Disusun Oleh:
Carolus 16100701000
Pembimbing:
2021
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPANGAN
PEMBIMBING LAPANGAN
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penemuan Kasus
Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2020”
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUJUAN 2
1.2.1 TUJUAN UMUM 2
1.2.2 TUJUAN KHUSUS 2
1.3 MANFAAT 3
1.3.1 Manfaat Teoritis 3
1.3.2 Manfaat Praktis 3
1.3.3 Manfaat Bagi Masyarakat 3
1.4 RUANG LINGKUP 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 PUSKESMAS 4
2.2 MANAJEMEN PUSKESMAS 6
2.2.1 Perencanaan 7
2.2.2 Pengorganisasian 7
2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan 8
2.2.4 Pengawasan dan pengendalian 9
2.3 Tuberkulosis 10
2.3.1 Definisi 10
2.3.2 Epidemilogi 10
2.3.3 Patogenesis 10
2.3.4 Klasifikasi 12
2.3.5 Diagnosis 14
2.3.6 Pengobatan Tuberkulosis 18
2.3.7 Komplikasi 20
2.3.8 Pencegahan 20
2.4 DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE (DOTS) 20
BAB III HASIL KEGIATAN 23
ii
3.1 PROFIL PUSKESMAS TANJUNG PAKU 23
3.1.1. Peta Wilayah 23
3.1.2. Kondisi Geografis 23
3.1.3 Kondisi Demografis dan Kependudukan 24
3.1.4 Sosial Budaya 24
3.1.5 Sumber Daya Kesehatan 25
3.1.6 Visi, Misi, Motto dan Janji Pelayanan 27
3.2 GAMBARAN UMUM PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT 28
3.2.1 Upaya Kesehatan Wajib 28
3.2.2 Program Pengembangan 32
3.3 FOKUS KAJIAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT DI PUSKESMAS TANJUNG PAKU 33
3.3.1 Kegiatan Program dan Pelayanan 33
3.3.2 Indikator Dan Pencapaian Kegiatan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2017 35
3.4 HASIL KEGIATAN PUSKESMAS 40
3.5 FOKUS KAJIAN PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT 41
3.5.1 Identifikasi Masalah 41
3.6 PENETAPAN PRIORITAS MASALAH 42
3.7 PENILAIAN PRIORITAS MASALAH DI PUSKESMAS TANJUNG
PAKU 42
3.8 ANALISIS SEBAB AKIBAT MASALAH 46
3.9 PLAN OF ACTION 47
BAB IV PENUTUP 49
4.1 KESIMPULAN 49
4.2 SARAN 49
DAFTAR PUSTAKA 50
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok usia dan nomor 1 dari
golongan penyakit infeksi.
3. Hasil survei prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan angka prevalensi
TB BTA positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk.
4. Sampai tahun 2005, progam penanggulangan TB dengan strategi DOTS menjangkau
98% puskesmas, sementara Rumah Sakit dan BP4/RSP baru sekitar 30%.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
1. Melengkapi syarat kepaniteraan klinik senior (KKS) di Puskesmas Tanjung Paku
2. Melengkapai syarat stase public health
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil
4. Mengetahui Rendahnya Penemuan Kasus Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Paku Tahun 2020
2
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang Tuberkulosis
2. Mengetahui tentang DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE
(DOTS)
1.3 MANFAAT
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PUSKESMAS
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014, Puskesmas merupakan
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas merupakan organisasi struktural dan sebagai unit pelaksana teknis dinas,
aspek fungsional bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang merupakan unit pelaksana
pelayanan kesehatan masyarakat tingkat 1 yang dibina oleh DKK, bertanggungjawab untuk
melaksanakan identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta
fasilitas pelayanan kesehatan meliputi cakupan, mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber
daya manusia dan provider,serta menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsinya
yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) tingakat pertama di wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.Upaya Kesehatan Masyarakat tingkat
pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan.UKM esensial upaya kesehatan ini merupakan upaya kesehatan wajib yang
upaya berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta punya daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta wajib diselenggarakan puskesmas di
wilayah Indonesia. UKM essensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi
4
dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit
dan memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan pengembangan merupakan yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.
5
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan pelayanan kesehatan.
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggualangan
penyakit.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan
dankeselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis.
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkat kompetensi tenaga kesehatan.
i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya.
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.
