PENYAKIT TB PARU
Disusun oleh :
Nim : 1440110116928
Kelompok :7
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan biasa terdapat pada paru–paru tetapi dapat mengenai organ
tubuh lainnya. Tuberkulosis merupakan ancaman bagi penduduk Indonesia, karena penyakit
ini merupakan penyebab nomer tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut
(Depkes RI, 2018). Sekitar 75% penderita Tuberkulosis paru adalah kelompok usia yang
paling produktif secara ekonomi. Ini menjadi salah satu perhatian global karena kasus
Tuberkulosis paru yang tinggi dapat berdampak luas terhadap kualitas hidup, sosial, dan
ekonomi bahkan mengancam jiwa (Kemenkes, 2018).
WHO menyatakan bahwa Tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit menular yang
paling mematikan didunia. Tahun 2018 diperkirakan 9,6 juta orang menderita Tuberkulosis
dan 1,5 juta meninggal karena penyakit ini. Tuberkulosis terdapat pada semua wilayah di
dunia dan laporan Global memperkirakan kasus Tuberkulosis paru dan angka kematian pada
tahun 2018 lebih tinggi dari tahun 2018 (WHO, 2018). The World Organization (WHO)
dalam Annual Report on GlobalTB Control 2018 menyatakan terdapat 22 negara
dikategorikan sebagai high burden countryes (HBC) (WHO,2018). Indonesia merupakan
negara dengan peringkat pertama diantara HBC yang berada diwilayah South East Asean
SATUAN ACARA PENYULUHAN
IV. Materi
1. Pengertian TB Paru
2. Penyebab TB Paru
3. Gejala TB Paru
4. Cara Penularan TB Paru
5. Pengobatan TB Paru
6. Cara pencegahan TB Paru.
V. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
VI. Media
- Leafeat
VI. Kegiatan Penyuluhan
I. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri sehingga
menyebabkan gangguan pada paru–paru.
II. Penyebab
Tuberkulosis disebabkan oleh basil TB (Mycobacterium tuberculosis humanis) yang
termasuk famili Mycobacteriaceae yang mempunyai beberapa genus, satu diantaranya adalah
Mycobacterium, salah satu spesiesnya adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil TB
mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini dimanfaaatkan oleh Robert Koch
untuk mewarnai secara khusus. Oleh karena itu, kuman ini disebut BTA (Basil Tahan Asam).
Basil TB sangat rentan terhadap sinar matahari sehingga dalam beberapa menit saja akan
mati karena gelombang cahaya ultraviolet. Basil TB juga rentan terhadap panas/basah,
sehingga dalam 2 menit Basil TB yang ada di lingkungan basah akan mati bila terkena air
dalam suhu 100°C. Basil TB juga akan terbunuh dalam beberapa menit bila terkena alkohol
70 % atau lisol 5%.
IV. Penularan
Sumber utama penularan penyakit ini adalah sputum (dahak). Batuk dan meludah
akan menyebabkan kuman tuberkulosis menular pada orang lain lewat udara. Penderita TBC
ketika batuk, bersin, atau berbicara, akan memercikkan kuman TBC atau bacilli ke udara.
Seseorang dapat terpapar dengan kuman TBC hanya dengan menghirup sejumlah kecil
kuman TBC (penularan melalui udara). Keluarga yang tinggal dekat penderita memiliki
kemungkinan lebih banyak untuk tertular. Bayi dari ibu yang terinfeksi tuberkulosis berisiko
tinggi untuk terserang, oleh sebab itu penderita harus dilatih untuk menutup mulutnya dan
menghadapkan wajah ke arah lain saat batuk.
V. Pengobatan
Menurut Dep.Kes (2003) tujuan pengobatan TB Paru adalah untuk menyembuhkan
penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan.
Salah satu komponen dalam DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung dan untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO).
Prinsip pengobatan TB Paru :
1) Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis (Isoniasid, Rifampisin,
Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,
supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh.
2) Dosis tahap intensif dan tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat
perut kosong.
3) Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Bila pengobatan tahap intensif
tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu
2 minggu. Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
pada akhir pengobatan intensif.
4) Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadi kekambuhan.
VI. Pencegahan
1. Mencegah dengan menjalankan pola hidup sehat dengan cara :
a. Makan bergizi seimbang
b. Istirahat cukup dan jangan tidur larut malam
c. Tidak merokok (pasif atau aktif)
d. Menjemur kasur atau alas tidur teratur agar tidak lembab
e. Membuka jendela rumah waktu pagi hari sampai sore hari
2. Mencegah penularan pada pasien TBC dengan cara :
a. Bila batuk tutup mulut agar keluarga dan orang sekitar tidak tertular
b. Jangan meludah di sembarang tempat
c. Meludah dengan menggunakan tempolong atau kaleng yang tertutup dan diisi air sabun
atau Lysol untuk menampung dahak
d. Membuang tampungan dahak ke lubang WC atau timbun di tempat yang jauh dari
keramaian
3. Mencegah TB pada anak dengan cara :
a. Mencegah kontak antara anak dengan penderita TB yang menular
b. Memberikan gizi yang cukup (terutama protein dan Fe yang cukup)
c. Vaksinasi BCG sebagai perlindungan bagi anak terhadap TB primer serta komplikasi-
komplikasinya dengan syarat bahwa vaksinnya baik, penyimpanan dan handling-nya baik,
teknik penyuntikannya baik dan anak yang bersangkutan mempunyai respons imun seluler
yang baik pula. (WHO, 1980)
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddarth .Edisi
8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC