CAMPAK (MORBILI)
NAMA MAHASISWA :
1. ILHAM ( 3720230028 )
2. MUHLISIN ( 3720230045 )
3. ACHMAD SYAHPUTRA ( 3720230003 )
4. VITA SITIYANTI ( 3720230005 )
5. FIRDA RAHMADANI ( 3720230008 )
6. EUIS ADE ARYANTI ( 3720230022 )
KEPERAWATAN ANAK
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya, serta tak lupa sholawat dan salam pada nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan studi kasus
dengan judul “Campak (Morbili)”.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
2.8.1 BRONCHOPNEUMONIA 14
2.8.4 ENTERITIS 15
2.8.5 KEBUTAAN 15
BAB IV PENUTUP
5.1 KESIMPULAN 29
5.2 SARAN 29
DAFTAR PUSTAKA 31
BAB I
PENDAHULUAN
4. Umur
Pada sebagian besar masyarakat, maternal antibodi akan
melindungi bayi terhadap campak selama 6 bulan dan penyakit tersebut
akan dimodifikasi oleh tingkat maternal antibodi yang tersisa sampai
bagian pertama dari tahun kedua kehidupan. semua umur sepertinya
memiliki kerentanan yang sama terhadap infeksi. Umur terkena campak
lebih tergantung oleh kebiasaan individu daripada sifat alamiah virus.
Sebelum imunisasi disosialisasiksan secara luas, kebanyakan kasus
campak di negara industri terjadi pada anak usia 4-6 tahun ataupun usia
sekolah dasar dan pada anak dengan usia yang lebih muda di negara
berkembang. Cakupan imunisasi yang intensif menghasilkan perubahan
dalam distribusi umur dimana kasus lebih banyak pada anak dengan usia
yang lebih tua, remaja, dan dewasa muda (Arif 2010).
5. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan penyakit
campak pada wanita ataupun pria. Bagaimanapun, titer antibodi wanita
secara garis besar lebih tinggi daripada pria. Kejadian campak pada masa
kehamilan berhubungan dengan tingginya angka aborsi spontan.
Berdasarkan penelitian Suwono di Kediri dengan desain penelitian kasus
kontrol mendapatkan hasil bahwa berdasarkan jenis kelamin, penderita
campak lebih banyak pada anak laki-laki yakni 62%. (Riskesdas 2010).
6. Pekerjaan
Dalam lingkungan sosioekonomis yang buruk, anak-anak lebih
mudah mengalami infeksi silang. Kemiskinan bertanggungjawab terhadap
penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan
mengurangi kapasitas orang tua untuk mendukung perawatan kesehatan
yang memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang kurang,
miskin diet, miskin pendidikan. Frekuensi relatif anak dari orang tua yang
berpenghasilan rendah 3 kali lebih besar memiliki risiko imunisasi
terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak dibanding
anak yang orang tuanya berpenghasilan cukup.
7.Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya.
Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih
rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah
menerima gagasan baru. Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir
pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih
tinggi orang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru.
Penelitian Agunawan di desa Saung Naga Kecamatan Baturaja
Barat dengan desain cross sectional menyebutkan bahwa ada hubungan
antara pendidikan ibu dengan kejadian penyakit campak pada balita
(p=0,000) (Arif 2010).
8. Asi Ekskusif
Sebanyak lebih dari tiga puluh jenis imunoglobulin terdapat di
dalam ASI yang dapat diidentifikasi dengan teknik-teknik terbaru. Delapan
belas diantaranya berasal dari serum si ibu dan sisanya hanya ditemukan
di dalam ASI/kolostrum. Imunoglobulin yang terpenting yang dapat
ditemukan pada kolostrum adalah IgA, tidak saja karena konsentrasinya
yang tinggi tetapi juga karena aktivitas biologiknya. IgA dalam kolostrum
dan ASI sangat berkhasiat melindungi tubuh bayi terhadap penyakit
infeksi. Selain daripada itu imunoglobulin G dapat menembus plasenta
dan berada dalam konsentrasi yang cukup tinggi di dalam darah janin/bayi
sampai umur beberapa bulan, sehingga dapat memberikan perlindungan
terhadap beberapa jenis penyakit. Adapun jenis antibodi yang dapat
ditransfer dengan baik melalui plasenta adalah difteri, tetanus, campak,
rubela, parotitis, polio, dan stafilokokus.
