Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TUBERCULOSIS PARU PADA KEHAMILAN

OLEH
KELOMPOK

Ayu Novita S. P1337420614027


Fitriani Widyastanti P1337420614028
Rr. Retno Jayanti H. P1337420614029
Anggun Eka P1337420614030
Rista Hernidawati P1337420614031
Nunink Tri P1337420614032
Putri Pancali P1337420614033
Atika Gita P1337420614034

DIV KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


2014
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Pokok Bahasan : Tuberculosis Paru Pada Kehamilan


Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari/Tanggal :
Waktu : 1 x 60 menit
Tempat : Kediaman Ny. Audy
Pelaksanaan : Mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Semarang

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 50 menit, klien dan keluarga
dapat mengetahui tuberculosis paru pada kehamilan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan 1 x 50 menit klien dan keluarga dapat:
a. Memahami pengertian tuberculosis paru
b. Menyebutkan tanda dan gejala tuberculosis paru
c. Menyebutkan cara penyebaran tuberculosis paru pada ibu dan janin
d. Menyebutkan dampak tuberculosis paru pada ibu dan janin
e. Menyebutkan pengobatan tuberkulosis paru pada ibu hamil dan menyusui
f. Menyebutkan upaya pencegahan penularan tuberculosis paru
B. Materi
1. Pengertian tuberculosis paru
2. Tanda dan gejala tuberculosis paru
3. Cara penularan tuberculosis paru pada ibu dan janin
4. Dampak tuberculosis paru pada ibu hamil dan janin
5. Pengobatan tuberkulosis paru pada ibu hamil dan menyusui
6. Tindakan pencegahan penularan tuberculosis paru
C. Metode
Ceramah, diskusi dan tanya jawab

D. Media
Leaflet

E. KEGIATAN PENYULUHAN
1. Pembukaan selama 10 menit
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan umum
d. Kontrak waktu
2. Kegiatan inti selama 30 menit
a. Menjelaskan pengertian, tanda gejala tuberculosis paru
b. Menjelaskan penularan tuberculosis paru pada ibu hamil dan janin
c. Menjelaskan dampak tuberculosis paru pada ibu hamil
d. Menjelaskan tata laksana tuberkulosis paru pada ibu hamil dan menyusui
e. Menjelaskan tindakan pencegahan penularan tuberculosis paru
3. Kegiatan penutup selama 10 menit
a. Keluarga diberikan kesempatan untuk menyimpulkan materi keseluruhan secara
bertahap
b. Mengevaluasi ulang tentang materi yang disampaikan
c. Mengakhiri dengan salam penutup

F. Pengorganisasian
1. Penyaji :
2. Moderator :
3. Observer :
4. Fasilitator :

G. JOB DESCRIPTION
1. Penyaji
 Menggali pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang tuberculosis paru dan
dampaknya pada ibu hamil
 Menyampaikan materi untuk peserta penyuluhan agar bisa memahami hal-hal
tentang isi, makna dan maksud dari penyuluhan.
2. Moderator
 Bertanggung jawab atas kelancaran acara.
 Membuka dan menutup acara.
 Mengatur waktu penyaji sesuai dengan rencana kegiatan
 Menyampaikan prosedur cuci tangan yang benar di RS.
3. Fasilitator
 Membantu kelancaran acara penyuluhan.
 Mendorong peserta untuk bertanya kepada penyaji.
 Membagikan leaflet kepada semua peserta penyuluhan.
4. Observer dan Notulen
 Mengamati proses kegiatan penyuluhan.
 Mencatat pertanyaan dari peserta.
 Mengevaluasi serangkaian acara penyuluhan mulai dari awal hingga akhir.

