT dan IMS.
3.2.1.5 Kesehatan Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan :
 Inspeksi sanitasi dasar
 Rumah sehat.
 Pemeriksaan TTU-TPM.
 STBM.
 Pengelolaan sampah rumah tangga.
 Pembinaan dan pengawasan kualitas air.
 Penuluhan hygiene sanitasi ke sekolah.
 Penyuluhan kawasan sehat.

3.2.2 Program Pengembangan


3.2.2.1 UKS
Kegiatan yang dilakukan:
 Skrining murid kelas 1 SD/SMP/SMA
 Pembinaan SD
 Pelatihan dokter kecil atau kader kesehatan
3.2.2.2 Perkesmas
Kegiatan yang dilakukan:
 Asuhan keperawatan pada keluarga
 Kunjungan rumah KK resti
33
3.2.2.3 Kesehatan jiwa
Kegiatan yang dilakukan:
 Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa

 Rujukan kasus jiwa


3.2.2.4 Kesehatan mata
Kegiatan yang dilakukan:
 Penemuan dan penanganan kasus mata
 Rujukan kasus mata
3.2.2.5 Kesehatan lansia
Kegiatan yang dilakukan:
 Pelayanan di dalam dan di luar gedung
 Pembinaan kelompok lansia
 Senam lansia
 Penyuluhan kesehatan lansia
 Deteksi dini kesehatan lansia
3.2.2.6 PKPR
Kegiatan yang dilakukan:
 Pelatihan kader PKPR
 Penyuluhan dna konsultasi ke sekolah
 Konsultasi bagi remaja
3.2.2.7 Kesehatan gigi dan mulut
Kegiatan yang dilakukan:
a. Dalam gedung
 Pelayanan kedaruratan gigi
 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar
 Pelayanan medic gigi dasar
b. Luar gedung
 UKGS
 UKGM

34
3.3 FOKUS KAJIAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
DI PUSKESMAS TANJUNG PAKU
3.3.1 Kegiatan Program dan Pelayanan
Mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) No 75 tahun
2014. Berdasarkan karakteristik wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku dikategorikan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan puskesmas kawasan perkotaan dengan
karakteristik kegiatan sebagai berikut:
a. Memprioritaskan pelayanan UKM
b. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
c. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat
d. Optimalisasi peningkatan kemapuan jaringan dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
e. Pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan
kehidupan masyarakat perkotaan.

Dalam Permenkes No. 75 tahun 2014 juga dijelaskan ada 2 fungsi Puskesmas yaitu:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

Upaya kesehatan Masyarakat di Puskesmas Tanjung Paku juga telah mengacu


kepada permenkes No 75 tahun 2014 yaitu meliputi upaya kesehatan masyarakat
essensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat
essensial yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat, yaitu :
a. Pelayanan Promosi Kesehatan
b. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
c. Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
d. Pelayanan Gizi
e. Pelayanan Pencegahan dan pengendalian Penyakit

Pelayanan kesehatan masyarakat essensial diselenggarakan untuk mendukung


pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kota bidang kesehatan. Upaya Kesehatan
Masyarakat Pengembangan adalah upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan atau bersifat ekstensifikasi dan

35
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di Puskesmas Tanjung Paku.
Beberapa program pengembangan di Puskesmas Tanjung Paku yang telah
berjalan sejak tahun 2015 sampai sekarang adalah :
a. Pelayanan Kesehatan Mata dan Telinga
b. Puskesmas Santun Lansia
c. Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular)
d. Pembinaan UKS/UKGS
e. Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Kesehatan Jiwa
g. Kesehatan Haji
h. PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
Dalam menyusun kegiatan selain mengacu kepada pedoman dan acuan yang
sudah ada ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, maupun
Dinas Kesehatan Kota, Puskesmas Tanjung Paku juga memperhatikan kebutuhan dan
harapan masyarakat terutama sasaran program. Kebutuhan dan harapan masyarakat
maupun sasaran program dapat di identifikasi melalui survei, kotak saran, maupun temu
muka dengan tokoh masyarakat.
Penyusunan kegiatan-kegiatan program perlu mempertimbangkan masukan dari
masyarakat. Dengan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat/sasaran program
diperoleh informasi tentang kegiatan apa yang diharapkan oleh masyarakat sehingga
kegiatan-kegiatan program dapat mengatasi permasalahan yang ada dan mencapai tujuan
yang ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.
Dengan mempertimbangkan masukan dan harapan masyarakat serta persiapan
menghadapi akreditasi tahun 2017 hanya ada beberapa program pengembangan prioritas
yang bisa memenuhi standar untuk diakreditasi, diantaranya: Posbindu PTM,
UKS/UKGS. Sementara untuk program pengembangan yang lainnya tetap dijalankan
sebagaimana mestinya.
Berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP), Puskesmas Tanjung Paku telah melaksanakan kegiatan :
a. Rawat Jalan
b. Perkesmas / Home care