2.2.1 Perencanaan
2.2.1.1 Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan
strategi, kebiijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk
menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik terhadap
pengenalan siklus perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan fungsi terpenting
dalam manajemen karena fungsi ini akan menetukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap
semua pekerjaan yang dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian terhadap tujuan secra
efektif dan efisien.
2.2.2 Pengorganisasian
2.2.2.1 Pengertian
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya yang dimiliki
7
oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur pengguanaannya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai tujuan organisasi.
8
2.2.3.2 Tujuan dan fungsi pelaksanaan
Tujuan pelaksanaan yaitu:
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis
2.2.4.4 Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering dilakukan
untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaannya terletak pada
sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya dan waktu pelaksanaannya.
Antara evaluasi dengan fungsi pengawasan juga mempunyai kesamaan tujuan yaitu
untuk memperbaiki efesiensi dan efektifitas pelaksanaan program dengan memperbaiki
fungsi perencanaan.
2.3 TUBERKULOSIS
2.3.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex.
2.3.2 Epidemilogi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
dunia ini. Pada tahun 1992 WorldHealth Organization (WHO) telah mencanangkan
tuberkulosissebagai “Global Emergency”. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan
bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah
kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi
10
tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh
kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk, terdapat 182 kasus per
100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per
100.000 penduduk.
Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
didapatkan bahwa penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian
kedua setelah sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB
merupakan penyebab kematian kedua, sementara SKRT 2001 menyebutkan bahwa
tuberkulosis adalah penyebab kematian pertama pada golongan penyakit infeksi.
2.3.3 Patogenesis
Untuk lebih memahami berbagai aspek tuberkulosis, perlu diketahui proses
patologik yang terjadi. Batuk yang merupakan salah satu gejala tuberkulosis paru, terjadi
karena kelainan patologik pada saluran pernapasan akibat kuman M.tuberculosis. Kuman
tersebut bersifat sangat aerobik, sehingga mudah tumbuh di dalam paru, terlebih di
2.3.4 Klasifikasi
2.3.4.1 Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru).
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
• Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
12
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik
dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons
dengan pemberian antibiotik spektrum luas
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.tuberculosis positif
• Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
13
Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif
menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran
radiologik ulang hasilnya perburukan.
f. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
g. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif dan
gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif,terlebih gambaran
radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan
OAT yang adekuat akan lebih mendukung.
Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif, namun
setelah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada
perubahan gambaran radiologik.
2.3.5 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan
fisik / jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang
lainnya.
2.3.5.1 Gambaran Klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan:
a. Gejala respiratorik
• Batuk ≥ 3 minggu
• Batuk darah
• Sesak napas
• Nyeri dada
14
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat
medical checkup. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, makapenderita
mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan
selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada
pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
b. Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun
15
bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL),
urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau dengan cara:
• Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
• Dahak Pagi (keesokan harinya)
• Sewaktu/spot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara :
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dahak dipekatkan lebih dahulu dengan
cara sebagai berikut :
• Masukkan dahak sebanyak 2 – 4 ml ke dalam tabung sentrifuge dan
tambahkan sama banyaknya larutan NaOH 4%
• Kocoklah tabung tersebut selam 5 – 10 menit atau sampai dahak mencair
sempurna
• Putarlah tabung tersebut selama 15 – 30 menit pada 3000 rpm
• Buanglah cairan atasnya dan tambahkan 1 tetes indicator fenol-merahpada
sediment yang ada dalam tabung tersebut, warnanya menjadi merah
• Netralkan reaksi sedimen itu dengan berhati-hati meneteskan larutan HCl 2n
ke dalam tabung sampai tercapainya warna merah jambu ke kuning-kuningan
• Sedimen ini selanjutnya dipakai untuk membuat sediaan pulasan (boleh juga
dipakai untuk M.tuberculosis )
Catatan :
Bila terdapat fasilitas radiologik dan gambaran radiologik menunjukkan
tuberkulosis aktif, maka hasil pemeriksaan dahak 1 kali positif, 2 kali negatif tidak perlu
diulang.
Pemeriksaan biakan kuman
Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara :
• Egg base media (Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh)
• Agar base media : Middle brook
d. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada
pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam
bentuk (multiform).
17
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif:
• Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
• Kalsifikasi atau fibrotic
• Kompleks ranke
• Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
• Luluh Paru (Destroyed Lung ) : gambaran radiologik yang menunjukkan
kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru .
Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis
parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya
berdasarkan gambaran radiologik tersebut.Perlu dilakukan pemeriksaan
bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses penyakit.
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan
sbb (terutama pada kasus BTA dahak negatif) :
• Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas
tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga
kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra
torakalis 5 (sela iga 2) dan tidak dijumpai kaviti
• Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional.Dalam
perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang dapat mengidentifikasi kuman
tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Polymerase chain reaction (PCR):
2. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda :
Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Mycodot
Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
ICT
3. Pemeriksaan BACTEC
18
4. Pemeriksaan Cairan Pleura
5. Pemeriksaan histopatologi jaringan
6. Pemeriksaan darah
7. Uji tuberculin
2.3.7 Komplikasi
Batuk darah
Pneumotoraks
Luluh paru
Gagal napas
Gagal jantung
Efusi pleura
2.3.8 Pencegahan
20
Pencegahan dapat dilakuka dengan cara :
Terapi pencegahan
Diagnosis dan pengobatan TB paru BTA positif untuk mencegah penularan
Terapi pencegahan :
Kemoprofilaksis diberikan kepada penderita HIV atau AIDS. Obat yang
digunakan pada kemoprofilaksis adalah Isoniazid (INH) dengan dosis 5 mg / kg BB
(tidak lebih dari 300 mg) sehari selama minimal 6 bulan.
Penderita dirawat
Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO adalah petugas
RS, selesai perawatan untuk pengobatan selanjutnya sesuai dengan berobat jalan.
21
Tujuan :
Mencapai angka kesembuhan yang tinggi
Mencegah putus berobat
Mengatasi efek samping obat
Mencegah resistensi
Dalam melaksanakan DOT, sebelum pengobatan pertama kali dimulai harus diingat:
Tentukan seorang PMO
Berikan penjelasan kepada penderita bahwa harus ada seorang PMO dan PMO
tersebut harus ikut hadir di poliklinik untuk mendapat penjelasan tentang DOT
Persyaratan PMO:
PMO bersedia dengan sukarela membantu penderita TB sampai sembuh selama 6
bulan. PMO dapat berasal dari kader dasawisma, kader PPTI, PKK, atau anggota keluarga
yang disegani penderita.
Tugas PMO:
Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik, memberikan pengawasan kepada
penderita dalam hal minum obat, mengingatkan penderita untuk pemeriksaan ulang
dahak sesuai jadwal, memberitahukan / mengantar penderita untuk kontrol bila ada efek
samping obat, bersedia antar jemput OAT jika penderita tidak bisa datang ke RS
/poliklinik.
Penyuluhan tentang TB merupakan hal yang sangat penting, penyuluhan dapat dilakukan
secara :
22
Perorangan/Individu : Penyuluhan terhadap perorangan (penderita maupun
keluarga) dapat dilakukan di unit rawat jalan,di apotik saat mengambil obat dll
Kelompok : Penyuluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok penderita,
kelompok keluarga penderita, masyarakat pengunjung RS dll.
DOTS PLUS
Merupakan strategi pengobatan dengan menggunakan 5 komponen DOTS
Plus adalah menggunakan obat antituberkulosis lini 2
DOTS Plus tidak mungkin dilakukan pada daerah yang tidak menggunakan
strategi DOTS
Strategi DOTS Plus merupakan inovasi pada pengobatan MDR-TB
23
BAB III
HASIL KEGIATAN
Jarak antara Puskesmas Tanjung Paku dengan Ibukota Provinsi Sumatera Barat
65 Km, dengan luas wilayah kerja 22,64 Km yang berbagi atas 4 (empat) kelurahan,
yaitu :
a. Kelurahan Koto Panjang
b. Kelurahan PPA
c. Kelurahan Tanjung Paku
d. Kelurahan Kampung Jawa
24
3.1.3 Kondisi Demografis dan Kependudukan
Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk 20.765 jiwa, dengan jumlah penduduk
perkelurahan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2019
Kelurahan Luas (KM2) Jumlah Penduduk Kepadatan
(Jiwa) (Jiwa) per KM2
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2019
Tabel 3.2 Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2019
No Kelurahan TK/Paud SD/MIN SLTP SLTA/SMK PT
1 Kota Panjang 1 1 0 1 0
2 PPA 3 5 0 2 1
3 Tanjung Paku 5 4 1 0 1
4 Kampung Jawa 9 8 2 0 0
25
Jumlah 18 18 3 3 2
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2018
26
Medik
Ruang Tunggu Ruang Klinik Sanitasi
Ruang Dokter Surveilance
Poli Gizi Promkes
Gudang Obat Toilet
Ruang PKPR
Labor 2. GEDUNG 2
Apotik Ruang Tindakan
Ruang Konsultasi Konsultasi TB Paru
Ruang Laktasi
Imunisasi Ruang Bersalin IVA/KB
Poli KIA Ruang Dokter Referal
Poli Gigi Ruang VCT
Toilet Wanita Toilet
Toilet Pria RUMAH PARAMEDIS 3
3.