H. Setting Tempat

Moderator Penyaji

P P P P

P P P
litat
Fasi

or
1

Fasilitator 2 P P P
Observer dan Notulen

Keterangan :

: Peserta penyuluhan (keluarga pasien)


P
I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 2 hari sebelum acara dilakukan
b. Pengumpulan SAP 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.
c. Peserta hadir pada tempat yang telah ditentukan.
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerja sama dengan
TIM PKRS RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan.
2. Kriteria Proses
a. Acara dimulai tepat waktu
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
d. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
e. Pelaksanaan kegiatan sesuai POA
f. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria Hasil
a. Peserta yang datang sejumlah ± 15 orang atau lebih
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan pemateri
c. Peserta mampu menjawab dengan benar

TUBERCULOSIS PARU PADA KEHAMILAN


A. Pengertian
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium tuberkculosis
sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru
yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian
bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone
infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon.

B. Tanda dan Gejala


1) Gejala utama
Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih gejala tambahan
2) Gejala tambahan
a. Dahak bercampur darah atau batuk darah
b. Sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru
c. Badan lemas
d. Nafsu makan menurun
e. Berat badan menurun
f. Malaise, ditemukan berupa sakit kepala, nyeri otot dan keringat di waktu di
malam hari.
g. Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
h. Demam meriang lebih dari satu bulan
3) Ibu hamil dikatakan positif tuberculosis paru jika :
a. Setiap ibu yang datang dengan tandan dan gejala di atas, dianggap sebagai
tersangka (suspek) TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung.
b. Pemeriksaan dahak dengan pewarnaan BTA dilakukan dengan metode SPS
(sewaktu-pagi-sewaktu) sebanyak tiga kali pengambilan, yaitu saat pertama kali
berkunjung, kemudian setelah bangun tidur pagi di hari kedua (pot dahak dibawa
pulang), dan saat menyerahkan pot dahak di hari kedua.
c. Foto radiologi dianggap positif bila ditemukan gambaran infiltrat atau kavitas.

C. Penularan tuberculosis paru pada ibu hamil dan janin


1. Ibu
Sumber penularana penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA positif. Pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk
Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara
pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi bila droplet tersebut
terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas,
atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya.
2. Janin
Tuberkulosis dapat ditularkan kepada janin baik melalui plasenta di dalam rahim,
menghirup atau menelan cairan yang terinfeksi saat kelahiran, ataupun menghirup
udara yang mengandung kuman TBC setelah lahir.

D. Dampak tuberculosis paru terhadap ibu dan janin


1) Efek tuberculosis terhadap kehamilan
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak dan
keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis,
status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan
kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB. Status nutrisi yang
jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal merupakan dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal. Usia kehamilan saat wanita hamil
mendapatkan pengobatan antituberkulosa merupakan factor yang penting dalam
menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan dengan TB.
Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan diafragma
akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah mengalami kolaps
yang disebut pneumo-peritoneum. Pada awal abad 20, induksi aborsi
direkomondasikan pada wanita hamil dengan TB. Selain paru-paru, kuman TB juga
dapat menyerang organ tubuh lain seperti usus, selaput otak, tulang, dan sendi, serta
kulit. Jika kuman menyebar hingga organ reproduksi, kemungkinan akan
memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang. Bahkan, TB pada samping kiri
dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran
pada pengidap TB atau yang pernah mengidap TB, khususnya wanita usia
reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi wanita biasanya wanita
tersebut mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil
konsepsi.
Harold Oster MD,2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun aktif) tidak
akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika kuman
menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
2) Efek tuberculosis paru terhadap janin
Menurut Oster,2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada sedikit
risiko terhadap janin. Untuk meminimalisasi risiko, biasanya diberikan obat-obatan
TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya
akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan limfa,
dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum melahirkan.
Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah setelah lahir. Penelitian yang
dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha, Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh,
1999 tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan hasil bahwa
tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan, persalinan dan hasil
konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan kelompok wanita sehat yang tidak
mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi
(21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%),
berat badan lahir rendah (<2500 ).
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya
pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin
melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital
biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur,
gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan
kongenital sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut
atau setelah lahir.

E. Pengobatan tuberculosis paru pada ibu hamil dan menyusui


1. Pada ibu hamil

 Pengobatan TB pada ibu hamil pada prinsipnya tidak berbeda dengan pengobatan
TB pada umumnya. Hanya saja, streptomisin TIDAK BOLEH diberikan karena
dapat menyebabkan cacat bawaan pada janin.

