Oleh:
Ajeng Retno Wulandari
H1A320047
Pembimbing:
dr. I Komang Gerudug, MPH
dr. Ika Primayanti, M.Kes
dr. Wahyu Sulistya Affarah, MPH
dr. Lalu Bayu Kusuma
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan petunjuk dari-Nya penyusunan tugas laporan kasus individu
dengan judul “Anak dengan Obs. Febris H-4 disertai Trombositopenia + Dengue
Hemorrhagic Fever Grade I” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi
tugas dalam proses Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis:
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Oleh karenanya, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan kedepannya. Selain itu, penulis berharap tulisan
ini dapat memberikan manfaat dan dapat meningkatkan dan memperluas pemahaman.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar belakang 5
1.2 Profil Puskesmas Gunungsari 7
1.3 Program Pencegahan dan Penanggulangan Demam Dengue 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13
2.1 Tuberkulosis 13
2.1.1 Definisi Demam Dengue 13
2.1.2 Penularan Demam Dengue 13
2.1.3 Diagnosis Demam Dengue 14
2.1.4 Pengobatan Demam Dengue 19
2.1.5 Kebijakan penanggulangan Demam Dengue di Indonesia 20
2.1.6 Program penanggulangan dan pencegahan Demam Dengue 22
2.1.7 Indikator Program Demam Dengue 25
BAB III LAPORAN KASUS 27
3.1 Identitas 27
3.2 Anamnesis 27
3.3 Genogram 30
3.4 Denah Rumah 31
3.5 Pemeriksaan fisik 32
3.6 Pemeriksaan Penunjang 33
3.7 Diagnosis 33
3.8 Tatalaksana 33
3.9 Prognosis 34
BAB IV PEMBAHASAN 35
3
4.1 Kerangka konsep masalah pasien 35
4.2 Aspek Klinis 36
4.3 Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat 36
4.4 Keterkaitan Kasus dengan Program/Upaya Kesehatan di FKTP 41
BAB V PENUTUP 44
5.1 Kesimpulan 44
5.2 Saran 44
Daftar Pustaka 46
Lampiran 49
4
BAB I
PENDAHULUAN
Dengue adalah virus yang ditularkan oleh nyamuk dan penyebab utama
penyakit virus yang ditularkan melalui arthropoda di dunia. Penyakit ini juga dikenal
sebagai demam breakbone karena kejang otot dan nyeri sendi yang parah, demam
dandy, atau demam tujuh hari karena durasinya yang relatif konstan. Meskipun
sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala, perjalanan penyakit yang berat dan
kematian dapat terjadi. Nyamuk Aedes menularkan virus dan umum ditemukan di
daerah tropis dan subtropis di dunia. Insiden demam berdarah telah meningkat secara
dramatis selama beberapa dekade terakhir, dan merupakan endemi di beberapa bagian
dunia. Beberapa orang yang sebelumnya terinfeksi dengan salah satu subspesies virus
dengue dapat mengalami permeabilitas kapiler yang berat serta pendarahan setelah
terinfeksi dengan subspesies virus lainnya. Penyakit ini dikenal sebagai demam
berdarah dengue (DBD).1
Demam Dengue adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk dengan
penyebaran tercepat secara global, mempengaruhi lebih dari 100 juta manusia setiap
tahun. Demam Dengue juga menyebabkan 20 hingga 25.000 kematian, terutama pada
anak-anak, dan ditemukan di lebih dari 100 negara. Epidemi terjadi setiap tahun di
Amerika, Asia, Afrika, dan Australia. Dua siklus transmisi mempertahankan virus
dengue: 1) nyamuk membawa virus dari primata non-manusia ke primata non-
manusia, dan 2) nyamuk membawa virus dari manusia ke manusia. Siklus manusia-
nyamuk terjadi terutama di lingkungan perkotaan. Terjadinya penularan virus dari
manusia ke nyamuk bergantung pada viral load darah manusia yang menjadi
makanan nyamuk.1
5
Vektor utama penyakit ini adalah nyamuk betina dari spesies Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Meskipun A. aegypti dikaitkan dengan sebagian besar infeksi,
jangkauan A. albopictus ditemukan meluas, mentolerir lingkungan dingin dengan
lebih baik, merupakan pemakan yang agresif tetapi memakan lebih jarang, dan
kemungkinan memiliki populasi yang meningkat. Jenis nyamuk ini cenderung hidup
di dalam ruangan dan aktif di siang hari. Penularan melalui perinatal, transfusi darah,
ASI, dan transplantasi organ telah ditemukan dalam literatur.1
Kasus DBD ditegakkan dengan diagnosa yang terdiri dari gejala klinis dan
hasil laboratorium yang megindikasikan penurunan trombosit < 100.000/mm3 dan
adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit > 20%.
Kasus DBD di Indonesia yang dilaporkan pada tahun 2020 tercatat sebanyak 108.303
kasus. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 138.127 kasus.
Sejalan dengan jumlah kasus, kematian karena DBD pada tahun 2020 juga
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019, dari 919 menjadi 747 kematian.
Kesakitan dan kematian dapat digambarkan dengan menggunakan indikator incidence
rate (IR) per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) dalam bentuk
persentase.2
Angka kejadian DBD yang tercatat di seluruh kabupaten dan kota Provinsi
Nusa Tenggara Barat pada tahun 2018 sebesar 535 kasus. Meningkat pada tahun
2019 menjadi 2.971 kasus dan 2020 menjadi 4.733 kasus. Kasus kemudian menurun
menjadi 2.697 pada tahun 2021. Pencatatan di tahun 2022 telah dilakukan hingga
semester pertama, dan didapatkan 1.606 kasus. Berdasarkan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tren kasus DBD di Provinsi NTB cenderung mengalami
peningkatan sejak 2018. Angka kesakitan penduduk per 100.000 penduduk berturut-
turut pada tahun 2018 hingga 2022 adalah 10,7; 58,6; 92,3; 50,9; dan 111,9.
Walaupun Case Fatality Rate (CFR) hanya berkisar 0,19% – 0,8%, kasus DBD di
NTB tidak bisa disepelekan. Di Kabupaten Lombok Barat sendiri, terdapat 91 kasus
DBD dengan CFR 1,1% pada semester pertama tahun 2022. Berdasarkan profil
Puskesmas Gunungsari Tahun 2019, 2020, dan 2021, pada kelima desa cakupan kerja
6
Puskesmas terdapat secara berturut-turut 41, 6, dan 2 kasus DBD, dengan CFR
seluruhnya 0%.3–7
7
Di wilayah kerja UPT Puskesmas Gunungsari Kabupaten Lombok Barat 1 Unit
Puskesmas dan 2 Unit Puskesmas Pembantu serta 6 Pos kesehatan desa (Poskesdes).
Poskesdes pada tahun 2021 berjumlah 4 buah yang tersebar di 5 Desa. Selain itu,
pada wilayah kerja puskesmas Gunungsari juga terdapat 44 Pos pelayanan terpadu
(Posyandu) dan tiap posyandu juga terdapat Pos pembinaan terpadu (Posbindu).11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue
hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi
tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif &
menyerang anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan
manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah
suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk
Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DHF
8
banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat endemis, sering menyerang
masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup
tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan
di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
hujan, di mana muncul banyak genangan air yang menjadi tempat perindukan
perilaku masyarakat.2
Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes
9
aegypti dari subgenus Stegomya. Aedes aegypti merupakan vektor epidemi yang
paling utama, namun spesies lain seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis,
anggota dari Aedes Scutellaris complexdan Aedes niveus juga dianggap sebagai
sangat baik untuk virus dengue, biasanya mereka merupakan vaktor epidemi
bintikbintik putih pada bagian dada, kaki, dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti
jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya,
sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk betina lebih menyukai darah
siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai petang
tersebut hinggap (beristirahat) di dalam atau di luar rumah. Tempat hinggap yang
disenangi adalah benda-benda yang tergantung dan biasanya di tempat yang agak
sedikit di atas permukaan air. Umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam
10
waktu 2 hari setelah terendam air. Jentik kemudian menjadi kepompong dan
6. Tidak dapat berkembangbiak di got atau selokan ataupun kolam yang airnya
sehari-hari seperti, drum, bak mandi, tempat ember dan lain-lain, b) Tempat
11
burung, vas bunga, bak bekar, kaleng bekas, botol-botol bekas dan lain-lain,
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan lain-
lain.
Tempat istirahat nyamuk Aedes aegypti berada di dalam atau di luar rumah
agak lembab dan gelap. Tempat gelap dan lembab merupakan tempat
lebih kurang 2 hari, umumnya telur akan menetas menjadi jentik. Adapun
jumlah butir yang dikeluarkan oleh nyamuk betina yaitu sebanyak 100 butir
Kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2020 tercatat sebanyak 108.303
kasus. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 138.127 kasus.