36
c. Perawatan Terapeutik Feeding Center (TFC) dengan sarana penunjang
Laboratorium, Ruang Farmasi , Ruang ASI, Ruang bermain anak, 1 Unit Rumah
Dokter, 3 Unit Rumah Para Medis, 1 unit ambulance dan 5 Unit Puskesmas
Pembantu serta 4 Unit Poskeskel.

3.3.2 Indikator Dan Pencapaian Kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat Tahun 2019
Tabel 3.7 Indikator dan pencapaian kegiatan upaya kesehatan masyarakat Puskesmas
Tanjung Paku tahun 2019

TARGET PENCAPAIAN
UPAYA
NO KEGIATAN SATUAN
KESEHATAN

2019 2019

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT     

I PROGRAM PROMKES     

    1 Cakupan Kelurahan siaga aktif % 100 75

    2 Cakupan posyandu aktif % 100 75

   

II PROGRAM KESLING

    1 Akses air bersih % 98 98

    2 Akses jamban keluarga % 90 100

    3 Pembuangan air limbah RT % 78 80

    4 Pengelola sampah RT % 88 88

    5 Pengawasan TPM % 62 50

    6 Pengawasan TTU % 61 62

    7 Rumah sehat % 89 89

     

III PROGRAM KESEHATAN IBU / ANAK DAN KB

       

A KIA-IBU/KB 1 Cakupan K1 % 100 101,9

    2 Cakupan K4 % 95 89,9

    3 Ibu hamil resiko tinggi oleh Nakes % 20 84,3

37
    4 Ibu hamil resiko tinggi oleh masyarakat % 10 47

    5 Neonatus % 90 88,2

    6 Persalinan nakes % 90 89,5

    7 KF1 % 90 89.5

    8 KF2 % 90 88.9

    9 KF3 % 90 88.75

    10 Cakupan peserta kb aktif % 73 74,5

B KIA-ANAK 1 Bayi lahir hidup % 90 92.0

    2 KN 1 % 90 90,4

    3 KN 2 % 90 90,4

    4 KN lengkap % 90 90,4

    5 Neonatus resti % 100 95

    6 Kunjungan bayi lengkap % 85 99,0

    7 Bayi DDTK kontak I % 90 99,0

    8 Bayi DDTK kontak IV % 90 88,6

    9 Anak balita DDTK kontak I % 90 88,6

    10 Anak balita DDTK kontak II % 90 90,0

    11 DDTK Apras kontak I dan II % 90 90,0

    12 Anak Balita Standar % 90 90,0

         

PROGRAM GIZI

IV    

    1 D/S balita % 86 63,4

    2 N/D’ balita % 86 72,9

    3 BGM/D % 0.4 0,1

  4 Fe BUMIL % 95 90,78

  5 Vit.A Nifas % 82 90,34

    6 Vit.A Balita % 89 78,79

38
    7 Asi Ekslusif % 47 94

8 Cakupan bayi baru lahir % 47 55,6


    mendapat IMD

9 Cakupan balita gizi buruk % 100 100


    mendapat perawatan

10 Cakupan balita ditimbang yang % 6,0 22,68


    tidak naik berat (T)

11 Cakupan balita ditimbang yang % 2,0 2,4


tidak naik berat badan dua kali
    berturut-turut (2T)

12 Cakupan rumah tangga konsumsi % 95 98,3


garam beryodium

   