 Pastikan selama masa pengobatan, pasien didampingi oleh seorang pengawas


minum obat (PMO) yang dapat memantau dan mendorong kepatuhan pasien
berobat.
 Untuk Kategori 1(pasien TB baru BTA positif, ATAU pasien TB baru
BTA negatif foto toraks positif), ibu diberikan rifampisin, INH, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari selama 2 bulan, dilanjutkan rifampisin dan INH 3 kali
seminggu (intermiten) selama 4 bulan. Dosis yang diberikan adalah sebagai
berikut.

 INH dosis 5 mg/kgBB/hari (untuk pemberian setiap hari) atau 10 mg/kgBB/hari


(untuk pemberian 3 kali seminggu); maksimum 300 mg/hari

 Rifampisin 10 mg/kgBB/hari; maksimum 600 mg/hari

 Pirazinamid 25 mg/kgBB/hari; maksimum 2000 mg/hari

 Etambutol 15 mg/kgBB

 Lakukan pemeriksaan dahak kembali di akhir tahap intensif (bulan kedua). Bila
hasil negatif, lanjutkan pengobatan tahap berikutnya. Bila hasil positif, berikan
tambahan pengobatan seperti tahap intensif selama 28 hari (OAT sisipan). Setelah
selesai, lakukan pemeriksaan dahak ulangan. Bila negatif, lanjutkan pengobatan
ke tahap berikutnya. Bila tetap positif, rujuk pasien ke layanan TB-MDR untuk
pemeriksaan resistensi sambil melanjutkan pengobatan ke tahap lanjutan.

 Lakukan pemeriksaan dahak satu bulan sebelum tahap lanjutan selesai (bulan
kelima). Bila hasilnya negatif, lanjutkan pengobatan. Bila hasilnya positif, rujuk
pasien ke layanan TB-MDR dan mulai pengobatan kategori 2.

 Lakukan pemeriksaan dahak di akhir pengobatan (bulan keenam). Bila hasilnya


negatif, pasien dinyatakan sembuh. Bila hasilnya positif, rujuk pasien ke layanan
TB-MDR dan mulai pengobatan kategori 2.

 Setelah lahir, bayi diberikan profilaksis INH (5-10 mg/kgBB/hari) sampai 6


bulan. Vaksinasi BCG segera diberikan setelah pengobatan profilaksis selesai.

 Ibu hamil dengan tuberkulosis Kategori 2 (pasien kambuh, pasien gagal, dan
pasien putus berobat) dan ibu hamil dengan TB ekstra paru sebaiknya dirujuk ke
layanan TB-MDR untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai.

2. Pada ibu menyusui


Pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda dengan pengobatan pada umumnya.
Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.

F. Pencegahan dan Pengendalian Penularan tuberculosis paru


1. Menjaga kebersihan tangan dengan selalu mencuci tangan benar menggunakan air
maupun hand rab
2. Tutup hidung dan mulut dengan tisu, saputangan atau kain. Jika tidak ada jangan
tutup menggunakan tangan melainkan gunakan lengan dalam baju anda saat anda
batuk maupun bersin.
3. Segera buang tisu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah
4. Gunakan masker jika sedang sakit atau ada yang sakit disekitar kita.
5. Tidak sembarangan membuang dahak
6. Menggunakan masker bila menderita batuk
7. Rumah dan tempat bekerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga aliran
udara lancer
8. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan tempat bekerja
9. Pola hidup sehat

DAFTAR PUSTAKA

Barmawi. 2004. Tuberlosis Ancaman Kegawatan Dunia Aspek Imunologi dan terapi.
Yoyakarta : UGM
Basri, C. 2007. Implementasi Strategi DOTS dan Tantangan di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Baughman, Diane C. 2000. Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Cetakan ketujuh Jakarta :
Depkes RI, 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, Cetakan kedua,
Jakarta
Mansyur Arif 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius, Jakarta.
WHO. 2001. Whats Is DOTS A Guide To Understanding The Who Recommended
Tuberculosis Control Strategy Known As DOTS, English.

Anda mungkin juga menyukai