12
Sejalan dengan jumlah kasus, kematian karena DBD pada tahun 2020 juga
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019, dari 919 menjadi 747 kematian.
incidence rate (IR) per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) dalam
bentuk persentase.
nasional pada tahun 2020 mencapai 40,0, dengan angka tertinggi berada pada
provinsi Bali sebesar 273,1. Nusa Tenggara Barat memiliki angka kesakitan DBD
sebesar 92,1. Selain angka kesakitan, besaran masalah DBD juga dapat diketahui
dari angka kematian atau CFR yang diperoleh dari proporsi kematian terhadap
seluruh kasus yang dilaporkan. Secara nasional, CFR DBD di Indonesia sebesar
0,7%. Suatu provinsi dikatakan memiliki CFR tinggi jika telah melebihi 1%. Pada
tahun 2020 terdapat sebelas provinsi dengan CFR di atas 1%. Tingginya CFR
Jumlah kabupaten kota terjangkit DBD pada tahun 2020 sebanyak 477
atau sebesar 92,8% dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Jumlah
tahun 2010 sampai dengan 2019. Salah satu indikator Rencana Strategis tahun
program tahun 2020 sebesar 70% kabupaten/kota dengan IR DBD <49 per
13
100.000 penduduk. Dengan demikian target program tahun 2020 telah tercapai.
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi
disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak
tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
14
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai
kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan
secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak
tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari,
rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran
virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk
15
menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai hematokrit
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang
terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani 2018).
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma
2015) :
a. Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
16
4) Ruam kulit
6) Leukopenia
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
3) Trombositopenia
a. Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin
adekuat
17
6) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
3) Hipotensi
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain
1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.
18
b. Uji Serologi
Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi
reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung
merupakan lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.
adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat
19
e. Uji ELISA anti dengue
(HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini
adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita
f. Rontgen Thorax
Pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai
mengalami DHF tanpa syok sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka
anak mengalami DHF disertai dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu
20
karena dapat merangsang terjadinya perdarahan
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
nasal.
secepatnya.
21
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
jam. Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue
yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok
dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok
ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi
menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun dibawah
80 mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut
dan kulit ujung jari, hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat
Dengue
22
pencarian atau identifikasi kasus Dengue dan/atau kasus suspek infeksi
1) Menguras
kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup
2) Menutup
23
bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai
nyamuk.
24
1) Adanya laporan Demam Berdarah Dengue dari sistem kewaspadaan
fogging
sekitar 3 jam pada pagi atau sore hari dan pelaksanaan fogging siklus
25
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, dan
rutin dilakuan berupa darah lengkap (DL), namun jika tersedia, pemeriksaan
NS-1 pada kasus demam tinggi yang mendadak akan lebih diprioritaskan.
untuk rawat inap dan pemberian terapi cairan serta medikamentosa suportif
keharusan pasien untuk istirahat yang cukup, mengenai tanda bahaya, dan
26
2. Persentase kejadian DBD ditangani sesuai standar (%)
dalam kurun
Angka kesakitan / Insiden Rate (IR) DBD adalah angka yang menunjukkan
Kesakitan / Insiden rate (IR) merupakan proporsi antara jumlah orang yang
menderita penyakit dan jumlah orang dalam resiko dikali lamanya dalam
resiko.
27
4. Angka kematian DBD (%)
Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) DBD adalah perbandingan
antara jumlah kematian yang diakibatkan oleh DBD dengan jumlah total
dan kemajuan program yang telah dibentuk terhadap sasaran yang diharapkan.
efektif dan efisien. Selain itu, tujuan evaluasi program dalam kesehatan
dapat digunakan untuk menilai kinerja program yang meliputi indikator input,
a. Input (Masukan)
28
3. Dana (money), meliputi alokasi dana dan sumber dana program yang
berasal dari APBD, APBN, Block Grant, dan dana bantuan yang berasal
kesehatan.
b. Process (Proses)
c. Output (Keluaran)
Output yaitu hasil dari pelaksanaan suatu program atau sistem. Output ini
29
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 15 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama: Demam
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang rujukan dari poli Remaja ke IGD Puskesmas
Gunungsari dengan keluhan demam. Demam dikeluhkan sejak Sabtu, 22
Oktober 2022 pada malam hari, yang mendadak tinggi, dirasakan terus
menerus, namun tidak disertai menggigil.