13 Cakupan bumil KEK mendapat % 80 91,7


    makanan tambahan

14 Cakupan balita mempunyai buku % 100 72,9


    KIA/KMS

15 Cakupan balita kurus mendapat % 85 100,0


    makanan tambahan

16 Cakupan remaja putri mendapat % 25 54,55


    TTD

    17 Cakupan bayi berat lahir rendah % 6,5 5,23

    18 Cakupan bumil anemia % 20 9,59

V PROGRAM P2M    

A IMUNISASI 1 HbO % 95 82,4

    2 BCG, % 95 96,2

    3 DPTHB1 , % 95 99,2

    4 DPTHB 2 , % 95 96,9

    5 DPTHB 3 , % 92 96,9

    6 Polio 1 % 95 96,2

    7 Polio 2 % 95 99,2

  8 Polio 3 % 95 96,9

  9 Polio 4 % 92 96,9

    10 Campak % 92 82

39
    11 Boster penta % 50 60,2

    12 Boster campak % 50 50,4

   

B TB 1 Penemuan kasus % 137 11,0

    2 Kesembuhan % 90 60

3 konversi % 90 55,5

    4 Success rate % 90 88,8

   

C SURVEILANS 1 Penanganan kasus DBD % 100 100,0

    2 Penemuan kasus Pneumonia Kasus 83.0 75.0

    3 Penanganan kasus Pneumonia % 100 100,0

    4 Penemuan kasus Diare Kasus 359 339.0

    5 Penanganan kasus Diare % 100 100,0

    6 Angka Bebas Jentik % 95 91,1

           

VI PROGRAM PENGEMBANGAN    

A UKS/ 1 Cakupan skrining SD kelas 1 % 100 98,1

UKGS, UKGM 2 Cakupan skring SMP/SMA kelas % 100 100,0


  7 dan 10

3 Cakupan sekolah yang % 8,0 8,0


melaksanakan kegiatan kesehatan
  remaja

4 Anak sekolah mendapatkan % 26 26,0


    pelayanan kesehatan gigi

1 Semua anak TK/PAUD yang % 100 98,0


Mata hadir diperiksa

2 Semua siswa SD/SMP/SMA % 100 90


kelas 1 yang hadir diperiksa
    kesehatannya

   

PKPR 1 Puskesmas yang % 100 80,0


menyelenggarakan kesehatan
remaja

40
UKK 1 Jumlah pos UKK kelurahan 1.0 1,0

    2 Cakupan Pembina pos UKK % 100 80.0

   

B PERKESMAS 1 Kunjungan rumah KK resti % 100 100

2 Pembinaan dan kunjungan rumah % 100 100


keluarga prasehat dan sehat
    (keluarga dengan IKS < 0,8)

   

 C  PTM 1 Cakupan penderita hipertensi % 100 100


mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar

Cakupan penderita diabetes % 100 100


militus mendapatkan pelayanan
     2 kesehatan dasar 

3 Pelayanan kesehatan gangguan % 100 85


jiwa berat

4  Cakupan deteksi dini kesehatan % 100 90,0


    mata

5 Cakupan deteksi kasus gangguan % 100 25,0


pendengaran

D LANSIA 1 Cakupan penduduk usia lanjut 60 % 100 65


tahun keatas

E KESEHATAN 1 Pembinan kelompok olahraga kelompok 3.0 3,0


OLAHRAGA yang dibina( minimal 1
kelompok)