UNIT
LANTAI 2 4. Parkir Ambulance
Ruang Kepala Puskesmas Promkes
Aula
Tata Usaha
Ruang Admin
1 Puskesmas Induk 1
2 Puskesmas Pembantu 5
3 Poskeskel 4
4 Posyandu Balita 32
5 Posyandu Lansia 11
6 Apotik 4
27
7 Optikal 4
9 RSUD/RST 1
11 Labor 2
Jumlah 93
● Misi :
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkanlah misi yaitu :
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber PHBS
b. Meningkatkan kemitraan dengan Stake Holder bidang kesehatan
c. Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
d. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan
e. Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistem informasi
f. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
g. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya
kesehatan masyarakat (UKM) beserta kesehatan lingkungan
● Motto:
28
UPT Puskesmas Tanjung Paku menuju Puskesmas “Berprestasi” ( Bersih,
Prestise, Takwa, Santun dan Inovatif)
● Janji Pelayanan
Puskesmas Tanjung Paku siap mewujudkan Pelayanan Puskesmas “
SIMPATIK”
a. Senyum
Senyum, salam dan sapa selalu di utamakan.
b. Ikhlas
Ikhlas dalam memberikan pelayanan
c. Mudah
Mudah dalam proses pelayanan.
d. Peduli
Peduli terhadap keluhan pasien.
e. Adil
Pelayanan yang diberikan adil dan merata.
f. Terpadu
Terpadu dalam memberikan pelayanan.
g. Inovatif
Inovasi dalam pelayanan selalu dikembangkan
h. Komitmen
Melaksanakan tugas sesuai dengan komitmen
32
Penyuluhan diare dan penanggulangan diare di rumah sebelum dan sesudah dibawa ke
pelayanan kesehatan kepada tokoh masyarakat dan kader posyandu.
Penemuan dan penatalaksanaan kasus diare.
Melakukan rujukan kasus diare dengan dehidrasi sedang sampai dengan berat.
Melakukan penyelidikan epidemiologi pada kasus diare berdampak KLB.
i. Pelaksanaan program VCT dan IMS
Melakukan penyuluhan VCT dan IMS pada masyrakat.
Melakukan kerjasama dengan LSM dan penjaringan masyarakat beresiko.
Melakukan pemeriksaan VCT dan IMS pada klien yang datang sendiri atau diantar
oleh penjangkauannya (LSM) ke puskesmas.
Melakukan pemeriksaan VCT dan HIV pada ibu hamil.
Melakukan mobile VCT dan IMS di kampus dan instansi yang berminat.
Melakukan tindak lanjut pada kasus-kasus positif VCT dan IMS.
3.2.1.5 Kesehatan Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan :
Inspeksi sanitasi dasar
Rumah sehat.
Pemeriksaan TTU-TPM.
STBM.
Pengelolaan sampah rumah tangga.
Pembinaan dan pengawasan kualitas air.
Penuluhan hygiene sanitasi ke sekolah.
Penyuluhan kawasan sehat.
34
3.3 FOKUS KAJIAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
DI PUSKESMAS TANJUNG PAKU
3.3.1 Kegiatan Program dan Pelayanan
Mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) No 75 tahun
2014. Berdasarkan karakteristik wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku dikategorikan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan puskesmas kawasan perkotaan dengan
karakteristik kegiatan sebagai berikut:
a. Memprioritaskan pelayanan UKM
b. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
c. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat
d. Optimalisasi peningkatan kemapuan jaringan dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
e. Pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan
kehidupan masyarakat perkotaan.
Dalam Permenkes No. 75 tahun 2014 juga dijelaskan ada 2 fungsi Puskesmas yaitu:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
35
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di Puskesmas Tanjung Paku.
Beberapa program pengembangan di Puskesmas Tanjung Paku yang telah
berjalan sejak tahun 2015 sampai sekarang adalah :
a. Pelayanan Kesehatan Mata dan Telinga
b. Puskesmas Santun Lansia
c. Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular)
d. Pembinaan UKS/UKGS
e. Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Kesehatan Jiwa
g. Kesehatan Haji
h. PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
Dalam menyusun kegiatan selain mengacu kepada pedoman dan acuan yang
sudah ada ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, maupun
Dinas Kesehatan Kota, Puskesmas Tanjung Paku juga memperhatikan kebutuhan dan
harapan masyarakat terutama sasaran program. Kebutuhan dan harapan masyarakat
maupun sasaran program dapat di identifikasi melalui survei, kotak saran, maupun temu
muka dengan tokoh masyarakat.
Penyusunan kegiatan-kegiatan program perlu mempertimbangkan masukan dari
masyarakat. Dengan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat/sasaran program
diperoleh informasi tentang kegiatan apa yang diharapkan oleh masyarakat sehingga
kegiatan-kegiatan program dapat mengatasi permasalahan yang ada dan mencapai tujuan
yang ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.
Dengan mempertimbangkan masukan dan harapan masyarakat serta persiapan
menghadapi akreditasi tahun 2017 hanya ada beberapa program pengembangan prioritas
yang bisa memenuhi standar untuk diakreditasi, diantaranya: Posbindu PTM,
UKS/UKGS. Sementara untuk program pengembangan yang lainnya tetap dijalankan
sebagaimana mestinya.
Berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP), Puskesmas Tanjung Paku telah melaksanakan kegiatan :
a. Rawat Jalan
b. Perkesmas / Home care
36
c. Perawatan Terapeutik Feeding Center (TFC) dengan sarana penunjang
Laboratorium, Ruang Farmasi , Ruang ASI, Ruang bermain anak, 1 Unit Rumah
Dokter, 3 Unit Rumah Para Medis, 1 unit ambulance dan 5 Unit Puskesmas
Pembantu serta 4 Unit Poskeskel.
3.3.2 Indikator Dan Pencapaian Kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat Tahun 2019
Tabel 3.7 Indikator dan pencapaian kegiatan upaya kesehatan masyarakat Puskesmas
Tanjung Paku tahun 2019
TARGET PENCAPAIAN
UPAYA
NO KEGIATAN SATUAN
KESEHATAN
2019 2019
I PROGRAM PROMKES
II PROGRAM KESLING
4 Pengelola sampah RT % 88 88
5 Pengawasan TPM % 62 50
6 Pengawasan TTU % 61 62
7 Rumah sehat % 89 89
2 Cakupan K4 % 95 89,9
37
4 Ibu hamil resiko tinggi oleh masyarakat % 10 47
5 Neonatus % 90 88,2
7 KF1 % 90 89.5
8 KF2 % 90 88.9
9 KF3 % 90 88.75
2 KN 1 % 90 90,4
3 KN 2 % 90 90,4
4 KN lengkap % 90 90,4
PROGRAM GIZI
IV
4 Fe BUMIL % 95 90,78
38
7 Asi Ekslusif % 47 94
V PROGRAM P2M
2 BCG, % 95 96,2
3 DPTHB1 , % 95 99,2
4 DPTHB 2 , % 95 96,9
5 DPTHB 3 , % 92 96,9
6 Polio 1 % 95 96,2
7 Polio 2 % 95 99,2
8 Polio 3 % 95 96,9
9 Polio 4 % 92 96,9
10 Campak % 92 82
39
11 Boster penta % 50 60,2
2 Kesembuhan % 90 60
3 konversi % 90 55,5
VI PROGRAM PENGEMBANGAN
40
UKK 1 Jumlah pos UKK kelurahan 1.0 1,0
2 kelompok 6,0 0
Sosialisasi akupresure
42
Berdasarkan data di atas, beberapa program pelayanan kesehatan di Puskesmas
Tanjung Paku tahun 2018 sudah mencapai target, namun juga terdapat beberapa program
yang belum mencapai target, diantaranya adalah :
a. Jamban Keluarga
b. Cakupan D/S balita
c. Cakupan BGM/D balita
d. Perkiraan Suspek TB
e. Kesehatan ibu dan anak
f. Cakupan Fe ibu hamil
g. Cakupan Fe ibu nifas
h. Angka bebas jentik
i. Cakupan PJK, Stroke, Asma, PPOK, GGK
j. Cakupan deteksi dini FAM/TUMOR
Masalah
U S G Total