Keluhan demam disertai dengan mual, muntah, nyeri kepala, nyeri
perut, dan lemas dan nyeri pada seluruh badan sejak 4 hari yang lalu. 1 hari
sebelum masuk rumah sakit ibu mengeluhkan terdapat bintik-bintik berwarna
merah pada kaki dan tangan pasien. Manifestasi perdarahan lain seperti gusi
berdarah dan mimisan disangkal. Nafsu makan menurun menjadi dari
30
biasanya karena pasien mengaku makanan terasa pahit, namun untuk minum
dikatakan masih cukup. Pasien juga diakui tampak semakin lemas. Keluhan
lain seperti mual dan muntah disangkal. Batuk dan pilek serta nyeri
tenggorokan disangkal. BAB dan BAK masih dalam batas normal.
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Terkait riwayat keluhan serupa, pasien belum pernah mengalami
keluhan demam tinggi hingga dirawat inap seperti saat ini sebelumnya.
Riwayat penyakit lain sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan
lambung, penyakit jantung, kencing manis dan asma disangkal oleh pasien
3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan
Saat ini tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan demam.
Tidak ada tetangga yang mengalami keluhan serupa berupa demam. Riwayat
tekanan darah tinggi dan kencing manis juga disangkal.
31
tanah pasien berukuran kurang lebih 8x10 m2 yang beratapkan genteng
dengan dinding yang terbuat dari batu bata yang dilapisi semen, lantai pasien
terbuat dari keramik. Rumah pasien terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi,
1 dapur. Ventilasi di rumah pasien terbilang kurang baik dan setiap pagi,
jendela selalu dibuka sehingga sinar matahari dapat masuk. Kamar mandi
pasien berupa jamban leher angsa dan terkait keperluan MCK, pasien beserta
keluarga menggunakan air sumur. Jarak sumur dengan septic tank ±3 meter
yang mana menurut pasien tidak terlalu jauh, sehingga pasien tidak merasa
terbebani. Sumber air minum pasien juga berasal dari air sumur yang dimasak
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Air sumur saat ini terbilang baik, yakni
volume cukup, tidak berbau, dan tidak berwarna. Namun apabila musim
hujan, air sumur sedikit keruh. Selanjutnya, bahan makanan sehari-hari dibeli
oleh ibu pasien di pasar dan kegiatan memasak sudah menggunakan kompor
gas.
32
3.3 Genogram Keluarga
3.4 Denah Rumah
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37,5O C
Saturasi Oksigen : 99% dalam udara ruangan
Antropometri
Berat badan : 45 kg
a. Pemeriksaan Kepala-Leher
33
Leher Pembesaran KGB (-)
b. Pemeriksaan thoraks
c. Pemeriksaan abdomen :
Palpasi Massa (-), nyeri tekan (-), turgor kulit normal, hepar
dan lien tidak teraba
34
24/10/22 25/11/22 26/11/22
3.8 Tatalaksana
a) Farmakologis :
b) Non Farmakologis :
3.9 Prognosis
▪ Ad vitam : dubia ad bonam
▪ Ad functionam : dubia ad bonam
▪ Ad sanactionam : dubia ad bonam
Menjelaskan kepada orang tua pasien terkait kondisi anak saat ini baik
35
Memberitahu tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai
dengan edukasi perbaikan sanitasi lingkungan (3M plus) berupa menguras dan
36
BAB IV
PEMBAHASAN
BIOLOGIS/GENETIK
Usia 15 tahun
PERILAKU Laki - laki LINGKUNGAN
Non-Fisik
37
4.2 Aspek Klinik
Berdasarkan hasil anamnesis yang sudah dilakukan pasien dengan
keluhan utama yakni demam dirasakan kurang lebih sejak 4 hari, mendadak
tinggi dan menetap. Pasien mengatakan tidak ada faktor yang memperberat
demam yang ia alami. Pasien mengatakan belum pergi berobat dan belum
meminum obat. Keluhan disertai dengan nyeri seluruh badan, nyeri kepala,
dan lemas. Pasien juga mengeluhkan lidah terasa pahit saat digunakan untuk
makan. Pemeriksaan fisik menemukan ptekie atau ruam perdarahan yang
tampak seperti bintik-bintik kemerahan pada ekstremitas atas dan bawah.