F YANKESTRAD 1 Pembinaan Toga kelompok 6,0 0

2 kelompok 6,0 0

Sosialisasi akupresure

UPAYA KESEHATAN PERORANGAN    

VII PROGRAM PENGOBATAN

A RAWAT JALAN 1 Kunjungan pelayanan BPJS Orang 14485.0 14485.0

    2 Kunjungan pelayanan gratis Orang 7608.0 7608.0

B PELAYANAN 1 Pelayanan Apotik dengan kasus Resep 1705.0 1705.0


41
KEFARMASIAN Ispa dan Diare

    2 Pelayanan Gudang Obat % 100 100

C PELAYANAN 1 Pemeriksaan darah Spesimen 1123.0 1123.0


LABORATORIU
M

    2 Pemeriksaan urin Spesimen 28.0 28,0

    3 Pemeriksaan sputum Spesimen 74 74,0

3.4 HASIL KEGIATAN PUSKESMAS


Kegiatan kepaniteraan klinik senior kedokteran Baiturrahmah dilakukan selama 5
minggu di beberapa puskesmas, salah satunya Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok. Kegiatan
dari puskesmas ini di mulai dengan adanya pengarahan dari dinas kesehatan berupa materi terkait
program- program yang menjelaskan tentang kegiatan puskesmas. Kepaniteraan klinik senior
melakukan kegiatan di dalam gedung berupa pembelajaran mengenai program –program serta di
lapangan untuk melaksanakan program-program tersebut.

Kegiatan diluar gedung antara lain:


● Posbindu
● Screening
● BIAS
● Pemberian obat cacing
● Pemberian tablet FE
● Kelas ibu hamil
● Kelas batita

3.5 FOKUS KAJIAN PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT


3.5.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi dan
wawancara dengan penanggung jawab program di Puskesmas Tanjung Paku.Terdapat 5
upaya kesehatan masyarakat essensial yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi
masyarakat, serta pencegahan dan pengendalian penyakit.Identifikasi masalah dilakukan
pada masing-masing program wajib di Puskesmas Tanjung Paku. Pada program essensial
tersebut masih terdapat kesenjangan antara target dan pencapaian.

42
Berdasarkan data di atas, beberapa program pelayanan kesehatan di Puskesmas
Tanjung Paku tahun 2018 sudah mencapai target, namun juga terdapat beberapa program
yang belum mencapai target, diantaranya adalah :
a. Jamban Keluarga
b. Cakupan D/S balita
c. Cakupan BGM/D balita
d. Perkiraan Suspek TB
e. Kesehatan ibu dan anak
f. Cakupan Fe ibu hamil
g. Cakupan Fe ibu nifas
h. Angka bebas jentik
i. Cakupan PJK, Stroke, Asma, PPOK, GGK
j. Cakupan deteksi dini FAM/TUMOR

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui observasi, laporan, dan wawancara


dengan penanggung jawab program di puskesmas.

3.6 PENETAPAN PRIORITAS MASALAH


Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Nan Balimo harus ditentukan
prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas.
Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah
menggunakan teknik skoring sebagai berikut:
a. Urgency (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)
Nilai 1 : Tidak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : Sangat penting
b. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)
Nilai 1 : Tidak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : Sangat penting
43
c. Growth (tingkat perkembangan masalah)
Nilai 1 : Tidak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : Sangat penting

3.7 PENILAIAN PRIORITAS MASALAH DI PUSKESMAS TANJUNG PAKU


Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih lima
masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan teknik criteria matrix. Penilaian lima
masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan puskesmas,
wawancara dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas. Permasalahan ini tidak
hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari
prioritas masalah, pentingnya masalah, kelayakan teknologi, dan sumber daya yang
tersedia. Adapun masalah yang menjadi prioritas utama berdasarkan teknik criteria
matrix adalah rendahnya penemuan kasus Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018.

Tabel 3.8 Penilaian prioritas masalah berdasarkan teknik criteria matrix

Masalah
U S G Total

Masih rendahnya penemuan kasus TB Paru 5 5 2 12

Masih kurangnya penjaringan suspek 5 4 2 11

Tabel 3.9 Perkiraan Suspek & Kasus TB di Puskesmas Tanjung Paku tahun 2019
Kelurahan Jumlah Perkiraan Perkiraan Pencapaia % Pencap %
Pendudu Suspek semua kasus n Suspek aian
k Kasus

Koto 2514 140 14 9 0,7 1 0,8


Panjang

PPA 6020 330 33 66 5,5 4 3,3


44
Tanjung 6230 350 35 126 10,4 3 2,5
Paku

Kampung 6927 390 39 149 12,3 5 4,1


Jawa

Puskesmas 21691 1210 121 350 28,9 13 10,7

Tabel 3.10 Penemuan Kasus TB di Puskesmas Tanjung Paku tahun 2019


No Triwulan BTA Kambuh BTA (-) TB TB Jumlah %
(+) anak Extra Kasus
Ro (+) Paru

1 I 2 0 0 0 1 3

2 II 4 1 0 0 0 5

3 III 1 0 0 0 0 1

4 IV 4 0 0 0 0 4

Total 11 1 0 0 1 13 10,7

Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa (Fishbone)