Suatu penelitian dengan desain kohort yang dilakukan di Swedia
mendapatkan hasil bahwa pemberian ASI selama >3 bulan dapat
memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit campak dengan kata lain
pemberian ASI merupakan faktor protektif terhadap kejadian campak (OR
= 0,69) (Riksani,2012)
Faktor Environment
2.8.3. Ensefalitis
2.8.5. Kebutaan
Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi
vitamin A yang akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau kebutaan.
a. Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :
1. Tahap Pengendalian Campak
Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan
imunisasi Campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan
morbitas Campak yang tinggi. Daerah ini masih merupakan daerah
endemis Campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan kematian,
dengan pola epidemiologi kasus Campak menunjukkan 2 puncak setiap
tahun (Ade,2010).
2. Tahap Pencegahan KLB
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi ≥ 80% dan merata,
terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, insidens Campak telah
bergeser kepada umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8
tahun.
b. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan
cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus Campak
sudah sangat jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak
yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan
imunisasi Campak.
c. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak
sudah tidak ditemukan Pada sidang The World Health Assambley (WHA)
tahun 1998, menetapkankesepakatan Eradikasi Polio (ERAPO), Eliminasi
Tetanus Noenatorum (ETN) dan Reduksi Campak (RECAM). Kemudian
pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh
tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada
pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai
reduksi Campak tersebut adalah :
BAB III
TINJAUAN KASUS
RIWAYAT PENYAKIT
Penyakit waktu kecil : Ibu klien mengatakan Demam, Flu, Batuk, Diare, Kejang
Pernah dirawat di RS : Ibu klien mengatakan anaknya pernah dirawat dirumah
sakit
Sebelum nya dengan diare
Obat-obatan yang digunakan : Ibu klien mengatakan anak nya menggunakan obat
paracetamol
Tindakan (operasi) : Ibu klien mengatakan anak nya tidak pernah dioperasi
Alergi : Ibu klien mengatakan anak nya tidak ada alergi
Kecelakaan : Ibu klien mengatakan anak nya tidak pernah mengalami kecelakaan
Imunisasi : Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi lengkap seperti
BCG, DPT I, 2, 3, Polio, dan Campak
X : Meninggal
RIWAYAT SOSIAL
Klien dirawat oleh kedua orangtua dan pengasuh, dan tinggal di satu rumah
yang sama, Klien anak yang aktif, Hubungan anggota keluarga baik, Semua
anggota keluarga sangat perhatian terutama saat ada anggota keluarga yang
sakit.
E. Personal Hygine
1. Sebelum sakit : Keadaan klien tampak bersih
2. Saat sakit : Keadaan klien tampak bersih
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : CM
2. Tanda – tanda vital :
Suhu : 40ºc
Pernapasan : 20 x/m
Nadi : 110 x/m
BB : 13 kg
3. Kepala :
Bentuk kepala mesochepal, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih, tidak
ada lesi, tidak ada fraktur
4. Mata :
Mata klien tampak sembab, konjungtiva kemerahan dan ada kotorannya
5. Hidung :
Pernapasan cuping hidung tidak ada, posisi simetris, tidak ada penumpukan
sekret yang keluar dari hidung, septum tidak terjadi deviasi, tidak ada lesi dan
polip.
6. Mulut :
Mulut simetris, Mukosa bibir kering dan agak pucat, tidak ada lesi, tidak ada
sariawan
7. Telinga :
Simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada serumen, tidak ada benjolan,
fungsi pendengaran baik
8. Tekuk :
Normal tidak ada keluhan
9. Dada :
Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
10. Jantung :
Tidak teraba ictus cordis, bunyi jantung S1 dan S2 , tidak ada suara tambahan
11. Paru-paru :
Bunyi paru paru vesikuler
12. Perut :
Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, suara timpani, bising usus
normal 30 x/mnt
13. Punggung :
Simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terjadi skoliosis
14. Genitalia :
Tidak ada keluhan
15. Ekstremitas :
Tidak ada keluhan
16. Kulit :
Terdapat ruam-ruam merah diseluruh tubuh, akral panas, turgor kulit kembali
lambat >3 detik.
2. Hasil rontgen : -
3. Data tambahan : -
THERAPY
KaEn 3B 1100 cc / 24 Jam
Cefriaxone 1 x 1gr
Paracetamol 3x1
Diazepam 3,5 mg
ANALISA DATA
Tgl Pengkajian : 29-2 Februari 2024 Nama Pasien : An. A Alamat : Setu , Jakarta timur
Nama Mahasiswa : Kelompok Umur : 1 Tahun 5 Bulan Nama Ayah/Ibu : Tn. A / Ny. D
Ruang Praktek : R.Hasanah 1 Jenis Kelamin : Laki-laki Telpon yg dihubungi : -
Nama Dokter : - No. Rekam Medis : 00661683 Diagnosa Medis : MORBILI
2 Gangguan Integritas Kulit / Integritas Kulit Dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Jaringan (D.0129) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
3x24 jam, maka integritas kulit dan jaringan 1. Identifikasi penyebab gangguan
meningkat. Dengan kriteria hasil : integritas kulit
Keruskan Jaringan Menurun (5) Terapeutik
Kerusakan lapisan kulit Menurun (5) 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Dx 1 1. Mengidentifikasi penyebab S :
30 Januari hipertermia (mis. Dehidrasi, - Ibu klien mengatakanpanas
2024 terpapar lingkungan panas, anaknya menurun
09.00 penggunaan inkubator) - Ibu klien mengatakan sudah
2. Memonitor suhu tubuh setiap 2 mengkipasi permukaan tubuh
jam sekali 11.00 dan 12.00 anaknya
3. Melonggarkan atau lepaskan - Ibu klien mengatakan telah
pakaian mengompres dahi
4. Membasahi dan kipasi permukaan menggunakan air hangat (Tepid
tubuh warer sponge)
5. Memberikan cairan oral - Ibu klien mengatakan mengerti
6. Mengganti linen setiap hari atau apa yang diajarkan
lebih sering jika mengalami - Ibu klien mengatakan anaknya
hiperhidrosis (keringet berlebih) minum air hangat ½ gelas kecil
9. Melakukan pendinginan eksternal O:
(Tepid Water Sponge) - S : 37° C
- RR : 33 x/m
- N : 95 x/m
- Akral hangat
- < 3 detik
- Klien tampak gelisah dan rewel
Menurun
- Conjungtiva ananemis
- Klien tampak menggunakan
pakaian yang longgar
- Klien tampak terkompres di
dahi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Dx 1 1. Mengidentifikasi penyebab S :
31 Januari hipertermia (mis. Dehidrasi, - Ibu klien mengatakan anaknya
2024 terpapar lingkungan panas, sudah tidak demam
09.00 penggunaan inkubator) - Ibu klien mengatakan apabila
2. Memonitor suhu tubuh setiap 2 nanti dirumah ibu klien akan
jam sekali 11.00 dan 12.00 mengipasi permukaan tubuh
3. Melonggarkan atau lepaskan anaknya jika terjadi demam
pakaian - Ibu klien juga mengatakan
4. Membasahi dan kipasi permukaan apabila nanti anaknya demam
tubuh waktu dirumah, ibu klien sudah
5. Memberikan cairan oral mengerti akan pentingnya
6. Mengganti linen setiap hari atau kompres hangat didahi anakny
lebih sering jika mengalami yaitu Tepid water sponge
hiperhidrosis (keringet berlebih) - Ibu klien mengatakan anaknya
7. Melakukan pendinginan eksternal selalu minum air hangat jika
(Tepid Water Sponge) nanti terjadi demam
O:
- Suhu 36,5° C
- RR : 30 x / mnt
- N : 88 x / mnt
- < 2 detik
- Klien sudah tidak gelisah dan
rewel
- Mukosa bibir lembab dan tidak
pucat
- Conjungtiva ananemis
- Kulit merah menurun (5)
- Suhu kulit membaik (5)
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikaan
Dx 2 1. Mengidentifikasi penyebab S :
29 Januari gangguan integritas kulit - Ibu klien mengatakan kulit
2024 2. Menganjurkan minum air minum anaknya terdapat ruam-ruam
11.00 yang cukup merah
3. Menganjurkan menghindari - Ibu klien mengatakan mengerti
terpapar suhu ekstrem apa yang dianjurkan
4. Menganjurkan mandi dan - Ibu klien mengatakan anaknya
menggunakan sabun secukupnya mandi dengan mengelap badan
anaknya saja
O:
- Terdapat Ruam-ruam merah
(rush) pada badan anaknya
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Dx 2 1. Mengidentifikasi penyebab S :
30 Januari - Ibu klien mengatakan kulit
2024 gangguan integritas kulit anaknya tidak separah dan