Pemeriksaan penunjang menemukan kadar trombosit pasien yang menurun
menjadi 21.000/mm3, 24.000/mm3 dan 68.000/mm3
Berdasarkan diagnosis spektrum klinis infeksi virus dengue, pasien ini
terdiagnosis dengan Demam Berdarah Dengue, karena terapat dua gejala atau
lebih berupa demam tinggi secara mendadak disertai myalgia serta atralgia,
dan diikuti dengan temuan laboratorium berupa trombositopenia.
Pasien diberikan cairan kristaloid Ringer Lactate hingga kondisi syok
dapat dicegah. Obat-obatan simptomatis seperti Paracetamol, Antasida dan
Vitamin B Complex juga diberikan secara oral kepada pasien, karena tidak
ada kendala dalam makan dan minum. Edukasi pada keluarga pasien
diberikan dalam setting rawat inap, seperti istirahat yang cukup, minum air
yang banyak, makan yang bergizi seimbang, serta tata cara meminum obat
penurun panas. Keluarga pasien juga diberitahu untuk melakukan tindakan
pencegahan DBD di rumah degan 3M plus.
4. 3 Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
Suatu penyakit dapat terjadi bila ada ketidakseimbangan dalam faktor-
faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma
hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Blum mencakup empat faktor,
antara lain faktor genetik (biologis, keturunan), perilaku (gaya hidup),
lingkungan (fisik dan non fisik) dan pelayanan kesehatan.
38
Berikut merupakan analisis timbulnya penyakit pada pasien berdasarkan
keempat faktor tersebut:
a. Faktor Genetik dan Biologis
● Usia dan Jenis Kelamin
39
penyakit DBD. Hal ini berarti apabila di suatu daerah yang kepadatan
Aedes aegypti tinggi terdapat seorang penderita DBD, maka
masyarakat sekitar penderita tersebut berisiko untuk tertular.
● Keberadaan Jentik Pada Kontainer
Keberadaan jentik pada kontainer dapat dilihat dari letak,
macam, bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta asal
air yang tersimpan dalam kontainer sangat mempengaruhi nyamuk
Aedes aegypti betina untuk menentukan pilihan tempat bertelur.
Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor
nyamuk Aedes aegypti, karena semakin banyak kontainer akan
semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi
nyamuk Aedes aegypti. Semakin padat populasi nyamuk Aedes
aegypti, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD.
Lingkungan Sosial
● Kepadatan Hunian Rumah
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang sangat aktif
mencari makan, nyamuk tersebut dapat menggigit banyak orang dalam
waktu yang pendek. Oleh karena itu bila dalam satu rumah ada
penghuni yang menderita DBD maka penghuni lain mempunyai risiko
untuk tertular penyakit DBD.
● Pekerjaan
Seseorang yang bekerja cenderung melakukan PSN DBD
dengan baik, sebaliknya seseorang yang tidak bekerja, tidak
melakukan PSN DBD dengan baik, hal ini dikarenakan kurangnya
kesadaran akan pentingnya PSN dan bahaya DBD.
● Pendidikan
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal yang
tinggi, memiliki tingkat pengetahuan dan wawasan yang lebih baik
dan luas, serta memiliki kepribadian sikap yang lebih dewasa.
40
Wawasan dan pemikiran yang lebih luas di bidang kesehatan akan
mempengaruhi perilaku individu dalam menyikapi suatu masalah.
Pendidikan yang baik dapat memotivasi, memberi contoh, dan
mendorong anggota keluarga untuk melakukan pemberantasan saarang
nyamuk DBD.
● Pengalaman Sakit Demam Berdarah Dengue
Pengalaman merupakan faktor yang sangat berperan dalam
menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Anggota keluarga yang
pernah mendapat pengalaman terserang penyakit DBDakan
menyebabkan terjadinya sikap antisipasi dan menjadi pelajaran.
Perubahan sikap yang lebih baik akan memberikan dampak yang lebih
baik dan pengalaman tersebut dijadikan bahan pembelajaran bagi
seseorang yang akhirnya dapat mengubah perilaku untuk mencegah
kembali anggota keluargaa dari serangan penyakit DBD.
● Kebiasaan menggantung pakaian
Kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah merupakan
indikasi menjadi kesenangan beristirahat nyamuk Aedes aegypti.