Rendahnya penemuan kasus TB


Rendahnya
penemuan
kasus TB

asih adanya stigma

ang di rumah yang


dan
ang mendapat sinar

dukungan
atif pada masyarakat
Environment

45
ventilasi
khusus untuk
edia / sarana

urangnya
tahari

uarga
ang
l
Mat

pengambilan sputu
-Kurang tersedian

-Tidak adanya te
penyuluhan

ekonomi
-Kurangnya dana untuk
promosi
bahaya TB dan survey TB
Money

-Rendahnya
melakukan

penderita
-Kurangnya tingkat pengetahuan dan

-Beban kerja ganda pemegang program TB


kesadaran masyarakat tentang penyakit TB

penjaringan

penyuluhan TB yang tetap


jadwal
-Peranan PMO belum optimal
-Kurang aktifnya kader TB
MAN

METHODE

adanya

pada masyarakat
-Kurangnya
suspek TB

-Belum
Paru

-
3.8 ANALISA SEBAB AKIBAT MASALAH
Berdasarkan Daigram Sebab Akinbat dari Ishikawa (Fishbone) maka dapat
dilakukan analisis sebab akibat masalah tersebut selanjutnya diambil tindakan
perbaikannya.Dari berbagai penyebab yang ditemukan maka selanjutnya dicari alternatif
pemecahan masalah tersebut.

Tabel 3.11 Penemuan Kasus TB di Puskesmas Tanjung Paku tahun 2019


No Variabel Masalah Alternatif Pemecahan
Faktor Penyebab Penyebab Masalah Masalah
1. Man ● Kurangnya tingkat ● Memberikan target suspek
pengetahuan dan untuk masing-masing
kesadaran masyarakat pembina wilayah
tentang penyakit TB ● Memfokuskan satu program
● Kurang aktifnya kader pada satu kader
TB ● Memberikan sosialisasi dan
● Beban kerja ganda penyuluhan kepada
pemegang program TB masyarakat mengenai
Paru penyakit TB
● Memberikan penyuluhan

46
kepada suspek TB paru
tentang cara pengambilan
sampel dahak yang benar

2. Methode ● Belum adanya jadwal ● Mengadakan penyuluhan


penyuluhan TB yang penyakit TB baik di
tetap pada masyarakat posyandu lansia, posyandu
● Peran PMO belum balita, posbindu, dan sekolah
optimal ● Melakukan edukasi kepada
● Kurang optimalnya PMO untuk lebih optimal
penjaringan suspek ● Meningkatkan kerjasama
disebabkan pandemi petugas puskesmas dengan
covid19 dokter atau bidan praktek
swasta
● Mengoptimalkan penjaringan
suspek dengan cara via
online dan telpon.

3. Material ● Kurang tersedianya ● Pengadaan dan penyebaran


media / sarana leaflet dan penempelan stiker
penyuluhan dan poster mengenai TB,
cara penularan dan
● Tidak adanya tempat pencegahan di rumah warga
khusus untuk
pengambilan sputum

4. Money ● Rendahnya tingkat ● Menyediakan dana khusus


ekonomi penderita untuk promosi kesehatan
● Kurangnya dana untuk mengenai TB
melakukan promosi
bahaya TB dan survey
TB

5. Lingkungan ● Kurangnya dukungan ● Mengadakan penyuluhan


keluarga perorangan pada pasien TB
● Masih adanya stigma maupun suspek TB dan
negatif pada keluarga penderita TB
masyarakat
● Ruangan di rumah yang
kurang ventilasi dan
kurang dapat sinar
matahari

47
3.9 PLAN OF ACTION
Berdasarkan alternatif pemecahan masalah diatas, penulis membuat beberapa
perencanaan kegiatan.
Tabel 3.12 Plan of Action
Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Volume KegiatanPelaksana

