DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
T/A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segalaga ramatnya,sehinga laporan
penyuluhan Bahaya penyakit campak pada anak ini dapat tersusun hingga selesai tidak lupa
kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi ataupun pikiran.
Harapan kami kedepan semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannyaa dapat ,memperbaiki bentuk maupun
menambah isi laporan agar bisa lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna untuk itu kritik dan saran
membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan laporan ini.
Ambon, ……………………2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Pengantar……………………………………………………………………… 6
2.3 Media………………………………………………………………………… . 6
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 11
3.2 Saran……………………………………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun adanya
vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50
juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden
terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu pada
negara berkembang, meskipun masih mengenai beberapa negara maju seperti Amerika
Serikat.
Campak merupakan penyakit yang menular melalui saluran nafas yang disebabkan oleh
virus. Batuk dan bersin dapat menjadi jalur masuknya virus campak. campak merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh virus genus morbillivirus (kutty,et al 2013). Gejala
penyakit campak diantaranya demam tinggi,bercak kemerahan pada kulit(rash) dapat
disertai batuk dan atau pilik maupun konjungtivitis serta dapat mengakibatkan kematian
apabila terdapat komplikasi penyerta seperti pneumonia, diare, dan meningitis (Ditjen
P2P,2016).
Berdasarkan profil kesehatan provinsi jateng pada tahun 2015 terdapat 12.887 bayi
dikabupaten sukoharjo ,hanya 12.732 bayi yang mendapatkan imunisasi campak sehingga
disimpulkan bahwa cakupan imunisasi camapak sudah tinggi tetapi belum mencapai 100%.
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan
masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di
bawah lima tahun ( balita ) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Campak telah
banyak diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam
penanganannya.Imunisasi yang tepat pada waktunya dan penanganan sedini mungkin akan
mengurangi komplikasi penyakit ini.
2.1 PENGANTAR
2.3 MEDIA
1. Liflet
2. Materi yang dibawakkan menggunakan power point
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab
2.5 PELAKSANAAN KEGIATAN PENYULUHAN
Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin
dan measles dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam bahasa
Jawa) atau kerumut (dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola (nama ilmiah)
merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular, yang di tandai dengan demam,
lemas, batuk, konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata /konjungtiva) dan bintik
merah di kulit (ruam kulit).
Masa inkubasi
Meliputi :
Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena
menghirup Percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus
morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja. Penderita bisa menularkan
infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit
ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap
2-3 tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah
menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif
pada seorang bayi yang lahirdari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok
beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena
penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-
faktor tersebut.
b.1. Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan
mengenai Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan
kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-
pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan
kepada pasien campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang
berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya menekan campak,
pengelolaan Campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi
Campak
b.2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan
dengan vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15
bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang
dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml.
vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang
tidak diobati, penderita leukemia. Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin
monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). vaksin
monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen
diberikan pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan penyimpanan dan
transportasi vaksin harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC atau ± 4ºC, vaksin
tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat pengawet
atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam.
b .3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit
campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak
untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang
ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif.
Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk
mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang
beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit.
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan
campak memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan
pasien berobat.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan
akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan
dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini
mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini
diperlukan kerjasama yang baik antara pasien-pasien dengan dokter maupun
antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan
penyakit campak. Dalam penyuluhan ini hal yang dilakukan adalah :
1. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik
2. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
3. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima
dan memanfaatkan keadaan hidup dengan komplikasi kronik.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga
sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli
sesama ilmu.
Penanggulangan Campak
a) Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :
1) Tahap Pengendalian Campak
Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan
imunisasi campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah
dengan morbitas campak yang tinggi. Daerah ini masih merupakan
daerah endemis campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan
kematian, dengan pola epidemiologi kasus Campak menunjukkan
2 puncak setiap tahun.
2) Tahap Pencegahan KLB
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi ≥ 80% dan
merata,terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, insidens campak
telah bergeser kepada umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-
8 tahun.
b) Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan
cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus campak
sudah sangat jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak
yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan
imunisasi campak.
c) Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak
sudah tidak ditemukan.Pada siding The World Health Assambley
(WHA) tahun 1998, menetapkan kesepakatan Eradikasi Polio (ERAPO),
Eliminasi Tetanus Noenatorum (ETN) dan Reduksi Campak
(RECAM). Kemudian pada Technical Consultative Groups (TGC)
Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi
campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan
Kejadian Luar Biasa (KLB).
Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai
reduksi Campak tersebut adalah :
a. Imunisasi rutin pada bayi 9 –11 bulan (UCI Desa ≥ 80)
b. Imunisasi tambahan (suplemen)
c. Surveilans (surveilan rutin, system kewaspadaan dini dan respon kejadian
luar biasa).
d. Penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa Setiap kejadian luar
biasa harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang
meliputi pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan
antibiotika bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi,
perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring
vaksinasi (program cepat, sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.
e. Pemeriksaan laboratorium
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan
penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan
oleh virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara
droplet. Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi
dan stadium konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara
aktif, pasif dan isolasi penderita.
3.2 SARAN
Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita perlu
mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih baik.
Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu
dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan
dengan anak lain atau orang lain yang sedang demam dan jika sudah terkena penyakit ini
sebaiknya secepatnya berobat dan jika dalam kondisi yang lebih akut sebaiknya perlu
dirujuk ke rumah sakit.
Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak karena anak atau balita
yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk terkena
penyakit campak dibanding dengan anak atau balita yang mendapat imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Id.wikipedia.orng/wiki/demamairobi campak-2 9 k
www.blogdokter.net/2007/03/31/campak-measles/-6k
http://nurse87.wordpress.com/2011/10/25/askep-morbilicampak-pada-anak/