Sebaiknya pakaianpakaian yang tergantung di balik lemari atau di
balik pintu, dilipat dan disimpan dalam lemari, karena nyamuk Aedes
aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan
kain yang tergantung.
c. Faktor Prilaku
Teori Bloom membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain
dengan tujuan untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni
pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2012).
Adapun tiga domain tersebut sebagai berikut :
● Pengetahuan
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan cenderung memiliki
wawasan yang luas serta mudah dalam menerima informasi dari luar,
seperti dari televisi, majalah dan koran. Pengetahuan baik dan kurang
41
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi baik
dari keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan, maupun
media cetak dan elektronik. Pada umumnya responden yang memiliki
tingkat pengetahuan baik merasa takut akan penularan penyakit DBD,
sehingga responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih
tanggap dan rajin dalam melaksanakan kegiatan PSN DBD (Ariani,
2016).
● Sikap
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara
lain pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, dan
pengaruh kebudayaan. Bila individu benar-benar bebas dari segala
tekanan atau hambatan yang bisa mengganggu ekspresi sikapnya,
maka dapat diharapkan bentuk perilaku yang tampak sebagai bentuk
ekspresi yang sebenarnya. Timbulnya kemauan atau kehendak adalah
sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap objek
dalam hal ini adalah praktis PSN DBD. Kemauan atau kehendak
merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan (Ariani,
2016).
Pasien tidak memakai obat anti nyamuk/menggunakan kelambu
dan kebiasaan jarang memakai pakaian panjang. Pasien juga memiliki
kebiasaan sering mengantung pakaian di kamarnya
● Praktik atau Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).
Inilah yang disebut praktik kesehatan, atau dapat juga dikatakan
perilaku kesehatan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
42
antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan
faktor dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2012).
43
4.4 Program – Program upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya
kesehatan masyarakat (UKM) yang ada di puskesmas terkait masalah
kesehatan pasien
44
air minum, penampungan air lemari es, dsb), Menutup (menutup
rapat tempat penampungan air), dan Memanfaatkan kembali atau
mendaur ulang barang bekas yang menjadi tempat
pengembangbiakan vektor nayamuk. Plus diantaranya mencegah
gigitan dan perkembangbiakan nyamuk. Pemberantasan sarang
nyamuk tersebut perlu ditingkatkan terutama pada musim
pancaroba dan penghujan karena dapat meningkatkan tempat-
tempat perkembangbiakan vektor nyamuk. Program yang dimiliki
puskesmas terkait P2PM telah dilaksanakan karena menurut hasil
wawancara dengan pemegang program DBD, walaupun
peningkatan tren kasus DBD biasanya terjadi pada akhir tahun
(musim penghujan), pemberian edukasi atau kampanye 3M dan
3M plus tetap dilaksanakan pada awal dan terutama pertengahan
tahun.
2) Promosi kesehatan (Promkes)
Dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat dan mewujudkan kesehatan optimal. Promkes yang
dilakukan saat ini berupa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Promosi kesehatan biasanya diselipkan pada saat kegiatan
program puskesmas lainnya seperti Posyandu dan sebagainya.
3) Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
Pada tahun 2022, Puskesmas Gunungsari mencanangkan
kegiatan pemantauan jentik berkala sebanyak 2x. Sampai saat ini,
kader Posyandu yang bertugas sebagai Jumantik di setiap wilayah
kerja mereka. Angka Bebas Jentik (ABJ) terakhir pada bulan Juni
2022 masih berada dalam nilai normal (>95%). Program yang
akan dilakukan bila ABJ berada dibawah 95% adalah pemberian
bubuk Abate, fogging, dan edukasi masyarakat. Hal tersebut
45
terlaksana setelah koordinasi lintas sektor dengan pihak Desa, RT,
atau RW setempat.
4) Penyelidikan Epidemiologi
Setelah kasus ditemukan di Puskesmas, kemudian akan
dilaporkan ke programmer Pemberantasan DBD. Programmer dan
petugas Puskesmas akan turun ke lapangan untuk memeriksa ABJ
dan pencatatan serta pelaporan kasus serupa di sekitar lingkungan
pasien. Hal tersebut juga memerlukan Kerjasama lintas program
seperti Promkes dan P2PM. Penyelidikan epidemiologi terkait
pada kasus ini belum dilaksanakan.
46
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1.2 Saran
1) Saran untuk pasien
Lampiran
47
48