1. Meningkatkan Mengadakan Petugas Puskesmas, 1 kali dalam 1Dokter, bidan


kerjasama petugas sosialisasi dan puskesmas, posyandu, tahun dan petugas
puskesmasdengan menyamakan dokter dan dan pustu yang
dokter atau bidan persepsi antara bidan mendapat
praktek swasta sesame petugas swasta pelatihan
untuk tentang
meningkatkan penyakit TB
kerjasama
petugas medis
2. Memberikan Memberikan MasyarakatPuskesmas, 1 kali sebulan Dokter, bidan
sosialisasi kepada informasi dan pustu, dan dan petugas
masyarakat edukasi kepada posyandu yang
mengenai penyakit masyarakat mendapat
TB dan tentang penyakit pelatihan
penyuluhan TB tentang
penyakit TB baik penyakit TB
di posyandu
lansia, posbindu
dan sekolah
3. Memberikan target Agar penderita Penderita Puskesmas 1 kali sebulan Dokter, bidan
suspek untuk yang dicurigai yang batuk dan petugas
masing-masing menderita TB lebih dari 2 yang
Pembina wilayah dapat diperiksa minggu mendapat
dan dahaknya di lab dan pelatihan
mengoptimalkan puskesmas memiliki tentang
penjaringan gejala- penyakit TB
suspek gejala TB

48
4. Menyediakan dana Memberikan MasyarakatPuskesmas, 1 kali setahun Dokter dan
khusus untuk informasi dan posyandu coordinator
promosi kesehatan edukasi kepada dan pustu program
mengenai TB paru masyarakat
dalam tentang penyakit
menyebarkan TB
leaflet,
penempelan stiker,
poster mengenai
TB serta cara
penularan dan
pencegahan rumah
warga
5. Melakukan Memberikan MasyarakatPuskesmas 1 kali sebulan Dokter dan
edukasi kepada informasi dan coordinator
PMO untuk lebih edukasi kepada program
optimal masyarakat
tentang
pengawasan
minum obat

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data, didapatkan persentase pencapaian penemuan BTA
positif di Puskesmas Tanjung Pake periode tahun 2020 lebih rendah daro target Dinas
Kesehatan Kota Solok tahun 2020 yaitu hanya 10,7%.
Penyebab terjadinya pencapaian penemuan BTA positif di Puskesmas Tanjung
Paku Tahun 2020 dari hasil wawancara kepada pemegang program TB Paru di
Puskesmas Tanjung Paku adalah pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
penyakit TB Paru yang masih kurang, kurangnya motivasi dan pemahaman masyarakat
tentang pentingnya untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya, kurang maksimalnya
penjaringan suspek TB dan kurangnya dana untuk melakukan penjaringan suspek TB
lebih luas. Alternatif pemecahan masalah yag diusulkan adalah memberikan penyuluhan
kepada masyarakat mengenai tanda bahaya maupun komplikasi yang dapat terjadi pada
TB Paru, membuat format pelaporan yang jelas kepada dokter praktek swasta yang
menangani kasus TB paru, dan meningkatkan peranan serta dukungan keluarga dan
masyarakat kepada penderita TB dengan memberikan pembinaan.
49
4.2 SARAN
Dalam rangka peningkatan penemuan BTA positif maka disarankan agar
mengadakan dan melakukan monitoring kegiatan program TB setiap bulan,
memaksimalkan kinerja petugas dan membangun koordinasi dengan baik lintas sektor,
memaksimalkan peran dokter swasta maupun petugas kesehatan lainnya pada
pelaksanaan program TB Paru, dan memperluas relasi antara dokter praktek swasta /
fasilitas kesehatan di luar puskesmas agar deteksi dini penyakit TB Paru berada di
wilayah kinerjanya tetap dipantau dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amril, Y. 2002. Keberhasilan Directly Observed Theraphy (DOT) Pda Pengobatan TB


Paru Kasus Baru di BP4 Surakarta. Tesis. Jakarta: Bagian Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi FKUI.
2. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses. Rinerka Cipta:
Jakarta.
3. Bahar, A. 2000. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor Soeparman,
Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Edisi 29.
5. Laporan Kinerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2020

50
51
52
53

Anda mungkin juga menyukai