Tabel 3.9 Perkiraan Suspek & Kasus TB di Puskesmas Tanjung Paku tahun 2019
Kelurahan Jumlah Perkiraan Perkiraan Pencapaia % Pencap %
Pendudu Suspek semua kasus n Suspek aian
k Kasus
1 I 2 0 0 0 1 3
2 II 4 1 0 0 0 5
3 III 1 0 0 0 0 1
4 IV 4 0 0 0 0 4
Total 11 1 0 0 1 13 10,7
dukungan
atif pada masyarakat
Environment
45
ventilasi
khusus untuk
edia / sarana
urangnya
tahari
uarga
ang
l
Mat
pengambilan sputu
-Kurang tersedian
-Tidak adanya te
penyuluhan
ekonomi
-Kurangnya dana untuk
promosi
bahaya TB dan survey TB
Money
-Rendahnya
melakukan
penderita
-Kurangnya tingkat pengetahuan dan
penjaringan
METHODE
adanya
pada masyarakat
-Kurangnya
suspek TB
-Belum
Paru
-
3.8 ANALISA SEBAB AKIBAT MASALAH
Berdasarkan Daigram Sebab Akinbat dari Ishikawa (Fishbone) maka dapat
dilakukan analisis sebab akibat masalah tersebut selanjutnya diambil tindakan
perbaikannya.Dari berbagai penyebab yang ditemukan maka selanjutnya dicari alternatif
pemecahan masalah tersebut.
46
kepada suspek TB paru
tentang cara pengambilan
sampel dahak yang benar
47
3.9 PLAN OF ACTION
Berdasarkan alternatif pemecahan masalah diatas, penulis membuat beberapa
perencanaan kegiatan.
Tabel 3.12 Plan of Action
Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Volume KegiatanPelaksana
48
4. Menyediakan dana Memberikan MasyarakatPuskesmas, 1 kali setahun Dokter dan
khusus untuk informasi dan posyandu coordinator
promosi kesehatan edukasi kepada dan pustu program
mengenai TB paru masyarakat
dalam tentang penyakit
menyebarkan TB
leaflet,
penempelan stiker,
poster mengenai
TB serta cara
penularan dan
pencegahan rumah
warga
5. Melakukan Memberikan MasyarakatPuskesmas 1 kali sebulan Dokter dan
edukasi kepada informasi dan coordinator
PMO untuk lebih edukasi kepada program
optimal masyarakat
tentang
pengawasan
minum obat
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data, didapatkan persentase pencapaian penemuan BTA
positif di Puskesmas Tanjung Pake periode tahun 2020 lebih rendah daro target Dinas
Kesehatan Kota Solok tahun 2020 yaitu hanya 10,7%.
Penyebab terjadinya pencapaian penemuan BTA positif di Puskesmas Tanjung
Paku Tahun 2020 dari hasil wawancara kepada pemegang program TB Paru di
Puskesmas Tanjung Paku adalah pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
penyakit TB Paru yang masih kurang, kurangnya motivasi dan pemahaman masyarakat
tentang pentingnya untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya, kurang maksimalnya
penjaringan suspek TB dan kurangnya dana untuk melakukan penjaringan suspek TB
lebih luas. Alternatif pemecahan masalah yag diusulkan adalah memberikan penyuluhan
kepada masyarakat mengenai tanda bahaya maupun komplikasi yang dapat terjadi pada
TB Paru, membuat format pelaporan yang jelas kepada dokter praktek swasta yang
menangani kasus TB paru, dan meningkatkan peranan serta dukungan keluarga dan
masyarakat kepada penderita TB dengan memberikan pembinaan.
49
4.2 SARAN
Dalam rangka peningkatan penemuan BTA positif maka disarankan agar
mengadakan dan melakukan monitoring kegiatan program TB setiap bulan,
memaksimalkan kinerja petugas dan membangun koordinasi dengan baik lintas sektor,
memaksimalkan peran dokter swasta maupun petugas kesehatan lainnya pada
pelaksanaan program TB Paru, dan memperluas relasi antara dokter praktek swasta /
fasilitas kesehatan di luar puskesmas agar deteksi dini penyakit TB Paru berada di
wilayah kinerjanya tetap dipantau dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
50
51
52
53