11.00 2. Menganjurkan minum air semerah waktu kemarin
minum yang cukup - Ibu klien mengatakan mengerti
3. Menganjurkan menghindari apa yang dianjurkan
terpapar suhu ekstrem - Ibu klien mengatakan anaknya
4. Menganjurkan mandi dan sudah mandi dengan sabun
menggunakan sabun detol untuk menghilangkan
secukupnya bekas campak ditubuh anaknya
O:
- Terdapat Ruam-ruam berubah
warna menjadi cokelat atau
gelap dan agak bersisik
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Dx 2 1. Mengidentifikasi penyebab S :
31 Januari gangguan integritas kulit - Ibu klien mengatakan kulit
2024 2. Menganjurkan minum air anaknya tidak memerah
11.00 minum yang cukup - Ibu klien mengatakan mengerti
3. Menganjurkan menghindari apa yang dianjurkan
terpapar suhu ekstrem - Ibu klien mengatakan anakny
4. Menganjurkan mandi dan asudah mandi menggunakan
menggunakan sabun sabun detol
secukupnya O:
- Terdapat bekas Ruam-ruam
warna cokelat gelap bekas
dampak dari campak
- Klien tampak tidak menggaruk-
garuk
- Kemerahan membaik
- Suhu kulit membaik
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Dx 3 S:
29 Januari 1. Memonitor asupan dan keluarnya - Ibu klien mengatakan anaknya
2024 makanan dan cairan serta tidak nafsu makan
12.00 kebutuhan kalori - Ibu Klien mengatakan anaknya
2. Menimbang berat badan secara muntah dan mual
rutin - Ibu klien mengatakan anaknya
3. Mendiskusikan perilaku makan hanya mau meminum susu saja
dan jumlah aktivitas fisik - Klien mengatakan mengerti dan
(termasuk olahraga) yang sesuai paham apa yang telah diajarkan
4. Mendampingi kekamar mandi
untuk pengamatan perilaku O :
memuntahkan kembali makanan - Mukosa bibir kering
5. Mengajarkan keterampilan koping - Suhu : 38ºc
untuk penyelesaian masalah - BB klien 13 Kg
perilaku makan - Bising Usus 30 x/m
- Klien tampak enggan untuk
makan
- Klien tampak minum susu 1
botol penuh
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
A. Campak adalah penyakit yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah,
penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi Campak.
B. Penyakit Campak disebabkan oleh virus Campak yang termasuk golongan
paramyxovirus.
C. Angka kejadian penyakit Campak di Puskesmas Pesayangan pada tahun 2009
sampai dengan tahun 2014 mencampai angka 46 korban.
D. Cara penularan penyakit campak adalah melalui Virus, virus campak ditularkan
dari orang ke orang, manusia merupakan satu-satunya reservoir penyakit
Campak .
E. Penanggulangan dan pengobatan penyakit campak antara lain :
1. Pencegahan primordial, dilakukan dalam mencegah munculnya factor
predisposisi/resiko terhadap penyakit Campak.
2. pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko,
yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena
penyakit Campak.
3. Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang
ditujukan untuk pendeteksian dini Campak serta penanganan segera dan
efektif.
4. Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat
komplikasi.
5.2 Saran
Adapun saran dari penelitian ini adalah :
1. Hendaknya setiap warga yang terserang penyakit campak bisa melaporkan
kepuskesmas terdekat agar dapat diberikan vaksin atau dapat ditindak lanjutkan
oleh pihak puskesmas.
2. Bila warga sudah mulai sadar pentingnya melapor kepuskesmas terdekat bila
terserang penyakit maka, dari pihak puskesmas sendiri akan dengan mudah
melakukan penyuluhan kedesa-desa yang banyak terserang penyakit sehingga
dapat berkurang warga yang terserang penyakit campak.
3. Lebih ditingkatkan lagi penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
imunisasi campak
4. Memberikan pembinaan atau pendampingan terhadap warga sekitar untuk
menerapkan pola hidup sehat sehingga dapat menurunkan tingkat resiko warga
terkena penyakit Campak
DAFTAR PUSTAKA